IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,"

Transkripsi

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan PT. Agro Jaya Mulya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi permintaan pasar daging domba di wilayah Subang dan sekitarnya baik untuk konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang Jawa Barat dengan luas lahan 3 hektar. Lahan tersebut digunakan untuk kandang penggemukan domba, mess pegawai, dan kantor. PT. Agro Jaya Mulya didirikan pada tahun 2010 oleh Bapak Hasan Al- Banna. Tujuan didirikannya perusahaan awalnya hanya untuk menyuplai kebutuhan domba untuk lembaga aqiqah, namun seiring berjalannya waktu permintaan domba diluar itu meningkat sehingga sekarang perusahaan tidak hanya menyuplai untuk lembaga aqiqah, tetapi untuk memenuhi kebutuhan daging domba diwilayah Subang dan sekitarnya. Visi perusahaan adalah membangun peternakan terintegrasi, sebagai penyedia domba berkualitas yang dikelola secara profesional. Adapun misi perusahaan adalah (1) mengelola peternakan modern dengan daya dukung teknologi tepat guna, (2) menyediakan hewan ternak berkualitas, (3) menghasilkan produk turunan yang unggul, (4) melakukan pemasaran yang agresif dan tanggung jawab. Operasional usaha dimulai dari pengadaan input produksi hingga ke pemasaran domba kepada konsumen. Pengadaan input produksi yang dilakukan terdiri atas pengadaan bakalan, pengadaan pakan, pengadaan tenaga kerja serta pengadaan obat-obatan. Bakalan domba yang digunakan untuk penggemukan

2 27 berasal dari pasar hewan, pengepul atau bandar di wilayah Subang, Garut dan Majalengka. Domba yang dijadikan bakalan adalah Domba Garut, Domba Priangan, Domba Ekor Gemuk, dan Domba Ekor Tipis (Lokal). Domba yang dipilih untuk bakalan adalah domba yang sehat, tidak cacat, berumur 4-6 bulan, dan memiliki bobot badan kilogram. Pakan yang digunakan merupakan complete feed yang diolah sendiri oleh perusahaan dengan bahan baku yang dibeli dari pasar. Usaha penggemukan domba yang dilakukan perusahaan berupa sistem penggemukan intensif dengan lama penggemukan selama 2,5 bulan hingga maksimal 6 bulan pemeliharaan, dan target kenaikan bobot badan 3 kilogram per ekor per bulan. Pemberian pakan dilakukan dengan cara domba dikandangkan dan diberi pakan dalam kandang menggunakan complete feed dengan rata-rata kebutuhan pakan yang sama, yaitu 1,8 kilogram per ekor per hari diberikan pada pagi dan sore hari. Bakalan yang baru datang diberi pakan berupa hijauan selama tiga hari untuk proses adaptasi. Selain pemberian pakan, pemberian obat-obatan juga dilakukan, pada saat bakalan datang diberikan obat cacing dan vitamin, serta pemberian antibiotik untuk domba yang sakit. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari berbagai wilayah di Jawa Barat, tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu staf kantor sebanyak 5 orang, 2 orang petugas keamanan dan tenaga kerja kandang. Tenaga kerja kandang merupakan tenaga kerja yang bersifat freelance banyaknya disesuaikan dengan populasi domba yang ada, pada tahun 2014 rata-rata tenaga kerja kandang sebanyak 9 orang per bulan, 1 orang tenaga kerja menangani domba sebanyak 350 ekor. PT. Agro Jaya Mulya memiliki kandang sebanyak 14 kandang berbentuk panggung, 1 kandang isolasi, dan 3 kandang grazing. Luas 14 kandang panggung

3 28 yaitu 5.707,2 m 2. Kandang panggung terdiri atas kandang A yang terdiri dari 5 flok dengan jumlah pen 18 per kandang. Kandang B yang terdiri dari 5 flok dengan jumlah pen 16 per kandang. Kandang C yang terdiri dari 4 flok dengan jumlah pen 12 per kandang. Kandang isolasi terdiri atas enam pen dengan luas kandang yaitu 43,2 m 2. Untuk kandang grazing memiliki luas 183,2 m 2. Ratarata setiap pen terdiri 7-8 ekor domba. Masing-masing kandang dikelola oleh satu tenaga kerja pemeliharaan. Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan jumlah ternak yang ada pada perusahaan tersebut. Cakupan pemasaran PT. Agro Jaya Mulya meliputi wilayah Subang, Jakarta, Bandung, Cirebon, dan Cilegon. Penjualan domba dilakukan melalui, pasar hewan, jagal, pemesanan, dan lembaga yang bekerjasama dengan perusahaan seperti lembaga aqiqah. Mekanisme penjualan dilakukan dengan cara konsumen datang langsung ke perusahaan, namun bagi konsumen diluar Subang melalui pemesanan via telepon kemudian domba dikirimkan ke daerah tersebut. Penjualan domba pada perusahaan dikelompokan menjadi dua, (1) domba jantan bertanduk terdiri dari Domba Garut dan Domba Priangan, (2) domba jantan tidak bertanduk terdiri dari Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis (Lokal), dengan harga jual yang berbeda pada setiap masing-masing domba. Domba yang dijual merupakan domba yang memiliki bobot badan berkisar antara kilogram. Sistem jual beli yang dilakukan di perusahaan yaitu dengan menggunakan harga perkilogram bobot badan domba, namun jika permintaan tinggi seperti saat Idul Adha menggunakan harga taksiran.

4 Perfoma Produksi Domba Perfoma produksi pada domba dapat dilihat dari pertambahan bobot badan domba. Keuntungan usaha penggemukan domba yang paling utama adalah mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu cepat. Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih bobot badan awal dengan bobot badan akhir program penggemukan. Waktu juga menjadi penting dalam penggemukan domba terkait dengan pertumbuhan domba. Oleh karena itu, kunci sukses usaha penggemukan domba adalah laju pertumbuhan yang tinggi, dapat diukur dari pertambahan bobot badan harian. Pola pertumbuhan biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, dan lingkungan. Secara umum, domba berada pada puncak pertumbuhan pada masa lepas sapih, yakni sekitar umur 4 bulan, sampai saat dewasa tubuh atau sekitar satu tahun, sehingga usaha penggemukan yang paling efektif adalah saat domba berada pada rentang umur tersebut (Sodiq dan Abidin, 2008). Hal tersebut sesuai dengan umur bakalan yang di pilih perusahaan, yaitu berumur 4-6 bulan dengan pertimbangan bahwa pada usia itu pertumbuhan domba sedang mencapai fase pertumbuhan cepat, sehingga pada saat pemberian pakan akan dikonversikan menjadi daging. Perusahaan melakukan penggemukan dengan sistem intensif, dengan cara domba dikandangkan dan diberikan pakan berupa complete feed. Pertambahan bobot badan harian domba dapat dilihat pada Ilustrasi 2 untuk domba jantan bertanduk dan Ilustrasi 3 untuk domba jantan tidak bertanduk.

5 30 PBBH (gram) Lama Pemeliharaan (Hari) Ilustrasi 2. Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Jantan Bertanduk Tahun 2014 Di PT. Agro Jaya Mulya Ilustrasi 2 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba jantan bertanduk berangsur-angsur meningkat cepat dan terus meningkat sampai suatu titik puncak, dan setelah melalui titik ini PBBH menurun meski lama pemeliharaan terus ditambah. PBBH tertinggi sebesar 108,97 gram per hari berada pada saat lama pemeliharaan 90 hari. Puncak produksi ini terjadi pada saat rata-rata bobot awal domba sebesar 17,68 kilogram dengan bobot akhir 27,22 kilogram, terjadi kenaikan bobot badan sebesar 9,5 kilogram. PBBH (gram) Lama Pemeliharaan (Hari) Ilustrasi 3. Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Jantan Tidak Bertanduk Tahun 2014 Di PT. Agro Jaya Mulya

6 31 Ilustrasi 3 menunjukkan bahwa PBBH domba jantan tidak bertanduk meningkat pada saat awal pemeliharaan 68 hari, terus meningkat sampai puncak pemeliharaan 85 hari, dan setelah itu menurun meskipun lama pemeliharaan ditambah. Puncak PBBH dengan lama pemeliharaan 85 hari sebesar 105,83 gram per hari, puncak tersebut terjadi pada saat rata-rata bobot badan awal 15,10 kilogram dan bobot akhir 23,82 kilogram, terjadi kenaikan bobot badan sebesar 8,72 kilogram. Berdasarkan kedua ilustrasi tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ternak berbentuk kurva sigmoid, mula-mula pertumbuhan cepat kemudian lambat, titik balik atau titik infleksi saat kecepatan pertumbuhan cepat menjadi lambat terjadi pada saat ternak pubertas (dewasa kelamin), yaitu pada umur 8 bulan (Purbowati, 2009). Hal tersebut sesuai dengan yang terjadi pada perusahaan, PBBH menurun meskipun lama pemeliharaan bertambah, namun tidak diketahui apakah disebabkan oleh umur karena tidak adanya catatatan umur domba yang dijual pada Tahun Rata-rata pertambahan bobot badan harian pada Tahun 2014 di PT. Agro Jaya Mulya pada domba jantan bertanduk sebesar 92,31 gram per hari dengan lama pemeliharaan 93 hari, sedangkan domba jantan tidak bertanduk sebesar 86,74 gram per hari dengan lama pemeliharaan 83 hari. Perusahaan menggunakan pakan berupa complete feed yang diberikan pada pagi dan sore hari, banyaknya pakan yang diberikan pada domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk sama sebanyak 1,8 kilogram per ekor per hari. Pakan berupa complete feed diperlukan karena dalam penggemukan yang diinginkan adalah pertambahan bobot badan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, diperlukan pakan

7 32 yang mudah dicerna. Data pertambahan bobot badan domba dapat dilihat pada Lampiran 2. Menurut Prawoto, dkk (2001) rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 gram per hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai gram per ekor. Domba yang diberi complete feed (17,35% protein kasar) dalam bentuk pelet menghasilkan PBB 164 gram per hari (Purbowati, 2007). Bangsa domba di Indonesia memiliki pertambahan bobot badan harian kurang dari 100 gram per hari. Rendahnya tingkat pertambahan bobot badan harian ini disebabkan oleh sedikitnya pakan yang tersedia dan mutu pakan yang relatif rendah (Bradford, 1993 yang dikutip oleh Hapsari, 2001). Adanya perbedaan pertambahan bobot badan pada domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk disebabkan oleh perbedaan lama pemeliharaan dan genetik domba, namun tidak diketahui rumpun domba apa yang berkontribusi terhadap besarnya pertambahan bobot badan harian setiap kelompok domba karena kurang lengkapnya pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa perfoma produksi domba jantan bertanduk menghasilkan PBB optimal sebesar 108,97 gram per hari jika dipelihara selama 90 hari, sedangkan domba jantan tidak bertanduk menghasilkan PBB optimal sebesar 105,83 gram per hari jika dipelihara selama 85 hari.

8 Biaya Usaha Penggemukan Domba Biaya Produksi Perusahaan Biaya produksi yang digunakan pada analisis pendapatan ini adalah biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang artinya biaya yang berubah tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan (Prawirokusumo,1990). Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan meliputi biaya bakalan, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja kandang yang berasal dari pencatatan individual domba. Biaya variabel domba jantan bertanduk, dan domba jantan tidak bertanduk dapat dilihat pada Ilustrasi 4. Rp/Ekor 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , , Bulan JB JTB Ilustrasi 4. Biaya Variabel Domba per Ekor Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Ilustrasi 4 menggambarkan besar rata-rata biaya variabel per ekor domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun yang berasal dari pencatatan individual domba. Biaya yang dikeluarkan perusahaan mengalami fluktuatif setiap bulannya, biaya variabel domba jantan bertanduk terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan biaya variabel domba jantan tidak bertanduk.

9 34 Biaya variabel yang dikeluarkan domba jantan bertanduk pada Bulan Januari sebesar Rp per ekor, kemudian mengalami peningkatan yang cukup besar pada Bulan Pebruari sebesar Rp dan Bulan Maret sebesar Rp Kenaikan biaya tersebut dipengaruhi oleh rata-rata bobot beli bakalan domba jantan bertanduk yang meningkat sehingga harga belinya juga meningkat, pada Bulan Januari bobot bakalan hanya 15,43 kilogram meningkat menjadi 20,93 kilogram pada Bulan Pebruari dan 21,66 kilogram pada Bulan Maret. Biaya variabel pada Bulan April menurun jauh menjadi Rp per ekor, dikarenakan bobot beli bakalan yang ikut menurun menjadi 18,94 kilogram. Pada bulan-bulan selanjutnya biaya variabel domba jantan bertanduk berangsur-angsur meningkat sampai dengan puncaknya Bulan Juli sebesar Rp , hal tersebut bukan dikarenakan bobot beli bakalan yang besar akan tetapi karena ketersediaan bakalan yang kurang mengakibatkan harga beli menjadi meningkat, sesuai dengan hukum ekonomi permintaan tinggi namun ketersediaan sedikit menyebabkan harga jual meningkat. Biaya variabel yang dikeluarkan pada Bulan Agustus menurun Rp atau menjadi Rp , penurunan yang terjadi tidak terlalu jauh. Biaya variabel mulai terlihat relatif stabil pada Bulan September sampai dengan Desember, meski terjadi kenaikan dan penurunan tetapi tidak signifikan. Perbedaan biaya pada Bulan September tidak sampai melebihi 4%. Berdasarkan Ilustrasi 4 juga dapat diketahui besar biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan untuk domba jantan tidak bertanduk. Pada Bulan Januari biaya yang dikeluarkan sebesar Rp dan menurun pada Bulan Pebruari menjadi Rp , kemudian pada Bulan Maret dan April biaya yang dikeluarkan relatif sama. Peningkatan biaya terjadi pada Mei menjadi

10 35 Rp , dari Bulan Mei sampai akhir Bulan Desember pada grafik menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan biaya tetapi perbedaannya setiap bulannya tidak lebih dari 3%. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh bobot beli bakalan dan ketersediaan bakalan untuk memenuhi permintaan perusahaan. Pada usaha penggemukan domba biaya terbesar yang dikeluarkan berasal dari bakalan, besarnya biaya bakalan yang dikeluarkan untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp dari total biaya variabel rata-rata Rp per ekor, sedangkan biaya bakalan yang dikeluarkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp dari total biaya variabel rata-rata Rp per ekor. Tabel 1. Biaya Variabel Rata-rata Usaha Penggemukan Domba Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Biaya Variabel Domba Persentase JB JTB JB JTB Rp/ekor %... Bakalan ,33 69,08 Pakan ,17 28,91 Obat-obatan ,44 0,64 Tenaga kerja ,06 1,37 Total Keterangan : JB: Domba jantan bertanduk JTB : Domba jantan tidak bertanduk Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar berasal dari pembelian bakalan dengan persentase sebesar 76,33% untuk domba jantan bertanduk, dan 69,08% untuk domba jantan tidak bertanduk. Hal tersebut sesuai

11 36 dengan pendapat Erwansyah, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa biaya produksi terbesar dari usaha penggemukan domba adalah pembelian bakalan sebesar 36,82% untuk skala usaha kecil dan 41,59% untuk skala usaha menengah. Biaya variabel terbesar kedua berasal dari pakan, besarnya biaya pakan pada usaha penggemukan domba bergantung pada banyaknya populasi dan lama periode penggemukan pada perusahaan. Biaya pakan terbesar berasal dari domba jantan bertanduk rata-rata biaya pakan domba per ekor Rp atau 22,17% dari total biaya variabel per ekor. Besar biaya pakan domba jantan tidak bertanduk Rp per ekor, atau 28,91% dari total biaya variabel per ekor. Tenaga kerja kandang bersifat freelance dengan upah Rp per orang per hari, perbandingan tenaga kerja dengan ternak yaitu 1:350, jadi 1 orang tenaga kerja menangani 350 ekor domba, sehingga upah tenaga kerja untuk 1 ekor domba sebesar Rp. 129,00 per hari, atau Rp per hari untuk 350 ekor. Besar biaya tenaga kerja kandang untuk domba jantan bertanduk Rp per ekor, sedangkan besar biaya tenaga kerja domba jantan tidak bertanduk Rp per ekor. Biaya obat-obatan berada pada urutan keempat. Rata-rata biaya obatobatan untuk domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk Rp per ekor. Besar biaya tersebut sama dikarenakan perusahan sudah mengalokasikan untuk biaya obat-obatan sebesar Rp untuk satu ekor domba. Obat-obatan yang digunakan, yaitu obat cacing, antibiotik, dan vitamin B kompleks yang diberikan saat bakalan datang. Berdasarkan biaya-biaya variabel tersebut maka dapat diketahui total ratarata biaya yang dikeluarkan untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp per ekor, sedangkan domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp per ekor.

12 37 Biaya yang dikeluarkan untuk domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk. Biaya variabel usaha penggemukan domba dapat dilihat pada Lampiran Pembiayaan Tunai Pembiayaan tunai pada usaha penggemukan domba terdiri total biaya variabel, asuransi keamanan, dan pajak. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai (uang). Dalam penelitian ini biaya tunai dihitung dalam waktu satu tahun, sehingga dapat diketahui total biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan selama setahun. Biaya asuransi keamanan dan pajak merupakan biaya yang wajib dikeluarkan perusahaan dan tidak terpengaruh terhadap jumlah populasi ternak yang ada di perusahaan, sehingga biayanya tidak dapat dihitung untuk satu ekor ternak. Total biaya tunai tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Total Biaya Tunai Usaha Penggemukan Domba Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Biaya Tunai Domba Persentase JB JTB JB JTB Rp %... Biaya Variabel ,78 96,58 Asuransi ,96 3,02 Pajak ,26 0,40 Total Biaya tunai terbesar berasal dari biaya variabel atau biaya tidak tetap. Biaya variabel merupakan komponen biaya tunai terbesar jika dibandingkan biaya

13 38 asuransi dan pajak, biaya variabel merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan proses produksi usaha terdiri dari biaya pembelian bakalan domba, pakan, tenaga kerja dan obat-obatan. Besarnya biaya variabel berhubungan dengan banyaknya populasi, semakin banyak populasi maka semakin besar pula biaya variabel yang dikeluarkan. Total biaya variabel pada tahun 2014 untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp , sedangkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp Biaya tunai terbesar kedua berasal dari pembayaran asuransi. Asuransi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari upah tenaga kerja keamaan, besar upah yang diberikan sebesar Rp per bulan yang dibayarkan sekali dalam setahun dan dihitung secara proporsional berdasarkan jumlah populasi ternak. Total biaya asuransi yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp dan domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp pada tahun Pajak merupakan komponen biaya tunai terendah dibandingkan biaya variabel dan asuransi. Pajak yang dibayarkan perusahaan ini adalah pajak bumi dan bangunan yang wajib dibayarkan setiap tahunnya tanpa melihat banyaknya populasi domba yang ada di perusahaan. Besarnya pajak yang dibayarkan untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp dan domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp Total biaya tunai untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp , sedangkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp Pembiayaan tunai domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk dapat dilihat pada Lampiran 6.

14 Penerimaan Penerimaan adalah nilai uang diperoleh produsen dari hasil penjualan output, sehingga penerimaan merupakan perkalian antara total hasil dengan harga. Penerimaan pada usaha ini berupa domba hasil penggemukan yang dikelompokan menjadi domba jantan bertanduk, dan domba jantan tidak bertanduk. Penerimaan yang diperoleh perusahaan berasal dari penjualan domba dihitung dalam satu tahun. PT. Agro Jaya Mulya menetapkan harga jual domba yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku di pasar wilayah Subang. Penerimaan domba jantan bertanduk, dan domba jantan tidak bertanduk dapat dilihat pada Lampiran 7. 2,500,000 2,000,000 Rp/ekor 1,500,000 1,000, ,000 JB JTB Bulan Ilustrasi 5. Rata-rata Penerimaan Domba per Ekor Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Ilustrasi 5 menggambarkan besar penerimaan yang diperoleh perusahaan pada setiap ekor domba selama satu tahun. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk, dan mengalami fluktuatif setiap bulannya. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan domba jantan bertanduk pada Bulan Januari sebesar Rp per ekor dengan bobot jual 21,69 kilogram,

15 40 kemudian meningkat sampai dengan Bulan Maret menjadi Rp per ekor dengan bobot jual 28,48 kilogram. Mulai terjadi penurunan penerimaan penjualan domba pada Bulan April dan Mei, rata-rata selisih penerimaan Bulan April dan Mei sebesar Rp , kemudian berangsur-angsur meningkat sampai dengan Bulan Agustus. Tingginya penerimaan yang dipengaruhi harga jual domba mulai terlihat pada Bulan September dan Oktober, peningkatan harga tersebut diiringi dengan adanya momen Hari Raya Idul Adha, dimana pada saat itu banyak permintaan konsumen untuk melakukan qurban dengan memilih domba jantan bertanduk. Penerimaan yang diperoleh perusahaan pada Bulan September sebesar Rp per ekor, sedangkan Bulan Oktober sebesar Rp per ekor penjualan pada bulan ini mencapai 249 ekor domba. Pada saat Hari Raya Idul Adha konsumen lebih banyak memilih domba jantan bertanduk, karena konsumen melihat kriteria penampilan fisik dalam pembelian domba. Adapun kriteria tersebut diantaranya, seperti : memiliki jenis domba jantan, bobot badan yang besar, cukup umur, dan tidak cacat. Disunnahkan berqurban dengan ternak yang gemuk, baik dan tidak cacat. Setelah berakhirnya momen Hari Raya Idul Adha, penerimaan yang diperoleh perusahaan menurun pada Bulan November harga jual domba menjadi Rp per ekor, kemudian menurun lagi pada Bulan Desember menjadi Rp per ekor, penurunan tersebut disebabkan berkurangnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan daging domba jantan bertanduk. Penerimaan perusahaan yang diperoleh dari penjualan domba jantan tidak bertanduk juga dapat dilihat pada Ilustrasi 5. Penerimaan yang berasal dari domba jantan tidak bertanduk juga mengalami fluktuatif, tetapi tidak sangat

16 41 signifikan jika dibandingkan domba jantan bertanduk. Pada Bulan Januari penerimaan yang diperoleh pada domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp per ekor, penerimaan Bulan Januari dan Pebruari relatif sama. Terjadi penurunan harga jual pada Bulan Maret sebesar Rp dari selisih harga sebelumnya, kemudian kembali meningkat pada Bulan Mei sebesar Rp per ekor. Pada Bulan Agustus terjadi peningkatan penerimaan yang cukup besar dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sebesar Rp per ekor, total penjualan bulan ini sebanyak 34 ekor. Menjelang hari raya Idul Adha pada Bulan September dan Oktober terjadi penurunan harga jual yang mengakibatkan penerimaan menurun. Pada Bulan September penerimaan yang diperoleh sebesar Rp per ekor, dan total penjualan hanya 5 ekor, sedangkan Bulan Oktober penerimaan diperoleh sebesar Rp per ekor, dan total penjualan sebanyak 4 ekor. Hal tersebut sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan penerimaan domba jantan bertanduk pada saat momen Idul Adha. Terlihat di sini bahwa masyarakat sekitar Subang lebih menyukai domba jantan bertanduk untuk dijadikan hewan qurban, selain faktor tradisi masyarakat tetapi juga karena dilihat dari penampilan fisik domba ini lebih besar dan terlihat gagah dengan adanya tanduk. Penerimaan domba jantan tidak bertanduk mengalami penurunan yang cukup besar pada Bulan November sebesar Rp per ekor, namun kemudian kembali meningkat pada Bulan Desember menjadi Rp per ekor. Domba jantan tidak bertanduk banyak dijual untuk aqiqah, pasar hewan, dan pedagang sate. Permintaan domba jantan tidak bertanduk banyak diminati konsumen pada hari-hari biasa karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan domba jantan bertanduk.

17 42 Rata-rata penerimaan yang diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba jantan bertanduk sebesar Rp per ekor dengan bobot jual 26,69 kilogram, sedangkan total penerimaan selama satu tahun sebesar Rp dengan volume penjualan sebanyak 492 ekor. Rata-rata penerimaan yang diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp per ekor dengan bobot jual 22,51 kilogram, sedangkan total penerimaan selama satu tahun sebesar Rp dengan volume penjualan sebanyak 274 ekor. 4.5 Pendapatan Usaha Penggemukan Domba Pendapatan Produksi Pendapatan merupakan perbedaan antara nilai penerimaan dengan nilai pengeluaran. Nilai penerimaan adalah hasil yang dicapai suatu usaha jika produksinya dijual, sedangkan nilai pengeluaran disini merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan saat proses produksi (biaya variabel). Untuk memperoleh laba maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari total biaya. Peternak yang merugi disebabkan karena penggunaan biaya yang tinggi dan tidak diimbangi dengan penerimaan yang tinggi pula. 300 Ekor JB JTB Bulan Ilustrasi 6. Volume Penjualan Domba Jantan Bertanduk dan Domba Jantan Tidak Bertanduk Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya

18 43 Berdasarkan ilustrasi di atas terlihat bahwa penjualan di PT. Agro Jaya Mulya pada Tahun 2014 mengalami fluktuasi. Pada Bulan Oktober, penjualan domba jantan bertanduk paling tinggi sebanyak 249 ekor dibandingkan dengan bulan lain karena bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Besarnya permintaan terhadap domba jantan bertanduk pada momen tersebut, menyebabkan harga jual ikut meningkat, rata-rata harga jual domba pada Bulan Oktober Rp per ekor dengan bobot badan rata-rata 25,32 kilogram, pendapatan yang diperoleh perusahaan pada bulan ini paling besar dibandingkan bulan-bulan lainnya, yaitu sebesar Rp per ekor. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bagus Harianto (2012) bahwa permintaan domba pada momen tersebut dapat mencapai ratusan ribu ekor bahkan lebih. Permintaannya pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, banyak peternak domba yang khusus mengambil momen Idul Adha untuk memasarkan hewan ternaknya. Sebaliknya pada Bulan Januari jumlah penjualan domba paling sedikit, yaitu 7 ekor disebabkan pasokan domba pada perusahaan yang sedikit. Ilustrasi 6 juga menggambarkan kurva volume penjualan domba jantan tidak bertanduk mengalami fluktuatif, namun tidak terlalu ekstrim jika dibandingkan dengan volume penjualan domba jantan bertanduk. Penjualan domba jantan tidak bertanduk paling banyak terjadi pada bulan April, yaitu sebanyak 58 ekor. Rata-rata harga jual Bulan April sebesar Rp per ekor dengan bobot badan 21,33 kilogram, pendapatan yang diperoleh pada bulan ini sebesar Rp per ekor. Domba jantan tidak bertanduk lebih banyak dijual untuk aqiqah, PT. Agro Jaya Mulya bermitra dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang jasa rumah aqiqah sehingga sebagian domba ini disalurkan ke

19 44 rumah aqiqah. Selain itu, pemasaran domba juga dilakukan ke pedagang sate, dan jagal. Penjualan domba jantan tidak bertanduk pada Bulan Oktober atau pada saat Hari Raya Idul Adha jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan penjualan domba jantan bertanduk. Hal tersebut disebabkan untuk berqurban dipilih domba jantan yang memiliki bobot badan yang besar, dan sesuai dengan selera masyarakat Jawa Barat yang lebih suka pada domba yang bertanduk. Sehingga pada momen Hari Raya Idul Adha penjualan domba jantan bertanduk meningkat drastis. Besar pendapatan produksi rata-rata domba pada tahun 2014 sebesar Rp per ekor untuk domba jantan bertanduk, sedangkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp per ekor Pendapatan Tunai Pendapatan tunai merupakan hasil selisih antara total penerimaan, total biaya variabel, pajak dan asuransi keamanan. Pendapatan tunai pada penelitian ini merupakan total besarnya pendapatan yang dilihat dalam satu tahun untuk penggemukan domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk. Tabel 3. Total Pendapatan Tunai Usaha Penggemukan Domba Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Pendapatan Tunai JB Domba Rp JTB Total Penerimaan Biaya Tunai Pendapatan Tunai

20 45 Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa pendapatan tunai pada domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk, dimana penggunaan biaya yang tinggi diimbangi dengan penerimaan yang tinggi pula. Pendapatan tunai tersebut berasal dari penerimaan dikurangi dengan biaya tunai, dan pajak. Total pendapatan tunai terbesar adalah penjualan domba jantan bertanduk pada tahun 2014 sebesar Rp , sedangkan total pendapatan tunai yang diperoleh domba jantan tidak bertanduk tahun 2014 sebesar Rp Besar perbedaan pendapatan domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk pada usaha penggemukan yang dijalankan selama satu tahun, yaitu sebesar Rp , pendapatan domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk. Total pendapatan tunai usaha penggemukan domba dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan data tersebut maka penggemukan domba jantan bertanduk lebih menguntungkan, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan usahanya dengan meningkatkan jumlah populasi domba jantan bertanduk terlebih pada saat momen hari raya Idul Adha. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar pendapatan pada perusahaan penggemukan domba, antara lain harga, volume penjualan, dan waktu pemeliharaan. Harga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan suatu usaha, harga penjualan domba sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan harga pasar, perusahaan dapat memanfaatkan momen-momen tertentu untuk meningkatkan harga suatu produk untuk memperbesar pendapatan usaha. Selain harga, volume penjualan merupakan hasil yang dicapai perusahaan dari waktu ke waktu yang mengalami naik turun sesuai dengan permintaan konsumen dapat mempengaruhi besar pendapatan perusahaan. Faktor terakhir

21 46 adalah waktu pemeliharaan berhubungan dengan hasil produk yang dihasilkan, karena pada PT. Agro Jaya Mulya menjual hasil produksinya berdasarkan bobot badan sehingga pertambahan bobot badan dan waktu pemeliharaan yang cepat dapat memperkecil biaya pemeliharaan yang dikeluarkan.

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA (Studi Kasus Di PT. Agro Jaya Mulya Subang)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA (Studi Kasus Di PT. Agro Jaya Mulya Subang) ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA (Studi Kasus Di PT. Agro Jaya Mulya Subang) THE INCOME ANALYSIS OF SHEEP FATTENING (Case Study at PT. Agro Jaya Mulya, Subang) Ulwiya Setia Dewi*, Muh. Hasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

Profil Perusahaan. Kepada Yth. Calon Konsumen. Di Tempat. Assalamualaikum Wr.Wb

Profil Perusahaan. Kepada Yth. Calon Konsumen. Di Tempat. Assalamualaikum Wr.Wb Kepada Yth. Calon Konsumen Di Tempat Assalamualaikum Wr.Wb Sehubungan dengan makin dekatnya Idul Adha 1431 H yang InsyaAllah jatuh pada tanggal 17 November, dengan ini kami bermaksud menyampaikan penawaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan daging sapi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2012)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN DOMBA ANAM Farm

PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN DOMBA ANAM Farm PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN DOMBA ANAM Farm RINGKASAN EKSEKUTIF Usaha peternakan domba merupakan usaha yang berbasis pada potensi lokal Indonesia. Usaha ini cukup menguntungkan karena ditunjang dengan faktor-faktor

Lebih terperinci

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan PERBAIKAN MANAJEMEN PAKAN DALAM PENGGEMUKAN DOMBA DI TINGKAT PETANI HAM BUDIMAN Pusal Penelitian dan Pengeinbangan Peternakan RINGKASAN Usaha penggernukan domba dengan perhaikan penambahan pakan konsentrat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA ANALYSIS OF BREAKEVEN POINT AND EFFICIENCY OF SHEEP FARM Reka Maharnika*,Linda Herlina**,Achmad Firman** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu peranan peternakan adalah menyediakan kebutuhan pokok untuk dikonsumsi penduduk. Kebutuhan konsumsi pokok penduduk salah satunya adalah kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan 21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011)

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011) HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara geografis,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1 PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK Imelda Oct Utami, Harini TA 1 ABSTRAK Produk pangan asal ternak sangat penting dalam memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta e-mail : goested@yahoo.com Abstrak Kebutuhan daging

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengelolaan usahatani pada hakikatnya akan dipengaruhi oleh prilaku petani yang mengusahakan. Perilaku

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain : TINJAUAN PUSTAKA Keadaan umum Kecamatan Percut Sei Tuan Kecamatan Percut Sei Tuan dapat digambarkan melalui beberapa pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain : a. Geografis Wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hewan Qurban

TINJAUAN PUSTAKA. Hewan Qurban TINJAUAN PUSTAKA Hewan Qurban Sejarah Qurban Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya. Hewan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2014 mencapai 16.091.838 ekor, tahun 2015 bertambah menjadi 17.024.685 ekor (Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Garut Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah satu Kabupaten di Jawa Barat dengan jumlah populasi pada Tahun 2013 yaitu 1.129.633 ekor dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU Ternak mempunyai arti yang cukup penting dalam aspek pangan dan ekonomi masyarakat Indonesia. Dalam aspek pangan, daging sapi dan kerbau ditujukan terutama untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BISNIS PETERNAKAN BEBEK BISNIS PETERNAKAN BEBEK DI SUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS OLEH : AGUNG NUR ROHMAN 11.01.2897 PROGRAM STUUDI TEKNIK INFORMATIKA (D3) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA A. Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR Sosial Ekonomi DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR ST. Rohani 1 & Muhammad Erik Kurniawan 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis ayam kampung pedaging merupakan bisnis yang penuh gejolak dan beresiko. Peternakan unggas memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan gizi masyarakat.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jl. Pangeran M. Noor

Lebih terperinci

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton Umaris Santoso, Siti Nurachma dan Andiana Sarwestri Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran umarissantoso@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online Nama : Rizal Alan Yahya Kelas : S1-SI-09 NIM : 11.12.6004 Tugas : Lingkungan Bisnis Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online 1 A. Abstrak Tujuan dari pembuatan toko online ini adalah untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci