BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN

BAB VI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

Analisis Program Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Miskin. Analysis Economic Empowermence of Poor House Hold. Ahmad Alam 1, Titik Sumarti 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendidikan juga bergerak dalam bidang perekonomian. Sesuai dengan tujuan

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Persepsi dan Loyalitas Nasabah Pelaku Agribisnis

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB IV. Berbasis Masjid (KUM3) oleh Baitulmaal Mualmalat (BMM) Jakarta di. Dalam pendistribusian dana sosial produktif di Surabaya dilakukan

Lampiran I Wawancara Dengan Pemilik Kue Bawang Bu Ani. 1. Berapa modal. merintis usaha. sebelum. melakukan. 2. Apa bentuk. investasi.

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari pendahuluan

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

Strategi Mensiasati HUTANG

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengantar Ekonomi Mikro PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA & PERMINTAAN PASAR & PERILAKU KONSUMEN.

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

MEMBANGUN MASYARAKAT YANG CERDAS, MANDIRI, DAN SEJAHTERA

BAB VI SIMPULAN, REKOMENDASI DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB V TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

proses yaitu pencatatan dan penyajian sebagai berikut: 1 Laporan keuangan BMT disusun atas dasar cash basic. Dengan

BAB III DESKRIPSI TENTANG UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PENDIRIAN DAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

NO RESPONDEN : PEWAWANCARA :

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pertanyaan Bagi Pihak Manager BMT Batik Mataram Yogyakarta

KEWIRAUSAHAAN-II MENGELOLA KEUANGAN USAHA. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB VI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM PNPM-P2KP

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Pengelolaan Keuangan. Pengelolaan keuangan adalah tindakan untuk mencapai tujuan keuangan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

BERITA RESMI. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. lintas pembayaran, menyimpan, dan meminjam dana. disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun Selama kurun waktu 20

BAB I PENDAHULUAN. Dampak terus menerus berzakat dan berinfaq, di dalam masyarakat dapat

Daftar Pertanyaan Kuesioner

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT

ANALISIS KESEHATAN KSP. BMT. ARTHA ABADI KABUPATEN JEPARA

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

KALAU BISA EMPAT,KENAPA HARUS SATU?

Manajemen Keuangan Usaha. -Alfiani Nur Julia-

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Oleh: Elfrida Situmorang

PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SKRETARIS WAKIL SEKRETARIS BENDAHARA 3 ORANG ANGGOTA MENEJER KABID KEUANGAN ANGGOTA DILAYANI

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK PIHAK BMT MITRA USAHA UMMAT. Dilakukan pada tanggal 10 Desember 2011, di BMT Mitra Usaha Ummat

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN MENGELOLA KEUANGAN PERUSAHAAN. 11Fakultas FASILKOM MATSANI, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

MATEMATIKA Modus dari data diatas adalah. A. Rp B. Rp C. Rp D. Rp E. Rp

BAB III. 1. Sejarah Berdirinya BMT Amanah Insani Surabaya. para pendiri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pengusaha

BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DENGAN PERILAKU MEREKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau usaha tersebut dapat dikatakan mengalami perkembangan

TRANSKIP WAWANCARA. : AVI (Nama tidak dipublikasikan) Kode Wawancara : WA/2/26-Maret/2016 Hari/Tgl : Sabtu, 26 Maret 2016 Lokasi Wawancara : Rumah

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB IV ANALISIS MINIMNYA TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT DESA WELIRANG TERHADAP PRODUK-PRODUK PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BANK

BAB III HASIL PENELITIAN TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO DI USAHA SIMPAN PINJAM KAMPOENG ILMU SURABAYA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

56 BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT 7.1 Identifikasi Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Miskin Peserta Program Misykat Ukuran yang menyatakan tingkat keberdayaan rumah tangga peserta program Misykat diperoleh dengan menjumlahkan skor total yang diperoleh dari masing-masing responden. Responden yang memiliki tingkat keberdayaan rumah tangga tinggi adalah responden yang total skornya lebih dari atau sama dengan 19, sedangkan responden yang memiliki tingkat keberdayaan rumah tangga rendah adalah responden yang total skornya kurang dari atau sama dengan 18. Secara umum, tingkat keberdayaan rumah tangga peserta program Misykat disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Keberdayaan Rumah Tangga Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009 No Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Misykat tergolong kategori tingkat keberdayaan tinggi, yaitu sebesar 92,31 persen. Hal ini didukung pula oleh pernyataan salah satu peserta bahwa sebagian besar peserta program Misykat tingkat keberdayaan hidupnya semakin baik setelah mengikuti program, seperti penuturan seorang rumah tangga peserta program Misykat berikut: Kategori Jumlah Responden n % 1 Tinggi : 19 24 92,31 2 Rendah : 18 2 7,69 Total 26 100 Ibu mah bersyukur melalui program Misykat, ayeuna punya usaha jualan warung, lumayan sekarang bisa membantu suami. Ibu-ibu yang lain juga usahanya sudah berjalan contohnya Ibu Ijah mendapatkan modal dari Misykat

57 dengan usaha kripik pisang, dulu hanya jualan pisang mentah diplastikan sekarang jualannya pake bungkusan yang menarik. (Ibu Ent) Tabel 18. Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009 Keberdayaan Ekonomi Jumlah Rumah Tangga Miskin Ya Tidak Mendapatkan pinjaman modal dari program Misykat 21 (80,8) 5 (19,2) Kemudahan mengakses pinjaman modal ke Misykat 20 (76,9) 6 (23,1) Mendapatkan pelayanan penyimpanan tabungan dalam 26 (100) 0 (0) program Misykat Mendapatkan pendampinan dan pelatihan usaha dari 20 (76,9) 6 (23,1) program Misykat Berencana meminjam pinjaman modal selain dari 10 (38,5) 20 (61,5) program Misykat Mudah melakukan transaksi jual beli di pasar 25 (96,2) 4 (15,4) Memiliki kemampuan untuk memasarkan produk hasil 22 (84,6) 4 (15,4) usaha Mampu mengatur pembagian modal pinjaman 20 (76,9) 6 (23,1) Mampu mengatur penggunaan uang hasil tabungan 21 (80,8) 5 (19,2) Mampu mengatur hasil keuntungan dari usaha yang 24 (92,3) 2 (7,7) anda jalankan Mampu mengatur hasil pendapatan usaha keluarga 25 (96,2) 4 (15,4) Mampu mengatur penggunaan barang-barang produksi 21 (80,8) 5 (19,2) Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Misykat memiliki keberdayaan ekonomi tinggi. Hal ini karena rumah tangga peserta program Misykat memiliki kebebasan untuk mengakses terhadap keuangan mikro seperti Baitul Mal Watanwil (BMT) dan Bank, walaupun ternyata sangat sedikit (38,5 persen) peserta program yang berencana untuk meminjam uang ke lembaga keuangan mikro tersebut. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa alasan mereka tidak meminjam uang kepada lembaga keuangan mikro karena mereka takut tidak bisa melunasi uang pinjamannya, apalagi lembaga tersebut biasanya mensyaratkan ada jaminan. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat: Ibu mah tidak berani meminjam uang ke Bank takut tidak bisa melunasinya, pinjaman ke Misykat juga belum lunas. Ibu jadi malu belum bisa melunasinya (Ibu Rs)

58 Peserta program Misykat memiliki akses terhadap aset-aset produksi seperti: mesin produksi (mesin jahit, mesin obrasan, mesin bordir, kulkas, mixer, open), motor, tanah, gerobak bakso, warung. Akses terhadap pasar seperti: aktifitas jual dan beli produk yang mereka jalankan. Memiliki kontrol terhadap penggunaan pinjaman dan tabungan yang mereka hasilkan dari usaha yang mereka jalankan digunakan untuk: 1) menambah modal usaha, 2) menabung (tabungan cadangan dan tabungan berencana), bayar iuran yaitu iuran anggota dan iuran kas majlis, 3) menyisihkan uangnya untuk infaq yang besarnya sesuai keikhlasan masing-masing, dan 4) konsumsi keluarga. Walaupun terkadang mereka suka telat membayar iuran dan menyisihkan untuk menabung karena uang yang ada digunakan untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya. Mereka juga memiliki kontrol atas pendapatan dan aktifitas keluarga khususnya pendapatan suami, biasanya mereka gunakan untuk konsumsi keluarga, membayar utang, biaya sekolah anak dan mengeluarkan infaq. Menyisihkan uang untuk infaq selalu mereka usahakan karena mereka berkeyakinan bahwa infaq yang mereka keluarkan sebenarnya untuk diri mereka sendiri dan akan dibalas oleh Allah SWT dengan sesuatu yang lebih baik. Hal ini merupan salah satu buah dari materi pendidikan pada kegiatan pendapingan rutinan yang senantiasa setiap pekannya dilaksanakan.

59 7.2 Hubungan Antara Tingkat Pelaksanaan Program Misykat dengan Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program Misykat Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pelaksanaan program Misykat ditunjukkan dalam tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program Misykat dan Tingkat Keberdayaan, Kelurahan Loji, 2009. Tingakat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Tingkat Pelaksanaan Program Baik Cukup Kurang N % n % n % Tinggi 21 95,45 3 100 0 0 Rendah 1 4,55 0 0 1 100 Total 22 100 3 100 1 100 Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat, ternyata memiliki tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga tinggi yaitu 95,45 persen. Pada responden yang memberikan penilaian dengan tingkat pelaksanaan program Misykat kurang memiliki tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga rendah yaitu sebesar 100 persen. Data diatas menunjukkan bahwa ketika pelaksanaan program Misykat semakin baik maka tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya ketika tingkat pelaksanaan program Misykat kurang maka tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga peserta program Misykat rendah. Fenomena diatas terjadi karena proses pendampingan pekanan yang dijalankan oleh pelaksana program dirasakan bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengelola usaha yang sedang mereka jalankan, seperti:kemampuan mengakses dan mengontrol terhadap aset-aset produktif seperti membeli mesin produksi, kulkas dan motor. Kemampuan mengakses

60 terhadap pasar dengan menjual produksi hasil usaha sendiri, kemampuan mengontrol terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh hasil usaha sendiri dan penghasilan suami dengan cara menabung di Misykat. Semua peserta Program Misykat memiliki tabungan di Misykat hal ini karena mereka sadar akan manfaat dari menabung tersebut. Peserta program Misykat diberikan kebebasan dalam mengembangkan usaha baik menambah modal usaha dengan meminjam kepada lembaga selain dari program Misykat maupun pengembangan diversifikasi usahanya. Sehingga pelaksanaan program Misykat yang baik ini berdampak kepada tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga yang baik juga. Berikut penuturan salah satu peserta program: Alhamdulillah pendampingan rutinan setiap pekan bermanfaat pisan kanggo Ibu-ibu anggota Misykat. Ibu-ibu dipasihan materi cara ngelola usaha, gimana cara usaha anu halal, sareng dipasihan materi pengetahuan agama Islam. Ibu-ibu yang tadinya jarang sholat ayeuna mah getol sholat na. Jeung Ibu-ibu ayeuna mah bertambah berani contohna jadi petugas MC atau Tilawah kumargi tos aya jadwal na, jadi mau tidak kudu berani da udah jadwal na. (Ibu Yyh) Berdasarkan uji statistik dengan uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh hasil nilai korelasi sebesar 0,288. Hal ini mengidentifikasikan bahwa antara tingkat keberdayaan rumah tangga dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak terdapat hubungan yang signifikan (P > 0,05). Hal ini diduga karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi mengapa sebuah rumah tangga tidak berdaya pada dasarnya dapat ditelaah dari dimensi struktural dan kultural. Dimensi struktural-kultural mengandung makna berlangsungnya hubungan-hubungan sosial dan interakasi sosial yang khas dalam komunitas yang mengakibatkan berlangsungnya suatu kebiasaan yang dapat membius dan membatasi inisiatif dan semangat warga komunitas untuk berkembang. Berlangsungnya sikap-sikap yang pasrah, kurang kreatif, inisiatif, dan berani

61 dalam masyarakat atau tidak langsung dapat mengekalkan bentuk-bentuk dan sifat hubungan sosial yang khas dalam komunitas termasuk dalam sebuah keluarga (Nasdian, 2006). Dampak dari program Misykat terhadap rumah tangga peserta program Misykat secara kualitatif berdampak kepada kehidupan yang semakin baik. Hal ini karena sebanyak 26 rumah tangga peserta program Misykat dari sebelumnya tidak punya usaha kini mereka punya usaha. Ada pun 8 dari 26 peserta Misykat kini kondisinya sudah tidak berusaha lagi karena modal mereka habis dipakai untuk biaya sekolah anak, terjerat kepada reintenir dan memilih untuk bekerja. Dampak program Misykat juga ditunjukan dengan semua peserta program Misykat memiliki tabungan.