BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. belajar matematika adalah pemahaman konsep. Kemampuan pemahaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah sebagai teknik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2000) dalam jurnal psikologi (2009) persepsi sebagai

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi di MAN Blangpidie

Oleh: Guru Besar Universita Riau

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. cenderung memasuki era globalisasi. Tuntutan layanan profesional

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS. ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasibatun Umul Khairat, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/

KONTRIBUSI PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia yang terus berkembang. Perkembangan tersebut terjadi di segala

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Septiana Fajrin, 2015

IMPLEMENTASI MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GROBOGAN SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK MENGUBAH PECAHAN MENJADI PERSEN DAN DESIMAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga untuk mengantisipasi kelemahan pembelajaran konvensional, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Prinsip Pemelajaran KBK

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARCS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKN SISWA KELAS X IPS3 SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

Pembelajaran merupakan proses interaksi dan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan. Undang-Undang tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Kompetensi Dasar. Menerapkan kemampuan dasar mengajar dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan Dasar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

Juli Mania Sembiring 1, Edy Surya 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemahaman siswa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada umumnya, pemandangan dalam kelas menunjukkan gambaran yang sangat kompleks, yang terdiri dari berbagai jenis kepribadian, potensi, latar belakang kehidupan, serta masalah belajar. Gambaran tersebut akan terasa lebih kompleks karena seorang pengajar juga membawa aneka ragam kepribadian, selera, serta berbagai resep yang diperoleh dari pengalaman mereka mengajar sebelumnya. Sebagai seorang pengajar harus dapat memotivasi belajar pelajar dalam segala situasi. Seorang pengajar harus mempunyai metode tersendiri untuk memberikan dorongan pada pelajar agar mereka mau berubah dan mampu mencapai hasil yang memuaskan karena guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran untuk memberikan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Mengingat kemampuan daya tangkap dan motivasi belajar siswa yang berbeda-beda, guru harus pandai memilih srategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan keadaan kelasnya. Metode yang dilakukan dengan menggunakan prinsip dasar motivasi, yaitu bahwa setiap orang hanya mau mempelajari hal-hal yang menarik perhatiannya saja dan apa manfaatnya bagi dirinya. Agar belajar menjadi menarik dan bermanfaat ialah dengan mengikutsertakan pelajar dalam memilih, menyusun rencana, dan ikut terjun pada situasi belajar. Konsekuensinya adalah pelajar dapat merasakan suatu tingkat pencapaian kekuatan dan penguasaan dalam belajar dan kemudian bertanggung jawab untuk melakukan rencana yang telah mereka susun itu. Pentingnya motivasi kepada pelajar merupakan hal yang perlu diketahui oleh para pengajar. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sebagai seorang pengajar sangatlah penting untuk dapat memotivasi para pelajar. Dalam kegiatan belajar bagi si pelajar itu sendiri motivasi sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses pembelajaran. Disinilah tugas seorang pengajar sebagai

motivator si pelajar agar lebih termotivasi untuk belajar di dalam kelas. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai penggagas model teori motivasi ARCS, model teori motivasi ARCS, serta contoh penerapan ARCS model dalam pembelajaran matematika. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah tersebut adalah: Siapa penggagas model teori motivasi ARCS? Bagaimana model teori motivasi ARCS? Bagaimana penerapan ARCS model dalam pembelajaran matematika? 2. Teori ARCS Model Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Model pembelajaran ini berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:28) motivasi sangat penting dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan terjadi peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut. ARCS sendiri adalah akronim dari bentuk sikap siswa yakni attention(perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan). Menurut Awoniyi, dkk (1997:30) model pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut: 1. Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa

2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik 3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa 4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik 5. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif Selanjutnya Awoniyi, dkk (1997:31) menjelaskan bahwa selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan. Kekurangan model pembelajaran ARCS ini yaitu: 1. Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif 2. Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan penilaian 2.3.2 Komponen Model Pembelajaran ARCS Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, model pembelajaran ARCS terdiri dari empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran ARCS tersebut yaitu sebagai berikut: A. Attention (perhatian) Perhatian adalah bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi/ pemusatan pikiran dalam menghadapi siswa dalam peristiwa proses belajar mengajar di kelas. Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat momentain yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari (WS. Winkel, 100). Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Gangguan belajar siswa ini biasanya bersumber dari dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri siswa dan faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa. Perhatian diharapkan dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok

bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Menurut Keller (1987) strategi untuk menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai berikut: 1) Gunakan metode penyampaian dalam proses pembelajaran yang bervariasi (kelas, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demontrasi, studi kasus). 2) Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi penyampaian materi pembelajaran. 3) Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran. 4) Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan. 5) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. B. Relevance (relevan) Relevance yang dimaksud di sini dapat diartikan sebagai keterkaitan atau kesesuaian antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari keterkaitan atau kesesuaian ini otomatis dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyai manfaat langsung secara pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya.suciati dan udin syarifuddin winatasyaputra (R. Angkowo dan A. Kosasi, 2007:40-41) mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi adalah sebagai berikut: 1) Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran ini berarti guru harus menjelaskan tujuan instruksional. 2) Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti. 3) Berikan contoh, latihan atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi siswa. C. Confidence (percaya diri) Demi membangkitkan kesadaran yang kuat di dalam proses belajar mengajar siswa yang selama ini lebih banyak dikuasai guru (teacher s centered) dan lebih memproduk penghafal

kata-kata bukan pada kemampuan bagaimana belajar dan akhirnya setelah siswa tamat tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak ada kemampuan problem solving di tengah masyarakat yang plural heterogen dan banyak masalah, maka guru harus menggunakan strategi yang efektif. Menurut Keller (1987) strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa, misalnya dengan menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah dipahami, di urutkan dari materi yang mudah ke sukar. Dengan demikian, siswa merasa mengalami keberhasilan sejak awal proses pembelajaran. 2) Susunlah kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus. 3) Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan. 4) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri. 5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menganggap siswa telah memahami konsep ini dengan baik serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu dikembangkan. 6) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini D. Satisfaction (kepuasan) Kepuasan yang dimaksud di sini adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat belajar diantaranya dengan: 1) Mengucapkan baik, bagus dan seterusnya bila peserta didik menjawab /mengajukan pertanyaan. 2) Memuji dan memberi dorongan, dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang simanatik atas partisipasi siswa. 3) Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.

4) Memberi pengarahan sederhana agar siswa memberi jawaban yang benar. (Keller, 1987) 2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran ARCS Adapun langkah-langkah model pembelajaran ARCS adalah sebagai berikut: 1) Mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu materi pelajaran yang akan disajikan. 2) Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R) Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa dapat menangkap tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui hubungan atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa tersebut. 3) Menyampaikan materi pelajaran (R) Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat memotivasi siswa yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan menarik sehingga dapat menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa; memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa; menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun mengerjakan soal/latihan; dan menciptakan rasa puas di dalam diri siswa dengan cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja siswa. 4) Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R) Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Adapun manfaat yang didapatkan dari penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah memahami materi yang disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian

siswa (attention) dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance). 5) Memberi bimbingan belajar (R) Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga bermanfaat bagi siswa-siswa yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga siswa-siswa tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan. 6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (C dan S) Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini, siswa akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berparisipasi dalam pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri siswa dan akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. 7) Memberi umpan balik (S) Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara aktif menanggapi feedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa. 8) Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran (S) Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat menciptakan rasa puas di dalam diri siswa.