BAB V PEMBAHASAN. hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. pengalaman untuk membantu agar klien memecahkan kesulitanya. 1. pengentasan masalah pribadi yang di derita konseli.

KONSELING. Oleh: Muna Erawati

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau

BAB V PENUTUP. masalah pada siswa dengan pemilihan materi yang berkaitan dengan masalah

Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP UNP Kediri

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB V PENUTUP. hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

DAFTAR PUSTAKA. Adz Dzaki Hamdani Bahran, Psikoterapi Dan Konseling Islam, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

LAMPIRAN C KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) e-issn X Volume 2 Nomor 1 Januari 2018

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kecemasan

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN. 1. Nama Ssekolah : SMK NEGERI 2 MALAN. 2. Status : NEGERI. 3. Nama Kepala Sekolah : H.

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

HAMBATAN YANG DIHADAPI OLEH GURU BK DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMPN 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.

Psikologi Konseling. Ketrampilan Dasar Konseling II. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA (Studi terhadap Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Solok)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa yang telah ditetapkan dasarnya sejak kemerdekaan. Baswedan (2013) hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

KONSELING ISLAMI. 1. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat (al-baqarah, 2 : 201), (ar-ra ad, 13 : 26, 28-29), (al- Qashash, 28 : 77)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

DAFTAR PUSTAKA. Santrock, J. W. (2003). Adolescene: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS PERENCANAAN KARIR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Perilaku Membolos Perilaku membolos di SMKN 2 Malang dilakukan oleh individu yang berbeda yakni dengan jenis kelamin dan kelas yang berbeda antara satu dengan individu lainya hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu yang berbeda antara yang satu dengan individu yang lain yang bersifat nyata. 1 Perilaku membolos di SMKN 2 Malang dilakukan siswa yang sengaja tidak masuk sekolah dan tidak menghadiri pelajaran dikelas tanpa meminta ijin kepada guru yang mengajar dikelas hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa membolos adalah tidak masuk bekerja atau sekolah, ini bisa diartikan bahwa saat belajar mengajar sedang berlangsung dengan sengaja siswa tidak menghadirinya tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepada guru yang bersangkutan. 2 Hal ini sesuai dengan perilaku membolos di SMKN 2 Malang bahwa siswa tersebut membolos dengan pengertian tidak masuk sekolah dan tidak mengikuti saat jam pelajaran berlangsung dan siswa tersebut tidak meminta ijin dahulu kepada guru yang mengajar disekolah. Perilaku membolos di SMKN 2 Malang dilakukan oleh idividu yang berbeda dengan invidu lainya dimana siswa tidak masuk sekolah dan tidak menghadiri pelajaran dikelas tanpa meminta ijin kepada guru yang bertugas yang dilakukan dengan sengaja karena beberapa faktor yang dari dalam diri siswa dan luar diri siswa. 1 Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta, PT Raja Grafindo, 2002) hal : 20 2 Ali Lukman, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1995) hal : 141

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori perilaku membolos oleh Keither bahwa perilaku membolos diartikan sebagai kehadiran siswa yang tidak teratur yang mana merupakan suatu problema atau masalah yang besar disekolah pada masa kini,sehingga ketidakhadiran siswa ini kemungkinan dapat disebabkan oleh factorfaktor luar atau dalam diri siswa itu sendiri. 3 Ada beberapa faktor penyebab perilaku membolos diantaranya sebab-sebab yang berasal dari keluarga, takut akan kegagalan, perasaan ditolak, dan sebab-sebab yang berasal dari masyarakat. 4 Sebab yang berasal dari keluarga meliputi tekanan dari keluargafaktor tekanan ekonomi keluarga misalnya adalah seorang anak yang agak besar dibutuhkan oleh orangtua untuk membantu keluarganya, sehingga rasa tanggung jawab anak terhadap anggota keluarganya menyebabkan dirinya tidak masuk sekolah, kemudian Faktor kekerasan yang dilakukan orangtua misalnya adalah orangtua menganggap bahwa bersekolah itu hanya membuang waktu saja dan bahkan mereka juga menganggap bahwa pendidikan tidak penting bagi anaknya, seperti mereka beranggapan bahwa pendidikan anak laki-laki penting dari pada pendidikan anak perempuan, karena pada akhirnya anak putri hanya akan kawin sehingga mereka tidak memerlukan pendidikan. Faktor takut akan kegagalan yang dimaksud disini adalah keyakinan yang keluar dari dalam diri anak mereka pasti tidak akan berhasil di sekolah karena dirinya tidak tahan merasa malu, gagal dan tidak berharga serta dicemooh sebagai akibat dari kegagalan. Faktor perasaan ditolak maksudnya adalah seringkali anak dibuat merasa bahwa dirinya tidak diinginkan atau diterima dikelasnya sehingga penolakan ini mungkin terasa sekali bagi anak, bila gurunya menyambut dengan kata-kata alangkah tenang dan tentramnya kemarin di kelas waktu kamu tidak masuk. Kemudian faktor yang keluar sebab-sebab yang 3 Kartono,Kepribadian : Siapakah saya?, (Jakarta, CV. Rajawali, 1985) hal : 77 4 Ibid hal : 79-83

berasal dari masyarakat maksudnya adalah tindakan seseorang dipengaruhi oleh tuntutan dan harapan masyarakat, bila masyarakat tidak beranggapan bahwa pendidikan penting bagi setiap orang, maka orang tertentu akan percaya bahwa mereka tidak harus bersekolah. Dalam jurnal Studi Tentang Perilaku Membolos Siswa SMA Swasta Di Surabayafaktor-faktor yang mendorong siswa berperilaku membolos dibagi menjadi 8 yakni : berdasarkan tahap perkembangan usia 12-20 tahun merupakan masa pencarian jati diri atau identitas diri, tingkat intelektual dan motivasi belajar siswa mempengaruhi nilai, perasaan rendah diri dan tersisihkan dari teman-temanya mempengaruhi dalam hubungan sosial, latar belakang keluarga mempengaruhi pribadi siswa dimana keluarga yang broken home cenderung anak menjadi nakal, status ekonomi keluarga, pengaruh teman sebaya, pengaruh teknologi dimana sekarang ini siswa lebih suka bermain game dan kewarnet, sikap guru yang tidak baik serta fasilitas sekolah yang kurang memadahi. 5 Selain kedua teori faktor-faktor siswa melakukan perilaku membolos tersebut ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku membolos pada siswa, Faktor faktor penyebab perilaku siswa di SMKN 2 Malang tersebut dibagi menjadi dua faktor yaitu: faktor internal (dari dalam diri) dan faktor eksternal (dari luar diri). Faktor internal ini meliputi presepsi positif terhadap perilaku membolos yaitu subjek menganggap bahwa membolos merupakan hal yang sah-sah saja dilakukan karena beberapa alasan seperti jika terlambat masuk sekolah maka subjek akan membolos, jika subjek tidak nyaman dilingkungan sekolah maka subjek akan membolos, jika subjek tidak menyukai guru atau hal apapun yang berhubungan dengan lingkungan sekolahnya maka subjek akan membolos.stres, adalah keadaan psikologis individu yang disebabkan karena 5 Damayanti Annisa Fenny.Denok Setiawati, Studi Tentang Perilaku Membolos Siswa SMA Swasta Di Surabaya,( Universitas Negeri Surabaya volume 03, 2013)

individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal 6 stres dalam hasil penemuan penelitian ini adalah subjek melakukan perilaku membolos karena stres beban pikiran yang dimiliki oleh salah satu subjek karena terlalu banyak masalah yang dialami dalam hidupnya. Dengan resiko stres karena terlalu benyak masalah maka subjek memutuskan untu membolos sekolah karena takut akan menambah beban stres yang dialaminya. Malas, adalah rasa keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan 7,malas dalam hasil penemuan penelitia ini karena sujek memang tidak ingin masuk sekolah tanpa sebab. Bosan, bosan adalah keinginan tidak melakukan sesuatu hal apapun. 8 Bosan dalam hasil penemuan penelitian ini adalah keinginan subjek tidak mengikuti kegiatan disekolah. Dan faktor selanjutnya adalah tidak ada rasa bersalah, tidak menyukai sosok guru pengajar, rasionalisasi, terlambat masuk sekolah. Faktor eksternal meliputi tetap bisa ujian meski membolos. Jadi antara kedua faktor dari teori dan faktor yang ditemukan dari hasil penelitian ada perbedaan. Faktor dari teori asli cenderung lebih ke sisi eksternal diri siswa yaitu faktor yang berasal dari keluarga dan faktor yang berasal dari lingkungan sekolah dan masyarakat, sedangkan faktor hasil temuan penelitian cenderung lebih ke sisi internal diri siswa. B. Proses Penerapan Konseling Individual Konseling individu ini adalah hubungan yang bersifat rahasia penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor menggunakan pengetahuan dan keterampilanya untuk membantu klienya mengatasi masalah-masalahnya. 9 hal ini sesuai dengan hasil penelitian yakni konseling individu 6 Sumarno, Pengantar Psikologi Klinis, ( Jakarta,Universitas Indonesia, 2008) 7 Edi zakus, Pengembangan Diri, (Jakarta, Kampus Panda Wordpress, 2009) hal : 21 8 Ibid, hal : 21 9 Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek ( Bandung,CV Alfabeta, 2007)hal :18

di SMKN 2 Malang diberikan kepada siswa yang mengalami masalah yaang dilakukanya secara continue, dimana dalam proses konseling ini bersifat rahasia dengan sikap penerimaan klien yang mempunyai masalah dan pemberian arahan yang berarti kesempatan dari konselor kepada klien dalam membantu mengentaskan masalah yang dialami klien. Konseling individual di SMKN 2 Malang merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan konselor melalui bentuk wawancara dan diskusi mendalam kepada klien yang merupakan siswa yang terkena masalah. Proses konseling individu pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan tahapan awal konseling yang meliputi proses membangun hubungan antara konselor dan klien, proses konselor memperjelas dan mendefinisikan masalah klien, proses negosiasi kontrak untuk melakukan konseling. Dilanjutkan dengan tahap pertengahan yang meliputi penjelajahan masalah klien, bantuan konselor berdasarkan penilaian masalah klien, di susul tahapan terakhir konseling yang diakhiri dengan menurunya kecemasan yang dialami klien, perubahan perilaku positif klien,perubahan perilaku klien kearah negatif dan perubahan sikap tidak menyalahkan orang lain. Proses konseling individual dalam penelitian ini sesuai dengan teori yang menjelaskan proses konseling individual yang terbagi menjadi tiga tahap : 10 Tahap awal konseling pada teori meliputi membangun hubungan konseling ynag melibatkan klien, memperjelas dan mendefinisikan masalah, membuat penafsiran dan penjajakan, menegosiasikan kontrak. Sementara tahap awal konseling yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi proses membangun hubungan, proses memperjelas dan mendefinisikan masalah, proses menegosiasikan kontrak. Tahap pertengahan pada teori meliputi menjelajahi dan mengekplorasi masalah isu, kepedulian klien lebih jauh, menjauh agar hubungan konseling selalu terpelihara, 10 Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek ( Bandung,CV Alfabeta, 2007)hal : 50

proses konseling berjalan sesuai kontrak. Sementara tahap pertengahan konseling yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penjelajahan masalah klien dan bantuan yang diberikan konselor berupa arahan berdasarkan penilaian kembali terkait masalah yang dialami klien. Tahap akhir konseling pada teori ditandai dari beberapa hal yaitu : menurunya kecemasan klien, adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih pisitif, terjadinya perubahan sikap positif dari dalam diri klien muai dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar. Sedangkan tahap akhir konseling dari hasil penelitian ini adalah perubahan perilaku subjek ke arah positif dan perubahan perilaku subjek kearah negatif. Kegiatan pendukung konseling individual di SMKN 2 Malang yaitu konselor mengadakan konferensi kasus yang bertujuan untuk memperoleh data tambahan tentang klien untuk memperoleh dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak terutama guru yang mengajar. Kemudian kunjungan rumah dengan tujuan untuk memperoleh data tambahan tentang klien. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kegiatan pendukung konseling individu meliputi : instrumen, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah. 11 C. Perubahan-perubahan siswa Beberapa indikator dari keberhasilan konseling individu untuk menilai perubahan-perubahan yang dilakukan klien setelah konseling berakhir adalah menurunya kecemasan klien, mempunyai rencana hidup yang praktis dan berguna, adanya perjanjian kapan rencananya akan dilaksanakanya rencana hidup yang praktis yang dibuat klien sendiri pada pertemuan berikutnya. 12 Sehingga konselor sudah berhasil mengecek hasil dari rencananya. 11 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,( Jakarta,PT Rajagravindo Persada, 2007)hal : 164 12 Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek ( Bandung,CV Alfabeta, 2007)hal : 50

Pada tahap akhir konseling individual yang dinamakan tahap action (tahap tindakan) terjadi perubahan perilaku klien ke arah positif; struktur konseling adalah klien membuat rencana hidup, stres klien menurun, klien mengevaluasi proses konseling, dan akhirnya sesi di tutup konselor atas persetujuan klien. Padatahap ini terjadi perubahan-perubahan penting yaitu adanya kemandirian klien dalam hidupnya saat ini dan masa depan. Selain dari indikator-indikator tersebut dalam penelitian ini ditemukan indikator yang meliputi perubahan-perubahan perilaku siswa kearah yang lebih positif yang tampak dari dalam diri subjek seperti subjek sudah tidak membolos sekolah lagi dan mulai mengikuti kegiatan yang ada disekolah. Perubahan perilaku siswa tersebut merupakan kemandirian yang didapat dari hasil konseling, dimana yang dimaksud kemandirian dari hasil penelitian disini adalah sikap klien yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhanya sendiri, penuh inisiatif, memperolah kepuasan sendiri dari usahanya. Hal ini sesuai dengan teori kemandirian dari kartini kartono yaitu kemandirian seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi masalah, bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orangtua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mandiri. 13 Ciri-ciri kemandirian seorang klien salah satunya adalah mampu mengenal diri sendiri, memahami diri sendiri, mampu menerima diri sendiri. Kepribadian klien disini adalah menentukan keberhasilan dari proses konseling, penerapan Konseling individual dalam penelitian ini sudah berhasil dengan baik karena mampu membantu mengatasi siswa yang berperilaku membolos 13 Kartono,Kepribadian : Siapakah saya?, (Jakarta, CV. Rajawali, 1985) hal : 21

mengalami perubahan kearah yang lebih positif. Tolak ukur keberhasilan konseling dapat dilihat dari proses dan perubahan-perubahan perilaku klien setelah mendapatkan konseling. Dari hasil konseling tersebut klien sudah memiliki alternatif untuk memecahkan masalah yang dialaminya. 14 Selain itu konselor juga memberikan beberapa alternative agar klien dapat memilih untuk mengambil keputusan secara mandiri dan baik. Keberhasilan dan kegagalan proses konseling juga ditentukan oleh beberapa hal : (1) kepribadian klien, (2) harapan klien, (3) pengalaman/ pendidikan klien. Keberhasilan proses konseling di SMKN 2 Malang juga meliputi beberapa hal yang sesuai dengan teori yaitu: (1) kepribadian klien, dalam kepribadian klien ini aspek yang terlihat dari masing-masing klien adalah perubahan sikap, emosi, serta timbulnya motivasi terhadap dirinya. 15 14 Surya, Dasar-Dasar penyuluhan, (Jakarta, Dependikbudna, 1988) 15 Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek ( Bandung,CV Alfabeta, 2007)hal : 111