BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2000) dalam jurnal psikologi (2009) persepsi sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2000) dalam jurnal psikologi (2009) persepsi sebagai"

Transkripsi

1 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Menurut Kotler (2000) dalam jurnal psikologi (2009) persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan rrgambaran keseluruhan yang berarti. Adapun Robbins (2003) dalam jurnal psikologi (2009) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005) dalam jurnal psikologi (2009).

2 11 Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti. 2. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi Alport dalam jurnal psikologi (2009) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Walgito dalam jurnal psikologi (2009) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut: a. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia. b. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.

3 12 c. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor. d. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu: a. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada. b. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi. c. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu. Menurut Newcomb dalam jurnal psikologi (2009), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu: a. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda. b. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.

4 13 c. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Thoha (1993) dalam jurnal psikologi (2009) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik. Dijelaskan oleh Robbins (2003) dalam jurnal psikologi (2009) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari : a. Pelaku persepsi (perceiver) b. Objek atau yang dipersepsikan c. Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh

5 14 pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003). Gilmer dalam jurnal psikologi (2009) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu. Dalam kenyataannya situasi dan stimulus yang sama, dapat dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang. Hal ini terjadi karena setiap orang memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda (Milton 1981:23). Selain itu persepsi dipelajari berdasarkan kegunaan dan kepentingan dirinya. Untuk itu seseorang akan memiliki stimulus sesuai dengan kebutuhannya. Proses pemilihan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Faktor Internal Beberapa faktor dalam diri seseorang mempengaruhi proses persepsi antara lain kebutuhan, motivasi, proses belajar dan kepribadian. Semua faktor yang ada dalam diri individu membentuk adanya perhatian terhadap suatu objek

6 15 sehingga menimbulkan adanya persepsi. Hal ini berdasarkan kompleksitas fungsi psikologis. b. Faktor Eksternal Faktor dari luar yang terjadi dari pengaruh lingkungan adalah Intensitas Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus luar, semakin besar juga perhatian pada stimulus tersebut. Keberlawanan atau kontras Prinsip ini menyatakan bahwa stimulus atau suatu hal yang berlawanan biasanya akan banyak menarik perhatian Pengulangan Situasi stimulus yang sering diulang-ulang akan mendapat perhatian yang lebih besar Hal yang baru Suatu hal atau stimulus yang belum pernah diketahui atau dilihat akan lebih menimbulkan keinginan untuk lebih diperhatikan. c. Faktor Situasi Aspek situasi yang ada dalam organisasi kerja merupakan iklim atau kultur organisasi yang memiliki kaitan dalam proses perceptual seperti posisi pekerjaan, lingkungan organisasi, manajemen organisasi, mempengaruhi seseorang terhadap konsep-konsep kerja misalnya kebijaksanaan organisasi

7 16 mendukung seseorang untuk dapat menerapkan konsep atau nilai kerja tertentu, maka akan semakin tumbuh nilai positif tentang konsep tersebut. Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor kebutuhan, motivasi, proses belajar dan kepribadian. 4. Aspek-aspek Persepsi Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport dalam jurnal psikologi (2009) ada tiga yaitu: a. Komponen kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. b. Komponen Afektif Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. c. Komponen Konatif Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Baron dan Byrne, juga Myers dalam jurnal psikologi (2009) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:

8 17 a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Rokeach dalam jurnal psikologi (2009) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku. Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan

9 18 lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut. B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Dalam Oemar Hamalik (65:2003) Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Komponen-komponen motivasi Motivasi memiliki dua komponen, yakni : komponen dalam (inner component). komponen dalam adalah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah tingkah lakunya, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hedak dicapai. Fungsi Motivasi Fungsi motivasi adalah : a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan/tindakan/ b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah,artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan c. Motivasi berfungsi sebaai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

10 19 2. Jenis-jenis Motivasi Berdasarkan pengertian di atas dan analisa tentang motivasi yang telah dibahas diatas, maka dapat dibagi menjadi dua jenis : a. Motivasi intrinstik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi kerja dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan staf. Motivasi ini sering juga disebutka motivasi murni, yakni motivasi yang sebenarnya, yang timbul dalam diri sendiri tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik bersifat nyata dan motivasi sesungguhnya atau disebut istilah : Sound motivation Jenis motivasi ini timbul dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan dalam diri sendiri b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan sebab tidak semua pekerjaan dapat menarik minat bawahan atau sesuai dengan kebutuhannya. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan tau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Menurut Maslow dan Rogers dalam (Dimiyati, 2006) mengakui pentingnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Maslow setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasikan diri. Ciri tersebut adalah

11 20 Berkemampuan mengamati suatu realitas secara efisien, apa adanya, dan terbatas dari subjektivitas Dapat menerima diri sendiri dan orang lain secara wajar Berperilaku spontan, sederhana, dan wajar Terpusat pada masalah atau tugasnya Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi Memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaannya ; ia mampu mendisiplinkan diri, aktif, dan bertanggung jawab atas dirinya. Penghormatan berlebihan, pemberian status, popularitas dianggap kurang penting dibandingkan dengan perkembangan diri Dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah Dapat mengalami pengalaman puncak, seperti terwujud dalam kreativitas, penemuan, kegiatan intelektual, dan kegiatan persahabatan Memiliki rasa ketertarikan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi Dapat menjalani hubungan pribadi yang wajar Memiliki watak terbuka dan bebas prasangka Memiliki standar kesusilaan yang tinggi Memiliki rasa humor terpelajar Memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti dalam pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup Memiliki otonomi yang tinggi

12 21 3. Teori Motivasi Model ARCS keller Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987) pada teori motivasi ARCS (2010). Model pembelajaran ini berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:28) pada teori motivasi ARCS (2010) motivasi sangat penting dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan terjadi peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut. Sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa guna meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum, maka penerapan model pembelajaran ARCS ini sangat efektif dipergunakan karena model pembelajaran ARCS ini disesuaikan dengan kebutuhan ataupun minat siswa. ARCS sendiri adalah akronim dari bentuk sikap siswa yakni attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan). Jadi, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan perhatian siswa,

13 22 menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa tersebut. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehinga mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara optimal dengan memotivasi diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Awoniyi, dkk (1997:30) pada teori motivasi ARCS (2010) model pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut: Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif Selanjutnya Awoniyi, dkk (1997:31) menjelaskan bahwa selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan. Kekurangan model pembelajaran ARCS ini yaitu: Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif

14 23 Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan penilaian a. Komponen Model Pembelajaran ARCS Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, model pembelajaran ARCS terdiri dari empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran ARCS tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Attention (perhatian) Perhatian adalah bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi/ pemusatan pikiran dalam menghadapi siswa dalam peristiwa proses belajar mengajar di kelas. Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat momentain yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari (WS. Winkel, 100) pada teori motivasi ARCS (2010). Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Gangguan belajar siswa ini biasanya bersumber dari dua faktor yaitu faktor eksternel dan faktor internal. Faktor internal yaitu faktor dari luar diri siswa dan faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa. Perhatian diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok bahasan tertentu

15 24 dan merasa senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Menurut Keller (1987) pada teori motivasi ARCS (2010) strategi untuk menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai berikut: Gunakan metode penyampaian dalam proes pembelajaran yang bervariasi (kelas, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demontrasi, studi kasus). Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi penyampaian materi pembelajaran. Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran. Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. 2. Relevance (relevan) Relevance yang dimaksud di sini dapat diartikan sebagai keterkaitan atau kesesuaian antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari keterkaitan atau kesesuaian ini otomatis dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya.suciati dan udin syarifuddin winatasyaputra (R.

16 25 Angkowo dan A. Kosasi, (2007:40-41) pada teori motivasi ARCS (2010) mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi adalah sebagai berikut: Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan intruksional. Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti. Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi siswa. 3. Confidence (percaya diri) Demi membangkitkan kesadaran yang kuat di dalam proses belajar mengajar siswa yang selama ini lebih banyak dikuasai guru (teacher s centered) dan lebih memproduk penghafal kata-kata bukan pada kemampuan bagaimana belajar dan akhirnya setelah siswa tamat tidak bisa berbuat apaapa dan tidak ada kemampuan problem solving di tengah masyarakat yang plural heterogen dan banyak masalah, maka guru harus menggunakan strategi yang efektif. Menurut Keller (1987) pada teori motivasi ARCS (2010) strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa adalah sebagai berikut:

17 26 Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa, misal dengan menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di urutkan dari materi yang mudah ke sukar. Dengan demikian, siswa merasa mengalami keberhasilan sejak awal proses pembelajaran. Susunlah kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus. Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menganggap siswa telah memahami konsep ini dengan baik serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu dikembangkan. Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini

18 27 4. Satisfaction (kepuasan) Kepuasan yang dimaksud di sini adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat belajar C. Persepsi dan Motivasi Walgito (1993) dalam jurnal psikologi (2009) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Gilmer dalam jurnal psikologi (2009) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat subyektif yang

19 28 mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. Senada dengan pendapat Milton 1981:23. persepsi dipelajari berdasarkan kegunaan dan kepentingan dirinya. Untuk itu seseorang akan memiliki stimulus sesuai dengan kebutuhannya. Proses pemilihan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Faktor Internal Beberapa faktor dalam diri seseorang mempengaruhi proses persepsi antara lain kebutuhan, motivasi, proses belajar dan kepribadian. Semua faktor yang ada dalam diri individu membentuk adanya perhatian terhadap suatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi. Hal ini berdasarkan kompleksitas fungsi psikologis. 2. Faktor Eksternal 3. Faktor Situasi Begitu pula penelitian yang di lakukan oleh Deddy (2007:198) Motivasi merupakan satu faktor internal yang penting. Dua orang bujangan yang tidak saling mengenal di sebuah pesta pernikahan, satu sedang menganggur dan satunya lagi sudah mapan namun sudah kebelet untuk punya istri, akan mempersepsi seorang wanita menarik yang sedang membicarakan pekerjaan kantornya dengan cara yang berlainan. Si penganggur akan cenderung tertarik pada pekerjaannya, berharap siapa tahu wanita itu dapat membantunnya memperoleh pekerjaan di kantornya. Sedangkan peria yang satunya lagi cenderung tertarik pada penampilannya yang mungkin ia anggap sebagai calon ideal untuk menjadi

20 29 istrinya. Ketika kita menghadiri suatu pertemuan di kantor, keseriusan kita mengikuti acara tersebut juga bergantung pada motivasi kita. Bila pembicaraan mengupas masalah kenaikan pangkat atau kenaikan gaji yang merupakan kepentingan kita, kita mungkin memperhatikan pembicaraan tersebut. Namun bila pada saat yang sama, istri anda sedang hamil tua dan bayi yang dikandungnya bisa lahir setiap saat, kemungkinan perhatian anda akan terpecah. Berdasarkan hal tersebut salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi sesorang yaitu motivasi yang ada dalam masing-masing individu, sehingga kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. D. Pendidikan dan Pelatihan 1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan Pelatihan (disingkat dengan Diklat) adalah suatu proses penyampaian pengetahuan dan keterampilan serta pembinaan sikap dan kepribadian peserta latih (tenaga kerja) yang dilaksanakan secara terbimbing dan terpadu oleh pelatih/widyaiswara yang telah berpengalaman dan kompeten serta memiliki kualitas dalam jangka waktu tertentu. Pelatihan atau training, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelajaran unutk membiasakan atau memperoleh suatu keterampilan. Pengertian ini mengandung arti bahwa pelatihan erat kaitannya dengan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Ini tergambar dalam pengertian pelatihan yang dikemukakan Flippo (1961) dalam Ikka Kartika (2006:8), bahwa pada dasarnya pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

21 30 Lebih jauh lagi Mills (1973) menjelaskan bahwa pelatihan yang dibarengi dengan penuh pengertian merupakan pendidikan lanjutan dan menjadi dasar yang lebih luas sehingga pekerja akan lebih terampil, lebih bahagia dalam pekerjaannya itu dan akan membuat dirinya sadar terhadap kesempatankesempatan untuk mencapai kemajuan atau bahkan untuk merubah latihannya sesuai dengan yang diinginkannya. Lebih lanjut Mills menyatakan bahwa tujuan pelatihan adalah untukmenolong peserta pelatihan agar mereka memperoleh skills, sikap, kebiasaan berfikir dan kualitas watak yang memungkinkan mereka dapat memahami pekerjaannya dan dapat melakukan secara efisien dan memuaskan. Dari pendapat-pendapat tersebut seolah-olah tampak bahwa pelatihan ditekankan pada perolehan pengetahuan dan keterampilan dalam lingkup pekerjaan tertentu, padahal menurut Jucius (1962) pelatihan juga mencakup pengembangan bakat. Ia menekankan bahwa pelatihan menunjukkan setiap proses untuk mengembangakan bakat, keterampilan dan kemapuan pegawai unntuk meningkatkan penyelenggaraan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut Ikka Kartika (2006:8) mengemukakan pelatihan mencakup tiga aspek pokok yaitu perolehan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan bakat dalam upaya meningkatkan kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan tertentuatau pekerjaan yang spesifik. Dalam pengertian ini juga tersirat bahwa upaya perolehan pengetahuan dan keterampilan ini dilakukan melalui suatu upaya sengaja, terorganisir, sistematik, dalam waktu relatif singkat, dan dalam penyampaiannya menekankan pada

22 31 praktek daripada teori. Dampak dari pealtihan adalah meningkatnya kinerja seseorang yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas kerjanya serta perkembangan lingkungan kerjanya. Peserta pelatihan terdiri dari semua unsur tenaga kerja, baik yang telah bekerja maupun yang disiapkan untuk menjadi tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai peserta pelatihan pada gilirannya akan menempati kedudukan sebagai pengelola, pelaksana, pengawas maupun sebagai teknisi terampil, yang memenuhi persyaratan kemampuan dan keterampilan yang dituntut oleh masingmasing pekerjaan tersebut. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dalam ruang lingkup sebagai berikut: a. Pendidikan dan Pelatihan bagi jenjang ketenagaan unsur pimpinan yang kelak akan bertugas sebagai pengelola atau pemimpin b. Pendidikan dan Pelatihan bagi tenaga unsur staf pimpinan yang akan bertugas sebagai staf manajemen c. Pendidikan dan Pelatihan bagi tenaga yang dipersiapkan untuk menmpati pekerjaan sebagai pelaksana teknis d. Pendidikan dan Pelatihan bagi tenaga pengawas yang disiapkan sebagai tenaga pengawas atau superior e. Pendidikan dan Pelatihan bagi tenaga terampil yang disiapkan untuk mengerjakan pekerjaan yang menuntut keterampilan tangan

23 32 2. Fungsi Pendidikan dan Pelatihan Menurut Oemar hamalik (2003:37) Pendidikan dan pelatihan memiliki beberapa fungsi, ialah : fungsi edukatif, fungsi pembinaan, fungsi secara marketing, dan fungsi administratif. Fungsi-fungsi ini saling berkait mengait antara satu dan yang lainnya, yang terarah pada pengembangan ketenagaan. Setiap program Diklat mencakup keempat fungsi tersebut secara terpadu. Fungsi edukatif ialah untuk mempersiapkan tenaga yang terdidik dan terlatih yang memiliki kemampuan, keahlian dan keterampilan sesuai dengan tugas-tugas kerja. Fungsi pembinaan adalah bertujuan membina dedikasi, loyalitas dan disiplin mental spiritual dan moral serta semangat kerja, sehingga berdayaguna bagi perusahaan dan bagi dirinya sebagai masyarakat. Fungsi pemasaran (social marketing) yang bertujuan menyebarluaskan dan menyampaikan pesan-pesan perusahaan dan masyarakat pemakai. Fungsi administratif, hasil pelatihan merupakan bahan untuk melengkapi data ketenagaan tentang pribadi dan kemampuan seorang karyawan, yang kelak akan digunakan sebagai bahanpertimbangan bagi pimpinan mengenai yang bersangkutan misalnya unutk promosi, mutasi, pembinaan karier, kaderisasi dan sebaginya. 3. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan Tujuan pendidikan dan pelatihan di lihat dari konteks secara umum dan secara khusus. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja sebagai tenaga terdidik dan terlatih. Secara umum, setiap tenaga kerja

24 33 merupakan manusia terdidik sebagaimana dipersyaratkan bagi semua warga negara Indonesia. Secara khusus, tujuan pendidikan dan pelatihan harus dilihat dalam konteks kepentingan organisasi, seperti : manajer, supervisor, staf, tenaga teknis, pemasaran, dan sebagainya. Pendidikan dan pelatihan bertujuan unutk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan kualifikasi jabatan dan pekerjaannya. Menurut pendapat Handoko (2001:103) disebutkan : Ada dua tujuan utama program latihan dan pengembangan karyawan, yaitu : untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karywan dengan permintaan jabatan serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitaskerja karyawan dalammencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan. Berbeda dengan pendapat Moekijat (1991:19) dalam Oemar hamalik (2003) bahwa tujuan umum pelatihan adalah : a. Untuk mengembangkan keahlian,sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efektif, b. Untk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, c. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan. Menurut Moenir (1983:162) tujuan penyelenggaraan pendidikan dan latihan dalam suatu organisasi adalah: a. Memelihara dan meningkatkan kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan tugas/ pekerjaan, naik pekerjaan lama maupun baru, baik dari segi peralatan maupun metoda. b. Menyalurkan keinginan pegawai untuk maju dari segi kemampuan dan memberikan rasa kebanggaan kepada mereka. Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan yaitu untuk Memelihara dan meningkatkan

25 34 kecakapan atau kemampuan baik dalam pengatahuan ataupun keterampilan sehingga dapat menjalankan tugas/ pekerjaan secara cepat dan efektif. 4. Manfaat Pendidikan dan Pelatihan mencakup : Menurut Manulang (1982), mafaat yang diperoleh dari adanyan latihan a. Memudahkan pelaksanaan tugas Melalui latihan atu pendidikan seseorang lebih mudah dalam melaksanakan tugasnya dan menjamin tersedianya tenaga-tenaga dalam perusahaan yang mempunyai keahlian b. Membantu stabilitas pegawai Memalui latihan stabilitas pegawai dapat dijaga dan mendorong karyawan untuk betah bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Apalagi karyawan dilatih untuk mewujudkan promosi dari dalam perusahaan (promotion from within) maka cara bekerja dan moral mereka dapat diperbaiki c. Bekerja lebih efisien Apabila karyawan menerima latihan di bawah pengawasan instruktur ahli maka karyawan akan berkembang lebih cepat dan lebih baik serta bekerja lebih efisien Handoko (2001) berpendapat bahwa latihan dan pengembangan karyawan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu: a. Menghilangkan kebiasaan kerja yang jelek Para karyawan perlu dilatih untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan kerja yang jelek atau untuk mempelajari keteampilan baru yang dapat meningkatkan prestasi kerja b. Karier jangka panjang Latihan atau pengembangan mempunyai berbagai manfaat karier jangka panjang yang membantu karyawan untuk tanggung jawab yang lebih besar di waktu yang akan datang. c. Mengurangi pemborosan, ansensia, keluhan yang berkepanjangan dan perputaran tenaga kerja

26 35 5. Komponen pelaksanaan pendidikan dan pelatihan a. Tujuan Pelaksanaan pelatihan, sangatlah bijak apabila sebelum pelaksanaannya terlebih dahulu disusun perencanaan yang disesuaikan dengan tujuan akhir apabila proses pendidikan dan latihan kembali maka akan terlihat bahwa tujuan proses akhir tersebut adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Ini berarti bahwa pendidikan pada hakikatnya bertujuan mengubah tingkah laku sasaran pendidikan. Tingkah laku baru itu dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan. Menurut Notoatmodjo (2003:41) yaitu : tujuan pendidikan adalah suatu deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan, dan sebagainya yang diharapkan akan memiliki sasaran pendidikan pada periode tertentu. Tingkat tujuan pendidikan menurut Notoatmodjo (2003:42) yaitu: tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan anatara, Tujuan Instruksional. Isi rumusan tujuan dalam pendidikan harus bersifat komprehensif, artinya mengandung aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketiga aspek ini harus terdapat baik dalam tujuan yang bersifat umum maupun tujuan yang bersifat khusus. b. Materi Materi pelatihan merupakan pokok bahasan yang mengacu pada bidangbidang pengetahuan dan keterampilan tertentu yang dirancang untuk memberikan bekal kemampuan bagi peserta. Pokok-pokok bahasan tersebut dapat diperoleh dari sejumlah referensi terpilih yang relevan untuk menunjang kelengkapan dan kevaliditasan materi.

27 36 Materi yang dibahas harus berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bukan hanya pada tujuan saja, pilihan materi bergantung pada isi pelatihan, desain instruksional dan alat bantu pelatihan. Selain itu rumusan materi harus tersusun sesuai struktur materi yang telah terintegrasi di mana memenuhi kebutuhan peserta akan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Berdasarkan uraian di atas, penentuan materi pelatihan telah sesuai dengan kriteria perumusan, seperti yang dinyatakan oleh Hamalik (2000:46) bahwa : dalam menyusun materi atau kurikulum harus memenuhi beberapa kriteria yaitu : (1) jenis kemampuan yang hendak dikembangkan, (2) jenis program pelatihan, (3) tingkat perkembangan peserta didik, dan (4) jenis mata pelatihan yang diberikan Prinsip-prinsip perumusan materi meliputi : Materi harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan latar belakang peserta pelatihan Materi dipilih secara cermat dan diorganisir dengan mempertimbangkan aspek kemanfaatan bagi peserta. Materi yang diberikan haruslah bermanfaat bagi peserta. c. Metode Selain kurikulum proses belajar mengajar termasuk dalam pendidikan dan pelatihan, metode juga alat pendidikan yang berperan penting. Bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya mengubah tingkah laku, tidak terlepas dari metode dan alat bantu yang digunakan. Menurut Notoatmodjo (2003:59) tentang pengelompokan jenis metode belajar mengajar adalah :

28 37 Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metoda belajar mengajar, yaitu: Metoda Dedaktik (One way method) Metode ceramah Siaran melalui radio Pemutaran film/slide Penyebaran pamflet, booklet, poster Metode Sokratik (Two waymethod) Demosntrasi Diskusi Role playing Seminar Simposium Lokakarya Latihan lapangan Tugas perorangan Studi kasus Field trip Sistem modul Panel Brain storming Buzz group Sosio drama Proyek Konferensi Forum Debat Pendapat diatas hanya mengemukakan cara penyampaian bahan pengajaran kepada peserta pendidikan, dan itu hanya teori. Adapun hasil metode yang diterapkan masih tergantung pada faktor lain, yaitu pribadi pengajar yang menggunakan metode itu. Bagaimanapun metode baru tidak lepas dari metode ceramah. d. Media Media adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering

29 38 disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan dan pengajaran Masing-masing alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip, bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang di dapat. Dengan kata lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengarahkan indera sebanyak mungkin terhadap suatu obyek, sehingga mampu mempermudah persepsi. Setiap alat peraga mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Edgar dale membai alat peraga menjadi 11 macam, yaitu : Sadiman (2002:8) Menurut (Wina Sanjaya, 2008:165) Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman

30 39 belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Menurut Hamalik (1993:60) media pendidikan yang dipilih dikategorikan sebagai berikut: a. Media cetak b. Media gambar c. Media audio d. Media visual e. Media audiovisual f. Media Proyeksi dan Non-proyeksi Menurut Notoatmodjo (2003:73) manfaat alat bantu pendidikan adalah : a. Menimbulkan minat dan sasaran pendidikan b. Mencapai sasaran yang lebih besar c. Membantu mangatasi hambatan bahasa d. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan e. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat f. Merangsang sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat g. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan h. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan i. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian mendalami j. Membantu menegakkan pengertian diperoleh e. Pelatih/instruktur Menurut Notoatmodjo (2003:107) Instruktur adalah guru, ia harus profesional dalam keguruannya. Seorang guru atau instruktur dituntut harus selalu kreatif mengembangkan kemampuannya agar mampu menciptakan pengalaman belajar yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

31 40 Setiap sesi pelatihan seorang instruktur harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan cara memberikan kesan yang baik. Tindakan instruktur di depan kelas menunjukan jenis suasana yang peserta inginkan. Sesuai dengan pendapat Donaldson (1993:187) tentang sikap seorang instruktur yaitu jika bertindak rileks dan bersahabat, tersenyum dan membuka pertemuan dengan cara hangat dan informal, maka partisipan akan merasa senang dan lebih santai serta ingin berpartisipasi. Guru sangat lah penting dalam setiap kegiatan belajar mengajar. f. Evaluasi Pendidikan apapun bentuk dan tingkatannya pada akhirnya akan menuju pada suatu perubahan perilaku baik individu, kelompok maupun masyarakat. Perubahan perilaku di sini mencakup pula perubahan/ peningkatan kemampuan di tiga bidang yakni, kognitif, afektif fan psikomotor. Seberapa jauh perubahan atau peningkatan itu terjadi, diperlukan suatu mekanisme sitem atau alat ukur yang disebut dengan tes, evaluasi dan pengukuran. Tes mempunyai pengertian yang sempit, dan diartikan sebagai tugastugas yang telah di bagukukan yang diberikan kepada sasaran belajar untuk diselesaikan. Pengukuran meliputi segala cara untuk memperoleh informasi ini, orang melakukan tes atau cara lain untuk memperoleh dan membuat keputusan pendidikan. Untuk melakukan evaluasi pendidikan diperlukan informasiinformasi yang diperoleh dari pengukuran ini dilakukan tes. Menurut Notoatmodjo ((2003:82) bahwa:

32 41 untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan di dalam proses belajar, evaluasi juga diperlukan untuk mengukur kemampuan leaner atau lulusan, dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana lulusan atau program pendidikan itu mampu mengatasi masalah-masalah kemasyarakatan, yang diterjemahkan di dalam kemampuan kerja mereka. Evaluasi pelatihan merupakan suatu proses yang sifatnya terus menerus dan harus direncanakan bersamaan waktu dan program pelatihan. Keseluruhan proses harus dilaksanakan ilmiah, menggunakan sedapat-dapatnya menggunakan metoda-metoda ujian yang tepat. Masing-masing program pelatihan harus memiliki tujuan yang jelas, apabila evaluasi pelatihan itu diharapkan adan manfaatnya. Kriteria yang digunakan harus sesuai dengan tujuan program. Evaluasi program erat kaitannya dengan perencanaan, manfaat perncanaan pelatihan adalah diperolehnya pengetahuan tentang hasil-hasil yang diinginkan setelah pelatihan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada umumnya, pemandangan dalam kelas menunjukkan gambaran yang sangat kompleks, yang terdiri dari berbagai jenis kepribadian, potensi, latar belakang kehidupan, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Sadili (2006,P.16) manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu (sumber daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Terprogram 1.1 Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran 1. Definisi Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Sutrisno (dalam Anoraga, 2009) Kepuasan kerja pada dasarnya adalah security feeling (rasa aman) dan mempunya segi-segi, yaitu : 1.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UU Nomor 29 Tahun 2004 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan pemerintah Tanggal 6 Oktober Tahun 2004. Undang-undang ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA

BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA 2.1. Pengertian Balai Latihan Kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), pengertian dari Balai Latihan Kerja dapat dijabarkan sebagai berikut : Balai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang kesan. 1 Bermain peran (role play) adalah metode pembelajaran A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bermain peran (role play) adalah cara penguasaan bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung dapat

Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung dapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dikemukakan dalam Bab IV, maka dari studi hubungan antara Motif Berprestasi dan Kreativitas dengan Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu berkontribusi melahirkan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa perubahan yang luas dan mendasar dalam semua aspek masyarakat. Perubahan yang berlangsung cepat menyeluruh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya alam manusia merupakan inti dan titik berat dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Keberhasilan pencapaian pembangunan dimasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami

Lebih terperinci

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ 702011094 1. Peer Tutoring Tutor sebaya adalah seorang/ beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Manajemen kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran. Secara kolektif atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan, sehingga tenaga kerja yang ada perlu dipelihara dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Perilaku Mengajar Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya, Kata 'Pedagogik' tidak akan asing di telinga guru, tetapi apakah semua guru memahami apa yang dimaksud dengan Kompetensi Pedagogik walau sebenarnya sudah pernah di lakukannya. Kompetensi Pedagogik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, guru sebagai tenaga profesional memiliki peranan yang sangat penting. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat di pengaruhi oleh mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk pembinaan, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap Minat Belajar Hasil analisis data yang dilakukan dengan uji t menyatakan bahwa Ha diterima Ho ditolak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur peraturan dilakukan melalui proses dan dilakukan berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan.

BAB II LANDASAN TEORITIS. organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan. BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pemberdayaan Pegawai Setiap instansi memerlukan tenaga kerja dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kegiatan pendidikan. Tantangan tersebut menjadi salah satu dasar pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. bagi kegiatan pendidikan. Tantangan tersebut menjadi salah satu dasar pentingnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan masyarakat, pemahamanan cara belajar anak, kemajuan media komunikasi dan informasi memberi arti tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradapan manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku Konsumen Setiap manusia dapat dikatakan konsumen apabila manusia tersebut melakukan kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen sendiri

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dan teknologi dewasa ini, kompetisi di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dan teknologi dewasa ini, kompetisi di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era informasi dan teknologi dewasa ini, kompetisi di berbagai sektor ekonomi dan industri terutama dalam bidang pemasaran suatu produk mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson, 2000). Chaplin (2003) memandang persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan, berbagai bentuk tindakan, dan berbagai peristiwa. Pendidikan berlangsung di berbagai tempat dan lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan karya akhir ini dapat disimpulkan bahwa materi ajar cerpen adalah subtansi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran sastra tingkat MTs.

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang- undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

Lebih terperinci