BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Hidup Eksplan Jumlah eksplan jelutung yang ditanam sebanyak 125 eksplan yang telah diinisiasi pada media kultur dan diamati selama 11 minggu setelah masa tanam (MST). Dari hasil pengamatan diperoleh 27 eksplan yang masih tetap bertahan dari 125 eksplan yang ditanam, sedangkan 98 eksplan mengalami kematian permanen yang ditandai dengan menghitamnya benih secara perlahan-lahan. Banyaknya jumlah eksplan yang mati ini kemungkinan besar dikarenakan oleh benih yang digunakan bisa dikatakan kurang baik mengingat kondisinya yang sudah 3 bulan dalam masa penyimpanan sehingga kondisinya kurang baik untuk dijadikan eksplan. Hal ini menjadi salah satu kendala yang ada ketika hendak melakukan budidaya jelutung, karena pada umumnya daya tumbuh benih akan berkurang dengan bertambahnya waktu (Tjitrosoepomo 2007). Tujuan utama dari penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomis ialah mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya (Justice & Bass 2002). Akan tetapi hal ini tidak bisa menjadi jaminan agar kualitas benih tetap baik setelah melalui proses penyimpanan tersebut. Begitu juga yang terjadi pada benih jelutung ini. Viabilitas benih dapat diperpanjang apabila benih disimpan pada kondisi yang terlindung dari panas, uap air, dan oksigen (Candolle 1832, diacu dalam Justice & Bass 2002). Proses kematian benih dapat terjadi secara perlahan-lahan sehingga nampaknya mustahil untuk menentukan kapan kehidupan benih itu berakhir. Justice dan Bass (2002), menyatakan bahwa pada suatu kelompok benih, proses kehidupan individu benihnya tidak berlangsung dalam laju yang sama antara satu dengan yang lainnya (pengaruh genetik). Jika benih disimpan pada berbagai keadaan, proses kehidupan benih berakhir pada waktu yang tidak sama, kadang kala enzim-enzim tertentu masih berfungsi untuk sementara meski benihnya telah mati. Begitu juga yang terjadi pada benih jelutung dalam penelitian ini. Meskipun mendapatkan perlakuan yang sama dalam proses penyimpanannya (pasca panen), tapi persentase kehidupan benih berbeda-beda setelah diberikan perlakuan secara in vitro. Hal ini diduga biji

2 25 jelutung yang digunakan sebagai eksplan mempunyai sifat genetik yang bervariasi dan tidak dapat dipastikan berasal dari induk pohon yang sama atau tidak. Sifat benih yang mudah rusak dan cepat berkecambah (rekalsitran) ini sering kali menjadi kendala dalam pembibitan jelutung secara massal sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama (Bathimi 2009). Baki dan Anderson (1970), diacu dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa waktu penyimpanan dan kondisi yang tidak cocok mungkin akan menyebabkan hilangnya sifat selektif dan metabolit membran biji selama perkecambahan. Oleh karena itu, benih rekalsitran harus dipertahankan pada suhu yang tidak terlalu rendah, karena dapat menyebabkan chilling injury (kerusakan karena suhu rendah). Selain itu, tempat penyimpanan benih juga mempengaruhi kualitas benih yang akan ditanam. Menurut Barton (1966) diacu dalam Justice dan Bass (2002), benih yang cukup kering pada wadah tertutup biasanya dapat hidup lebih lama dibanding dengan benih serupa yang disimpan pada wadah terbuka pada suhu yang sama. Hal ini dikarenakan kadar air benih berubah-ubah sesuai dengan berubahnya kelembaban nisbi udara di penyimpanan. Benih hanya akan berkecambah jika mendapat syarat-syarat yang diperlukan, yaitu air, udara, cahaya, dan panas (selain kondisi genetik dan penyimpanan dari benih itu sendiri). Jika syarat itu tidak terpenuhi, maka benih tinggal benih, tumbuhan baru yang ada di dalamnya (lembaga) berada dalam keadaan tidur (latent) (Tjitrosoepomo 2007). Kemampuan atau daya tahan suatu eksplan tumbuhan ditunjukkan oleh adanya persentase hidup eksplan tersebut. Apabila persentase hidup eksplan tumbuhan tinggi, maka eksplan tersebut mempunyai peluang hidup yang baik. Persentase hidup eksplan jelutung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Persentase hidup eksplan jelutung Jumlah ulangan No. Perlakuan Hidup dengan ΔP=0 Hidup dengan ΔP>0 Mati Persentase Hidup (%) 1 A B C D E Total ,8 Keterangan : ΔP adalah Pertumbuhan eksplan untuk tinggi, akar, daun, dan ruas

3 26 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah ulangan yang hidup pada setiap perlakuan menunjukkan pertumbuhan tinggi, akar, panjang akar, dan daun yang lebih besar dari nol (ΔP>0). Persentase hidup eksplan jelutung yang diamati memiliki persen hidup yang tidak terlalu tinggi, yaitu 20,8%. Persentase hidup dari setiap perlakuan berbeda-beda karena proses kehidupan individu benihnya tidak berlangsung dalam laju yang sama antara satu dengan yang lainnya walaupun dalam satu kelompok individu sekalipun (Justice & Bass 2002). (a) Gambar 2 Kondisi eksplan; (a) eksplan tumbuh, (b) eksplan mati. (b) 4.2 Tinggi Eksplan Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling mudah untuk diukur (Lakitan 1996). Pada penelitian ini, pengukuran data tinggi pada eksplan tumbuhan jelutung dilakukan seminggu sekali selama 11 minggu. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan colchicine dengan konsentrasi yang berbedabeda terhadap pertumbuhan tinggi, maka dilakukan analisis sidik ragam. Pengambilan data tinggi eksplan diambil dari pertumbuhan tinggi tunas dari pangkal hingga titik tumbuh tertinggi. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi eksplan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil analisis sidik ragam tinggi eksplan Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F 0,05 keragaman bebas kuadrat tengah Perlakuan 4 32,167 8,042 3,367 2,820 Error 22 52,549 2,389 Total 26 85,716

4 27 Hasil analisis sidik ragam untuk tinggi eksplan menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol, yang berarti pemberian konsentrasi colchicine terhadap pertumbuhan tinggi eksplan jelutung berpengaruh nyata. Menurut Gasperz (1991) apabila hasil sidik ragam memberikan hasil berpengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan uji lanjut (uji Duncan) terhadap pertumbuhan tinggi eksplan jelutung. Tabel 3 Uji lanjut hasil analisis sidik ragam tinggi jelutung Perlakuan Jumlah Ulangan (N) Rata-rata Pertumbuhan Tinggi (cm) A 25 1,43a B 25 4,02b C 25 1,80a D 25 3,35ab E 25 4,18b Keterangan: Huruf yang sama di belakang rataan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perlakuan B dan E memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan perlakuan C dan D tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Histogram rata-rata tinggi eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Gambar 3 menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil rata-rata pertumbuhan tinggi eksplan antara perlakuan kontrol (A) dengan perlakuan yang diberikan colchicine (perlakuan B, C, D, dan E). Kecenderungan eksplan yang diberikan perlakuan memberikan hasil rata-rata tinggi tunas yang lebih besar

5 28 dibandingkan tanpa perlakuan colchicine/kontrol. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada pemberian konsentrasi colchicine 2 mg/l (perlakuan E) memberikan hasil yang lebih tinggi dengan nilai rata-rata tinggi eksplan sebesar 4,18 cm, sedangkan hasil terendah diperlihatkan oleh eksplan yang tidak diberikan perlakuan/kontrol (A), yaitu sebesar 1,43 cm. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Griffiths, et al. (1999) diacu dalam Anggraito (2004) bahwa tanaman yang memiliki set kromosom lebih banyak dari biasanya menyebabkan meningkatnya ukuran sel, buah, bunga, stomata, dan sebagainya, sehingga secara otomatis berpengaruh terhadap fase pertumbuhan vegetatif eksplan, yaitu fase ketika eksplan membentuk organ-organ vegetatif (akar, batang, dan daun) (Lakitan 1996). Rata-rata tinggi tunas antar perlakuan atau terhadap kontrol cukup bervariasi, hal ini dikarenakan oleh kepekaan eksplan terhadap perlakuan colchicine berbeda-beda. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi eksplan dengan perlakuan colchicine pada dua minggu pertama sama dengan pertumbuhan eksplan tanpa colchicine. Pada minggu ke-3 hingga minggu ke-6, eksplan dengan perlakuan colchicine menunjukkan adanya kemajuan pertambahan tinggi yang lebih besar dibandingkan eksplan yang tidak diberikan perlakuan. Lalu pada minggu ke-7 hingga minggu ke-11 eksplan dengan perlakuan colchicine pertambahan tingginya meningkat lebih tajam. Perbedaan laju pertumbuhan tinggi eksplan ini dikarenakan akibat adanya induksi colchicine yang menghambat pembelahan sel lalu menghasilkan kromosom ganda. Kromosom yang jumlahnya mengganda ini menyebabkan ukuran sel menjadi lebih besar yang terlihat dari penampakan luarnya yaitu tinggi eksplan yang diberi perlakuan colchicine menjadi jauh lebih tinggi.

6 29 Gambar 4 Grafik pertumbuhan tinggi eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Pada pengamatan secara morfologi terlihat bahwa adanya pertumbuhan tinggi eksplan yang lebih besar pada perlakuan dengan colchicine daripada kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa berkas pengangkut xylem dan floem akan membesar akibat membesarnya sel (Wiendra et al. 2011). Hal ini dikemukakan oleh Griesbach (1990) diacu dalam (Wiendra et al. 2011) yang menyatakan bahwa berkas pengangkut yang membesar akibat membesarnya sel tanaman tentu sangat berpengaruh pada pengangkutan hasil asimilasi dan air yang lebih baik sehingga tanaman tumbuh lebih tinggi, batang lebih besar, dan waktu pembungaan lebih cepat. Sel yang membesar akan berbanding lurus dengan pertumbuhan eksplan, sehingga eksplan jelutung akan menjadi tanaman jelutung yang mempunyai bentuk fisik yang lebih besar dari biasanya. Hal ini tentu saja membawa keuntungan untuk dibudidayakan. Menurut Sclegel (2006) diacu dalam (Wiendra et al. 2011) batang yang besar dan kokoh pada tanaman memiliki nilai positif yaitu mampu menopang bunga dan buah sehingga tidak mudah rusak oleh pengaruh lingkungan seperti angin dan hujan. Sedangkan tanaman yang lebih tinggi memiliki nilai positif yaitu mampu berkompetisi untuk memperoleh cahaya matahari untuk keperluan fotosintesis yang sangat berperan di dalam kehidupan tumbuhan.

7 Jumlah Akar Eksplan Organ yang pertama terbentuk pada kebanyakan tumbuhan adalah akar (Lakitan 1996). Pada penelitian ini, penghitungan jumlah akar yang tumbuh pada eksplan jelutung dilakukan setiap seminggu sekali selama 11 minggu. Penghitungan jumlah akar yang dihitung adalah jumlah akar yang tumbuh selama waktu pengamatan. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan colchicine dengan konsentrasi yang berbeda-beda terhadap jumlah akar, maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam jumlah akar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis sidik ragam jumlah akar eksplan Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F 0,05 keragaman bebas kuadrat tengah Perlakuan 4 96,574 24,144 3,341 2,820 Error ,833 7,038 Total ,407 Hasil analisis sidik ragam untuk jumlah akar eksplan menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F (0,05) sehingga keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol, yang berarti pemberian konsentrasi colchicine terhadap jumlah akar jelutung berpengaruh nyata. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan. Tabel 5 di bawah ini menunjukkan uji lanjut (uji Duncan) terhadap pertumbuhan jumlah akar eksplan jelutung. Tabel 5 Uji lanjut hasil analisis sidik ragam jumlah akar eksplan Perlakuan Jumlah Ulangan (N) Rata-rata Jumlah Akar A 6 0,667a B 5 4,400ab C 3 2,000a D 8 2,750ab E 5 6,200b Keterangan: Huruf yang sama di belakang rataan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa hanya perlakuan E yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan perlakuan A, B, dan D tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol. Adanya jumlah akar yang berbeda pada perlakuan colchicine disebabkan oleh adanya perbedaan kepekaan terhadap pengaruh colchicine diantara spesies tanaman, bahkan diantara bagian tanaman yang berbeda, sehingga konsentrasi

8 31 akan berbeda pula (Poespodarsono 1988). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Histogram rata-rata jumlah akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberikan konsentrasi colchicine memiliki rata-rata jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa pemberian colchicine/kontrol. Jumlah akar rata-rata terbesar terdapat pada perlakuan E (colchicine 0,5 mg/l) sebesar 6,2 dan terkecil terdapat pada perlakuan A (kontrol) yaitu sebesar 0,67. Adanya perbedaan jumlah akar eksplan antar perlakuan disebabkan oleh kepekaan eksplan yang berbeda terhadap perlakuan colchicine. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik maka pertumbuhan akar pun harus baik. Hal ini sesuai dengan konsep keseimbangan morfologi atau keseimbangan morfogenetik yang dikemukakan oleh Hellriegel pada tahun 1883 yang menekankan bahwa potensi pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas tanaman (Sitompul & Guritno 1995). Jika diartikan dalam pengertian sederhananya, konsep ini berarti bahwa semakin baik akar maka akan semakin tinggi hasil tanamannya. Dapat juga dikatakan bahwa pertumbuhan suatu bagian tanaman akan diikuti dengan pertumbuhan bagian lainnya (Sitompul & Guritno 1995). Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa eksplan yang diberikan perlakuan colchicine menunjukkan pertumbuhan jumlah akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol). Dari awal penanaman eksplan hingga pengamatan minggu ke-3 belum menunjukkan adanya pertumbuhan akar, tapi

9 32 pada minggu ke-4 mulai terlihat pertumbuhan akar eksplan. Pada perlakuan E (colchicine konsentrasi 2 mg/l) pertumbuhan akarnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol. Gambar 6 Grafik pertumbuhan jumlah akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan colchicine memberikan pengaruh yang besar dan beragam terhadap pertumbuhan jumlah akar eksplan jelutung. Hal ini dikarenakan konsentrasi colchicine yang digunakan bersifat sangat kritis, sehingga konsentrasi yang beragam ini menyebabkan pengaruh yang beragam juga (Eigsti & Dustin 1957). 4.4 Panjang Rata-rata Akar Eksplan Pengukuran panjang akar jelutung dilakukan setiap seminggu sekali selama 11 minggu sama dengan penghitungan pada tinggi dan jumlah akar jelutung. Pengukuran panjang akar yang dilakukan dengan cara menghitung panjang akar dari pangkal akar hingga ujung akar. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan colchicine terhadap panjang akar dapat dilihat pada Tabel 6.

10 33 Tabel 6 Hasil analisis sidik ragam panjang rata-rata akar eksplan Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F 0,05 keragaman bebas kuadrat tengah Perlakuan 4 0,682 0,171 0,536 2,82 Error 22 6,999 0,318 Total 26 7,681 Hasil analisis sidik ragam untuk panjang akar jelutung menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menerima hipotesis nol. Ini berarti bahwa pemberian konsentrasi colchicine terhadap panjang akar jelutung tidak berbeda nyata. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan. Menurut Gasperz (1991), konsekuensi dari keputusan tersebut adalah pengujian lebih lanjut tidak perlu dilakukan. Untuk mengetahui hasil rata-rata pertumbuhan panjang akar jelutung dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Histogram rata-rata panjang akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian colchicine memiliki hasil rata-rata panjang akar jelutung yang beragam. Hasil rata-rata panjang akar jelutung terpanjang adalah pada perlakuan E (colchicine 2 mg/l) yaitu 5,48 cm sedangkan hasil rata-rata panjang akar terkecil adalah pada kontrol yaitu 0,68 cm. Pada pengamatan yang dilakukan, bisa dikatakan pengaruh colchicine berbanding lurus terhadap pertumbuhan jumlah dan panjang akar eksplan jelutung. Pada Gambar 8 dapat dilihat siklus pertumbuhan panjang akar eksplan

11 34 jelutung. Pertumbuhan hasil terbaik pada panjang akar eksplan terdapat pada perlakuan E dengan laju pertumbuhan panjang akar yang meningkat drastis pada minggu pengamatan ke-9 (Gambar 8). Hal ini diperkirakan dikarenakan adanya perbedaan pengaruh akibat perlakuan konsentrasi colchicine. Gambar 8 Grafik pertumbuhan panjang akar eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). 4.5 Jumlah Daun Eksplan Pertumbuhan vegetatif dicirikan dengan berbagai aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berhubungan dengan pembentukan dan pembesaran daun, pembentukan meristem apikal atau lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang, dan ekspansi sistem perakaran tanaman (Lakitan 1996). Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun (Tjitrosoepomo 2007). Daun termasuk salah satu alat hara (organum nutrivum) pada tubuh tumbuhan selain batang dan akar. Pengolahan zat anorganik menjadi zat organik dilakukan di daun dengan bantuan sinar matahari tidak terkecuali juga pada jelutung dalam penelitian ini yang menggunakan sinar lampu sebagai pengganti sinar matahari. Perhitungan jumlah daun eksplan jelutung dilakukan pada waktu bersamaan dengan perhitungan akar dan tinggi eksplan yaitu seminggu sekali selama 11 minggu pengamatan. Perhitungan jumlah daun yang dihitung adalah penambahan jumlah daun baru pada eksplan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan colchicine terhadap pertumbuhan jumlah daun, maka

12 35 dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis sidik ragam jumlah daun eksplan Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F 0,05 keragaman bebas kuadrat tengah Perlakuan 4 1,230 0,307 0,332 2,82 Error 22 20,400 0,927 Total 26 21,630 Hasil analisis sidik ragam untuk pertumbuhan jumlah daun menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menerima hipotesis nol. Ini berarti bahwa pemberian konsentrasi colchicine terhadap pertumbuhan jumlah daun eksplan jelutung tidak berbeda nyata. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan sesuai dengan pernyataan Gasperz (1991). Untuk mengetahui hasil rata-rata pertumbuhan jumlah daun eksplan jelutung dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Histogram rata-rata pertumbuhan jumlah daun eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian konsetrasi colchicine memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian colchicine/kontrol. Hasil ratarata pertumbuhan jumlah daun terbesar adalah pada perlakuan D (konsentrasi colchicine 1,5 mg/l) dan pertumbuhan jumlah daun terkecil terdapat pada perlakuan A (kontrol) dan C (konsentrasi colchicine 1 mg/l) dimana sama sekali tidak tumbuh daun pada eksplan jelutung.

13 36 Daun yang tumbuh paling cepat terdapat pada eksplan perlakuan D (colchicine konsentrasi 1,5 mg/l). Pada perlakuan ini, selama masa pengamatan (11 minggu), daun eksplan sudah muncul 4 helai, sedangkan pada kontrol belum muncul sama sekali. Gambar 10 Grafik pertumbuhan jumlah daun eksplan. (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Karakteristik daun suatu tanaman bisa berubah sesuai dengan perlakuan tanaman yang diberikan pada tanaman tersebut (Sitompul & Guritno 1995). Begitu juga yang terjadi pada eksplan biji jelutung ini. Pada penelitian ini daun lebih cepat tumbuh dan pada perlakuan colchicine konsentrasi 1,5 mg/l, ukuran dan jumlahnya lebih besar daripada konsentrasi yang lainnya. Pada konsentrasi ini daun sudah mulai tumbuh di minggu ke-6. Sedangkan pada konsentrasi yang lain daun paling cepat tumbuh pada minggu ke-8 dan tidak tumbuh sama sekali pada kontrol dan konsentrasi 1mg/l. Menurut teori yang ada, tumbuhan yang diberikan perlakuan konsentrasi colchicine seharusnya mempunyai ukuran daun yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan perlakuan konsentrasi colchicine. Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan, hal ini tidak bisa menjadi indikator pembanding, karena eksplan jelutung yang tidak diberikan perlakuan colchicine tidak tumbuh daun sama sekali. Namun, jika dilihat dari cepatnya pertumbuhan daun pada eksplan yang diberikan colchicine hal ini membuktikan bahwa pemberian konsentrasi colchicine memberikan pengaruh yang baik.

14 37 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumaryadi (2011), pemberian konsentrasi colchicine memberikan perbedaan yang nyata terhadap ukuran daun tanaman jelutung. Hal ini memiliki nilai positif bagi pertumbuhan tanaman dikarenakan daun yang lebih besar mengakibatkan reaksi fotosintesis berlangsung lebih maksimum. Pada daun yang lebih besar penyerapan sinar matahari berlangsung lebih maksimal dibandingkan daun yang ukurannya lebih kecil pada lingkungan intensitas cahaya matahari maksimal (Wiendra et al. 2011). Pemberian colchicine secara statistik tidak berbeda nyata, namun perlakuan dengan pemberian colchicine memiliki hasil rata-rata lebih besar dibandingkan perlakuan tanpa colchicine di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arisumi (1973), yang menyatakan bahwa tanaman tetraploid mempunyai batang, bunga, dan daun yang lebih besar dan tebal dibandingkan dengan tanaman diploid. 4.6 Ruas Baru Eksplan Perhitungan ruas baru pada eksplan jelutung dilakukan setiap seminggu sekali sama halnya dengan pengamatan pada akar, tinggi, dan daun eksplan jelutung selama 11 minggu. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan colchicine dengan konsentrasi yang berbeda-beda terhadap ruas baru maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhantubas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil analisis sidik ragam ruas baru eksplan Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F 0,05 keragaman bebas kuadrat tengah Perlakuan 4 0,367 0,092 0,877 2,82 Error 22 2,300 0,105 Total 26 2,667 Hasil analisis sidik ragam di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F (0,05), sehingga keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol, yang berarti pemberian konsentrasi colchicine terhadap ruas baru eksplan jelutung tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji Duncan. Untuk mengetahui hasil rata-rata ruas baru eksplan jelutung dapat dilihat pada Gambar 10.

15 38 Gambar 11 Histogram rata-rata ruas baru eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l, E: colchicine konsentrasi 2mg/l). Berdasarkan Gambar 11 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian konsetrasi colchicine menunjukkan hasil yang beragam. Hasil rata-rata ruas baru eksplan terbesar adalah pada perlakuan D (konsentrasi colchicine 1,5 mg/l) sedangkan ruas baru eksplan terkecil terdapat pada perlakuan A (kontrol), B (konsentrasi colchicine 0,5mg/l) dan C (konsentrasi colchicine 1mg/l). Ruas baru eksplan serentak mulai tumbuh pada minggu ke-9 pengamatan (Gambar 12). Gambar 12 Grafik ruas baru eksplan (A: kontrol, B: colchicine konsentrasi 0,5mg/l, C: colchicine konsentrasi 1mg/l, D: colchicine konsentrasi 1,5mg/l,E: colchicine konsentrasi 2mg/l).

16 Pengaruh Konsentrasi Colchicine pada Pertumbuhan Eksplan Pengamatan tinggi, jumlah akar, panjang akar, jumlah daun, dan ruas baru eksplan biji jelutung dilakukan sebanyak 11 kali selama 11 minggu dengan intensitas pengamatan yang dilakukan seminggu sekali. Dari hasil pengamatan menunjukkan persentase hidup eksplan yang rendah, baik pada eksplan kontrol maupun yang diberikan perlakuan. Hal ini diduga disebabkan oleh ph media yang rendah, yaitu 4. tujuan awal dari penggunaan ph 4 ini adalah untuk menyesuaikan kondisi media dengan habitat alaminya. Akan tetapi setelah dicermati, penggunaan ph 4 ini menyebabkan ketersediaan N, P, K, dan S menjadi rendah serta bisa meningkatkan kegiatan Al sehingga berdaya meracun tanaman (Notohardiprawiro et al. 2006). Hal ini dikarenakan Fe dan Mn terlarutkan meningkat secara berlebihan, terbentuk asam butirat dari dekomposisi bahan organik yang tidak sempurna, dan terbentuk H 2 S yang bisa menghambat pernafasan akar dan mengganggu penyebaran hara (Notohardiprawiro et al. 2006). Selain itu, rendahnya persentase hidup eksplan juga diduga dikarenakan colchicine memberikan dampak negatif pada eksplan yang secara efektif menghentikan proses pembelahan sel sehingga eksplan mengalami kematian. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada tinggi dan jumlah akar eksplan hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Pertumbuhan tinggi dan jumlah akar yang diberikan perlakuan colchicine mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan eksplan tanpa colchicine. Sedangkan pada panjang akar, jumlah daun, dan ruas baru eksplan hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi berdasarkan hasil rata-rata panjang akar, pertambahan jumlah daun, dan ruas baru eksplan yang diberikan perlakuan colchicine mempunyai hasil rata-rata yang dominan lebih besar untuk perlakuan yang diberikan colchicine dibandingkan yang tidak diberikan perlakuan. Pada kondisi lapangannya pun dapat dilihat adanya perbedaan antara perlakuan yang diberikan colchicine dengan perlakuan tanpa colchicine, baik tinggi, jumlah akar, panjang akar, jumlah daun, dan ruas baru eksplannya. Berdasarkan pengamatan ini dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan eksplan jelutung yang diberikan perlakuan colchicine mengalami

17 40 perubahan sifat yang dikarenakan adanya mutasi kromosom sehingga mengakibatkan perubahan sifat pada tanaman (Poespodarsono 1988). Dapat dikatakan juga bahwa sifat-sifat fisiologi tanaman poliploid akan mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya ukuran sel tanaman. Perubahan itu akan tampak pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan (Kuckuck et al diacu dalam Wiendra et al. 2011). Secara keseluruhan perlakuan konsentrasi colchicine memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap pertumbuhan eksplan jelutung. Menurut Avery et al. (1947) diacu dalam Wiendra et al. (2011), adanya pengaruh yang bervariasi ini dikarenakan colchicine yang diberikan pada setiap individu tanaman tidak mempengaruhi semua sel tanaman, tetapi hanya sebagian sel-sel saja. Pengaruh yang berbeda pada sel-sel tanaman disebabkan colchicine hanya efektif pada sel yang sedang aktif membelah. Selain itu, metode pemberian colchicine pada tanaman juga berpengaruh pada besar kecilnya mutasi yang terjadi. Sebagian besar eksplan yang diberi perlakuan colchicine mempunyai ukuran vegetatif yang relatif lebih besar dibanding eksplan kontrol, karena pada proses peningkatan poliploid yang berhasil diakibatkan oleh gagalnya proses mitosis menjelang terbentuknya dua anak sel, sedangkan kromosom sudah mengalami duplikasi maka isi sel tersebut mengandung jumlah kromosom dua kali lipat atau terjadi peningkatan ploidi. Tanaman yang telah meningkat ploidinya biasanya pertumbuhan awalnya akan lambat, tetapi pertumbuhan selanjutnya akan lebih besar ukurannya. Variasi ukuran vegetatif tanaman akibat perlakuan colchicine menunjukkan bahwa proses duplikasi kromosom atau peningkatan ploidi tidak seutuhnya berhasil 100%. Pengembangan tanaman melalui poliploidisasi dapat meningkatkan laju pertumbuhan 30-40% per musim diikuti dengan peningkatan hasil tanaman yang diperoleh (Biopact 2007 diacu dalam Zainudin 2010). Berdasarkan penjelasan tersebut diharapkan keberhasilan terbentuknya tetraploid pada tanaman jelutung nantinya akan diperoleh jenis jelutung tetraploid yang unggul karena secara kuantitas dan kualitas produksinya akan meningkat. Jenis tetraploid yang diperoleh memiliki vigor yang lebih baik, perakaran lebih panjang, dan lebih tebal.

18 41 Produksi panen yang dihasilkan dari tanaman tetraploid juga lebih unggul dibandingkan dengan jenis tetua diploidnya dan tanaman kontrol (pembanding). Menurut Zainudin (2010) dalam penelitiannya terhadap jarak pagar, secara ekonomis hasil tanaman tetraploid mempunyai potensi produksi minyak 62,5% lebih tinggi dibanding tetua diploidnya dan 39,2% lebih tinggi dibanding kontrol. Hal ini dikarenakan banyaknya kromosom sudah menjadi dua kali lipatnya, maka sel mempunyai kromosom dua kali lebih banyak dari sebelumnya (Sastrosumarjo dkk 2006). Pada parameter jumlah daun dan ruas baru eksplan jelutung antara kontrol dengan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh konsentrasi colchicine yang diberikan maupun cara perlakuan kurang optimal sehingga tidak berpengaruh pada pertumbuhan daun dan ruas baru eksplan. Hal ini juga dapat dikarenakan oleh respon setiap tanaman terhadap pemberian colchicine yang berbeda-beda. Selain itu, bisa juga dikarenakan perlakuan colchicine yang diberikan belum secara efektif mengganggu pembentukan benang pembelahan karena konsentrasi colchicine yang terlarut di dalam sel masih terlalu sedikit, sehingga proses polimerisasi protofilamen pada miktotubula masih tetap berlangsung (Anggraito 2004). Menurut Mansyurdin et al. (2002) diacu dalam Ritonga dan Wulansari (2010). Menyatakan bahwa pemberian colchicine pada konsentrasi rendah belum bisa menghambat pembentukan benang-benang gelendong, sehingga proses pemisahan kromosom pada stadium anafase tetap berlangsung dan pada akhirnya sel tersebut akan tetap diploid. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suryo (2007) diacu dalam Sejati (2008) yang menyatakan bahwa bila konsentrasi larutan masih terlalu rendah atau lamanya waktu perlakuan belum cukup, maka sifat tetraploid tanaman belum akan tercapai. Akan tetapi tidak dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi colchicine maka makin tinggi persentase sel yang tetraploid, karena tingginya konsentrasi colchicine akan mempertinggi persentase kematian kecambah pada tanaman (Mansyurdin et al. 2002, diacu dalam Ritonga & Wulansari). Dalam melakukan perlakuan colchicine diperlukan kehati-hatian untuk menentukan konsentrasi dan lama perendaman yang tepat (Anggraito 2004). Hal

19 42 ini dikarenakan colchicine adalah senyawa antimitotik yang memiliki batas konsentrasi penggunaannya. Bila konsetrasi colchicine melampaui ambang batas, maka akan menjadi bahan yang bersifat racun bagi tanaman. Nasir (2002) diacu dalam Anggraito (2004) menyatakan bahwa dalam menggunakan colchicine, hal yang sering menjadi hambatan adalah sering kali tidak diketahui saat sel-sel tanaman secara simultan mengalami mitosis pada waktu yang sama karena sedang aktif membelah. Bila saat mitosis pada setiap jenis tanaman diketahui, maka perlakuan dengan colchicine akan lebih efektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Liliaceae. Tanaman ini merupakan tumbuhan memanjat sehingga dikenal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor interaksi antara konsentrasi kolkhisin 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan lama perendaman kolkhisin 0 jam, 24 jam,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (البصل) (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman umbi lapis yang merupakan salah satu bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Selain itu bawang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Pertumbuhan Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, bobot segar akar, dan bobot

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 PENGARUH VARIASI WAKTU INKUBASI PERENDAMAN STEK BATANG PADA MUTAGEN KOLKHISIN TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn) ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan tanaman Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampel daun untuk mengetahui ukuran stomata/mulut daun, dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 ditunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya meningkat 1,48

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Jumlah Daun Tanaman Nilam (helai) pada umur -1. Berdasarkan hasil analisis terhadap jumlah daun (helai) didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1. di bawah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Jati Tanaman selama masa hidupnya menghasilkan biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Perubahan akumulasi biomassa akan terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman padi ciherang pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Kompos Kulit Biji Kopi Pengomposan kulit biji kopi dilakukan selama 30 hari, proses pembuatan kompos ini berlangsung secara aerob karena pada saat pembuatan memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedugul adalah pusat produksi pertanian hortikultura dataran tinggi di Bali yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisa sidik ragam untuk parameter tinggi tanaman pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam (MST) yang disajikan pada Lampiran 3a, 3b, 3c dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting seperti protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), kholoin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pertumbuhan Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat kering akhir tanaman. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan

Lebih terperinci

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI BENIH PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI Dewi Ma rufah Oleh : H0106006 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 I. PENDAHULUAN Biji merupakan alat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter persentase perkecambahan Berdasarkan hasil anasisis sidik ragam pada Lampiran 1, perlakuan konsentrasi dan lama perendaman tidak berbeda nyata terhadap persentase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci