LAYANAN BIMBINGAN TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 UDANAWU KABUPATEN BLITAR MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSES PENYELIDIKAN KASUS. dalam belajarnya. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

BAB IV ANALISIS DATA

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dari ke empat kasus

ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Identifikasi Masalah Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. pada siswa yang mengalami gangguan belajar matematika atau diskalkulia kelas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

LAMPIRAN-LAMPIRAN. a. Menurut bapak, seperti apa kecerdasan emosi dan spiritual?

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI KASUS PROBLEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 BANJARMASIN. M. Yuliansyah*

Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik

BAB V PENUTUP. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dan yang sudah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN OPERASIONAL PT GUNZE INDONESIA TAHUN 2008

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus)

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

ISTIQOMAH NIM:

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 69

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

MODEL KONSELING (Untuk Peer-Counseling) PLPG Rayon 142

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4.

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

Gambar 4.1 Diagram Persentase ketuntasan siswa pada prasiklus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

SELAMAT MENGERJAKAN TERIMA KASIH ATAS BANTUAN DAN KERJASAMANYA.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme

Transkripsi:

Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa... 87 LAYANAN BIMBINGAN TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 UDANAWU KABUPATEN BLITAR MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA Oleh: Mochammad Talkah SMK Negeri 1 Udanawu, Blitar Abstrak. Bimbingan dan Konseling ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan kepada peserta didik bagi pengembangan pribadi dan potensi mereka seoptimal mungkin. Layanan Studi Kasus kesulitan belajar bidang studi, adalah upaya mengenal, memahami, dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar bidang studi, dengan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Ada dua fungsi utama dari Studi Kasus Layanan Bimbingan Siswa yaitu, (1) Fungsi penyaluran, yaitu bimbingan untuk memberi bantuan kepada siswa dalam memilih kemungkinan-kemungkinan kesempatan yang terdapat dalam lingkup sekolah, (2) Fungsi pengadaptasian perilaku siswa dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan pemberian Layanan Bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kata Kunci: layanan bimbingan, kesulitan belajar, SMK, motivasi belajar Pengertian Studi Kasus secara luas adalah upaya mengenal, memahami, dan memantapkan siswa klien dengan cara mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pemecahan yang dihadapi. Sedangkan pengertian Studi Kasus Layanan Bimbingan Siswa secara sempit dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut: (1) Merupakan sebuah proses bantuan yang diberikan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga dapat mengarahkan dirinya dan bertingkah laku wajar sesuai dengan keadaan lingkungan di sekolah sendiri, keluarga serta masyarakat (Sukardi, 1993). (2) Merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencari pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat (Miller, 1975:25). (3) Merupakan suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan sehingga memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Stoops, 1975). Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Studi Kasus adalah usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan siswa yang mempunyai masalah. Studi Kasus merupakan bentuk layanan yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki keadaan pribadi dan tingkah lakunya serta perkembangan seorang siswa dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bersifat integrasi, yaitu menggunakan metode dan teknik pengumpulan data, dan komprehensif, yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu secara lengkap. Layanan Studi Kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal, memahami, dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Ada dua fungsi utama dari Studi Kasus Layanan Bimbingan Siswa yaitu, (1) Fungsi penyaluran, yaitu, bimbingan untuk memberi bantuan kepada

88 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 siswa dalam memilih kemungkinan-kemungkinan kesempatan yang terdapat dalam lingkup sekolah, (2) Fungsi pengadaptasian perilaku siswa dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan, serta beberapa informasi dan pertimbangan berbagai pihak yang mendukung, maka ditetapkan Adit, kelas XI TKR 5 sebagai konseli. Adapun dasar pemilihan konseli adalah sebagai berikut; (1) Konseli kurang memperhatikan pada saat penyampaian materi, sering bercanda dengan temannya waktu kegiatan belajar mengajar, dan jarang mengerjakan tugas, (2) Berdasarkan informasi dari berbagai pihak, prestasi belajarnya juga kurang memuaskan karena selalu berada di bawah rata-rata, (3) Konseli mengakui ketika mengerjakan soal ulangan dan tugas sering menyontek temannya. Dari beberapa alasan tersebut di atas penulis merasa perlu untuk memberikan bantuan melalui pemberian layanan bimbingan kesulitan belajar dan masalah yang sering dihadapi, sehingga konseli dapat berkonsentrasi belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian Studi Kasus ini adalah : (1) Mengetahui kepribadian siswa yang dianggap bermasalah. (2) Mengenal latar belakang pribadi siswa yang dianggap bermasalah. (3) Mengidentifikasi jenis, sifat, serta penyebab kesulitan belajar yang dihadapi. (4) Memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi siswa. (5) Mencari dan menetapkan berbagai alternatif pemecahan masalah berdasarkan data dan informasi yang obyektif dan lengkap, baik melalui cara preventif maupun kuratif. METODE PENELITIAN Proses Penelitian Studi Kasus layanan bimbingan tingkat kesulitan belajar siswa ada enam tahap, yaitu: Identifikasi, Sintesis, Diagnosis, Prognosis, Pemberian Bantuan, Pemecahan (Treatment), DAN Tindak Lanjut (Follow up) Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang mendapat masalah belajar bidang studi matematika, yang memerlukan bantuan atau penanganan untuk meningkatkan motivasi dalam belajarnya. Dalam analisa ini penulis memperhatikan siswa di dalam kelas saat berlangsung kegiatan belajar mengajar, memperhatikan siswa yang kurang serius memperhatikan pelajaran, dan menentukan siswa yang dianggap bermasalah. Dari hasil observasi di dalam kelas, penulis menemukan siswa yang sering bercanda, mengobrol dengan temannya pada waktu pelajaran matematika. Hal tersebut sangat mengganggu bagi seorang guru dan teman-temannya. Oleh karena itu penulis menjadikan siswa tersebut sebagai siswa kasus. Berdasar data yang dijaring dengan teknik angket, dapat diperoleh data sebagai berikut : 1. Data berdasarkan Angket a. Identitas Siswa 1) Nama Lengkap : Aditya 2) Kelas, Jurusan : XI TKR 5 3) Tempat, Tgl. Lahir : Blitar, 14 Mei 1995 4) Jenis Kelamin : Laki-laki 5) Agama : Islam 6) Bahasa sehari-hari : Jawa 7) Alamat : Kendalrejo Srengat Blitar 8) Hoby : Sepak Bola 9) Cita-cita : Polisi 10) Kegiatan di luar sekolah : Membantu di peternakan ayam b. Identitas keluarga 1) Nama Ayah : Alm. Sumari 2) Alamat : Slorok Garum 3) Agama : Islam 4) Pendidikan terakhir : SLTP 5) Pekerjaan : - 6) Nama Ibu : Sumistri 7) Alamat : Slorok Garum 8) Agama : Islam 9) Pendidikan terakhir : SD 10) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa... 89 c. Data tentang jumlah anggota keluarga 1) Saudara kandung : 3 orang 2) Jumlah saudara : 2 orang laki-laki 3) Jumlah saudara : 0 orang perempuan 4) Anak ke : 1 5) Status dalam : anak kandung keluarga d. Riwayat pendidikan siswa Jenjang Tahun Tahun Tempat pendidikan masuk keluar TK Darma Wanita Garum 2000 2001 SD SDN Slorok 2 Garum 2001 2009 SLTP SMP N 2 Garum 2009 2012 SLTA SMK N 1 Udanawu 2012 - e. Keadaan tempat tinggal siswa 1) Tggal bersama : Bibi (saudara Ibu) 2) Jarak ke sekolah : 14 km f. Sarana dan prasarana belajar siswa 1) Ke sekolah naik : Alm. Sumari 2) Biaya ditanggung : Slorok Garum oleh 3) Punya/tidak tempat : Islam belajar khusus g. Kegiatan belajar siswa 1) Waktu : Jam 20.30 s/d 21.00 2) Pelajaran yang : Bahasa Indonesia disukai 3) Pelajaran yang : Matematika tidak disukai 4) Orang tua : Tidak membantu belajar 2. Data berdasarkan hasil problem Dari data checklist, didapatkan data sebagai berikut. a. Kesehatan: (1) Jantung sering berdebardebar, (2) Sering keluar keringat dingin, (3) Merasa terlalu kurus, (4) Selalu kurang nafsu makan, (5) Sering/kurang dapat tidur, (6) Merasa lelah dan tidak bersemangat, (7) Sering merasa mengantuk, (8) Sering pusing-pusing, (9) Sering gemetar dan berkeringat b. Kehidupan ekonomi: (1) Uang saku tidak mencukupi, (2) Sambil bekerja karena ekonomi tidak cukup, (3) Terlalu banyak saudara yang harus dibiayai, (4) Ibu/saudara ikut membantu mencari penghasilan, (5) Sering menunggak uang sekolah, (6) Orang tua tidak hidup bersama, (7) Tidak puas dengan keadaan, (8) Ikut orang lain, karena orang tua tidak mampu c. Keluarga: (1) Merupakan anak sulung, (2) Ayah meninggal, (3) Tidak hidup bersama orang tua, (4) Di rumah terlalu sibuk bekerja, (5) Kurang perhatian orang tua d. Agama dan Moral: (1) Malas sembahyang, (2) Sering berdusta, (3) Sering tidak mengakui kesalahan, (4) Sering iri hati, (5) Ucapan dan perbuatan sering tidak sesuai, (6) Sering mempermainkan orang lain, (7) Kurang toleransi dengan pemeluk agama lain, (8) Kurang tenggang rasa dengan orang lain, (9) Sering melupakan barang yang dipinjam. e. Masalah Pribadi: (1) Sering merasa iri hati, (2) Sukar mendapat kawan, (3) Merasa rendah diri, (4) Sering menyesali diri sendiri, (5) Merasa pesimistis dan tidak mempunyai harapan, (6) Ingin berpenampilan lebih menarik. f. Hubungan Sosial: (1) Sering gagal dalam mencari kawan, (2) Sukar bergaul, (3) Sukar menyesuaikan diri, (4) Mudah tersinggung, (5) Takut bergaul, (6)Tidak menjadi pemimpin, (7) Sering bertentangan pendapat dengan orang lain, (8) Sukar menerima kekalahan, (9) Bingung berhadapan dengan orang banyak, (10) Mudah merasa malu, (11) Mudah marah, (12) Tidak sabaran, (13) Suka ingkar janji g. Hobi dan penggunaan waktu: (1) Keinginan untuk rekreasi selalu terhalang, (2) Gemar melukis tapi tidak punya alat, (3) Suka olah raga tapi tidak punya kesempatan, (4) Lebih suka hiburan daripada buku pelajaran, (5) Anggota keluarga sering menghalangi hobi, (6) Orang tua tidak pernah mengajak rekreasi, (7) Waktu banyak terpakai membantu orang tua.

90 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 h. Sekolah dan Pengajaran: (1) Sering malas masuk sekolah, (2) Merasa cemas bila ada ulangan, (3) Ada pelajaran yang tidak disenangi, (4) Merasa kurang dimengerti oleh guru, (5) Peraturan sekolah terlalu menekan, (6) Beberapa pelajaran dianggap tidak perlu, (7) Tidak dapat memusatkan pikiran di sekolah, (8) Sering melamun di dalam kelas, (9) Tidak ada teman untuk diajak belajar bersama, (10) Tidak berminat terhadap buku, (11) Sering mendapat nilai rendah, (12) Khawatir mendapat giliran maju ke depan, (13) Pelajaran yang bersifat hitungan terasa sangat sulit i. Cita-cita dan masa depan: (1) Ingin melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, tapi tak ada biaya, (2) Merasa pesimis dengan hari depan dan pekerjaan, (3) Khawatir nantinya tidak dapat berdiri sendiri, (4) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan diri, (5) Sering berdebar jika mengingat masa depan. j. Asmara: (1) Bercinta adalah bagian dari hidup, (2) Bercinta dalam masa sekolah bisa menjadi dorongan, (3) Pernah patah hati ditinggal pacar, (4) Sering membayangkan adegan cinta, (5) Iri melihat kawan berpacaran, (6) Sukar memilih calon pacar. 3. Data Berdasarkan Wawancara Setelah pengisian angket maka diadakan wawancara kepada klien yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari siswa. Dari wawancara diperoleh hasil sebagai berikut. (a) Orang tua/wali murid kurang peduli, (b) Jarang berkomunikasi dengan orang tua, (c) Ada teman sekelas yang kurang disukai, (d) Tidak cukup uang saku, (e) Ingin melanjutkan kuliah, tapi tak ada biaya, (f) Kurang suka terhadap salah satu guru, karena dianggap tidak pernah memperhatikan siswa. (g) Lebih suka praktek langsung daripada belajar teori, (h) Tidak suka pelajaran yang berhubungan dengan menghitung angka, (i) Kesulitan menemukan metode belajar yang tepat. 4. Hasil Observasi Instrumen yang digunakan selain wawancara juga melakukan pengamatan/ observasi, yang diperoleh data sebagai berikut. (a) Siswa kasus sering bingung ketika pelajaran sedang berlangsung, (b) Siswa kasus kurang bersemangat, sering merasa bosan pada waktu pelajaran di kelas. (c) Klien lebih senang berbicara dengan temannya di sekitar tempat duduknya di kelas. (d) Klien sering melamun di dalam kelas saat pelajaran berlangsung, (e) Teman bergaul klien adalah anak yang malas dan sering ramai di kelas. Dalam tahap ini dilakukan perangkuman dan menyimpulkan data yang telah diperoleh, diidentifikasi dan dianalisis. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang siswa kasus yang meliputi kelemahan dan juga kelebihan yang dimiliki siswa kasus. Dari data yang dikumpulkan dengan mengaitkan seluruh data yang relevan dengan masalah siswa kasus dapat disimpulkan beberapa hal. 1. Kelebihan: (a) Memiliki sarana belajar yang memadai (mempunyai meja belajar, ruang belajar dan buku pelajaran sendiri), (b) Mempunyai kebiasaan hidup mandiri, (c) Memiliki motivasi tersendiri, apabila menyangkut masa depan. 2. Kekurangan: (a) Di kelas siswa kasus sering merasa kurang bersemangat ketika mengikuti pelajaran. (b) Sering bingung, (c) Sering merasa lelah, (d) Merasa mudah tersinggung, (e) Cepat merasa bosan dalam belajar, (f) Sulit untuk belajar bersama teman-teman, (g) Tidak mempunyai waktu cukup untuk hobi dan istirahat, (h) Sering tertekan dengan keadaan Diagnosa merupakan kegiatan yang diambil untuk menentukan letak masalah, jenis masalah serta latar belakang masalah

Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa... 91 yang sedang dihadapi siswa. Oleh karena itu, di bawah ini akan dijabarkan secara rinci mengenai hasil dari diagnosa yang dilakukan penulis. 1. Letak Kesulitan: (a) Sifat kebiasaan, (b) Cita-cita siswa kasus, (c) Hubungan sosial, (d) Dalam hal pelajaran dan ulangan, (e) Kebiasaan belajar 2. Jenis Kesulitan: (a) Sifat kebiasaan: (1) Sering kehilangan kesabaran, (2) Sering melamun, (3) Kurang percaya diri, (4) Takut bicara dalam diskusi, (5) Hanya mau berdiskusi dengan teman yang suka diribut. (b) Cita-cita: (1) Sulit untuk memilih tujuan hidup yang tepat, (2) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya. (c) Hubungan sosial: (1) Sulit menyesuaikan diri, (2) Merasa mudah tersinggung. (d) Pelajaran dan ulangan, (1) Sering merasa kurang percaya diri, (2) Kurang teliti dalam mengerjakan ulangan. (e) Kebiasaan belajar: (1) Cepat merasa bosan dalam belajar, (2) Tidak punya cukup waktu untuk belajar, (3) Tidak tahu cara belajar yang benar. Siswa kasus tidak bisa membedakan mana yang seharusnya berpikir secara serius dan mana yang tidak. Selain itu siswa kasus juga sering melamun terutama pada saat berlangsungnya pelajaran.. Siswa kasus mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang polisi, menjadi pengusaha & orang yang sukses di kota. Dalam menghadapi ulangan, siswa kasus sering merasa kurang percaya diri atas jawaban pada ulangan yang sedang ia hadapi sehingga pada saat ulangan sering mencontoh temannya serta ia juga kurang teliti dalam mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Hal ini dikarenakan siswa kasus kurang percaya diri, sehingga waktunya terbuang untuk memikirkan apakah hasil jawaban ulangannya tersebut sudah benar atau belum habis untuk mencontek pekerjaan temannya. Dalam kebiasaan, siswa kasus sering kehilangan kesabaran. Sangat sulit bagi siswa untuk belajar bersama temantemannya. Karena menurut siswa kasus, ia lebih mudah berkonsentrasi dengan belajar sendiri dari pada harus belajar bersama teman-temannya. Dalam belajar bersama teman-temannya, ia merasa kurang nyaman karena merasa tersaingi oleh teman yang lain, dan ia merasa pendapatnya kurang begitu dianggap oleh temannya dalam belajar kelompok. Selain itu juga siswa kasus takut membuat kesalahan, kurang percaya diri, sulit mengambil keputusan, kurang lancar dalam berbicara saat diskusi. Prognosa adalah suatu langkah untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan akibat siswa kasus tidak segera mendapatkan bantuan. Kalau penulis perhatikan, bantuan harus seksama berdasarkan hasil identifikasi kasus dan diagnosa, yaitu menjadi penyebab permasalahan yang dialami oleh siswa kasus, sehingga kalau masalah tidak segera diatasi, maka kemungkinan yang akan terjadi pada diri siswa kasus adalah sebagai berikut. (1) Konsentrasi belajarnya tidak optimal. (2) Prestasi belajarnya akan menurun. (3) Dapat menyebabkan siswa kasus tidak naik kelas. (4) Siswa kasus akan dijauhi oleh temantemannya. (5) Tidak dapat mencapai citacitanya Akan tetapi, jika hal-hal tersebut di atas dapat segera diatasi, maka yang akan terjadi adalah sebagai berikut. (1) Konsentrasi belajar siswa kasus akan optimal, (2) Prestasi belajar siswa kasus akan meningkat, (3) Siswa kasus akan naik kelas, (4) Siswa kasus tidak akan dijauhi teman-temannya, (5) Cita-cita siswa kasus akan tercapai. Tujuan dari tahap pemberian bantuan ini adalah untuk memberikan bantuan kepada siswa agar dapat menyelesaikan masalah kesulitan belajarnya, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan penyesuaian yang sehat. Setelah diketahui masalah siswa, faktor-faktor timbulnya masalah serta kemungkinan jika masalah siswa diatasi dan tidak

92 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 diatasi maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah inti yaitu pemberian bantuan (Treatment). Langkah-langkah untuk membantu siswa kasus dalam memecahkan masalah: 1. Masalah yang dihadapi oleh siswa kasus. Sifat kebiasaan: (a) Sering kehilangan kesabaran, (b) Sering melamun, (c) Kurang percaya diri, (d) Takut bicara dalam diskusi, (e) Hanya mau diskusi dengan teman yang suka ribut. Cita-cita: (1) Sulit untuk memilih tujuan hidup yang tepat, (2) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya. Hubungan sosial: (1) Sulit menyesuaikan diri, (2) Merasa mudah tersinggung. Ulangan: (1) Sering merasa kurang percaya diri, (2) Kurang teliti dalam mengerjakan ulangan. Kebiasaan belajar: (1) Cepat merasa bosan dalam belajar, (2) Tidak punya cukup waktu untuk belajar, (3) Tidak tahu cara belajar yang benar. 2. Rencana Bantuan Rencana bantuan yang akan diberikan berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa: (a) Masalah sifat kebiasaan, bantuan yang akan diberikan; (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk dapat memilah-milah mana yang seharusnya dianggap serius dan mana yang tidak serius; (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar jangan terlalu sering diam, daripada diam lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat; (3) Menganjurkan pada siswa kasus agar pada saat berdiskusi dapat mengutarakan pendapatnya, (4) Memotivasi siswa kasus agar berani mengemukakan pendapat apabila penjelasan guru kurang jelas. (b) Masalah cita-cita siswa kasus, bantuan yang akan diberikan: (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat siswa kasus agar cita-citanya dapat tercapai. (2) Memotivasi siswa kasus untuk dapat mengutarakan kepada orang tuanya apa yang menjadi cita-cita siswa kasus. (3) Menganjurkan orang tua siswa kasus untuk memberikan dukungan dan motivasi sehingga dapat mengarahkan cita-cita anaknya. (c) Masalah hubungan sosial, bantuan yang akan diberikan: (1) Memotivasi siswa kasus untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya di dalam maupun di luar kelas atau di luar sekolah. Dengan demikian siswa kasus akan mempunyai banyak teman dan supel dalam bergaul. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dapat mengontrol emosinya. (d) Masalah ulangan, bantuan yang akan diberikan: (1) Meyakinkan siswa kasus bahwa rasa percaya diri harus ditumbuhkan dalam benaknya, terutama pada saat ia menghadapi ulangan. Siswa kasus harus yakin bahwa apa yang ia jawab dalam ulangan adalah jawaban yang paling benar. (2) Menganjurkan siswa kasus, hendaknya ia lebih teliti lagi dalam mengerjakan soal pada saat ulangan. Dengan demikian nilai ulangannya tidak ada yang di bawah ratarata. (e) Kebiasaan belajar, bantuan yang akan diberikan: (1) Menganjurkan pada siswa kasus bahwa dengan belajar bersama teman-teman, banyak sekali keuntungan yang dapat diperolehnya. Selain mengurangi rasa kebosanan juga dapat mengakrabkan diri siswa kasus, ia juga dapat bertukar pendapat dengan teman belajarnya, dengan demikian wawasan siswa kasus akan bertambah. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dalam belajar jangan dibiasakan untuk makan, karena belajar sambil makan konsentrasi dalam belajar akan berantakan sehingga siswa kasus tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh. 3. Bantuan yang telah diberikan a. Masalah sifat kebiasaan: (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk dapat memilah-milah mana yang seharusnya dianggap serius dan mana yang seharusnya dianggap tidak serius. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar jangan terlalu sering melamun, lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat. b. Masalah cita-cita siswa kasus: (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat siswa kasus agar cita-citanya tercapai. (2) Memotivasi siswa kasus untuk dapat

Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa... 93 mengutarakan kepada orang tuanya apa yang menjadi cita-cita siswa kasus. c. Masalah hubungan sosial: (1) Memotivasi siswa kasus untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya di dalam maupun di luar kelas atau di luar sekolah. Dengan demikian siswa kasus akan mempunyai banyak teman dan supel bergaul. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dapat mengontrol emosinya. d. Masalah ulangan: (1) Meyakinkan siswa kasus bahwa rasa percaya diri harus ditumbuhkan dalam benaknya. Ia harus yakin bahwa apa yang ia jawab dalam ulangan adalah jawaban yang paling benar. (2) Menganjurkan siswa kasus hendaknya ia lebih teliti lagi dalam mengerjakan soal ulangan. Dengan demikian nilai ulangannya tidak ada yang di bawah rata-rata. e. Kebiasaan belajar: (1) Menganjurkan pada siswa kasus bahwa dengan belajar bersama teman-teman banyak sekali keuntungan yang dapat diperolehnya. Selain mengurangi rasa kebosanan juga dapat mengakrabkan diri siswa kasus, ia juga dapat bertukar pendapat dengan teman belajarnya, dengan demikian wawasan siswa kasus akan bertambah. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dalam belajar jangan dibiasakan untuk makan, karena belajar sambil makan konsentrasi jadi berantakan sehingga siswa kasus tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh. Tindak lanjut (Follow up), adalah usaha yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui perkembangan siswa kasus setelah selesai diberikan bantuan. Langkah instrumen penelitian ini merupakan langkah untuk menilai keberhasilan bantuan yang diberikan kepada siswa kasus untuk mengikuti diri, apakah bantuan yang diberikan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Kegiatan ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena itu peran konselor, wali kelas, guru bidang studi sangat diperlukan untuk menentukan perkembangan siswa kasus dengan senantiasa memantaunya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan: (1) Melimpahkan masalah tersebut kepada wali kelas maupun guru bidang studi yang bersangkutan agar selalu memonitor dan terus memberikan layanan kepada siswa kasus tersebut. (2) Memberikan motivasi kepada siswa kasus untuk selalu giat belajar sehingga prestasi belajar yang telah diraihnya dapat dipertahankan dan ditingkatkan. (3) Menyarankan kepada orang tua atau wali siswa kasus agar senantiasa memberikan perhatian kepada putranya, khususnya dalam belajar serta memberikan motivasi untuk belajar dengan baik. Selain itu, orang tua juga perlu mendukung keinginan siswa yang berhubungan dengan cita-citanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada proses Treatment yang telah dilakukan terhadap masalahmasalah siswa kasus, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. Sifat Kebiasaan: (1) Sering kehilangan kesabaran, (2) Sering melamun, (3) Kurang percaya diri, (4) Takut bicara dalam diskusi, (5) Hanya mau diskusi dengan teman yang suka ribut. Dengan memberikan saran / anjuran, masukan kepada konseli untuk membiasakan diri melatih kesabaran, mengisi dengan kegiatan yang bermanfaat, meningkatkan rasa percaya diri, berani mengemukakan pendapat, maka ada perubahan yang signifikan pada sifat kebiasaan konseli menjadi lebih baik. Konseli menjadi lebih sabar, bisa mengisi waktunya dengan kegiatan yang positif dan tumbuh rasa percaya dirinya. Cita-Cita: (1) Sulit untuk memilih tujuan hidup yang tepat, (2) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya. Setelah mengetahui bakat dan kemampuannya, konseli berani menentukan pilihan jurusan sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya, serta mendapatkan dukungan dari orang tuanya.

94 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 Hubungan sosial: (1) Sulit menyesuaikan diri, (2) Merasa mudah tersinggung. Dengan memberikan motivasi kepada konseli agar pandai beradaptasi dengan teman-temannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan berlatih untuk selalu mengontrol emosinya, maka konseli menjadi lebih supel dalam bergaul dan banyak teman. Ulangan: (1) sering merasa kurang percaya diri, (2) kurang teliti dalam mengerjakan ulangan. Berbekal pada rasa percaya diri konseli yang sudah mulai tumbuh, dalam mengerjakan soal-soal ulangan dikerjakan dengan lebih hati-hati dan teliti, sehingga nilainya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kebiasaan belajar: (1) cepat merasa bosan dalam belajar, (2) tidak punya cukup waktu untuk belajar, (3) tidak tahu cara belajar yang benar. Dengan memotivasi, bahwa belajar bersama teman-teman akan mendapatkan banyak keuntungan seperti, bisa mengurangi kejenuhan, menambah wawasan, menambah keakraban, lebih bervariasi dan bisa lebih fokus. Maka hasilnya, konseli menjadi lebih senang belajar, lebih nyaman, dan bisa mengatur waktu belajarnya dengan baik. Dengan demikian, layanan bimbingan tingkat kesulitan belajar siswa bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data dan langkah-langkah yang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan bimbingan siswa sangat penting artinya untuk siswa. Sebagai guru yang baik dan profesional, selain memberikan materi di dalam kelas, juga mempunyai kewajiban untuk membantu mengembangkan pribadi dan potensi yang dimiliki siswa. Guru wajib mengetahui dan memahami keadaan dan permasalahan yang dihadapi siswa. Layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Langkah-langkah yang digunakan dalam layanan Studi Kasus kesulitan belajar terdiri dari: identifikasi, analisis data, sintesis, diagnosis, prognosis, pemberian bantuan/ treatment, dan tindak lanjut/follow up. Klien mengalami kesulitan belajar karena kurangnya minat dan motivasi untuk belajar, selain itu klien tidak mau bertanya apabila ada mata pelajaran yang kurang dimengerti. Klien sering malas belajar, sering merasa mengantuk dan kurang berkonsentrasi dalam pelajaran. Bantuan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah belajar di sekolah, masalah kebiasaan belajar, masalah pergaulan sosial, dan masalah psikologis. Hasil yang diperoleh setelah diberi bantuan yaitu klien mulai memperhatikan penjelasan dari guru pada waktu pelajaran. Saran Berdasarkan hasil pemberian layanan bimbingan kesulitan belajar siswa ini, beberapa saran antara lain. (1) Kepala Sekolah: (a) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menetukan kebijakan dalam kaitannya dengan perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. (b) Sebagai bahan pertimbangan dalam monitoring keadaan siswa dan kemampuan guru, terutama yang berkaitan dengan layanan program bimbingan siswa. (2) Guru Mata Pelajaran: (a) Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, (b) Memberikan motivasi belajar bagi siswanya diselasela kegiatan belajar. (3) Wali Kelas: (a) Menyediakan waktu luang bagi siswasiswanya untuk berdialog. (b) Memberikan motivasi belajar membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memberikan perhatian khusus kepada siswa yang bermasalah. (4) Saran Bagi Konselor: (a) Konselor hendaknya sesegera mungkin menindaklanjuti klien dan permasalahannya

Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa... 95 atas dasar studi kasus ini, sehingga perubahan klien semakin optimal dan studi kasus ini semakin maksimal. (b) Konselor hendaknya melaksanakan pelancaran instrument testing untuk memperlengkap data klien, sehingga data klien yang terkumpul lebih komprehensif. (c) Konselor harus dapat menjaga kode etik jabatan terutama berkaitan dengan penggunaan data dan studi kasus ini, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, terutama klien. Orang tua klien hendaknya mengajak klien untuk tinggal bersama keluarga sehingga terjalin komunikasi yang efektif dan memudahkan kontrol terhadap klien. Orang tua klien hendaknya meningkatkan hubungan komunikasi yang efektif dengan klien sehingga klien dapat berkembang secara optimal. Klien hendaknya lebih bisa kooperatif dengan praktikan, konselor ataupun orang-orang yang dapat membantu pemecahan masalah klien sehingga rnemudahkan proses penyelesaiaan masalah. DAFTAR RUJUKAN Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayan. 1985. Pengantar Pelayanan Bimbingan di Sekolah. Jakarta Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara. Djumhur. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan untuk PPJP. Jakarta: Depdikbud Hayinah. 1992. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Malang Haziz, Ishar. 1989. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial. Malang: FIP IKIP Malang Hidayah, Nur. 1998. Pemahaman Individu: Teknik Non Tes. Malang: FIP Universitas Negeri Malang. Suhardjono. 1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis lmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : Dirjen Dikdasmen Talkah, M. 2015. Diktat Bimbingan Konseling Kelas XI Semester 3. Blitar : SMK Negeri 1 Udanawu Blitar. Talkah, M. 2015. Diktat Bimbingan Konseling Kelas XI Semester 4. Blitar : SMK Negeri 1 Udanawu Blitar. Winkel, W.S. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Grasindo