BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Koi 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimilikinya. Klasifikasi adalah lanjutan dari identifikasi. Nenek moyang ikan koi adalah ikan Karper hitam, sehingga secara sistematik koi dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut Bachtiar (2002), Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Superkelas : Gnathostomata Kelas : Osteichthyes Superordo : Teleostei Ordo : Ostariophysi Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio L. 2.1.2 Ikan Koi Kohaku Koi yang dipelihara dan dikembangkan di Indonesia memiliki banyak variasi, terutama pola warnanya. Variasi semacam ini menyebabkan koi dibagi menjadi beberapa kelompok. Salah satu varietas koi yang sudah banyak dikenal kalangan masyarakat adalah Kohaku. Gambar 1. Ikan Koi Varietas Kohaku (Sumber : Dokumentasi Pribadi) 6
7 Ikan koi varietas Kohaku memiliki komposisi warna putih dan merah (dwiwarna). Koi Kohaku yang berkualitas baik memiliki lima syarat sebagai berikut (Bachtiar, 2002). 1. Warna merah jelas. 2. Sudut - sudut batas pola warna jelas. 3. Bagian di sekitar mata dan sirip tidak berwarna merah. 4. Di bawah garis lateral tidak terdapat warna merah. 5. Warna merah di bagian kepala tidak menyebar sampai melampaui mata, mulut, dan pipi. Cukup mendekati hidung atau hanya mencapai mata. Warna merah di bagian ekor tidak mencapai sirip belakang, paling tidak ada jarak 2 cm dari sirip belakang. 2.1.3 Kebiasaan Makan (Feeding habit) Makanan mempunyai peranan sangat penting bagi makhluk hidup sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan, dan berkembangbiak. Di negara-negara yang usaha budidaya ikannya telah maju, makanan tidak hanya digunakan sebagai sumber energi saja tetapi dimanfaatkan juga untuk tujuan tertentu, salah satunya sebagai sumber untuk meningkatkan kualitas warna tubuh pada ikan hias dengan menambahkan berbagai bahan tambahan yang dibutuhkan oleh ikan kedalam pakannya. Setiap spesies ikan memiliki cara makan dan kebiasaan makan yang berbeda-beda, tergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup. Ikan koi yang dipelihara dalam kolam umumnya diberikan pakan berupa pelet. Menurut Bachtiar (2002), frekuensi pemberian pakan untuk ikan koi adalah tiga kali sehari dengan interval waktu pagi, siang, dan sore. Jenis makanan ikan dapat dibedakan menjadi tiga macam golongan, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Jenis omnivora pada ikan ada yang bersifat omnivora cenderung karnivora dan omnivora cenderung herbivora. Ikan koi termasuk jenis omnivora yang cenderung herbivora karena memiliki pencernaan yang lebih mirip dengan herbivora sehingga koi lebih dapat menyerap pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Keuntungan sebagai ikan omnivora adalah mudah
8 menerima pakan tambahan atau pakan buatan sewaktu masih burayak, benih atau setelah dewasa (Mudjiman, 1994). 2.2 Bunga Marigold Bunga marigold (Tagetes sp.) tumbuh liar di Indonesia dan sangat mudah tumbuh di tanah ber-ph netral, panas, ber-drainase baik dan cukup sinar matahari. Biasanya tanaman ini tumbuh tegak setinggi 0,6-1,3 meter dengan panjang bunga berkisar 7-10 cm berwarna putih, kuning, orange hingga kuning keemasan tergantung pada spesiesnya (Sukarman dan Chumaidi, 2010). Gambar 2. Bunga Marigold (Tagetes sp.) (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Klasifikasi bunga marigold menurut Sukarman dan Chumaidi (2010) adalah sebagai berikut : Kingdom Ordo Keluarga Suku Genus Spesies : Plantae : Asterales : Asteraceae : Tageteae : Tagetes : Tagetes erecta Di Indonesia tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar atau bunga potong. Di Kanada dan Amerika bunga ini justru dijadikan pewarna pada pakan ternak agar kaki dan paruhnya lebih kuning. Hal tersebut karena mahkota bunga
9 marigold mempunyai kandungan karoten sangat tinggi yaitu 7000 mg/kg dari bobot keringnya (Sukarman dan Chumaidi, 2010). Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan karoten pada jagung (17 mg/kg), alga (2000-4000 mg/kg), dan yeast (30-800 mg/kg) yang sering digunakan sebagai suplemen dalam pakan ikan (Hertrampf et al., 2000 dalam Sukarman dan Chumaidi, 2010). 2.3 Pakan Ikan Makhluk hidup membutuhkan energi yang berasal dari makanan untuk tumbuh dan berkembang. Pakan yang baik adalah pakan yang jumlahnya cukup, kandungan nutrisinya lengkap, mudah dicerna, disukai oleh ikan, tepat waktu, dan berkesinambungan (Kusuma, 2012). Bila jumlah pakan tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka akan terjadi kompetisi pakan dan apabila jumlah pakan berlebih dapat menurunkan kualitas air. Untuk setiap hari jumlah makanan yang dibutuhkan oleh seekor ikan secara umum adalah 5-10% dari berat tubuh ikan. Namun, jumlah tersebut dapat mengalami perubahan tergantung pada kondisi lingkungan ikan. Misalnya suhu, mempengaruhi metabolisme tubuh ikan. Pada suhu yang tinggi, laju metabolisme meningkat sehingga kebutuhan akan energi juga meningkat. Dari sejumlah makanan yang dikonsumsi, hanya 10% saja yang akan digunakan untuk tumbuh, selebihnya digunakan untuk tenaga atau tidak dapat dicerna (Mudjiman, 1994). Secara umum makanan yang baik mengandung protein antara 20 40%, tetapi kandungan protein sekitar 25% sudah dapat memberikan hasil yang baik. Bahkan apabila hanya sebagai makanan tambahan kandungan proteinnya cukup 20% (Mudjiman, 1994). Di alam, ikan dapat memenuhi kebutuhan pakannya dengan berbagai macam makanan yang tersedia, namun lain halnya pada kegiatan budidaya. Ikan lebih bergantung pada pakan buatan dan tidak dapat memilih makanan lain. Sehingga pada kegiatan budidaya diperlukan pakan yang cocok dan tepat dengan segala kebutuhan yang diperlukan oleh ikan. Pakan dapat digunakan juga untuk tujuan tertentu, antara lain sebagai pengobatan, perbaikan metabolisme lemak, dan perbaikan kualitas warna pada
10 ikan hias. Penggunaan bunga marigold pada penelitian adalah sebagai bahan tambahan pada pakan buatan untuk meningkatkan kualitas warna ikan koi. Penggunaan tepung bunga marigold dalam pakan ikan memperlambat pertumbuhan ikan karnivora dan mengurangi kelangsungan hidupnya, karena bunga marigold mengandung selulosa tanaman yang sulit dicerna oleh pencernaan ikan karnivora. Hal itu tidak berlaku pada jenis ikan omnivora dan herbivora. Ikan koi termasuk ikan omnivora, tetapi lebih cenderung menyukai makanan dari tumbuh-tumbuhan sehingga penggunaan tepung bunga marigold tidak akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup koi. Berdasarkan hasil proksimat, tepung bunga marigold mengandung serat kasar sebesar 14,3% (Kusuma, 2012). 2.4 Warna pada Ikan Warna adalah salah satu daya tarik ikan hias selain bentuk fisik, tingkah laku, dan ukuran. Bachtiar (2002) menyatakan, tingkat kecemerlangan warna ikan koi sangat ditentukan oleh jumlah pigmen penyusunnya. Gambar 3. Struktur Kulit Ikan (Sumber : Walker dan Liem, 1994) Fungsi utama pigmen pada ikan secara alami adalah sebagai pengenalan jenisnya, mengelabui predator, dan untuk melindungi tubuh dari cahaya yang berlebih. Pigmen warna terletak pada bagian kulit dermis, ada yang tepat dibawah sisik dan ada yang letaknya agak kebawah sisik. Pigmen yang terletak tepat
11 dibawah sisik akan menghasilkan warna yang bagus, sedangkan yang letaknya agak kebawah, warna yang dihasilkan akan kurang cemerlang (Bachtiar, 2002). Menurut Bachtiar (2002), pigmen-pigmen yang membentuk warna ikan koi adalah pigmen merah, hitam, dan kuning (melanofora, xantofora, eritrofora, dan guanofora), namun warna lain bisa muncul akibat adanya refleksi sel yang disebut irridocytes. Sel irridocytes akan menimbulkan bayangan metalik yang akan masuk ke dalam pigmen dan mempengaruhi warna yang dibentuk seperti warna biru berubah menjadi hitam (Bachtiar, 2002). Banyaknya sel pigmen yang terkandung dalam koi akan menghasilkan warna tertentu. Bachtiar (2002) menyatakan, pada dasarnya ikan koi dan jenis ikan lainnya mampu menghasilkan pigmen sendiri yaitu pigmen melanofora dan guanofora. Melanofora atau melanin merupakan hasil akhir persenyawaan bahan fenol yang dikontrol oleh hormon tirosin. Pigmen ini menghasilkan warna cokelat hingga hitam. Guanofora merupakan hasil khusus dari ikan yang memiliki sel irridocytes. Guanofora berfungsi seperti cermin, memantulkan cahaya dan warna dari luar tubuhnya. Sel Guanofora terdiri dari endapan-endapan kristal putih yang merupakan sisa metabolisme ikan. Warna merah, oranye, dan kuning dihasilkan oleh pigmen eritrofora dan xantofora yang tidak bisa diproduksi di dalam tubuh ikan koi. Warna-warna tersebut diambil ikan koi dari pakan yang mengandung pigmen warna seperti karoten. Bachtiar (2002) menyatakan, karoten merupakan komponen utama pembentuk sel pigmen merah dan kuning. Zat karoten dapat diperoleh dari tanaman karena tanaman dapat memproduksi dan menyimpannya, sedangkan hewan termasuk ikan tidak bisa memproduksi karoten, tetapi dapat menyimpannya. Menurut Bachtiar (2002), zat karoten secara alami berfungsi untuk memberikan atau memperjelas penampilan warna, sebagai protektor atau pelindung sistem saraf pusat dari cahaya berlebihan, sebagai bahan dasar vitamin A, pengenalan jenis kelamin, dan menunjang termoregulasi atau proses pengaturan suhu tubuh. Karoten juga berfungsi untuk membantu pembentukan kuning telur dalam proses reproduksi dan berpengaruh terhadap kesehatan koi.
12 Satyani dan Sugito (1997) menyatakan, selain berfungsi sebagai pigmen dalam warna, karoten berperan dalam melindungi ikan terhadap sinar dan dipercaya dapat membantu dalam metabolisme siklus oksigen. Kandungan karoten dalam tepung bunga marigold terdiri atas dua jenis yaitu lutein dan Xantophyl. Kandungan lutein dalam tepung bunga marigold (Tagetes sp.) berkisar 80% dari total karoten (Sukarman dan Chumaidi, 2010). Senyawa karoten lain yang terkandung dalam bunga marigold dari kelas xantophyl adalah astaxanthin. Bachtiar (2002) menyatakan, ikan koi dapat memodifikasi karoten dari satu bentuk ke bentuk lain, terutama astaxanthin dan lutein. Misalnya lutein dikonversi menjadi astaxanthin. Karoten yang terdapat pada tepung bunga marigold jika diserap dapat dimodifikasi dalam tubuh ikan koi sesuai kebutuhan pigmennya. Evan (1993) dalam Indriati (2012) menyatakan, secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan butiran pigmen atau kromatofor. Gambar 4. Konversi Karoten pada Ikan Koi (Sumber : Shiang, 2006)
13 Ikan koi varietas Kohaku memiliki warna merah, sehingga membutuhkan pigmen astaxanthin untuk meningkatkan warna merah tersebut. Lutein dalam tepung bunga marigold dapat dikonversi menjadi astaxanthin dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pigmen warna merah. Astaxanthin merupakan hasil akhir dari senyawa-senyawa karoten. Latscha (1990) menyatakan, astaxanthin dan canthaxanthin digambarkan sebagai hasil metabolisme terakhir dari sumbersumber karoten. 2.5 Kualitas Air Kualitas air sangat memegang peranan penting dalam perikanan. Air merupakan media hidup ikan dan juga tempat segala macam terjadinya proses fisik, kimia, dan biologis pada ikan. Penurunan kualitas air akan menyebabkan berbagai hal negatif pada ikan, misalnya menurunnya nafsu makan ikan, pertumbuhan terhambat, dan dapat pula menimbulkan penyakit yang diakhiri dengan kematian ikan. Parameter kualitas air yang mempengaruhi antara lain suhu, ph, oksigen terlarut (DO), dan ammonia. Suhu merupakan salah satu faktor pembatas di suatu perairan. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme yang berakibat terhadap peningkatan konsumsi oksigen. Koi memerlukan suhu optimal sekitar 24-28 o C (Bachtiar, 2002). Jika suhu lebih tinggi dari 28 o C atau suhu cukup hangat, respon makan ikan tinggi. Akibatnya, pertumbuhan lebih cepat dan koi menjadi gemuk, kulit berkembang, tetapi warna ikan akan menjadi pudar. Suhu yang terlalu rendah atau kurang dari 24 o C cukup bagus untuk perkembangan warna. Namun, nafsu makan koi menjadi berkurang. Diusahakan suhu untuk pemeliharaan koi berada dalam kisaran yang optimal. Derajat keasaman (ph) air media berpengaruh terhadap proses fisiologis ikan. Menurut Daelami (2001), Derajat keasaman (ph) yang optimum untuk ikan hias berkisar antara 5,5 9,0. Kandungan oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh ikan untuk bernafas. Kebutuhan oksigen tiap organisme bervariasi, tergantung jenis, stadia, dan aktifitas ikan. Ikan pada stadia benih membutuhkan lebih banyak oksigen
14 dibandingkan ikan stadia dewasa. Demikian pula ikan dalam keadaan memijah serta ikan yang aktif bergerak, kebutuhan oksigennya akan meningkat. Konsentrasi oksigen terlarut yang baik bagi pertumbuhan ikan koi adalah 5-7 ppm (Bachtiar, 2002). Dalam lingkungan yang cukup oksigen, koi akan bergerak santai, tidak sering muncul ke permukaan kolam, dan responsif terhadap pemberian pakan. Ammonia merupakan hasil aktifitas metabolisme ikan dan pembusukan senyawa organik oleh bakteri. Jika ammonia tinggi akan menyebabkan kematian bagi ikan. Konsentrasi ammonia standar dalam kegiatan budidaya adalah lebih kecil dari 1 mg/l (Spotte, 1970 dalam Amin, 2012).