BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Koi merupakan salah satu ikan hias yang sejak dulu hingga saat ini sangat terkenal di masyarakat, khususnya pecinta ikan hias, hobiis, dan pebisnis

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sukarman dan Chumaidi. Balai Riset Budidaya Ikan Hias Jl. Perikanan No. 13 Pancoran Mas, Depok

TINJAUAN PUSTAKA. Genus : Carassius, dan Spesies : Carassius auratus Linnaeus. Ikan mas koki memiliki bentuk badan pendek dan gemuk dengan perangkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

TINJAUAN PUSTAKA. Nishikigoi adalah nama Jepang untuk ikan koi (Alex, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Kelangsungan Hidup

I. PENDAHULUAN. juta ekor/tahun dan terdiri atas 240 jenis ikan hias laut dan 226 jenis ikan hias air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Ikan Koi Jenis Kohaku

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Anatomi Ikan Maskoki (Carassius auratus)

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan badut yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis ikan badut

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

Lampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

TINJAUAN PUSTAKA. hijau, hitam, keperak-perakan dan kombinasi dari berbagai warna. Ikan maskoki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Koi 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimilikinya. Klasifikasi adalah lanjutan dari identifikasi. Nenek moyang ikan koi adalah ikan Karper hitam, sehingga secara sistematik koi dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut Bachtiar (2002), Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Superkelas : Gnathostomata Kelas : Osteichthyes Superordo : Teleostei Ordo : Ostariophysi Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio L. 2.1.2 Ikan Koi Kohaku Koi yang dipelihara dan dikembangkan di Indonesia memiliki banyak variasi, terutama pola warnanya. Variasi semacam ini menyebabkan koi dibagi menjadi beberapa kelompok. Salah satu varietas koi yang sudah banyak dikenal kalangan masyarakat adalah Kohaku. Gambar 1. Ikan Koi Varietas Kohaku (Sumber : Dokumentasi Pribadi) 6

7 Ikan koi varietas Kohaku memiliki komposisi warna putih dan merah (dwiwarna). Koi Kohaku yang berkualitas baik memiliki lima syarat sebagai berikut (Bachtiar, 2002). 1. Warna merah jelas. 2. Sudut - sudut batas pola warna jelas. 3. Bagian di sekitar mata dan sirip tidak berwarna merah. 4. Di bawah garis lateral tidak terdapat warna merah. 5. Warna merah di bagian kepala tidak menyebar sampai melampaui mata, mulut, dan pipi. Cukup mendekati hidung atau hanya mencapai mata. Warna merah di bagian ekor tidak mencapai sirip belakang, paling tidak ada jarak 2 cm dari sirip belakang. 2.1.3 Kebiasaan Makan (Feeding habit) Makanan mempunyai peranan sangat penting bagi makhluk hidup sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan, dan berkembangbiak. Di negara-negara yang usaha budidaya ikannya telah maju, makanan tidak hanya digunakan sebagai sumber energi saja tetapi dimanfaatkan juga untuk tujuan tertentu, salah satunya sebagai sumber untuk meningkatkan kualitas warna tubuh pada ikan hias dengan menambahkan berbagai bahan tambahan yang dibutuhkan oleh ikan kedalam pakannya. Setiap spesies ikan memiliki cara makan dan kebiasaan makan yang berbeda-beda, tergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup. Ikan koi yang dipelihara dalam kolam umumnya diberikan pakan berupa pelet. Menurut Bachtiar (2002), frekuensi pemberian pakan untuk ikan koi adalah tiga kali sehari dengan interval waktu pagi, siang, dan sore. Jenis makanan ikan dapat dibedakan menjadi tiga macam golongan, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Jenis omnivora pada ikan ada yang bersifat omnivora cenderung karnivora dan omnivora cenderung herbivora. Ikan koi termasuk jenis omnivora yang cenderung herbivora karena memiliki pencernaan yang lebih mirip dengan herbivora sehingga koi lebih dapat menyerap pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Keuntungan sebagai ikan omnivora adalah mudah

8 menerima pakan tambahan atau pakan buatan sewaktu masih burayak, benih atau setelah dewasa (Mudjiman, 1994). 2.2 Bunga Marigold Bunga marigold (Tagetes sp.) tumbuh liar di Indonesia dan sangat mudah tumbuh di tanah ber-ph netral, panas, ber-drainase baik dan cukup sinar matahari. Biasanya tanaman ini tumbuh tegak setinggi 0,6-1,3 meter dengan panjang bunga berkisar 7-10 cm berwarna putih, kuning, orange hingga kuning keemasan tergantung pada spesiesnya (Sukarman dan Chumaidi, 2010). Gambar 2. Bunga Marigold (Tagetes sp.) (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Klasifikasi bunga marigold menurut Sukarman dan Chumaidi (2010) adalah sebagai berikut : Kingdom Ordo Keluarga Suku Genus Spesies : Plantae : Asterales : Asteraceae : Tageteae : Tagetes : Tagetes erecta Di Indonesia tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar atau bunga potong. Di Kanada dan Amerika bunga ini justru dijadikan pewarna pada pakan ternak agar kaki dan paruhnya lebih kuning. Hal tersebut karena mahkota bunga

9 marigold mempunyai kandungan karoten sangat tinggi yaitu 7000 mg/kg dari bobot keringnya (Sukarman dan Chumaidi, 2010). Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan karoten pada jagung (17 mg/kg), alga (2000-4000 mg/kg), dan yeast (30-800 mg/kg) yang sering digunakan sebagai suplemen dalam pakan ikan (Hertrampf et al., 2000 dalam Sukarman dan Chumaidi, 2010). 2.3 Pakan Ikan Makhluk hidup membutuhkan energi yang berasal dari makanan untuk tumbuh dan berkembang. Pakan yang baik adalah pakan yang jumlahnya cukup, kandungan nutrisinya lengkap, mudah dicerna, disukai oleh ikan, tepat waktu, dan berkesinambungan (Kusuma, 2012). Bila jumlah pakan tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka akan terjadi kompetisi pakan dan apabila jumlah pakan berlebih dapat menurunkan kualitas air. Untuk setiap hari jumlah makanan yang dibutuhkan oleh seekor ikan secara umum adalah 5-10% dari berat tubuh ikan. Namun, jumlah tersebut dapat mengalami perubahan tergantung pada kondisi lingkungan ikan. Misalnya suhu, mempengaruhi metabolisme tubuh ikan. Pada suhu yang tinggi, laju metabolisme meningkat sehingga kebutuhan akan energi juga meningkat. Dari sejumlah makanan yang dikonsumsi, hanya 10% saja yang akan digunakan untuk tumbuh, selebihnya digunakan untuk tenaga atau tidak dapat dicerna (Mudjiman, 1994). Secara umum makanan yang baik mengandung protein antara 20 40%, tetapi kandungan protein sekitar 25% sudah dapat memberikan hasil yang baik. Bahkan apabila hanya sebagai makanan tambahan kandungan proteinnya cukup 20% (Mudjiman, 1994). Di alam, ikan dapat memenuhi kebutuhan pakannya dengan berbagai macam makanan yang tersedia, namun lain halnya pada kegiatan budidaya. Ikan lebih bergantung pada pakan buatan dan tidak dapat memilih makanan lain. Sehingga pada kegiatan budidaya diperlukan pakan yang cocok dan tepat dengan segala kebutuhan yang diperlukan oleh ikan. Pakan dapat digunakan juga untuk tujuan tertentu, antara lain sebagai pengobatan, perbaikan metabolisme lemak, dan perbaikan kualitas warna pada

10 ikan hias. Penggunaan bunga marigold pada penelitian adalah sebagai bahan tambahan pada pakan buatan untuk meningkatkan kualitas warna ikan koi. Penggunaan tepung bunga marigold dalam pakan ikan memperlambat pertumbuhan ikan karnivora dan mengurangi kelangsungan hidupnya, karena bunga marigold mengandung selulosa tanaman yang sulit dicerna oleh pencernaan ikan karnivora. Hal itu tidak berlaku pada jenis ikan omnivora dan herbivora. Ikan koi termasuk ikan omnivora, tetapi lebih cenderung menyukai makanan dari tumbuh-tumbuhan sehingga penggunaan tepung bunga marigold tidak akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup koi. Berdasarkan hasil proksimat, tepung bunga marigold mengandung serat kasar sebesar 14,3% (Kusuma, 2012). 2.4 Warna pada Ikan Warna adalah salah satu daya tarik ikan hias selain bentuk fisik, tingkah laku, dan ukuran. Bachtiar (2002) menyatakan, tingkat kecemerlangan warna ikan koi sangat ditentukan oleh jumlah pigmen penyusunnya. Gambar 3. Struktur Kulit Ikan (Sumber : Walker dan Liem, 1994) Fungsi utama pigmen pada ikan secara alami adalah sebagai pengenalan jenisnya, mengelabui predator, dan untuk melindungi tubuh dari cahaya yang berlebih. Pigmen warna terletak pada bagian kulit dermis, ada yang tepat dibawah sisik dan ada yang letaknya agak kebawah sisik. Pigmen yang terletak tepat

11 dibawah sisik akan menghasilkan warna yang bagus, sedangkan yang letaknya agak kebawah, warna yang dihasilkan akan kurang cemerlang (Bachtiar, 2002). Menurut Bachtiar (2002), pigmen-pigmen yang membentuk warna ikan koi adalah pigmen merah, hitam, dan kuning (melanofora, xantofora, eritrofora, dan guanofora), namun warna lain bisa muncul akibat adanya refleksi sel yang disebut irridocytes. Sel irridocytes akan menimbulkan bayangan metalik yang akan masuk ke dalam pigmen dan mempengaruhi warna yang dibentuk seperti warna biru berubah menjadi hitam (Bachtiar, 2002). Banyaknya sel pigmen yang terkandung dalam koi akan menghasilkan warna tertentu. Bachtiar (2002) menyatakan, pada dasarnya ikan koi dan jenis ikan lainnya mampu menghasilkan pigmen sendiri yaitu pigmen melanofora dan guanofora. Melanofora atau melanin merupakan hasil akhir persenyawaan bahan fenol yang dikontrol oleh hormon tirosin. Pigmen ini menghasilkan warna cokelat hingga hitam. Guanofora merupakan hasil khusus dari ikan yang memiliki sel irridocytes. Guanofora berfungsi seperti cermin, memantulkan cahaya dan warna dari luar tubuhnya. Sel Guanofora terdiri dari endapan-endapan kristal putih yang merupakan sisa metabolisme ikan. Warna merah, oranye, dan kuning dihasilkan oleh pigmen eritrofora dan xantofora yang tidak bisa diproduksi di dalam tubuh ikan koi. Warna-warna tersebut diambil ikan koi dari pakan yang mengandung pigmen warna seperti karoten. Bachtiar (2002) menyatakan, karoten merupakan komponen utama pembentuk sel pigmen merah dan kuning. Zat karoten dapat diperoleh dari tanaman karena tanaman dapat memproduksi dan menyimpannya, sedangkan hewan termasuk ikan tidak bisa memproduksi karoten, tetapi dapat menyimpannya. Menurut Bachtiar (2002), zat karoten secara alami berfungsi untuk memberikan atau memperjelas penampilan warna, sebagai protektor atau pelindung sistem saraf pusat dari cahaya berlebihan, sebagai bahan dasar vitamin A, pengenalan jenis kelamin, dan menunjang termoregulasi atau proses pengaturan suhu tubuh. Karoten juga berfungsi untuk membantu pembentukan kuning telur dalam proses reproduksi dan berpengaruh terhadap kesehatan koi.

12 Satyani dan Sugito (1997) menyatakan, selain berfungsi sebagai pigmen dalam warna, karoten berperan dalam melindungi ikan terhadap sinar dan dipercaya dapat membantu dalam metabolisme siklus oksigen. Kandungan karoten dalam tepung bunga marigold terdiri atas dua jenis yaitu lutein dan Xantophyl. Kandungan lutein dalam tepung bunga marigold (Tagetes sp.) berkisar 80% dari total karoten (Sukarman dan Chumaidi, 2010). Senyawa karoten lain yang terkandung dalam bunga marigold dari kelas xantophyl adalah astaxanthin. Bachtiar (2002) menyatakan, ikan koi dapat memodifikasi karoten dari satu bentuk ke bentuk lain, terutama astaxanthin dan lutein. Misalnya lutein dikonversi menjadi astaxanthin. Karoten yang terdapat pada tepung bunga marigold jika diserap dapat dimodifikasi dalam tubuh ikan koi sesuai kebutuhan pigmennya. Evan (1993) dalam Indriati (2012) menyatakan, secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan butiran pigmen atau kromatofor. Gambar 4. Konversi Karoten pada Ikan Koi (Sumber : Shiang, 2006)

13 Ikan koi varietas Kohaku memiliki warna merah, sehingga membutuhkan pigmen astaxanthin untuk meningkatkan warna merah tersebut. Lutein dalam tepung bunga marigold dapat dikonversi menjadi astaxanthin dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pigmen warna merah. Astaxanthin merupakan hasil akhir dari senyawa-senyawa karoten. Latscha (1990) menyatakan, astaxanthin dan canthaxanthin digambarkan sebagai hasil metabolisme terakhir dari sumbersumber karoten. 2.5 Kualitas Air Kualitas air sangat memegang peranan penting dalam perikanan. Air merupakan media hidup ikan dan juga tempat segala macam terjadinya proses fisik, kimia, dan biologis pada ikan. Penurunan kualitas air akan menyebabkan berbagai hal negatif pada ikan, misalnya menurunnya nafsu makan ikan, pertumbuhan terhambat, dan dapat pula menimbulkan penyakit yang diakhiri dengan kematian ikan. Parameter kualitas air yang mempengaruhi antara lain suhu, ph, oksigen terlarut (DO), dan ammonia. Suhu merupakan salah satu faktor pembatas di suatu perairan. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme yang berakibat terhadap peningkatan konsumsi oksigen. Koi memerlukan suhu optimal sekitar 24-28 o C (Bachtiar, 2002). Jika suhu lebih tinggi dari 28 o C atau suhu cukup hangat, respon makan ikan tinggi. Akibatnya, pertumbuhan lebih cepat dan koi menjadi gemuk, kulit berkembang, tetapi warna ikan akan menjadi pudar. Suhu yang terlalu rendah atau kurang dari 24 o C cukup bagus untuk perkembangan warna. Namun, nafsu makan koi menjadi berkurang. Diusahakan suhu untuk pemeliharaan koi berada dalam kisaran yang optimal. Derajat keasaman (ph) air media berpengaruh terhadap proses fisiologis ikan. Menurut Daelami (2001), Derajat keasaman (ph) yang optimum untuk ikan hias berkisar antara 5,5 9,0. Kandungan oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh ikan untuk bernafas. Kebutuhan oksigen tiap organisme bervariasi, tergantung jenis, stadia, dan aktifitas ikan. Ikan pada stadia benih membutuhkan lebih banyak oksigen

14 dibandingkan ikan stadia dewasa. Demikian pula ikan dalam keadaan memijah serta ikan yang aktif bergerak, kebutuhan oksigennya akan meningkat. Konsentrasi oksigen terlarut yang baik bagi pertumbuhan ikan koi adalah 5-7 ppm (Bachtiar, 2002). Dalam lingkungan yang cukup oksigen, koi akan bergerak santai, tidak sering muncul ke permukaan kolam, dan responsif terhadap pemberian pakan. Ammonia merupakan hasil aktifitas metabolisme ikan dan pembusukan senyawa organik oleh bakteri. Jika ammonia tinggi akan menyebabkan kematian bagi ikan. Konsentrasi ammonia standar dalam kegiatan budidaya adalah lebih kecil dari 1 mg/l (Spotte, 1970 dalam Amin, 2012).