PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MINI PULE PANDAK



dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

Tipe perkecambahan epigeal

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

Tentang Kultur Jaringan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PELAKSANAAN PENELITIAN

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

Repositori FMIPA UNISMA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MINI PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina BENTH.) HASIL KULTUR IN VITRO PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN ZEOLIT ZAMZAM NURZAMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

RINGKASAN Zamzam Nurzaman. E03499023. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil Kultur In Vitro pada Media Arang Sekam dan Zeolit. Di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si. dan Ir. Siswoyo, M.Si. Pemanfaatan obat tradisional yang berbahan baku tumbuhan sudah sejak lama dilakukan oleh manusia. Salah satu spesies tumbuhan tersebut adalah pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.). Pule pandak merupakan salah satu tumbuhan obat yang keberadaannya di alam sudah sangat langka. Akar tumbuhan ini mengandung alkaloid reserpin yang dapat dijadikan sebagai bahan baku obat antihipertensi dan mengandung ajmalina, yang bersifat tranquilizer (penenang). Sifat ini bisa meniadakan kegelisahan dan kegugupan yang biasa dirasakan penderita tekanan darah tinggi (Wahyono, 1989). Kebutuhan bahan baku tumbuhan pule pandak bagi keperluan industri jamu maupun farmasi semakin meningkat. Tingginya permintaan bahan baku dari jenis ini menyebabkan frekuensi pemanenan yang selama ini dilakukan di alam semakin besar, sehingga keberadaannya berkurang drastis. Oleh karena itu berbagai tindakan pengembangbiakan tumbuhan ini perlu dilakukan agar keberadaannya terjaga dan mampu memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu cara untuk menghasilkan kualitas tumbuhan pule pandak yang baik dan seragam dapat dilakukan dengan melakukan pembiakan secara vegetatif, yaitu dengan kultur jaringan dan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stek mini tumbuhan pule pandak hasil kultur jaringan pada media arang sekam dan zeolit setelah diberi zat pengatur tumbuh NAA dan IBA dengan konsentrasi 0.1mg/l, 0.5 mg/l, 1.0 mg/l, 1.5 mg/l, dan 2.0 mg/l. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukkan dalam memproduksi pule pandak secara cepat. Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2005. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain zat pengatur tumbuh indole butyric acid (IBA), napthalene acetic acid (NAA), fungisida, hyponex, liquinox B1, liquinox fish emulsion, stek tanaman pule pandak (R. serpentina) umur tiga bulan hasil kultur in-vitro yang telah diaklimatisasi, tanah liat, arang sekam dan zeolit. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silet, gunting, ember, gelas ukur, pipet, neraca analitik, pengaduk, bak kecambah, plastik, karet, kompor, minyak tanah, drum untuk sterilisasi media, alat tulis, tally sheet, penggaris, termometer, hygrometer dan kamera. Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi persentase hidup, persentase stek berakar, tinggi stek dan panjang akar pada akhir pengamatan, pertambahan jumlah daun setiap minggu dan jumlah total daun di akhir pengamatan. Data penunjang yang juga dikumpulkan adalah suhu dan kelembaban harian rata-rata. Pengamatan dilakukan se lama 8 minggu dimulai dari satu minggu setelah tanam. Data yang dihasilkan disajikan dalam bentuk tabulatif dan deskriptif. Untuk mengetahui pengaruh pemberian NAA dan IBA dilakukan

analisis sidik ragam dengan rancangan acak lengkap kelompok satu faktor da n uji wilayah berganda Duncan. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah stek yang hidup sampai dengan akhir pengamatan berjumlah 352 dari 440 sampel, sehingga persentase stek yang hidup adalah 80%. Penyebab kematian diduga karena bakteri, jamur serta serangga renik. Serangan bakteri dan serangga renik ditunjukkan dengan membusuknya batang dan pangkal stek kemudian tanaman mati, sedangkan serangan jamur ditunjukkan dengan adanya benang-benang halus di sekitar stek. Hasil pengamatan menunjukkan sebanyak 94,6% stek yang masih hidup mempunyai akar. Stek yang berakar seluruhnya membentuk akar serabut. Stek yang diberi perlakuan NAA menunjukkan persentase stek berakar sebesar 91,14% atau sebanyak 144 stek, sedangkan pada stek dengan perlakuan IBA persentase stek beraka r sebesar 96,55% atau sebanyak 168 stek. Persentase stek berakar pada akhir pengamatan untuk stek yang ditanam pada media arang sekam sebesar 46,37% atau sebanyak 154 stek, sedangkan pada media zeolit sebesar 53,63% atau sebanyak 179 stek. Penggunaan NAA dan IBA sebagai zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) pada parameter pertumbuhan tinggi tanaman dan panjang akar dan sangat nyata (P<0,01) pada parameter pertambahan daun. Penggunaan arang sekam dan zeolit sebagai media tumbuh stek berpengaruh sangat nyata pada parameter panjang akar (P<0,01) tetapi tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun (P<0,05) Hasil pengamatan menunjukkan umumnya pada 1 4 minggu setelah tanam terjadi penyesuaian atau adaptasi dengan lingkungan fisik. Penyesuaian berupa pengguguran daun, perubahan warna daun dan penghentian pertumbuhan atau dorman. Penyesuaian dilakukan karena adanya tekanan dari lingkungan berupa suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan media perakaran. Faktor-faktor fisik tersebut mempengaruhi keberhasilan stek di samping zat pengatur tumbuh dan bahan stek itu sendiri. Kisaran suhu rata -rata yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah 26 30 0 C. Suhu terendah tercatat 23 0 C dan suhu tertinggi 42 0 C. Kisaran kelembaban rata-rata yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah 65% - 97%. Kelembaban terendah tercatat 45% dan kelembaban tertinggi tercatat 100%. Untuk menjaga kelembaban bak tanam ditutup dengan plastik dan disimpan di rumah kaca. Media ya ng digunakan sebagai media perakaran stek adalah arang sekam dan zeolit. Masing-masing media ditempatkan pada wadah terpisah. Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya tumbuh stek setelah dipindah ke polybag dan setelah ditanam di lapangan. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian mengenai persentase hidup tanaman pada saat aklimatisasi dari laboratorium kultur jaringan.

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MINI PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina BENTH.) HASIL KULTUR IN VITRO PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN ZEOLIT ZAMZAM NURZAMAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 Desember 1980 dari Ayah H. Usep Romli HM dan Ibu Hj. Neneng Susilawati. Pendidikan formal yang telah ditempuh adalah Sekolah Dasar di SDN Linggar III, Rancaekek, Bandung (1987-1992), SDN Sukadana, Bl. Limbangan, Garut (1992-1993), Sekolah Menengah Pertama di SMPN I Limbangan, Bl. Limbangan, Garut (1993-1996) dan Sekolah Menengah Umum di SMUN I Leuwigoong, Garut (1996-1999). Pada bulan Juni 1999 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Getas, Jawa Timur dan Cilacap-Baturaden, Jawa Tengah, pada tahun 2003. pada bulan Juni-Agustus 2004 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cisande, Kec. Cicantayan, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Selama kuliah penulis pernah menjadi pengurus DKM Ibaadurrahmaan, Fakultas Kehutanan IPB tahun 2000-2003, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (Himakova) tahun 2001-2002, Tim Mahasiswa Peduli Lingkungan Lingkar Kampus (TMPLLK) BEM KM IPB (2001-2002). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB, penulis menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil Kultur In Vitro pada Media Arang Sekam dan Zeolit dibawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, MSi. dan Ir. Siswoyo, MSi.

PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil Kultur In Vitro pada Media Arang Sekam dan Zeolit. Karya ilmiah ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ir. Edhi Sandra, MSi. dan Ir. Siswoyo, MSi. atas segala bantuan, bimbingan, arahan dan kesabaran selama penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini. 2. Ir. Andi Sukendro, MSi. selaku Dosen penguji dari Departemen Silvikultur dan Ir. Rita Kartika Sari, MSi. selaku Dosen penguji dari Depa rtemen Hasil Hutan. 3. Mama dan Bapak atas dukungan moril dan materiil serta do a-do a panjang yang terlantun di penghujung malam. 4. Prof. Dr. Cecep Kusmana, Dr. Muh. Yusram Massijaya, Dr. Rinekso Soekmadi, Dr. Sri Hartoyo, Dr. Ibnul Qoyyim, Dr. A. Mahmud. Thohari, dan Ir. Jarwadi B. Hernowo, MSc., serta staf pengajar lainnya yang telah mentransfer ilmu selama kuliah di IPB. Allah pasti membalas keikhlasan yang telah menyertai setiap kebaikan Bapak dan Ibu sekalian. Semoga Allah memberikan karunia yang lebih ba ik di masa mendatang. 5. Pak Husen, Pak Santa, Pak Ganda, Mas Eko dan teman-teman satu lab atas dorongan semangat dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi. 6. Staf AJMP Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 7. Emak, Kakak Jelly dan Teh Nia, Teh Yeti dan A Dadang, Teh Reni dan A Endang, A Wildan, Teh In In dan A Basit, Teh Wawang dan adik-adikku (Lani, Poppy, Fuji, Ayu, Icha, Galih, Rizal dan Dinda) serta para

keponakan (Dara, Zara, Bara, Nati, Najmi, Salwa, Celci dan Raya) yang telah mewarnai hidup tidak hanya dengan warna jingga. 8. Bapak Dade Nursahid Ahmad Yasin, Ak. MSc. dan keluarga, Ir. Fitriani Zaenab serta Keluarga Besar H. Abdul Syukur atas do a dan nasihatnya. 9. Dr. Djamhur Effendi, DEA., beserta ibu dan keluarga (A Yorga, Teh Diar, Celine, Louiza, Marham, Fikar, Wildan, Asfiya, Fathiya, dan Aida) atas do a, kebaikan dan keramahannya selama ini. Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rahmat-nya. 10. Keluarga kecil di Bogor (FathEr dan saudara fillah), Masyarakat Madani, Ahlul Madina h, tim futsal serta warga sekitar Balio 28. 11. Dewi Ratih, Wikea, Abien, Rhino, Mawan, Dodo, Bei, Beghenk, Ghodeg, Dogen, Andri, Putro, Iful, Al dan warga Casanova lainnya, Semoga kita bisa terus bersama untuk merajut masa depan yang lebih baik. 12. Awi, Ary, Agus, Tatang, Effendi, Rizal, Jaya, Hendri, Wawan, Witrie, Dina, Eni, Tina, Utie dan Ully (alm) juga saudara sewaktu di Fahutan atas keindahan ukhuwah selama di Bogor. Ya Allah, kumpulkan kami di syurga-mu kelak. Amin. 13. My Gank di Bandung (Dedi, Ujang, Enjang, Novvy, Prita, dan Nella), terima kasih atas do a, dorongan, kehangatan dan kebersamaannya. 14. Moh. Van Togirooy Teguh, Eki, Lia Kudang, Iman, Eva, Elis, Halimah, Yayan, Reni, Ai dan Lia Cangkudu. Terima kasih atas support dan kebersamaan untuk kemajuan SMP N I Limbangan. 15. Teman-teman Fahutan angkatan Badak 36, 37, 38, 39 dan pihak-pihak yang tak tersebutkan yang telah membantu, mendo akan dan menemani dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia kehutanan dan pihak-pihak yang menggunakannya. Bogor, Desember 2005

Penulis DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 C. Hipotesis... 2 D. Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.)... 3 1. Taksonomi dan Morfologi... 3 2. Habitat dan Penyebaran... 3 3. Kandungan Alkaloid... 4 4.... Manfaat... 5 5. Perbanyakan... 5 B. Kultur Jaringan Pule Pandak... 5 C. Aklimatisasi... 6 D. Stek Mini... 7 E. Zat Pengatur Tumbuh dan Pengaruhnya terhadap Perakaran Stek... 8 F. Media Tumbuh... 10 1. Zeolit... 10 2. Arang Sekam... 11 III. METODOLOGI PENELITIAN... 12 A. Tempat dan Waktu Penelitian... 12 B. Bahan dan Alat... 12 C. Metode Penelitian... 12 1. Persiapan Penelitian... 12 a. Persiapan Media Tumbuh... 12 b. Persiapan Zat Pengatur Tumbuh... 12 c. Penyediaan Bahan Stek... 12 2. Pelaksanaan Penelitian... 13 a. Penanaman Stek... 13 b. Pengamatan dan Pengambilan Data... 13 D. Pengolahan dan Analisis Data... 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

A. Persentase Stek yang Hidup... 15 B. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan... 15 1. Persentase Stek Berakar... 16 2. Panjang Akar... 16 3. Pertambahan Daun... 19 4. Tinggi Tanaman... 21 C. Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan... 22 1. Persentase Stek Berakar... 22 2. Panjang Akar... 23 3. Pertambahan Daun... 24 4. Tinggi Tanaman... 25 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 27 A. Kesimpulan... 27 B. Saran... 28 DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN... 32

DAFTAR TABEL No Teks Halaman 1. Kandungan Kimia pada Akar Pule Pandak dengan Persentase yang Dihasilkannya... 4 4 2. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam terhadap Berbagai Peubah Pertumbuhan Stek Pule Pandak... 16 3. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Akar Stek Pule Pandak... 18 4. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Daun Stek Pule Pandak... 20 5. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Stek Tanaman Pule Pandak... 22

DAFTAR GAMBAR No Teks Halaman 1. Rumus bangun indolebutyric acid dan naphthaleneacetic acid... 9 2. Histogram Persentase Stek Berakar pada Perlakuan NAA dan IBA.. 17 3. Histogram Rata-rata Panjang Akar Stek Pule Pandak dengan Perlakuan NAA, IBA dan Kontrol... 18 4. Grafik Pertambahan Daun Stek Pule Pandak dengan Perlakuan NAA, IBA dan Kontrol... 20 5. Histogram Rata-rata Tinggi Tanaman dengan perlakuan NAA, IBA dan Kontrol... 21 6. Histogram Persentase Stek Berakar pada Media Tumbuh... 23 7. Histogram Rata-rata Panjang Akar pada Media Tumbuh... 23 8. Histogram Jumlah Total Daun pada Media Arang Sekam dan Zeolit 24 9. Histogram Rata-rata Tinggi Tanaman pada Media Arang Sekam dan Zeolit... 25

DAFTAR LAMPIRAN No Teks Halaman 1. Pertambahan Jumlah Daun Stek Pule Pandak... 33 2. Pertambahan Jumlah Daun Stek Pule Pandak pada Media Zeolit... 33 3. Pertambahan Jumlah Daun Stek Pule Pandak pada Media Arang Sekam... 34 4. Rekapitulasi Data Pengaruh IBA dan NAA serta Media Zeolit dan Arang Sekam terhadap Peubah Pertumbuhan... 34 5. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan dan Kelompok terhadap Panjang Akar Stek Pule Pandak... 34 6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan dan Kelompok terhadap Pertambahan Daun Stek Pule Pandak... 35 7. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan dan Kelompok terhadap Tinggi Stek Pule Pandak... 35 8. Rata-rata Panjang Akar (PA), Tinggi Tanaman (TT) dan Pertambahan Daun (PD) Stek Tanaman Pule Pandak... 35 9. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Rumah Kaca... 36 10. Perakaran Stek yang Berupa Akar Serabut dengan Perlakuan NAA dan IBA serta Kontrol pada Media Zeolit dan Arang Sekam... 38 11. Stek Pule Pandak dengan Perlakuan IBA 0.1 mg/l pada Media Zeolit dan Arang Sekam... 38 12. Stek Pule Pandak dengan Perlakuan IBA 0.1 mg/l; 0.5 mg/l dan 1.0 mg/l (kiri) dan Perlakuan NAA 0.1 mg/l; 0.5 mg/l dan 1.0 mg/l (kanan) pada Media Zeolit dan Arang Sekam... 38

13. Stek Pule Pandak yang Telah Dipindahkan ke Polybag... 39 14. Indukan Stek Pule Pandak (kiri) dan Bunga Pule Pandak (kanan)... 39 15. Stek yang Mengalami Busuk Batang dan Daun (kiri); Stek yang Berkalus (kanan)... 39

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu ata u obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang digunakan biasanya dalam bentuk simplisia. Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, terna dan kulit batang (Syukur dan Hernani, 2002). Jumlah spesies tumbuhan obat yang telah berhasil diidentifikasi tidak kurang dari 1.845 spesies tumbuhan obat. Dari jumlah tersebut, tidak kurang dari 95 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat liar yang saat ini dieksploitasi dalam jumlah besar dari hutan maupun dari laha n liar lainnya sebagai bahan baku industri obat tradisional Indonesia (Zuhud dan Siswoyo, 2001). Menurut Syukur dan Hernani (2002) dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di dunia, 30.000 diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional. Pule pandak sudah lama dikenal masyarakat sebagai tumbuhan yang berkhasiat obat. Akarnya bisa menurunkan tekanan darah dan sekaligus obat penenang. Akar tumbuhan ini memiliki senyawa aktif yang mampu menurunkan tekanan darah, yaitu reserpina. Selain reserpina, akar pule pandak juga mengandung ajmalina, yang bersifat tranquilizer (penenang). Sifat ini bisa meniadakan kegelisahan da n kegugupan yang biasa dirasakan penderita tekanan darah tinggi (Wahyono, 1989). Seperti tumbuhan obat lainnya, kebutuhan bahan baku tanaman pule pandak bagi keperluan industri jamu maupun farmasi juga meningkat. Menurut hasil olahan Balitro (1990) dalam Sandra dan Kemala (1994), rata-rata kebutuhan pule pandak pada tahun 1984-1990 adalah sebesar 1.579,86 kg. Pertambahan per tahun mencapai 409,07 kg dengan trend pertambahan sebesar 25,89% per tahun. Diperkirakan pada tahun 2000 permintaan akan mencapai 6.898 kg. Apabila tidak

segera dilakukan tindakan penyelamatan (budidaya), maka dikhawatirkan akan terjadi kepunahan dari spesies tersebut di alam. Tingginya permintaan bahan baku dari jenis ini menyebabkan frekuensi pemanenan yang selama ini dilakukan di ala m semakin besar. Terjadinya kelangkaan jenis, pada akhirnya menyebabkan suplai bahan baku dari tanaman ini semakin menurun. Untuk dapat mengimbangi tingkat permintaan bahan baku simplisia pule pandak dan menyelamatkannya dari kepunahan, perlu dilakukan kegiatan konservasi maupun budidaya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kehutanan memudahkan kegiatan tersebut. Kultur in vitro sebagai salah satu altenatif penerapan teknologi dapat ditujukan untuk kepentingan budidaya/ekonomis maupun konservasi. Kultur jaringan dan stek merupakan salah satu alternatif pilihan dalam perkembangbiakan secara vegetatif. Melalui metode ini diharapkan dapat menghasilkan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas bahan baku simplisia pule pandak. B. Tujuan Mengetahui pertumbuhan stek mini pule pandak hasil kultur jaringan pada media arang sekam dan zeolit setelah diberi zat pengatur tumbuh NAA dan IBA pada konsentrasi yang berbeda. C. Hipotesis 1. Pemberian zat pengatur tumbuh akan memacu pertumbuhan akar, daun dan pertambahan tinggi. 2. Pengaruh zat pengatur tumbuh akan berbeda untuk setiap konsentrasi. 3. Media yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pada proses pertumbuhan stek tanaman. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk memproduksi pule pandak secara cepat bagi industri obat tradisional maupun modern, sehingga secara tidak langsung kelestarian spesies ini di alam dapat tercapai.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pule Pandak ( Rauwolfia serpentina Benth.) 1. Taksonomi dan Morfologi Tanaman pule pandak (Rauwolfia serpentina BENTH.) atau sering disebut akar tikus termasuk famili Apocynaceae bersama dengan pulai, pulai pipit, tapak dara, alamanda serta jelutung. Taksonomi dari tanaman ini menurut Heyne (1987) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledonae Sub Kelas : Sympetalae Ordo : Contortae Famili : Apocynaceae Genus : Rauwolfia Spesies : Rauwolfia serpentina BENTH. Secara morfologis tumbuhan ini memiliki ciri-ciri antara lain : habitus tanaman berupa perdu dengan tinggi 0,3-1,5 meter, bergetah putih, daun berpasangan atau tiga helaian, bunga putih dengan lebar 12 mm, buah 1-2, membulat hitam (PT EISAI Indonesia, 1995). Menurut Mardisiswojo dan Rajakmangunsudarso (1985), pule pandak merupakan tumbuhan perdu, banyak bergetah, tinggi sampai 55 cm, daunnya berbentuk taji atau telur terbalik. Bunganya berwarna putih atau merah dalam payung tambahan. Kulit akar tumbuhan ini mengandung zat-zat alkaloida ajmalin, ajmalinin, serpentin, serpentinin, fitosterol, asam-oleat dan alkohol tak jenuh. 2. Habitat dan Penyebaran Pule pandak mulai tersebar dari India sampai Jawa; meliputi India, Ceylon, Kepulauan Andaman, Burma, Siam dan Jawa (Heyne, 1987). Pule pandak juga tersebar di Vietnam, Malaysia dan Filipina (Wahyono, 1989).

Di alam terbuka, pule pandak yang terkenal sebagai akar tikus banyak tumbuh liar di ladang-ladang dan hutan-hutan jati yang berhawa panas dan kering, pada ketinggian 40 100 m dpl, tumbuh di atas tanah regosol, mediteran dan litosol (Wahyono, 1989). Sifat kimia tanah pada habitat pule pandak antara lain adalah ph berkisar antara netral sampai agak alkalis (7,4 7,7), kapasitas tukar kation tinggi sampai sangat tinggi (36,9 49,2 me/100 gr) dan persen kejenuhan basa sangat tinggi (81,4 100 %). Kandungan unsur hara tanah rata-rata berkisar antara rendah sampai sedang, terutama ketersediaan N, Mg, K dan Na. Kandungan P dan C sangat rendah sedangkan Ca sangat tinggi (Yahya, 2001). 3. Kandungan Alkaloid Senyawa alkaloid yang terkandung dalam pule pandak diantaranya reserpine, ajmalinine, rescinnamine, vinblastine, vincristine. Vinblastine, vincristine dan reserpine termasuk mayor alkaloid (Lewis, 1977). Persentase kandungan alkaloid akar pule pandak menurut Biswas (1956) dalam Basori (1993) adalah seperti yang tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Kimia pada Akar Pule Pandak dengan Presentase yang Dihasilkannya No Nama Kimia Persentase Hasil (%) 1. Ajmaline 0.1 2. Isoajmaline 0.01 3. Ajmalinine 0.05 4. Rauwolfinine 0.02 5. Serpinine 0.000027 6. Yohimbine 0.0064 7. Sarpagine 0.021 8. Corynanthine 0.019 9. 3-epi- -yohimbine 0.054 10. -yohimbine - 11. Rescinnamine - 12. Reserpine 0.147 13. Reserpoxidsine - 14. Methyl reserpate 0.014 15. Deserpidine - 16. Ä-Yohimbine 0.02 17. Reserpinine 0.014 18. Reserpiline - 19. Serpentine 0.08 20. Serpentinine 0.08 21. Chandrine 0.08

4. Manfaat Pemanfaatan pule pandak sudah dilakukan sejak dulu kala untuk penawar bisa ular (reptil), sengatan serangga, disentri, kolera, kejang perut, patah selera, nyeri rahim, antelmintik, radang usus, distosia, radang jantung, radang usus buntu, penyakit jiwa, penyakit kelamin, sesak napas, nyeri, anti emetik, sakit kepala, borok, koreng, demam, tekanan darah tinggi, malaria da n penyakit mata (PT EISAI Indonesia, 1995). Menurut Rumphias dalam Heyne (1987), pule pandak secara tradisional digunakan sebagai obat sesak nafas, nyeri perut, murus, sakit kepala dan gigitan ular. Getah batangnya juga sering diteteskan pada mata untuk menghilangkan bintik-bintik putih pada selaput bening. 5. Perbanyakan Perbanyakan pule pandak dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, yaitu dengan biji, potongan batang dan potongan rimpangnya. Menurut hasil penelitian di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, diperoleh bahwa keberhasilan pembiakan tanaman pule pandak dengan menggunakan stek ukuran panjang 1 5 cm serta diameter penampang rata -rata 10 mm memiliki persen pertumbuhan sebesar 72.5 %, sedangkan dengan menggunakan biji dengan perlakuan direndam dengan H 2 SO 4 pekat (90%) selama 5 menit memiliki persen tumbuh sebesar 65.42% (Basori, 1993). Sedangkan hasil dari penelitian terakhir selama bulan Maret-Juli 2003 dengan perlakuan NAA dan IBA pada media campuran pasir dan arang sekam diperoleh jumlah stek yang hidup sampai dengan akhir pengamatan berjumlah 107 dari 260 ulangan dengan persentase stek yang hidup adalah 41.15% (Ponganan, 2004). B. Kultur Jaringan Pule Pandak Budidaya in vitro adalah suatu budidaya di atas media dengan nutrisi dalam kondisi yang sangat steril. Budidaya in vitro juga dimaksudkan untuk membiakan bagian tanaman yang sekecil-kecilnya seperti organ, jaringan sel,

kepala sari, tepung sari dan protoplas da lam keadaan aseptik atau bebas dari gangguan mikroba yang tidak dikehendaki (Suryowinoto, 1996). Wattimena, Gunawan, Mattjik, Syamsudin, Wendi dan Ernawati (1992) mengemukakan bahwa kultur jaringan adalah suatu teknik mengisolasi bagianbagian tanaman (sel, protoplasma, tepung sari, ovari dan sebagainya), ditumbuhkan secara tersendiri, dipacu untuk memperbanyak diri, akhirnya diregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap dalam suatu lingkungan aseptik dan terkendali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan metamorfosis tanaman dalam kultur jaringan dapat digolongkan menjadi 4 golongan utama, yaitu : 1. Genotipe dari sumber tanaman yang digunakan. 2. Media, yang mencakup tentang komponen penyusun media dan juga zat pertumbuhan tanaman yang digunakan. 3. Lingkungan tumbuh yaitu fisik tempat kultur ditumbuhkan. 4. Fisiologi jaringan tanaman sebagai eksplan. Faktor-faktor diatas dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya (Wattimena et al., 1992). C. Aklimatisasi Masalah utama yang dihadapi dalam perbanyakan atau pengadaan bibit secara in vitro adalah usaha pemindahan dari media aseptik ke media non aseptik. Kegagalan terjadi karena tanaman yang dipindahkan mendapat lingkungan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya untuk pertumbuhan normal. Setiap tumbuhan mempunyai mekanisme adaptasi yang memungkinkan tumbuhan tersebut dapat hidup secara berdampingan dengan lingkungannya. Parameter lingkungan menentukan habitat ekologi bagi banyak jenis tanaman budidaya. Faktor-faktor yang berinteraksi dengan mekanisme fisiologi tumbuhan untuk beradaptasi antara lain adalah suhu, lama penyinaran, angin dan kelembaban. Faktor -faktor utama tadi berikut fluktuasinya merupakan kendali pembatas bagi tumbuhan untuk dapat hidup dan berproduksi (Wilsie, 1962). Menurut Hartmann dan Kester (1983) keberhasilan pembuatan stek dipengaruhi

oleh pemilihan bahan tanaman, perlakuan terhadap stek dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan stek. D. Stek Mini Stek adalah teknik pembiakan vegetatif dengan cara memisahkan bagian batang, akar atau daun dari pohon induknya, bila ditanam pada kondisi yang menguntungkan dan telah muncul akarnya akan membentuk individu yang sama dengan induknya (Hartmann dan Kester, 1983). Stek bertujuan untuk memperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga. Stek dengan kekuatannya sendiri akan menumbuhkan daun sampai menjadi tanaman sempurna (Wudianto, 2004). Menurut Wattimena, Gunawan, Makmur, Suseno, Sutjahjo (1986) stek mikro dapat digunakan untuk pengadaan bibit dasar, penghasil bibit sebar atau langsung sebagai propagula bagi petani. Stek mikro hasil kultur jaringan dapat dipanen sebagai stek mini dan ditanam di rumah kaca atau rumah kasa. Tunastunas dari tanaman berbatang lunak dapat dipindahkan secara langsung ke media non aseptik. Berdasarkan bagian tanaman yang dipergunakan, stek dibedakan menjadi 6 macam yaitu stek batang, stek akar, stek daun, stek mata (stek tunas), stek pucuk dan stek umbi. Tipe stek yang paling umum dipakai dalam perbanyakan tanaman adalah stek batang (Wudianto, 2004). Pada perkembangbiakan tanaman dengan stek batang, bagian tunas harus memiliki bagian batang yang menyamping atau menghasilkan sambungan pucuk dengan harapan meski dita nam dibawah kondisi yang pantas akar dapat tetap tumbuh dan terus berkembang menjadi tumbuhan yang bebas. Menurut Hartmann dan Kester (1983), ukuran stek yang baik memiliki panjang 10 76 cm dengan diameter berkisar antara 0,6 sampai 2,5 atau bahkan sampai 5 cm. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan bahan stek menurut Wright (1976) :

1. Batang atau ranting dipotong dengan panjang antara 15 25 cm. Sebagian daun pada batang dibuang dan batang harus tetap dalam kondisi basah untuk menjaga kemampuan tumbuhnya. 2. Bagian bawah batang dicelupkan kedalam larutan hormon untuk merangsang pertumbuhan akar. 3. Ketika ditanam, batang ditempatkan dalam posisi tegak. 4. Temperatur tempat tumbuh diatur dalam kisaran 25 0 C 32 0 C. 5. Setelah ditanam, bagian pucuk dijaga agar tetap basah dan dingin dengan menyemprotkan air sedikit demi sedikit. Karena kelebihan air akan berdampak lebih buruk daripada kekurangan air. Menurut Hartmann dan Kester (1983) perakaran stek dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya; media, suhu, kelembaban, oksigen, zat kimia dan persiapan bahan stek. Media merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan perakaran stek. Timbulnya akar merupakan indikasi berhasilnya stek dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan (Rochiman dan Harjadi, 1973). E. Zat Pengatur Tumbuh dan Pengaruhnya terhadap Perakaran Stek Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik, berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman. Salah satu bahan sintetis yang mempengaruhi proses fisiologi tanaman adalah zat pengatur tumbuh. Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa hormon adalah pengatur pertumbuhan, tetapi tidak semua zat pengatur tumbuh adalah hormon. Menurut Heddy (1989) hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi dalam nutrisi. Istilah zat mencakup hormon tumbuhan (alami) dan senyawa-senyawa buatan yang dapat mengubah tanaman dan perkembangan tumbuhan (Heddy, 1989). Departemen Kehutanan (1987) menyebutkan hormon tumbuh adalah zat