PENGGUNAAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER SISWA KELAS BILINGUAL SMP N 1 TAWANGMANGU TAHUN AJARAN 2013/2014 Nurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan teknik role playing untuk mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester siswa kelas bilingual SMP N 1 Tawangmangu tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa bilingual kelas VIII SMP N 1 Tawangmangu yang berjumlah 8 siswa. Sumber data berasal dari siswa dan guru BK. Teknik pengumpulan data adalah dengan angket dan observasi. Validitas data menggunakan triangulasi metode dan sumber data. Analisis data menggunakan analisis persentase dan analisis klinis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan teknik role playing dapat mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester dari pretest ke siklus I dan dari pretest ke siklus II. Persentase perubahan pada siklus I sebesar 22.67% dan sebesar 51.60% pada siklus II. Simpulan dari penelitian ini adalah teknik role playing efektif unntuk mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester siswa kelas bilingual SMP N 1 Tawangmangu. Kata kunci: role playing, kecemasan ujian akhir semester 1
PENDAHULUAN Dalam lingkup pendidikan formal, seorang remaja menempati jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah sebagai lembaga pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Salah satunya adalah ketrampilan berbahasa Inggris. Di beberapa sekolah terdapat program kelas bilingual yaitu kelas yang menggunakan dua bahasa sebagai pengantar pembelajaran. Suasana belajar di kelas bilingual dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa Inggris dan motivasi belajar siswa. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriatin (2013) bahwa motivasi belajar siswa bilingual termasuk dalam kategori sangat baik. Namun, persaingan yang cukup ketat dan kompetisi yang tercipta di kelas bilingual dapat menjadi suatu tekanan bagi siswa yang sulit menyesuaikan diri sehingga menimbulkan kecemasan bagi siswa. Nevid (2005:163) menjelaskan kecemasan adalah keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Santrock (2009:238) mengartikan kecemasan adalah sebuah perasaan yang tidak menyenangkan akan ketakutan atau kekhawatiran yang tidak begitu jelas. Dari pengertian tersebut kecemasan dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang menunjukkan ketidaknyamanan seseorang terhadap suatu hal. Kecemasan dapat dialami pada situasisituasi tertentu yang menjadikan seseorang merasa tidak nyaman atau merasa tertekan. Kecemasan dapat berlangsung sementara maupun terus-menerus. Astuti dan Resminingsih (2010:18) menjelaskan bahwa kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa kecemasan yang dialami oleh seseorang dapat dijadikan sebagai motivasi untuk maju dan berkembang selama kecemasan tersebut masih dalam kewajaran. Shipman & Shipman (dalam Ormrod, 2008) mengutarakan bahwa kecemasan dapat mendorong siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Hal tersebut merupakan salah satu contoh kecemasan yang bersifat positif. Namun sebaliknya apabila kecemasan berlangsung dengan intensitas yang tinggi hal itu akan mengganggu respon siswa terhadap tugas yang diberikan. Sebagai fasilitator di sekolah, guru bertugas memberikan/menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah semua materi pelajaran selesai diberikan maka guru melakukan penilaian dalam bentuk ujian semester. Bagi siswa yang dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, ujian semester dapat dikerjakan 2
dengan mudah sehingga nilai yang mereka peroleh memenuhi standar minimal. Namun bagi sebagian siswa, ujian semester dapat menjadi suatu momok yang menakutkan. Kecemasan siswa muncul ketika mereka kurang siap dalam menghadapi ujian semester. Halgin dan Whitbourne (2009:198) menjelaskan bahwa kecemasan muncul dikarenakan kurangnya kepercayaan diri terhadap kemampuannya. Dengan kata lain siswa merasa cemas karena tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dalam mengerjakan soal ujian. Siswa takut salah ketika menjawab soal ujian semester sehingga merasa cemas mendapat nilai jelek. Materi ujian yang dianggap sulit oleh siswa juga dapat menjadi penyebab siswa merasa cemas. Kecemasan menghadapi ujian semester adalah perasaan khawatir atau takut dalam menghadapi ujian semester. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru BK di SMP Negeri 1 diketahui bahwa terdapat beberapa siswa kelas bilingual yang mengalami kecemasan. Hal tersebut ditunjukkan dengan gejala siswa kurang percaya diri, gelisah, tegang dan berkeringat ketika mengerjakan soal. Penelitian mengenai kecemasan pernah dilakukan oleh Ningtyas (2011). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan bimbingan kelompok teknik bermain dapat menurunkan kecemasan siswa kelas unggulan dalam mengikuti mata pelajaran eksakta. Penelitian yang dilakukan oleh Irmayanti (2009) menunjukkan hasil bahwa penerapan strategi relaksasi dapat mengurangi kecemasan siswa menjelang ujian. Penelitian tersebut memiliki satu kesamaan yaitu menggambarkan bahwa terdapat siswa yang mengalami kecemasan di sekolah. Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menyerap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Namun, kecemasan yang muncul dapat mengganggu proses belajar siswa. Konsentrasi siswa selama pelajaran berlangsung akan terganggu. Santrock (2009) berpendapat bahwa tingkat kecemasan yang tinggi akan merusak kemampuan siswa dalam berprestasi. Apabila kecemasan berlangsung terus menerus dikhawatirkan akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi ujian akhir semester, BK disekolah perlu berupaya untuk memberikan layanan bantuan kepada siswa. Salah satu upaya untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester adalah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik role playing. 3
Romlah (1989:3) bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang di berikan kepada individu dalam situasi kelompok. Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu yang bermasalah dengan menggunakan situasi kelompok. Melalui bimbingan kelompok siswa dapat saling berbagi pengalaman mengenai masalah yang pernah dialaminya serta cara memecahkan masalah tersebut. Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Romlah (1989) menjelaskan beberapa teknik yang biasa digunakan dalam bimbingan kelompok adalah pemberian informasi, diskusi kelompok, problem solving, homeroom, role playing, karyawisata dan simulasi. Role Playing menurut Hamdani (2011:87) adalah cara penguasaan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa siswa dapat mengkesplorasi kemampuan yang dimiliki dengan cara menghayati tokoh yang diperankannya. Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester adalah dengan menggunakan teknik role playing. Permasalahan yang diangkat mengenai kecemasan dalam menghadapi ujian akhir semester dapat dihayati oleh masingmasing pemeran untuk kemudian didiskusikan secara bersama alternatif pemecahan masalahnya. Uno (2007:26) menjelaskan bahwa bermain peran bermanfaat untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu sikap dan nilai serta untuk mengeksplorasi perasaan. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa melalui role playing siswa dapat mengekspresikan perasaannya secara bebas tanpa khawatir akan terkena sanksi. Siswa dapat memperoleh wawasan dari sikap dan perilaku orang lain dalam menghadapi suatu masalah serta cara pemecahan masalah melalui karakter yang diperankan sehingga dapat diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga dapat membantu mengurangi ketegangan dan kecemasan. Wulanyani (2008) melakukan penelitian dengan judul Role Playing Method Decreases communication Anxiety of Medical Students. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa role playing berhasil menurunkan kecemasan komunikasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Penggunaan Teknik Role Playing untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Semester Siswa 4
Kelas Bilingual SMP N 1 Tawangmangu Tahun Ajaran 2013/2014. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan teknik role playing efektif mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester siswa kelas bilingual SMP N 1 Tawangmangu tahun ajaran 2013/2014? TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan teknik role playing untuk mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester siswa kelas bilingual SMP N 1 Tawangmangu tahun ajaran 2013/2014. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Memberikan wawasan tentang pentingnya teknik role playing untuk mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru BK dalam memberikan layanan bimbingan untuk mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian akhir semester. b. Memberi pelatihan pada siswa tentang teknik role playing untuk mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester. c. Memberi masukkan kepada guru BK/Konselor untuk meningkatkan pelayanan kepada siswa dalam mengatasi masalah kecemasan. PROSEDUR PENELITIAN Penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Menurut Lewin (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:27) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang terdiri dari rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) yang biasa disebut siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap.yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Model penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Perencanaan Langkah pertama dalam kegiatan PTK adalah perencanaan. Perencanaan tidakan perlu dilakukan secara matang dan teliti. Pada tahap perencanaan terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan antara lain menentukan tujuan, topik yang akan dibahas, cara pelaksanaan tindakan dan hasil yang ingin dicapai. Jika siklus I belum mencapai indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu perubahan minimal 50% dari keadaan 5
awal sebelum diberi tindakan, maka subjek akan diberi tindakan selanjutnya yaitu pada siklus II. Pemberian tindakan akan dilakukan hingga indikator keberhasilan tindakan. tercapai. Perencanaan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. a. Menyiapkan pedoman observasi, angket kecemasan, skenario role playing dan menyusun rancangan kegiatan berupa satuan layanan b. Membagi subjek penelitian menjadi dua kelompok c. Menentukan tutor untuk masingmasing kelompok d. Menentukan tema role playing untuk masing-masing kelompok e. Penjelasan mekanisme pelaksanaan role playing oleh peneliti f. Memberikan pelatihan kepada tutor yang berkaitan dengan pelaksanaan role playing 2. Tindakan Pada tahap tindakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan kegiatan role playing. Pelaksanaan tindakan berupa role playing mengacu pada tahap-tahap pelaksanaan role playing menurut Shaftel dan Shaftel (dalam Mulyasa, 2012:183). Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah. a. Persiapan tutor dan peneliti sebelum pelaksanaan role playing b. Penjelasan mengenai role playing oleh peneliti dan pembentukan kelompok c. Membagi skenario kepada pemain d. Tutor dan anggota kelompok mengidentifikasi karakter yang terdapat dalam skenario e. Pembagian peran untuk masingmasing anggota kelompok oleh tutor f. Merencanakan jalannya role playing, menentukan tempat dan waktu pelaksanaan role playing g. Pelaksanaan bermain peran sesuai dengan rencana yang telah dibuat h. Tutor dan peneliti mengamati pelaksanaan role playing i. Diskusi mengenai pelaksanaan role playing dan pemberian evaluasi oleh tutor j. Apabila perlu, pemain memerankan ulang skenario sesuai dengan hasil evaluasi 3. Observasi Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan ketika role playing dan setelah pemberian tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk mengamati perubahan perilaku subjek selama dan setelah diberi tindakan. Selanjutnya, hasil dari observasi direfleksikan untuk mengetahui perubahan perilaku subjek penelitian. 6
4. Refleksi Refleksi adalah suatu kegiatan untuk mengemukakan kembali hal yang telah dilakukan. Jadi, data yang telah diperoleh melalui angket dan observasi dikaji dan dianalisis pada tahap ini. Pengkajian data dimaksudkan untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kekurangan yang terdapat pada tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan sebagai dasar untuk melakukan tindak lanjut. Apabila hasil dari tindakan yang telah dilakukan belum memenuhi target yang sesuai dengan indikator kinerja penelitian maka akan dilakukan tindakan selanjutnya sebagai perbaikan dari tindakan yang telah dilakukan. Apabila hasil tindakan telah mencapai indikator kerja penelitian maka penelitian dihentikan dan dinyatakan berhasil. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti kegiatan role playing adalah siswa yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil angket dan observasi yang telah dianalisis. Dari 24 siswa yang mengisi angket kecemasan dalam menghadapi ujian, terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata. Selanjutnya kedelapan siswa tersebut dipilih sebagai subjek penelitian untuk memperoleh tindakan berupa role playing yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Pelaksanaan kegiatan role playing untuk mengurangi tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian dilaksanakan dalam 2 siklus. Kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi terhadap hasil tindakan yang telah diberikan.pada Siklus I pelaksanaan role playing masih belum maksimal yaitu subjek kurang serius ketika menampilkan drama, kurang menghayati peran, terlihat kurang percaya diri dan pemahaman subjek terhadap pesan yang terkandung dalam drama yang diperankan juga belum maksimal. Hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan pada siklus I belum mencapai target indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan yaitu sebesar 50%. Berdasarkan hal tersebut maka pemberian tindakan dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II, agar indikator keberhasilan penelitian dapat tercapai, maka kekurangan yang terdapat pada siklus I diperbaiki. Melalui perbaikan yang dilakukan, pelaksanaan role playing pada siklus II berlangsung lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan role playing pada siklus I. Pada pelaksanaan role playing pada siklus II subjek nampak serius dan aktif dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan. Subjek sudah 7
mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya masing-masing, mampu tampil lebih percaya diri dan lebih menghayati peran yang dibawakan. Pesan yang terdapat dalam drama dapat tersampaikan dengan baik sehingga subjek dapat mengaitkan pengalaman yang diperolehnya melalui role playing untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan role playing yang diberikan kepada 8 siswa terbukti efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan siswa. Hal tersebut didasarkan pada hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pada subjek setelah dilakukan tindakan. Hasil nilai rata-rata pra tindakan yang diperoleh keseluhan subjek penelitian adalah 69.93. Setelah diberi tindakan pada siklus I, nilai rata-rata keseluruhan subjek adalah 53.98 dan nilai rata-rata pada siklus II adalah 33.84. Besar persentase perubahan perilaku pada siklus I sebesar -22.67% dan pada siklus II sebesar -51.60 %. Berdasarkan pada persentase perubahan perilaku pada siklus II tersebut yang menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai. Berdasar analisis yang dilakukan, subjek mengalami perubahan tingkah laku. Pada awalnya subjek sering menengok ke arah teman-temannya ketika mengerjakan soal, terlihat tegang, gelisah, sering menggerakkan tangan atau kaki secara berlebihan. Perubahan pada subjek secara keseluruhan ditunjukkan melalui perilaku subjek yang mulai percaya diri, tenang, fokus dalam mengerjakan soal. Ketika pelaksanaan role playing subjek yang awalnya kurang fokus dan kurang menghayati menjadi lebih serius dalam mengikuti kegiatan dan lebih ekspresif dalam memerankan karakter tokoh dalam drama. Selain itu, pesan di dalam cerita yang diperankan dapat tersampaikan dengan baik. Hasil penelitian tindakan menunjukkan bahwa role playing dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi ujian akhir semester. Hal tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulanyani (2008) yang menunjukkan bahwa role playing berhasil menurunkan kecemasan komunikasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dimaknai bahwa melalui role playing individu yang mengalami kecemasan dapat bebas berbagi pengalaman, perasaannya, melepaskan segala tekanan yang dihadapi dengan memerankan tokoh dalam cerita, memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan dapat belajar untuk mengidentifikasi suatu masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Melalui pesan yang terkandung di dalam cerita individu dapat mengaitkannya dengan masalah 8
yang sedang dihadapinya untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik role playing efektif untuk mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester siswa kelas bilingual SMP N 1 Tawangmangu tahun ajaran 2013/2014. Penelitian tindakan terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Skor rata-rata pretest subjek sebesar 69.93 setelah subjek diberi tindakan pada siklus I mengalami penurunan menjadi 53.98 dan pada siklus II menjadi 33.84. Secara persentase, pada siklus I persentase perubahan perilaku pada subjek sebesar 22.67%. Hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan sebesar 50%, sehingga perlu dilaksanakan tindakan siklus II. Persentase hasil tindakan pada siklus II sebesar 51.60%. Hal tersebut telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Hasil analisis klinis juga menunjukkan bahwa subjek telah mengalami perubahan perilaku. Pada awalnya subjek nampak cemas dalam mmenghadapi ujian setelah diberi tindakan, perilaku subjek yang menunjukkan bahwa subjek mengalami kecemasan menjadi berkurang. Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa teknik role playing efektif untuk mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian akhir semester siswa kelas bilingual SMP N 1 Tawangmangu tahun ajaran 2013/2014. IMPLIKASI Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas maka dapat implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Teknik role playing dapat digunakan sebagai alternatif dalam memberikan bantuan kepada siswa untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi ujian. 2. Teknik role playing dapat membantu siswa untuk bebas berbagi pengalaman, mengekspresikan perasaan, melepaskan segala tekanan yang dihadapi dengan memerankan tokoh dalam cerita, meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi suatu masalah beserta cara untuk menyelesaikannya. Melalui pesan yang terkandung di dalam cerita siswa dapat mengaitkannya dengan masalah yang sedang dihadapinya untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Teknik role playing dapat dijadikan sebagai alternatif guru BK dalam memberikan layanan kepada siswa 9
SARAN Berdasarkan simpulan dan implikasi diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut: 1. Kepada Guru BK a. Guru BK diharapkan menggunakan teknik role playing sebagai salah satu variasi dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dalam rangka membantu siswa mengatasi masalah kecemasan b. Guru BK diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan layanan sehingga siswa merasa tertarik dan tidak bosan dalam mengikuti layanan BK 2. Kepada Siswa a. Siswa diharapkan berpartisipasi aktif dan serius dalam mengikuti layanan BK yang diberikan oleh guru b. Siswa diharapkan dapat mempersiapkan diri secara matang dalam menghadapi ujian akhir semester sehingga dapat mengurangi kecemasan dalam dirinya 3. Kepada Peneliti Lain a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan materi role playing dengan permasalahan yang bersifat aktual b. Peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis hendaknya mengambil subjek penelitian pada kelompok yang berbeda sehingga hasil yang diperoleh lebih bervariasi DAFTAR PUSTAKA Apriatin, M.B. 2013. Perbedaan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS Bilingual dengan Reguler pada Mata Pelajaran Ekonomi di MAN Malang II Kota Batu. Diperoleh 1 Agustus 2013, dari http://karya-ilmiah.um.ac.id/ index.php/ ekonomipembangunan/article/view/25169. Astuti, E.S. dan Resminingsih. 2010. Bahan Dasar untuk pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Satuan Pendidikan Menengah. Jakarta: PT Grasindo. Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia. Halgin, R.P. dan Whitbourne, S.K. 2009. Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Irmayanti, D.F. dan Warsito, Hadi. 2009. Penerapan Strategi relaksasi Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Menjelang Ujian, 10 (2). Diperoleh 21 Februari 2013, dari http://ppb.jurnal.unesa.ac.id. Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 10
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., dan Greene, Baverly. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Ningtyas, R.E. 2011. Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik Bermain untuk Membantu Mengurangi Tingkat Kecemasan dalam Mengikuti Mata Pelajaran Eksakta, 12 (1). Diperoleh 21 Februari 2013, dari http://ppb.jurnal.unesa.ac.id. Ormrod, Jeanne E. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga. Romlah, Tatiek. 1989. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Jakarta: Dirjen Dikti. Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Uno, H.B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wulanyani, Ni Made Swasti. 2008. Role Playing Method Decreases Communication Anxietyof Medical Students, 23 (4). Diperoleh 24 Juli 2013, dari http://isjd.pdii.lipi.go.id 11