IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa Desa Citapen telah menjadikan cabai merah keriting sebagai komoditas unggulan dimana hal ini di dukung oleh kondisi geografis yang cocok untuk pertumbuhan cabai merah keriting. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Mei 2011 sampai dengan Juli 2011 dikarenakan pada bulan-bulan tersebut sedang musim panen cabai merah keriting. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) dan wawancara langsung di lapangan dengan petani responden. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh para petani baik dari kegiatan budidaya sampai pada tahap pemasaran. Pengambilan data yang diperoleh melalui data primer, menurut waktu penggunaannya adalah menggunakan jenis data cross section dimana data yang diambil adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu, yaitu data yang diambil dari petani cabai merah keriting yang melakukan musim tanam Oktober 2010 sampai dengan Januari 2011. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari laporan atau catatan setiap petani, Perpustakaan Pertanian Kota Bogor, BP3K Kecamatan Ciawi, Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor, artikel dan literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan serta catatan atau laporan dari Gapoktan Rukun Tani yang terletak di Desa Citapen. 4.3 Metode Pengambilan Responden Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani cabai merah keriting Desa Citapen yang membudidayakan cabai merah keriting pada msim tanam Oktober 2010 sampai dengan Januari 2011. Pemilihan petani 32
responden pertama diperoleh melalui informasi dari Ketua Gapoktan Rukun Tani yang ada di Desa Citapen. Sedangkan untuk petani responden selanjutnya dilakukan dengan metode snowball sampling, yaitu responden dipilih melalui rekomendasi dan saran dari responden sebelumnya, yang diambil sesuai dengan kriteria sebaran normal yakni sebanyak 30 petani. Metode ini dilakukan karena tidak terdapat data mengenai daftar petani cabai merah keriting yang ada di Desa Citapen. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (obsevasi) dan metode kuesioner. Pengamatan langsung (observasi) dilakukan dengan mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan budidaya cabai merah keriting yang berlangsungnya di lokasi penelitian. Peneliti juga melakukan wawancara dengan para petani dan ketua Gapoktan Rukun Tani untuk mengetahui sistem budidaya cabai merah keriting. 4.5. Metode Analisis Data Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk deskriptif tabulasi dan statistik sederhana dengan bantuan Microsof Office Excel dan bantuan Minitab versi 15. 4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani Menurut Rahim dan Hastuti (2008) biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan dan peternak) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, dimana pendapatan dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar pengeluaran tunai yang dibutuhkan petani untuk mejalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya 33
pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus : - Pendapatan (π) = TR - TC - Pendapatan (π) = (P Q) (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan) dimana : TR = Total Penerimaan TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan 4.5.2 Analisis R/C Setelah melakukan analisis penerimaan dan biaya usahatani selanjutnya akan dianalisis efisiensi usahatani dengan menggunakan analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C). Analisis R/C bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha tertentu (dihitung selama satu periode) cukup menguntungkan. R/C meliputi R/C tunai dan R/C total, R/C tunai merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya tunai sedangkan R/C total merupakan perbandingan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Formulasi rumus sebagai berikut : Penerimaan Total R/C = = Biaya Total dimana : Q P = Total Produksi (Kg) = Harga Jual Produk (Rp) BT = Biaya Tunai (Rp) BD = Biaya Diperhitungkan (Rp) Q P BT + BD Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya. Apabila nilai R/C > 1 maka usahatani yang dilakukan menguntungkan, namun sebaliknya apabila nilai R/C < 1 maka usahatani yang dilakukan tidak mendatangkan keuntungan atau rugi. 4.5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting Penelitian ini menganalisis fungsi produksi dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglass. Menurut Soekartawi dalam Rahim A dan Hastuti RDR 34
(2008) fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent variable dan variabel tidak bebas/dependent variable). Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan tersebut antara lain 1). tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite) 2). dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies), ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglass yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan; dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut 3). tiap variabel x adalah perfect competition 4). perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan. Pemilihan model fungsi produksi Cobb-Douglass pada penelitian ini didasari dengan alasan 1). bahwa penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain 2). hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas 3). besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale. Pada fungsi produksi Cobb- Douglass, untuk menganalisi hubungan antara faktor-faktor produksi digunakan alat analisis regresi dengan Ordinary Least Square (OLS). Metode ini digunakan untuk menguji nilai F-hitung, t-hitung dan R 2. Oleh karena itu, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS, meliputi multikolinieritas, homosdekisitas dan normalitas error. Apabila asumsi tesebut dapat dipenuhi maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias (Gujarati 1978 dalam Nurmala, 2011). Adapun tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi adalah sebagai berikut : 35
1. Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat Identifikasi variabel dengan mendaftarkan faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam usahatani cabai merah keriting. Variabel yang menjadi variabel dependent (variabel yang dipengaruhi) adalah produksi cabai merah keriting. Faktor-faktor produksi yang digunakan oleh petani Desa Citapen dalam usahatani cabai merah keriting, antara lain benih, pupuk kandang, Kapur, NPK, ZA, SP-36, KCL, pestisida, nutrisi dan tenaga kerja, dimana dari faktor-faktor produksi tersebut tidak seluruhnya dijadikan sebagai variabel independent (variabel yang mempengaruhi). Adapun variabel yang diduga menjadi variabel independent (variabel yang mempengaruhi) antara lain benih benih, pupuk kandang, NPK, SP-36, KCL, pestisida, nutrisi dan tenaga kerja. Variabel independent tersebut ditentukan berdasarkan pada penggunaan input yang digunakan oleh 30 petani responden, artinya dari seluruh petani responden tidak ada satu pun petani yang tidak menggunakan input-input produksi tersebut. Sedangkan untuk input produksi kapur dan pupuk kimia ZA tidak termasuk ke dalam model fungsi produksi. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kapur dan pupuk kimia ZA tidak dimasukkan kedalam model, dikarenakan kapur dan pupuk kimia ZA jarang digunakan oleh petani responden, dimana hanya ada 11 orang petani responden yang menggunakan kapur dan untuk pupuk kimia ZA hanya digunakan oleh delapan orang petani responden, sehingga untuk petani responden yang tidak menggunakan input produksi kapur dan pupuk kimia ZA bernilai nol. Kondisi ini tidak memenuhi salah satu persyaratan dalam menganalisis fungsi produksi Cobb Douglas, dimana menurut Soekartawi (1990) bahwa salah satu syarat dalam menganalisis fungsi produksi Cobb Douglas adalah tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui. 2. Analisis Regresi Secara matematis, persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut : Y = ax b1 1 X 2 b 2 X 3 b 3...X bn n e u dimana : 36
Y = Variabel yang dijelaskan (variabel dependent) X = Variabel yang menjelaskan (variabel independent) a,b= Besaran yang akan diduga u = kesalahan e = Logaritma natural (e = 2,718) Fungsi produksi Cobb-Douglass dapat diubah menjadi bentuk regresi linier, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Ln Y = ln a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + b 3 ln X 3 + b 4 ln X 4 + b 5 ln X 5 + b 6 ln X 6 + b 7 ln X 7 + b 8 ln X 8 + u dimana : Y = produksi cabai merah keriting (Kg) a = konstanta b 1... b 8 = koefisien arah regresi masing-masing variabel bebas X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 u = benih cabai merah keriting (gr) = pupuk kandang (Kg) = pupuk NPK (Kg) = pupuk SP-36 (Kg) = pupuk KCL (Kg) = pestisida (Lt) = nutrisi (Lt) = tenaga kerja = Gangguan stokhastik atau kesalahan Dengan menggunakan regresi linier ini maka akan diperoleh besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan R 2. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas (X n ) yang dipakai, secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila hasilnya menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka parameter yang di uji tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas, namun apabila nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel, maka parameter tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan yaitu X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, X 6, X 7, X 8 secara bersama-sama berpengaruh 37
nyata terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila hasil dari F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka parameter bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas, dan sebaliknya. Koefisien determinasi (R 2 ) adalah besaran yang dipakai untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman determinasi semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaman hasil produksi dapat dijelaskan oleh faktor produksinya. 3. Pengujian Hipotesa Pengujian hipotesa ini dilakukan untuk hasil dari model fungsi produksi yang dihasilkan dari pengolahan data, pengujian yang dilakukan yaitu : a. Pengujian terhadap Model penduga Pengujian terhadap model penduga dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak atau tidak untuk menduga parameter dan fungsi produksi. Prosedur untuk mengevaluasi model penduga dilakukan melalui kriteria : Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian (goodness of fit) model dugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien determinasi (R 2 ) mengukur besaranya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1- R 2 ) dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R 2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent, atau dengan kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi. Koefisien determinasi melihat sampai sejauh mana besar keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas (X) terhadap parameter tidak bebas (Y). Uji Signifikansi Model Penduga Pemeriksaan akurasi model dugaan, disamping menggunakan ukuran deskriptif melalui koefisien determinasi (R 2 ), juga dibutuhkan pemeriksaan melalui inferensia statistika yakni uji signifikansi model penduga. Hasil uji signifikansi model dugaan, dapat dilihat di bagian Analysis of Variance, yaitu pada nilai F. Adapun kriteria pengujiannya adalah dengan 38
membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel, yaitu apabila nilai F- hitung > F-tabel (n-k-1) pada taraf nyata α maka disimpulkan secara bersama-sama variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi, begitu juga sebaliknya apabila nilai F-hitung < F-tabel (n-k-1) pada taraf nyata α maka disimpulkan variabel yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Uji untuk Masing-masing Parameter Apabila model dugaan disimpulkan signifikan, maka perlu perlu diperiksa lebih lanjut, variabel bebas mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. t hitung > t-tabel (α, n-k-1), maka tolak H 0 t hitung < t-tabel (α, n-k-1), maka terima H 0 dimana : n = jumlah variabel k = jumlah data Jika H 0 ditolak, maka variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi) dan sebaliknya bila terima H 0 maka variable bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi). Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria jika nilai P-value < α, maka variabel yang di uji (faktor produksi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi) dan sebaliknya apabila P-value > α, maka variabel yang di uji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Asumsi OLS Metode pendugaan OLS bersifat BLUE, bila asumsi OLS terpenuhi. Adapun asumsi OLS yang dimaksud adalah : 1) Model linier dalam koefisien (parameter) 2) Tidak terdapat Multikolinier diantara variabel bebas, dimana untuk menguji adanya multikolinieritas, diantaranya menggunakan kriteria Variance Inflation Factor variabel independent ke-j (VIFxj). Apabila nilai VIFxj lebih besar dari 10, maka disimpulkan terdapat masalah multikolinieritas diantara variabel independent. 39
3) Komponen Error tidak berpola (acak/random), menyebar normal dengan nilai tengah nol dan ragamnya homogen (Homoskedisitas). b. Hipotesis Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk melaksanakan penelitian adalah bahwa semua faktor produksi yaitu benih (X 1 ), pupuk kandang (X 2 ), NPK (X 3 ), SP-36 (X 4 ), KCL(X 5 ), pestisida (X 6 ), nutrisi (X 7 ), dan tenaga kerja (X 8 ) memiliki nilai koefisien regresi positif dan berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi cabai merah keriting. 4.6 Definisi Operasional 1. Petani cabai merah keriting, adalah petani yang melakukan budidaya tanaman cabai merah keriting, memproduksi dan melakukan penjualan cabai merah keriting. 2. Luas lahan garapan, adalah luas areal usahatani cabai merah keriting yang merupakan lahan yang dipakai untuk menanam cabai keriting dengan tanaman tumpangsari dalam satuan hektar. 3. Modal, adalah barang ekonomi berupa lahan, bangunan, alat-alat dan mesin tanaman di lapangan, sarana produksi dan uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan cabai merah keriting diukur dalam satuan rupiah. 4. Tenaga kerja, adalah yang digunakan dalam proses produksi baik untuk persiapan bibit, pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan hari orang kerja (HOK). 5. Produksi total, adalah hasil cabai merah keriting yang didapat dari luas lahan tertentu, diukur dalam satuan kilogram. 6. Biaya tunai, adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk, bibit, insektisida dan pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga dan lain-lain dalam satuan rupiah. 7. Biaya yang diperhitungkan, adalah pengeluaran unutk pemakaian input milik sendiri dan pembayaran upah tenaga kerja untuk keluarga, berdasarkan tingkat upah yang berlaku. 40
8. Biaya total, merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. 9. Harga produk, adalah harga cabai merah keriting ditingkat petani dalam satu musim panen. Satuan yang digunakan adalah rupiah per kilogram. 10. Penerimaan usahatani, merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Satuan yang dipakai adalah rupiah. 11. Pendapatan usahatani, merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani. Karena ada dua macam biaya, maka perhitungan pendapatan dilakukan atas biaya tunai dan biaya toatal. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih penerimaan usahatani dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya total. 12. Produktivitas adalah hasil yang diperoleh per luas lahan, diukur dalam kilogram perluas lahan. 13. Harga Tingkat Petani, adalah harga transaksi yang dilakukan antara petani dan pembeli/tengkulak di lokasi produk dihasilkan. 14. Harga Eceran/ Harga Konsumen, adalah harga transaksi antara penjual dan pembeli untuk setiap cabai merah yang diecerkan. 41