BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Fisika a. Hakikat Fisika Fisika berasal dari bahasa Yunani physikos yang berarti alamiah dan physics yang berarti alam. Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam seperti halnya kimia dan biologi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, sedangkan fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang waktu. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA), sehingga karakteristik yang dimiliki IPA berlaku juga untuk Fisika yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran fisika. Menurut Gerthsen (1985) yang dikutip oleh Druxes, H., dkk (1986) : Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara pernyataan-pernyataan. Prasyarat dasar untuk memecahkan persoalan ialah mengamati gejala-gejala tersebut. Sedangkan menurut pendapat Brockhaus (1972) yang dikutip oleh Druxes, H., dkk (1986) Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam, yang memungkinkan penelitian dalam percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian serta matematis dan berdasarkan pengetahuan umum. Dari beberapa pengertian Fisika tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah salah satu cabang dari IPA yang menguraikan dan menganalisis gejala-gejala alam yang bersifat fisik yang dapat dipelajari melalui pengamatan, percobaan, serta teori. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta konsep, prinsip, hukum, dan teori. Fisika meliputi proses, sikap, dan produk. Proses Fisika berupa aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari, dan menyelediki kejadian alam. Sikap Fisika berupa sikap,emtal yang 7

2 8 diperlukan selama melakukan proses kegiatan Fisika. Produk Fisika adalah hasil kegiatan Fisika berupa konsep, hukum, dan teori yang tersusun berdasarkan fakta-fakta alam. b. Pembelajaran Fisika Menurut Piaget yang dikutip dari Suparno, S (2007): pengetahuan datang dari tindakan. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Perkembangan kognitif bukan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih kepada pengkonstruksian oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka. Sehingga, dalam pembelajaran fisika, guru seharusnya hadir sebagai fasilitator bagi siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya. Menurut Harlen (dalam Purwati, I. 2010), karakteristik pembelajaran fisika antara lain: 1) merupakan ilmu yang berhakekat pada proses dan produk, artinya dalam belajar fisika tidak cukup hanya mempelajari produknya melainkan juga menguasai cara memperoleh produk tersebut; 2) produk fisika cenderung bersifat abstrak dan dalam bentuk pengetahuan fisik dan logika matematik. Oleh karena itu, pembelajaran fisika yang penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari segi mental maupun fisik dan bersifat nyata (konstekstual) akan menjadi semakin menarik. Dengan demikian pembelajaran Fisika memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencari, mempertanyakan dan mengeksplorasi pengetahuan. 2. Hakikat Model Pembelajaran ARCS a. Pengertian Model Pembelajaran ARCS Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dikembangkan oleh Keller (1987) yaitu model yang mengutamakan adanya pengelolaan motivasional siswa selama mengikuti pembelajaran (Nurrany, F. 2013). Model ini dapat digunakan guru untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar.

3 9 Dalam model ini, guru harus dapat memberikan perhatian dan menjelaskan manfaat dari materi yang diajarkan dalam kehidupan seharihari. Selama proses pembelajaran guru juga harus mampu menumbuhkan kepercayaan siswa akan kemampuan yang dimilikinya. Pada akhir pembelajaran diberikan rasa puas kepada siswa agar siswa terdorong untuk selalu belajar. Melalui model pembelajaran ARCS diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mengenal, memahami serta mempelajari beberapa konsep baru. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat meningkat. Model pembelajaran ARCS secara sistematik direka bentuk berasaskan teori motivasi, prestasi dan pengajaran yang dibangunkan oleh Keller (Ubaidullah, N.H. 2011). Model pembelajaran ini membantu pendidik untuk mengidentifikasi komponen pembelajaran, motivasi siswa ketika belajar, dan menyediakan strategi motivasi yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memberi umpan balik tentang ketertarikan dan ketbutuhan siswa. Model pembelajaran ARCS ini menarik menurut Aryawan, I (2014) karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehingga mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara optimal dengan memotivasi diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Dalam artikelnya Irsaf, Z. (2014) mengatakan model pembelajaran ARCS memiliki beberapa unsur yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu membangkitkan perhatian siswa selama pembelajaran, menyajikan materi yang berkaitan dengan kehidupan sekitar siswa, menanamkan rasa percaya diri siswa dan menumbuhkan rasa puas siswa terhadap pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dikembangkan berdasarkan motivasi dan lingkungan belajar siswa yang mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan mengutamakan perhatian siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa.

4 10 b. Komponen Model Pembelajaran ARCS Model pembelajaran.arcs memiliki 4 (empat) komponen yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dan saling berhubungan pada setiap komponennya. Ciri-ciri yang terdapat dalam masing-masing komponen model ARCS menurut Dayana, N. (2006) adalah seperti pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Ciri-ciri Komponen Model Pembelajaran ARCS Komponen Attention (Perhatian) Relevance (Relevansi) Confidence (Keyakinan) Satisfaction (Kepuasan) Ciri-ciri penerapannya dalam pembelajaran a. Guru memperkenalkan tujuan awal pembelajaran b. Guru menunjukkan contoh konkrit dan visual yang menarik c. Guru menggunakan berbagai unsur multimedia a. Guru menyampaikan objek pembelajaran secara eksplisit sesuai yang diharapkan b. Guru memberikan alternatif jalan penyelesaian dari suatu masalah a. Guru menyusun bahan pembelajaran berdasarkan aturan (dari mudah ke sukar) b. Guru memberikan pernyataan tentang apresiasi yang akan diberikan apabila siswa dapat menjawab soal, sehingga siswa lain berani menjawab untuk soal selanjutnya a. Guru memberikan hadiah yang menarik dan pujian secara lisan b. Guru memberikan penjelasan apabila ada materi yang kurang dipahami atau siswa kurang tepat dalam memahami materi c. Guru mengulang pembelajaran yang telah dilaksakan terutama yang berkaitan dengan konsep yang baru (Sumber: Dayana, N. 2006) Dalam artikelnya Sutriningsih, N. (2005) mengatakan secara ringkas setiap komponen model ARCS memiliki tujuan masing-masing, antara lain sebagai berikut: 1. Attention Komponen Attention untuk meningkatkan perhatian terhadap materi pelajaran dan juga untuk menciptakan proses pembelajaran yang menarik. Menurut Suprijono (2014) salah satu keahlian penting dalam memerhatikan adalah seleksi. Attention bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas.

5 11 Menurut Slameto (2010) terdapat beberapa prinsip penting yang harus diketahui oleh seorang guru berkaitan dengan perhatian, yaitu: a) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, hal-hal yang berlawanan dengan pengalaman yang didapat selama hidupnya. b) Perhatian seseorang tertuju dan tetap berada dan diarahkan pada hal-hal yang dianggap rumit, selama kerumitan tersebut tidak melampaui batas kemampuan orang tersebut. c) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat, pengalaman dan kebutuhannya. Perhatian siswa terhadap materi pelajaran akan muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu penting dalam proses pembelajaran dan perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Relevance Komponen Relevance bertujuan untuk menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman sehari-hari siswa, kebutuhan saat ini, saat mencatang dan manfaatnya dalam kehidupan siswa. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang mereka pelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Strategi untuk menunjukkan relevansi pembelajaran dan kebutuhan peserta didik menurut Suprijono (2014) secara ringkas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Sampaikan kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah memelajari materi pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menyampaikan indikator-indikator yang hendak dicapai.

6 12 b) Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti atau bertanyalah kepada siswa bagaimana materi pembelajaran akan membantu mereka untuk melaksanakan tugas dengan lebih baik di kemudian hari. c) Memberikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik. 3. Confidence Komponen Confidence bertujuan untuk meningkatkan keyakinan siswa terhadap materi yang dipelajari. Dalam hal ini guru harus berusaha untuk menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan kriteria-kriteria evaluasi, mengorganisasi materi pelajaran sesuai dengan tingka kesulitannya, menanamkan sikap kepada siswa bahwa dalam belajar yang lebih penting adalah menunjukkan prestasi asli, dan sebagainya. Menurut Bandura (1987) yang dikutip oleh Salamah (2006) dalam meningkatkan harapan siswa untuk berhasil secara ringkas dapat dilakukan dengan beberapa langkah, misalnya: a) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa. Misalnya menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, diurutkan dari materi yang mudah ke sukar. b) Susun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus. c) Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan. d) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.

7 13 e) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik, serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal -hal yang masih perlu dikembangkan. f) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini. 4. Satisfaction Komponen Satisfaction bertujuan untuk memberikan siswa kepuasan akan materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan teori yang diperoleh ke dalam situasi yang sesungguhnya, memberikan dukungan yang dapat meningkatkan motivasi intristik, memberikan pujian atas prestasi yang diperoleh siswa, memberi kesempatan kepada siswa yang telah menguasai tugas untuk membantu temannya yang belum mengerti. Dengan demikian akan timbul rasa berguna dalam diri siswa yang merupakan salah satu kebutuhan moril seseorang. Berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan (reward) baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan (Rusdiana, H. 2006). Menurut Muhammad Jameel Zeeno dalam Al Hudhori, M. (2013) reward diberikan dapat berupa (1) Pujian yang mendidik, (2) Memberi hadiah, (3) Mendoakan, (4) Menempatkan papan prestasi, (5) Menepuk pundak, (6) Menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi

8 14 dalam memberikan semangat siswa yang lain, (7) Berpesan pada yang lain, (8) Berpesan pada siswa yang bersangkutan. Hubungan antara ke empat komponen model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) adalah seperti gambar 2.1. A Attention R Relevance C Confidence S Satisfaction Gambar 2.1 Model ARCS (Sumber: Baharuddin, 2002) c. Kelebihan Model Pembelajaran ARCS Winaya, I.M.A., dkk. dalam Jurnal Pendidikan Dasar Volume 3 (2013) dengan judul Pengaruh Model ARCS Terhadap Hasil Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SD CHIS Denpasar mengatakan bahwa model ARCS memiliki beberapa keunggulan seperti: 1. Memberikan petunjuk aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa. 2. Cara penyajian materi dengan model ARCS dilakukan dengan cara menarik. 3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa. 4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik. 5. Penilaian yang dilakukan menyeluruh terhadap kemampuankemampuan yang lebih dari karakteristik siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif.

9 15 3. Hakikat Metode Pembelajaran Eksperimen dan Demonstrasi a. Hakikat Metode Pembelajaran Untuk memahami metode pembelajaran terlebih dahulu harus mengerti pengertian metode. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Sumantri, M. & Permana, J. 2001). Winarno, S. (1986) berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah cara yang merupakan alat untuk menyajikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Arifin, M. (1995) metode mengajar menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan efisien serta bermakna bagi siswa. Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat, efisien serta efektif sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan kepada mereka. Menurut Margono (1995), untuk menentukan metode mengajar yang lebih baik perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain : 1. Tujuan Pembelajaran Berisi perumusan pola tingkah laku yang berupa kemampuan, ketrampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Tujuan ini sangat menentukan pemilihan metode yang tepat.

10 16 2. Materi Pelajaran Tiap bidang studi memiliki isi dan struktur yang berbeda. IPA berbeda dengan matematika, hal ini akan memberikan corak yang khusus pada metode yang dipilih. 3. Siswa Perlu diperhatikan jumlah siswa, perbedaan tingkat kemampuan dan tingkat perkembangan, perbedaan kesempatan, kecepatan dan ragam belajarnya. 4. Guru Harus memperhatikan profesionalnya, kepribadiannya dan gaya mengajarnya. 5. Fasilitas Perlu diperhatikan ketersediaan alat, media, ragam dan penggunaan waktu yang dimiliki siswa. b. Metode Eksperimen Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Sagala (2009) mengemukakan, eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pernyataan atau hipotesis tertentu, eksperimen dapat dilakukan di laboratorium atau di luar laboratorium. Menurut Sutikno (2013), melalui metode eksperimen guru dapat mengukur kecepatan reaksi siswa terhadap stimulus tertentu dalam pembelajaran baik yang terjadi secara spontan maupun direncanakan. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sediri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengganti suatu obyek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sesuai dengan obyek, keadaan, atau proses sesuatu. Keuntungan menggunakan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran disampaikan oleh Roestiyah, N.K. (2008) dan Sagala (2009)

11 17 yaitu dapat melatih siswa menggunakan metode ilmiah sehingga tidak mudah percaya terhadap sesuatu yang belum pasti kebenarnya; siswa lebih aktif berpikir dan berbuat; dalam melaksanakan eksperimen disamping memperoleh pengetahuan juga mendapatkan pengalaman praktis serta keterampilan menggunakan alat alat; siswa dapat membuktikan sendiri kebenaran teori; dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan sikap eksploratoris tentang sains dan teknologi. Selain itu, Trna, J. & Novak, P. (2010), juga mengatakan bahwa salah satu teknik pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan kognitif siswa baik siswa yang berkemampuan berpikir tinggi ataupun siswa yang berkemampuan berpikir rendah yaitu melalui metode eksperimen. Adapun kelemahan metode eskperimen yang dikemukaan Sagala (2009) yaitu: alat dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan karena da faktor yang berada di luar jangkauan kemampuan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Roestiyah, N.K. (2008) mengungkapkan dengan cara berikut, guru hendaknya menerangkan sejelas jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai dan guru bersama sama dengan siswa memecahkan masalah masalah dalam eksperimen. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat memberikan gambar yang jelas tentang konsep apa yang dipelajari karena siswa melakukan percobaannya sendiri untuk menemukan konsep sesuai dengan bimbingan guru. c. Metode Demonstrasi Fat Hurrahman dalam Rohendi, D., dkk (2010), menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode ini digunakan agar siswa menjadi lebih paham terhadap materi yang dijelaskan karena menggunakan alat peraga dan menggunakan media visualisasi yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami.

12 18 Kelebihan metode demonstrasi juga disampaikan Fat Hurrahman dalam Rohendi, D., dkk (2010), diantaranya membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda; memudahkan berbagai jenis penjelasan; dan kesalahan kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan obyek sebenarnya. Sedangkan kelemahannya, diantaranya peserta didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan; sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan; dan tidak semua benda dapat didemonstrasikan. Dengan memanfaatkan media pendukung, diharapkan siswa menjadi lebih memahami tentang materi yang dijelaskan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan siswa mendapatkan hasil maksimal. 4. Motivasi Belajar Proses pembelajaran juga dapat dipengaruhi oleh perkembangan peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dari aspek siswa adalah sifat yang dimiliki siswa yang meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan motivasi belajar siswa. Dahar, R.W. (1991), mendefinisikan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling yang didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang tersebut berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dan aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dilakukan untuk mencapainya. Hal senada diungkapkan oleh Wollfolk (dalam Dahar, R.W. 1991) yang mengatakan bahwa motivasi didefinisikan sebagai keadaan internal diri yang dapat membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku. Motivasi menjadikan individu melakukan berbagai aktivitas seperti makan, belajar, bekerja, berbelanja atau mengejar jabatan. Berdasarkan pendapat dari Sardiman (2014) motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, dimana adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain dengan

13 19 adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik. Oleh karena itu motivasi belajar siswa harus senantiasa dijaga dan diperkuat secara terus menerus mengingat peranannya ikut andil dalam menentukan keberhasilan proses belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki konstribusi dalam menentukan hasil belajar Fisika. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik akan memiliki minat dan antusias yang tinggi dalam belajar sehingga siswa merasa tertantang dalam mengikuti pembelajaran Fisika, selain itu siswa akan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap permasalahan yang ada dilingkungan sekitarnya yang pada akhirnya bermuara pada meningkatnya hasil belajar Fisika. Menurut Winkel, W.S. (1996) motivasi terbagi menjadi dua bentuk yaitu motivasi intristik dan motivasi ekstristik. a. Motivasi Intristik Motivasi intristik adalah motivasi yang fungsinya tidak dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini mengacu pada keinginan melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena adanya nilai atau manfaat aktivitas itu sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi intristik merupakan keinginan yang timbul dari dalam diri siswa untuk mencapai tujuan belajar. Motivasi ini muncul karena kesadaran diri sendiri sehingga siswa bersungguh-sungguh untuk berusaha mendapatkan pengetahuan maupun ketrampilan. Pada penelitian ini perubahan afektif siswa yang menunjukkan bahwa siswa termotivasi secara intristik dpat dilihat berdasarkan indikator sebagai berikut: (1) adanya kemauan untuk mempelajari materi baik sebelum maupun sesudah diberikan guru, (2) berusaha mengerjakan tugas secara mandiri, (3) berusaha menanyakan setiap kesulitan belajar, (4) terbuka

14 20 menyampaikan ide/pendapat/jawaban yang dimiliki, (5) gemar memecahkan soal. b. Motivasi Ekstristik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena ada rangsangan dari luar. Seseorang akan melibatkan diri ke dalam sebuah aktivitas kkarena beranggapan bahwa dengan cara itu ia akan mencapai tujuan tertentu, seperti mendapatkan hadiah, pujian, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini motivasi ekstrinsik dapat dilihat berdasarkan indikator sebagai berikut: (1) menginginkan adanya penghargaan dari orang lain, (2) menginginkan imbalan atas usaha yang dilakukan, (3) antusias terhadapa pembelajaran yang menarik, (4) berusaha menciptakan lingkungan belajar yang selalu kondusif. 5. Materi Hukum Newton dan Penerapannya a. Hukum I Newton Gaya adalah suatu pengaruh pada suatu benda yang menyebabkan benda mengubah kecepatannya. Hukum I Newton menyatakan bahwa sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan kecuali ia dipengaruhi gaya yang tak seimbang atau gaya eksternal netto. Gaya netoo yang bekerja pada sebuah benda juga dinamakan gaya resultan, adalah jumlah vektor semua gaya yang bekerja padanya: F netto = F. Kecenderungan ini digambarkan dengan mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu Hukum I Newton seringkali dinamakan dengan hukum kelembaman. Perhatikan bahwa hukum I Newton tidak membuat perbedaan antara benda diam dan benda bergerak dengan kecepatan konstan. Pertanyaan tentang apakah sebuah benda sedang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan tergantung pada kerangka acuan dimana benda tersebut diamati. Hukum I Newton tidak berlaku ntuk semua kerangka acuan. Sebuah kerangka acuan dimana hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersial. Tiap kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap suatu kerangka acuan inersial adalah juga kerangka acuan

15 21 inersial. Suatu kerangka acuan yang terikat pada permukaan bumi sebenarnya bukan kerangka acuan inersial karena percepatan kecil permukaan bumi (relatif terhadap pusat bumi) yang disebabkan rotasi bumi, dan karena percepatan sentripetal yang kecil dari bumi itu sendiri sehubungan dengan peredarannya mengelilingi matahari. Namun, percepatan-percepatan ini berorde 0,01 m/s 2 atau kurang, sehingga dalam pendekatan yang baik, kerangka acuan yang terikat pada permukaan bumi adalah kerangka acuan inersial. b. Hukum II Newton Hukum II Newton menyatakan percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya dan sebanding dengan gaya eksternal netto yang bekerja padanya, secara matematis dapat ditulis: F a m atau netto F netto ma dengan F netto = Gaya eksternal netto yang bekerja pada benda (N) m = Massa benda (kg) a = Percepatan benda (m/s 2 ) Satuan gaya menurut SI adalah newton (N). Dengan demikian, satu newton adalah gaya yang diperlukan untuk memberikan percepatan sebesar 1 m/s 2 kepada massa 1 kg. Dari definisi tersebut, berarti 1 N = 1 kg.m/s 2. Dalam satuan cgs, satuan massa adalah gram (g). Satuan gaya adalah dyne, yang didefinisikan sebagai besar gaya yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1 cm/s2 kepada massa 1 g. Dengan demikian, 1 dyne = 1 g.cm/s 2. Hal ini berarti 1 dyne = 10-5 N.

16 22 c. Hukum III Newton Hukum III Newton menyatakan gaya-gaya selalu terjadi pasangan. Jika benda A memberikan gaya pada benda B, gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan diberikan oleh benda B pada benda A. F aksi F reaksi Hukum III Newton kadang-kadang dinamakan hukum interaksi atau hukum aksi reaksi. Hukum ini menggambarkan sifat penting dari gaya, yaitu bahwa gaya-gaya selalu terjadi pasangan. Namun gaya aksi reaksi tidak pernah dapat saling mengimbangi karena mereka bekerja pada benda-benda yang berbeda. d. Gaya Gesekan 1) Gesekan Statik Gaya gesekan statik maksimum normal antara permukaan-permukaan: f s, maks F s n f s, maks sebanding dengan gaya dengan s dinamakan koefisien gesekan statik. Koefisien gesekan statik ini bergantung pada sifat permukaan kotak dan meja. Jika kita mengerjakan gaya horizontal yang lebih kecil dari f s, maks pada kotak, gaya gesekan akan tepat mengimbangi gaya horizontal ini. Secara umum kita dapat menulis f s, maks F s n

17 23 2) Gesekan Kinetik Gaya gesekan kinetik berlawanan dengan arah gesekan. Seperti gesekan statik, gesekan kinetik adalah gejala yang rumit dan belum dimengerti secara lengkap. Koefisien gesekan kinetik k didefinisikan sebagai rasio besarnya gaya gesekan kinetik maka, f k F k n f k dan gaya normal F n, (Tipler, P. A. 2001) B. Kerangka Berpikir Dalam proses belajar, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada penelitian ini hasil belajar yang diteliti adalah aspek kognitif. 1. Pengaruh model ARCS melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi Hukum Newton dan Penerapannya. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran dan metode pembelajaran yang diterapkan guru. Setiap model pembelajaran dan metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model pembelajaran dan metode pembelajaran yang akan diterapkan yakni model ARCS melalui metode eksperimen untuk kelas eksperimen dan model ARCS melalui metode demonstrasi untuk kelas kontrol. model pembelajaran ARCS merupakan model yang diarahkan untuk memotivasi siswa agar mempunyai keinginan untuk belajar. Model pembelajaran ARCS yang merupakan akronim dari Attention (perhatian), Relevance (relevansi/keterkaitan), Confidence (percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan) menitikberatkan motivasi kepada siswa selama pembelajaran hingga berujung pada kepuasan belajar siswa.

18 24 2. Pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi Hukum Newton dan Penerapannya. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan dorongan internal maupun eksternal yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa. Motivasi belajar siswa ini dapat dikategorikan menjadi motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Motivasi belajar yang tinggi akan menimbulkan dampak yang baik terhadap kenaikan kemampuan kognitif. Hal ini dikarenakan siswa dengan motivasi belajar tinggi cenderung akan aktif dalam proses pembelajaran, memiliki perhatian yang tinggi, memiliki keinginan yang besar untuk belajar, dan keinginan memperoleh nilai yang baik, sehingga akan memberikan dampak yang baik terhadap kemampuan kognitif. Sebaliknya, apabila motivasi belajar rendah, maka akan mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif. Dengan demikian, terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif. 3. Interaksi pengaruh antara penerapan model pembelajaran dan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi Hukum Newton dan Penerapannya. Model pembelajaran dan metode pembelajaran merupakan foktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kemampuan kognitif siswa. Sedangkan motivasi belajar merupakan faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka pengkategorian motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah juga akan memberikan perbedaan pengaruh terhadap kemampuan kognitif. Apabila faktor eksternal (model pembelajaran dan metode pembelajaran) tersebut berinteraksi dengan faktor internal (motivasi belajar) maka interaksi tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kemampuan kognitif.

19 25 Kelas Eksperimen Keadaan Awal Sama Kelas Kontrol Model ARCS melalui Metode Eksperimen Model ARCS melalui Metode Demonstrasi Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Sedang Motivasi Belajar Rendah Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Sedang Motivasi Belajar Rendah Kemampuan Kognitif Siswa Gambar 2.2. Kerangka Berpikir C. Pengajuan Hipotesis 1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran ARCS dengan metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi terhadap kognitif siswa. 2. Ada perbedaan pengaruh motivasi belajar terhadap kognitif siswa. 3. Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran ARCS melalui metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi dengan motivasi belajar terhadap kognitif siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains merupakan suatu sarana yang sangat penting bagi kemajuan materil suatu bangsa. Hal ini telah lama disadari oleh semua bangsa di dunia ini. Barangkali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada umumnya, pemandangan dalam kelas menunjukkan gambaran yang sangat kompleks, yang terdiri dari berbagai jenis kepribadian, potensi, latar belakang kehidupan, serta

Lebih terperinci

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Hukum Newton dan Penerapannya 1 Hukum Newton dan Penerapannya 1 Definisi Hukum I Newton menyatakan bahwa : Materi Ajar Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajar A. Pengertian Motivasi Belajar Menurut McDonal (dalam Nursalim, dkk, 2007: 119), motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX-E MTS NEGERI 2 MATARAM PADA MATERI PELUANG TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pendidikan dapat ditentukan oleh proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

Hukum Newton tentang Gerak

Hukum Newton tentang Gerak Hukum Newton tentang Gerak PETA KONSEP Gerak Aristoteles Galileo Newton hasil Hukum I Newton Hukum II Newton Hukum III Newton tentang tentang tentang Kelembaman Gaya Aksi-Reaksi aplikasi pada Gerak Lurus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar ialah sesuatu yang terjadi dalam benak seseorang di dalam otaknya. Belajar itu sendiri pada dasarnya tidak memandang

Lebih terperinci

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa peserta didik harus

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa peserta didik harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat Tempat penelitian ini adalah di MTs Al-Wathoniyyah Pedurungan Semarang yang terletak di jalan Bugen I/3 Tlogosari Wetan Pedurungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Belajar adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan sesuatu yang belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri. BAB V Hukum Newton 5.1. Pengertian Gaya. Gaya merupakan suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak. Gaya juga dapat menyebabkan perubahan pada benda misalnya perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk manusia yang berakal, berilmu, dan bermoral.

Lebih terperinci

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si DINAMIKA Rudi Susanto, M.Si DINAMIKA HUKUM NEWTON I HUKUM NEWTON II HUKUM NEWTON III MACAM-MACAM GAYA Gaya Gravitasi (Berat) Gaya Sentuh - Tegangan tali - Gaya normal - Gaya gesekan DINAMIKA I (tanpa gesekan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan mengetahui berbagai informasi, menyukai satu situasi dan atau dapat melakukan sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mencapai pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di sekolah seharusnya tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Dinamika Partikel. Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T. Modul ke: Fakultas Teknik

Fisika Dasar. Dinamika Partikel. Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T.   Modul ke: Fakultas Teknik Fisika Dasar Modul ke: Dinamika Partikel Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T. Email : snur.chotimah@gmail.com www.mercubuana.ac.id Outline Hukum Newton I, II, III

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika Hukum Newton Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinematika Mempelajari gerak materi tanpa melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar maka dibawah ini ada beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi

Lebih terperinci

2016 PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI DAN ULAR TANGGA DALAM HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

2016 PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI DAN ULAR TANGGA DALAM HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses belajar mengajar mengandung interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun

Lebih terperinci

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin Peningkatan Motivasi Belajar Fisika Melalui Pemanfaatan Media Pembelajaran Animasi Yang Diproduksi Pustekkom Pada Siswa Kelas VIII SMP Setya Budi Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Desnaeni Dyah Winastiti,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian standar-standar pendidikan seperti yang telah digariskan pada undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION (ARIAS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BUNGKAL Novi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan jauh. Berhasil

Lebih terperinci

Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S UNIVERSITAS SEBELAS MARET Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S.5100019 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Proses belajar

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Fisika sebagai salah satu cabang dari IPA yang mempelajari gejala-gejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat maupun yang bersifat abstrak. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (dalam Ruminiati, 2007), bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (dalam Ruminiati, 2007), bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pembelajaran yang telah dirancang dengan baik tentunya diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang baik juga, hal ini sejalan dengan pendapat Corey (dalam Ruminiati,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajar Sudah banyak sekali para ahli psikologi pendidikan dan psikologi pembelajaran yang membahas tentang motivasi dalam pembelajaran. Sedemikian

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006:443)

Lebih terperinci

DINAMIKA GERAK FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.

DINAMIKA GERAK FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac. 1/30 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) DINAMIKA GERAK Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Definisi Dinamika Cabang dari ilmu mekanika yang meninjau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu matematika. Salah satu peranan

Lebih terperinci

KINEMATIKA DAN DINAMIKA: PENGANTAR. Presented by Muchammad Chusnan Aprianto

KINEMATIKA DAN DINAMIKA: PENGANTAR. Presented by Muchammad Chusnan Aprianto KINEMATIKA DAN DINAMIKA: PENGANTAR Presented by Muchammad Chusnan Aprianto DEFINISI KINEMATIKA DAN DINAMIKA KINEMATIKA Kajian tentang gerak suatu benda atau partikel tanpa disertai penyebab geraknya Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh sebuah pengalaman baru dan tanpa disadari ia telah mengalami proses belajar. Sependapat

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

Oleh : Rohmi Isna Fuadati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Rohmi Isna Fuadati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan kognitif siswa ditinjau dari penguasaan materi prerequisite pada pokok bahasan usaha di smp tahun ajaran 2005/2006 Oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk. tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

BAB I PENDAHULUAN. IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk. tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual anak, begitu juga halnya dengan pelajaran IPA.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. diantaranya adalah: Carin yang dikutip oleh Holil dalam. gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistimatis.

II. KAJIAN PUSTAKA. diantaranya adalah: Carin yang dikutip oleh Holil dalam. gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistimatis. II. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakekat Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang berkenaan dengan alam semesta beserta ciri-ciri dan kejadian kejadian alamnya, hal ini sesuai dengan pendapat beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan dorongan atau daya penggerak untuk mencapai suatu tujuan atau keinginan yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan itu penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Karena pendidikan berguna dalam membina dan mengembangkan kemampuan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin meluas mengakibatkan munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan terutama lapangan kerja, dibutuhkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2001 : 1), Hasil belajar adalah bila seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

Peranan Media Gambar IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Inpres Pedanda Kecamatan Pedongga Kabupaten Mamuju Utara

Peranan Media Gambar IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Inpres Pedanda Kecamatan Pedongga Kabupaten Mamuju Utara Peranan Media Gambar IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Inpres Pedanda Kecamatan Pedongga Kabupaten Mamuju Utara Martina Datuarruan Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti kegiatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari hari.

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari hari. Lampiran 08 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP / MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Tema : Hukum-hukum Gaya Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan ke-2) A.

Lebih terperinci

DINAMIKA GERAK LURUS

DINAMIKA GERAK LURUS DINAMIKA GERAK LURUS Mekanika klasik atau mekanika Newton adalah teori tentang gerak yang didasarkan pada konsep massa dan gaya dan hukum-hukum yang menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan besaran

Lebih terperinci

ΣF r. konstan. 4. Dinamika Partikel. z Hukum Newton. Hukum Newton I (Kelembaman/inersia)

ΣF r. konstan. 4. Dinamika Partikel. z Hukum Newton. Hukum Newton I (Kelembaman/inersia) 4. Dinamika Partikel 9/17/2012 5.1 Hukum Newton Hukum Newton I (Kelembaman/inersia) a = 0 v = konstan ΣF r = 0 ΣF x ΣF y = 0 = 0 Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP / MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP / MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Lampiran 08 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP / MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Tema : Hukum-hukum Gaya Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan ke-1) A.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Deskripsi teori penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hakikat Kegiatan Pembelajaran Fisika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Deskripsi teori penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hakikat Kegiatan Pembelajaran Fisika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Deskripsi teori penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hakikat Kegiatan Pembelajaran Fisika Proses belajar-mengajar fisika SMA menggabungkan dua hal penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran 1. Definisi Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Rissa Prima Kurniawati IKIP PGRI MADIUN rissaprimakurniawati14@gmail.com ABSTRAK Guru dalam mengajar

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi 5 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengalaman Belajar Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru haruslah direspon oleh siswa dengan memperoleh suatu pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya alam manusia merupakan inti dan titik berat dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Keberhasilan pencapaian pembangunan dimasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT DI KELAS RSBI XI IPA 1 SMA N 1 SURAKARTA SKRIPSI OLEH: KARTIKA WIDIASTUTI K4305016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif

Lebih terperinci

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Alokasi Waktu : SMP N1 Berbah : VIII ( Delapan ) / I : IPA(FISIKA) : 2 JP A. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat A. Deskripsi Teori BAB II KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Menurut Purwanto (2009: 45), hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). relevan sehingga berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). relevan sehingga berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak yang mendasar bagi setiap warga negara. Pendidikan yang dilakukan yaitu secara formal dan informal, keduanya memiliki kesamaan tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Kegiatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Kegiatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Aktivitas Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku

Lebih terperinci

GAYA. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GAYA. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GAYA Hoga saragih Hubungan antara gaya dan gerak Mengapa benda bergerak sedemikian rupa? Apa yang membuat benda yang pada mulanya diam mulai bergerak? Apa yang mempercepat dan memperlambat benda? Kita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci