Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Babi Lokal...Edrin

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif...Deddy Arwan Sihite

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

UKURAN LINIER TUBUH BABI LOKAL TIMOR JANTAN YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF Redempta Wea dan Theresia Koni ABSTRACT

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Indeks Kumulatif Domba Komposit...Ai Nurfaridah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

BOBOT BADAN DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND DI WILAYAH KERJA KOPERASI PETERNAK GARUT SELATAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

Penyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

NI Luh Gde Sumardani

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Nahl B. Dirgareindo

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. puyuh turunan hasil persilangan warna bulu coklat dengan hitam. Jumlah telur

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF BABI LOKAL DEWASA DI KECAMATAN SUMBUL, KABUPATEN DAIRI, SUMETERA UTARA IDENTIFICATION OF QUALITATIVE AND QUANTITATIVE NATURE OF THE LOCAL PIG ADULTS IN SUBDISTRICT OF SUMBUL, DAIRI, NORTH SUMATRA Edrin Sutandi Pasaribu*, Sauland**, Dudi** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad e-mail: sutandi.edrin@yahoo.com Abstrak Penelitian ini telah dilaksanakan pada Agustus 2014 di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat kualitatif dan sifat kuantitatif babi lokal di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan 100 ekor babi lokal yaitu 50 ekor ternak babi lokal jantan dan 50 ekor ternak babi lokal betina pada fase umur finisher yaitu pada umur lebih dari 10 bulan. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil yang diperoleh dari sifat kualitatif adalah secara keseluruhan warna bulu ternak babi lokal tersebut adalah berwarna hitam pekat, bentuk telinga babi lokal menunjukkan bahwa telinga pada ternak babi lokal cenderung berukuran besar dan condong rebah kedepan. Rata-rata panjang kepala babi lokal jantan dewasa sebesar 29,54 cm dan lebar kepala sebesar 12,07 cm, sedangkan rata-rata panjang telinga sebesar 10,61 cm dan lebar 9,52 cm. Rata-rata panjang kepala ternak babi lokal betina dewasa sebesar 32,68 cm dan lebar 13,01 cm, sedangkan rata-rata panjang telinga sebesar 11,98 cm dan lebar telinga 10,44 cm. Sifat kuantitatif yang telah diperoleh pada babi lokal jantan dewasa adalah bobot badan sebesar 82,40 kg, panjang badan sebesar 102,70 cm, lingkar dada sebesar 109,36 cm, dan tinggi pundak sebesar 68,64 cm cm, serta lebar dada sebesar 20,22 cm. Sifat kuantitatif pada babi lokal betina dewasa yang telah diperoleh adalah dengan rataan panjang badan sebesar 101,38 cm, lingkar dada sebesar 106,78 cm, tinggi pundak sebesar 69,25 cm, lebar dada sebesar 19,17 cm, dan rataan bobot badan sebesar 82,62 kg. Kata Kunci: babi lokal, sifat kualitatif, sifat kuantitatif Abstract This study was conducted in August 2014 in the District SUMBUL, Dairi, North Sumatra Province. The purpose of this study was to determine the nature of the qualitative and quantitative nature of local pigs in Sub SUMBUL, Dairi, North Sumatra Province. This study used 100 local pig tail that is 50 pigs local male and 50 female local pigs in phase finisher age is the age of 10-18 months. Analyzed using descriptive statistics. The results of the qualitative nature is the overall color of the local pig farm fur is black color, shape local

pig ear showed that the pigs ears tend to large local and leaning forward fall. The average length of an adult male heads of local pork and 29.54 cm by 12.07 cm wide head, while the average length of the ear 10.61 cm and 9.52 cm wide. Average length of the head of the local adult female pigs by 32.68 cm by 13.01 cm, while the average length of the ear by 11.98 cm by 10.44 cm ears. Quantitative trait that has been obtained at the local adult male pig is weight of 82.40 kg, body length of 102.70 cm, chest circumference of 109.36 cm, and a height of 68.64 cm cm shoulders, and chest width of 20.22 cm. Quantitative traits in local adult female pigs which have been obtained with the average body length of 101.38 cm, chest circumference of 106.78 cm, shoulder height of 69.25 cm, chest width of 19.17 cm, and the mean body weight of 82.62 kg. Keywords: local pig adults, qualitative nature, quantitative nature Pendahuluan Peternakan adalah salah satu usaha bidang pertanian yang menghasilkan komoditas, daging, susu, telur dan hasil olahan sisa produksi. Dalam bidang usaha ini ada beberapa jenis ternak yang dipelihara, salah satunya adalah ternak babi. Babi merupakan salah satu hewan ternak yang memiliki daya pertumbuhan dan perkembangan yang relatif cepat, memiliki sifat prolifik, yaitu dalam satu kali beranak bisa mencapai 6 12 ekor per kelahiran dan dalam setahun dapat melahirkan sebanyak 2 kali. Ternak babi merupakan hewan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan, pakan, dan tahan terhadap penyakit. Hal ini dibuktikan dengan ternak babi masih dapat hidup dan bereproduksi dengan baik walaupun dalam kondisi lingkungan ekstrim seperti kondisi lingkungan dengan suhu panas yang tinggi dan suhu lingkungan yang relatif dingin. Ternak babi dapat langsung menyesuaikan kondisi tubuh dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Selain dapat menyesuaikan dengan lingkungan, ternak babi ini juga merupakan ternak yang menguntungkan seperti prolifik, efisien dalam mengkonversi bahan pakan menjadi daging, umur mencapai bobot potong yang singkat, memiliki jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi dan persentasi karkas yang tinggi. Sumbul merupakan salah satu daerah dimana sebagian besar penduduknya memiliki usaha ternak babi. Masyarakat Sumbul pada umumnya sangat suka memelihara ternak babi dan dilakukan secara turun termurun. Ternak babi sangat penting babi masyarakat Sumbul karena selain dijadikan bahan konsumsi sehari-hari, babi juga erat kaitannya dengan berbagai kegiatan adat istiadat yang dianut oleh masyarakat Sumbul. Kebutuhan daging babi di daerah Sumbul akan terus meningkat mengingat ternak babi sangat erat kaitannya dengan adat istiadat di daerah Sumbul seperti pernikahan,

kematian, dan acara adat lainnya ataupun dijadikan sebagai bahan konsumsi sehari-hari namun masih banyak peternak babi yang menjalankan usahanya secara tradisional, baik dalam tahap pemeliharaan sampai pada tahap pemasaran serta kurang memperhitungkan besarnya modal yang digunakan, biaya produksi yang dikeluarkan untuk operasional usahanya dan pendapatan yang diperoleh. Untuk itu diperlukan jumlah ternak yang banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarkat di daerah tersebut. Oleh karena itu diperlukan identifikasi langsung pada ternak yang akan digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan populasi dengan memperbaiki kekurangan yang terjadi. Bahan dan Metode Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah babi batak jantan dan betina yang dipelihara di peternakan rakyat yang berada di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara dengan umur lebih dari 10-18 bulan bulan (periode finisher), dengan jumlah sampling 50 ekor betina dewasa dan 50 ekor jantan dewasa. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Purposive Sampling (Sudjana, 2002), yaitu untuk menentukan wilayah penelitian, sedangkan untuk menentukan ternak yang digunakan sebagai sample dilakukan metode Simple Random Sampling (penarikan sampel acak sederhana). Data diolah menggunakan analisis statitistik deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk memaparkan mengenai karakter sifat - sifat kualitatif dan kuantitatif babi peranakan lokal di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari sifat kualitatif dan kuantitatif. a. Sifat Kualitatif 1. Warna Pengamatan dilakukan dengan melihat sifat fisik yang tampak, berdasarkan warna bulu digolongkan menjadi 5, yakni: putih, hitam, cokelat atau kemerah-merahan, berselempang (belted) dan bercak bercak (spotted).

2. Bentuk telinga Pengamatan dilakukan dengan melihat bentuk dan ukuran telinga yang akan dijadikan objek yang diteliti. 3. Bentuk dan ukuran kepala. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat bentuk kepala dan melakukan pengukuran panjang dan lebar kepala ternak yang di teliti. b. Sifat Kuantitatif 1. Lingkar dada (LD) adalah pengamatan yang dilakukan dengan mengukur lingkar rongga dada melalui sendi bahu menggunakan pita ukur dalam satuan cm. 2. Bobot badan (BB) adalah pengamatan yang dilakukan menggunakan alat timbangan pada babi dengan menggunakan timbangan dalam satuan kg. 3. Tinggi pundak (TB) adalah pengamatan yang dilakukan dengan mengukur jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur dengan menggunakan tongkat ukur dalam cm. 4. Lebar dada (LeD) adalah jarak antara benjolan sendi bahu kiri dan kanan, pengukuran menggunakan kaliper dalam satuan cm. 5. Panjang Badan (PB) adalah pengamatan yang dilakukan dengan mengukur jarak garis lurus dari ujung tertinggi sampai ujung tulang ekor paling belakang. Model Analisis Statistik Data yang terkumpul, selanjutnya dianalisis melalui analisis statitistik deskriptif. Nilai yang dianalisis antara lain: 1. Rata-rata (Mean), yaitu bilangan yang diperoleh dari seluruh jumlah data dibagi dengan banyaknya data sampel. Rumusnya adalah : Keterangan : n i = Jumlah data = Banyaknya data sampel = 1,2, n = Rata-rata sampel Sumber : (Sudjana, 2002)

2. Ragam ( ), adalah rata-rata kuadrat simpangan masing-masing individu. Rumusnya adalah : Keterangan : X i = Nilai setiap individu dalam sampel μ = Rataan sampel n = Banyaknya data sampel i = 1,2, n s 2 = Ragam sampel Sumber : (Sudjana, 2002) 3. Simpangan Baku (sd) adalah akar dari ragam. Rumusnya adalah : Keterangan : S = sampel s 2 = Ragam sampel Sumber : (Sudjana, 2002) 4. Koefisien Variasi (KV), adalah suatu gambaran keragaman dari suatu sifat yang diukur. Keterangan : s = Standar deviasi sampel = Rata-rata sampel Sumber : (Sudjana, 2002) 5. Dengan ukuran tubuh pada populasi sesungguhnya adalah diperlukan untuk menduga nilai parameter itu. Dapat dihitung dengan rumus : Keterangan : = rataan sampel = koefisien interval µ µ = pendugaan rata-rata populasi = simpangan baku dibagi akar populasi

Hasil dan Pembahasan Faktor Lingkungan Pemeliharaan Babi Lokal di Kabupaten Dairi Pengukuran pada sifat kuantitatif ini digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui penggolongan jenis babi lokal yang ada di Indonesia dengan membandingkan sifat kuantitatif dan kualitatif pada ternak babi lokal lainnya seperti Babi Batak dan Babi Nias.Berdasarkan data yang diperoleh dari BPTU-HPT Siborong-borong (2014), berikut sifat kualitatif dan kuantitatif antara Batak dan Babi Nias : a. Babi Batak Sifat kualitatif pada Babi Batak adalah : liar dan gresif, kepala pendek dan tegak, telinga berukuran kesil dan tegak, mulut tidak terlalu panjang dengan bentuk runcing, perut kendor, bulu lebih tebal dan kasar, serta warna bulu antara hitam dan abu-abu kehitaman. Sifat Kuantitatif pada Babi Batak adalah : tinggi badan antara 40-60 cm, panjang badan antara 65-90 cm, lingkar dada antara 65-90 cm, bobot badan antara 40-60 kg, litter Size antara 8-10 ekor/kelahiran, serta jumlah putting antara 6-12 putting b. Babi Nias Sifat kualitatif pada Babi Nias adalah : kepala berukuran pendek, telinga kecil dan pendek, mulut runcing, perut besar dan turun/kendor, bulu tebal dan kasar pada leher dan diatas bahu, serta berwarna putih, hitam, dan coklat. Sifat kuantitatif Babi Nias adalah tinggi badan antara 40-65 cm, panjang badan antara 60-90 cm, lingkar dada antara 62-94 cm, bobot badan antara 20-50 kg, litter Size antara 2-6 ekor/kelahiran, serta jumlah putting antara 4-6 putting. Perbedaan yang terjadi pada beberapa jenis ternak diatas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : 4.1.1. Faktor Keadaan Lingkungan Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat kualitatif dan kuantitatif pada ternak serta dapat mempengaruhi produktifitas seekor ternak. Salah satu faktor lingkungan tersebut adalah sugu lingkungan yang ada di daerah perkandangan. Berdasarkan pengamatan di daerah Kecamatan Sumbul menunjukkan bahwa suhu lingkungan di daerah tersebut memiliki suhu atau temperatur lingkungan yang cukup untuk kebutuhan ternak babi. Pengaruh temperatur lingkungan terhadap performans babi menunjukan bahwa temperatur yang cocok adalah 20-27 C. Semakin rendah temperatur atau suhu lingkungan, babi akan mengkonsumsi pakan lebih banyak dan sebagian besar energi pakan dialihkan menjadi produksi panas tubuh dan akan diubah untuk produksi daging. Bila temperatur atau

suhu lingkungan tinggi, konsumsi pakan babi akan menurun, konsumsi air minum akan meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku mengakibatkan stres atau kematian (Sihombing, 2006) Keadaan suhu maupun temperature di Kecamatan Sumbul memiliki termperatur yang cukup untuk kebutuhan babi, dimana rata rata suhu di daerah ini berkirar antara 22-30 0 C, dengan demikian daerah ini merupakan daerah yang cocok sebagai tempat pengembangan peternakan babi. Oleh karena itu, ditinjau dari aspek lingkungan ini menunjukkan bahwa keadaan lingkungan di daerah Sumbul tidak terlalu mempengaruhi laju pertumbuhan dan produktifitas ternak. 4.1.2. Pakan Keadaan lingkungan lahan pertanian di daerah Sumbul ini pada dasarnya sangat baik dalam produktifitas bahan pakan, akan tetapi masyarakat tidak memanfaatkan kondisi lahan pertanian tersebut untuk menghasilkan bahan pakan yang bernutrisi baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan reproduksi ternak babi. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan kandungan nutrisi bahan pakan yang diberikan pada ternak babi lokal ini masih sangatlah kurang dan mengandung serat kasar yang tinggi. Kandungan nutrisi bahan pakan yang diberikan oleh masyarakat di daerah Sumbul ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Bahan Pakan Kebutuhan Ternak Babi Secara Umum PK Ca P SK EM Bahan Makanan...%... kkal/kg Ampas Tahu 30,3 0 0 22,2 500 Daun Ubi Jalar 27 1,37 0,46 16,2 500 Dedak Padi 12 10,03 0,12 9 2980 Ubi Jalar 3,2 0,28 0,23 3,45 3480 Ubi Singkong 3,3 0,26 0,457 4,15 3400 Makanan Dapur 5,87 1,06 0,12 26,8 400 PK : Protein Kasar, Ca : Kalsium, P : Phospor, SK : Serat Kasar, EM : Energi Metabolisme

Tabel 6. Kandungan Bahan Pakan yang Diberikan pada Ternak Babi di Kecamatan Sumbul. PK Ca P SK EM Bahan Makanan Total...%... kkal/kg Ampas Tahu 10 3,03 0 0 2,22 50 Daun Ubi Jalar 30 8,1 0,411 0,138 4,86 150 Dedak Padi 10 1,2 0,003 0,012 0,9 298 Ubi Jalar 15 0,48 0,042 0,0345 0,5175 522 Ubi Singkong 15 0,495 0,039 0,06855 0,6225 510 Makanan Dapur 20 1,174 0,212 0,024 5,36 80 Total 100 14,48 0,71 0,28 14,48 1610 Standar 14 0,32 0,66 7,5 3244,8 PK : Protein Kasar, Ca : Kalsium, P: Phospor, SK : Serat Kasar, EM : Energi Metabolisme Pada Tabel 5 ini menunjukkan standar kebutuhan babi adalah protein kasar 14,48%, kalsium 0,32%, phosphor o,66%, serat kasar sebesar 7,5%, serta energy metabolim=sme sebesar 3244,8 kkal/kg Berdasarkan data analisa bahan pakan yang diberikan pada ternak babi lokal di Kecamatan Sumbul ini menunjukkan bahwa bahan pakan yang diberikan lebih banyak mengandung serat kasar dan kalsium akan tetapi kandungan phospor dan energi metabolisme masih belum mencukupi kebutuhan ternak babi lokal tersebut. Kekurangan kandungan bahan makanan ini menyebabkan pertumbuhan dan produktifitas menurun, hal ini dapat dari nilai pengukuran sifat kuantitatif yang menunjukkan lambatnya pertumbuhan bobot badan pada ternak babi lokal yang ada di Kecamatan Sumbul ini. Ransum yang telah diberikan tidak terlalu memberikan dampak dalam pertumbuhan yang disebabkan karena ransumyang dikonsumsi mengandung serat kasar yang sangat tinggi dan langsung terbuang kedalam feses. Ransum yang diberikan pada babi lokal di daerah sumbul ini juga mengandung kalsium yang cukup banyak yang menyebabkan konsumsi pakan ataupun ransum hanya mendukung pertumbuhan tulang, oleh karena itu ternak babi di daerah Sumbul ini tergolong panjang akan tetapi bobot badan sangat kecil. 4.1.3. Perkandangan Perkandangan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas sekor ternak. kandang harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut agar tetap nyaman maka pertumbuhan dan produktifitas akan tinggi. Hal ini tidak terjadi di daerah Kecamatan Sumbul. Berdasarkan pengamatan, masih banyaknya masyarakat

menggunakan kandang untuk ternak babinya dengan keadaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sebagian besar masyarakat masih menggunakan kayu ataupun bambu dan beberapa peternak sudah menggunakan lantai semen pada kandangnya. Keadaan kandang yang kotor, lantai tidak datar dan berlubang menyebabkan ternak babi lokal yang ada didaerah tersebut tidak nyaman dan berakibat pada menurunnya produktifitas. Secara umum kandang ternak babi harus dalam keadaan bersih, lantai datar dan tidak berlubang, mempunyai saluran pembuangan kotoran, dekat dengan sumber air agar dalam pemeliharaan dapat memudahkan dalam pembersihan dan pemberian air minum. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa kandang yang tidak sesuai untuk ternak babi lokal di Kecamatan Sumbul ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab pertumbuhan dan perkembangan produktifitas ternak masih kecil ataupun menurun. 4.2. Sifat Kualitatif Ternak Babi Lokal di Kecamatan Sumbul Sifat kualitatif merupakan suatu sifat yang tidak dapat diukur dan merupakan suatu sifat dimana individu-individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu atau dua kelompok atau lebih dan pengelompokkan ini berbeda jelas satu sama lainnya (Warwick dkk., 1995). Berikut hasil identifikasi sifat-sifat kualitatif babi lokal jantan dan betina dewasa di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara pada 50 ekor jantan dan betina dengan fase umur 10 18 bulan (fase finisher). Table 1. Sifat-Sifat Kualitatif Babi Lokal Jantan di Kecamatan Sumbul KEPALA TELINGA Panjang Lebar Panjang Lebar...(cm)... Total 1477,00 603,60 530,30 475,80 Mean 29,54 12,07 10,61 9,52 S² 4,29 1,17 8,58 11,95 Sd 2,07 1,08 7,76 9,97 KV 7,01% 8,95% 7,18% 10,24% Max 32,90 13,90 11,90 10,80 Min 24,10 10,20 9,10 8,00 PP 28,97 µ 30,11 11,77 µ 12,37 10,40 µ 10,82 9,25 µ 9,79 Mean = rata-rata S 2 = Ragam, Sd = Simpangan Baku, KV = Koevisien Variasi, PP = Pendugaan Parameter, Max = Maksimal, Min = Minimal

Table 2. Sifat Sifat Kuantitatif Babi Lokal Betina di Kecamatan Sumbul KEPALA TELINGA Panjang Lebar Panjang Lebar...(cm)... Total 1634,00 650,50 599,20 521,80 Mean 32,68 13,01 11,98 10,44 S² 2,32 1,35 0,96 0,95 S 1,52 1,16 0,98 0,97 KV 4,66% 8,94% 8,16% 9,33% Max 36,00 17,00 13,90 12,50 Min 28,00 10,50 10,00 9,10 PP 32,36 µ 33,10 12,69 µ 13,33 11,71 µ 12,25 10,17 µ 10,71 Mean = rata-rata, S 2 = Ragam, S = Simpangan Baku, KV = Koevisien Variasi, PP = Pendugaan Parameter, Max = Maksimal, Min = Minimal 4.2.1. Warna Pengamatan warna bulu pada babi lokal jantan dan betina di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara tidak menggunakan pengukuran, melainkan pengamatan terhadap warna dan jenis bulu ternak babi tersebut. Warna bulu pada ternak babi lokal yang menjadi objek penelitian ini seluruhnya memiliki warna bulu tebal yang berwarna hitam pekat dan tebal di seluruh tubuh ternak tetapi pada daerah lubang hidung babi ini berwarna putih dan berlendir. Warna ini menjadi salah satu karakteristik bahwa ternak babi lokal yang terdapat di daerah tersebut. Pengamatan juga dilakukan terhadap ciri-ciri ternak babi lokal ini yaitu babi liar dan agresif, warna hitam pada seluruh tubuh, bulu tebal dan kasar, kepala tegak dan pendek, serta hidung dan mulut tidak terlalu panjang dan runcing Babi lokal yang terdapat di daerah Sumbul ini dapat digolongkan kedalam jenis babi batak, hal ini mengacu pada adanya kesamaan ciri-ciri sifat kualitatif antara babi batak dengan babi lokal yang ada. Ciri-ciri yang terdapat pada babi batak ini diantaranya adalah liar, agresif, kepala pendek dan tegak, telinga kecil dan tegak, mulut tidak terlalu panjang dan runcing, perut kendor, bulu tebal dan kasar, biasanya berwarna hitam atau berwarna abu kehitaman (Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak, siborong borong, 2014). Ciri-ciri inilah yang sebagian besar terdapat pada ternak babi lokal yang ada di daerah Sumbul. Oleh karena dasar inilah babi lokal yang ada di daerah Sumbul ini dapat digolongkan kedalam jenis babi batak.

4.2.2. Bentuk Telinga Pengamatan bentuk telinga pada ternak babi lokal di kecamatan Sumbul juga merupakan salah satu identifikasi sifat kualitatif ternak dengan melakukan pengukuran pada panjang dan lebar telinga serte bentuk telinga yang dimiliki ternak ntersebut. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata panjang telinga babi lokal jantan di Kecamatan Sumbul ini adalah sebesar 10,61 cm dan rata-rata lebar telinga adalah sebesar 9,52 cm, sedangkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata rata panjang telinga babi lokal betina adalah sebesar 11,98 cm dan lebar telinga sebesar 10,44 cm. Ukuran panjang dan lebar telinga ternak babi lokal (jantan dan betina) di Kecamatan Sumbul ini memiliki kesamaan dengan ukuran dan bentuk telinga yang dimiliki Babi Batak. Menurut Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan ternak mengemukakan bahwa bentuk dan ukuran telinga Babi Batak ini berukuran kecil dan tegak. Oleh karena itu berdasarkan persamaan ini menunjukkan bahwa babi lokal yang ada di Kecamatan Sumbul digolongkan kedalam babi batak dikarenakan ciri-ciri yang ada pada babi di daerah tersebut lebih memiliki kesamaan dengan babi batak dan berbeda dengan bentuk dan ukuran babi Nias yang berbentuk kecil tetapi berukuran lebih pendek dibandingkan Babi Batak. 4.2.3. Bentuk dan Ukuran Kepala Hasil pengamatan bentuk dan ukuran kepala yang terdapat pada Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa rata rata panjang kepala babi lokal jantan dan betina adalah sebesar 29.54 cm dan 32.68 cm, sedangkan untuk rata-rata lebar kepala babi lokal jantan dan betina adalah sebesar 12,07 cm dan 13,01 cm. Pada kenyataan menunjukkan bahwa ukuran dan bentuk kepala ternak babi lokal di daerah Sumbul ini sedikit lebih besar bila di bandingkan dengan babi lokal jantan walaupun ukuran ini dilihat dari 50 ekor jantan dan betina yang memiliki umur berbeda antara 10 bulan sampai 18 bulan. Bentuk dan ukuran kepala babi lokal ini adalah tergolong panjang dan runcing serta lebar kepala tidak terlalu lebar. Berdasarkan data ciri-ciri yang diperoleh dari Balai Pembibitan Ternak Unggul Siborong-borong mengemukakan bahwa ukuran dan bentuk kepala Babi batak adalah berukuran tidak terlalu panjang dan mulut berbentuk runcing, sedangkan untuk Babi Nias memiliki bentuk dan ukuran kepala pendek dan mulut berbentuk runcing. Berdasarkan ciri ciri kedua jenis babi lokal diatas, ukuran dan bentuk kepala babi lokal yang ada di Kecamatan Sumbul memiliki kesamaan dengan ciri-ciri yang dimiliki Babi Batak yaitu bentuk kepala berukuran tidak terlalu panjang dan mulut berbentuk runcing. Berdasarkan persamaan ini dapat diduga bahwa babi lokal yang ada di daerah penelitian ini berasal dari asal dan keturunan yang sama yang telah menyebar luas dan jika dibandingkan dengan Babi

Nias memiliki sedikit perbedaan pada ukuran kepala yang pendek dan persamaan dengan Babi Nias ini terdapat pada mulut yang runcing dan tegak lurus. 4.3. Sifat Kuantitatif Ternak Babi Lokal di Kecamatan Sumbul Sifat kuantitatif adalah suatu ukuran dan bentuk tubuh ternak digunakan untuk menentukan standar pertumbuhan dan menilai ternak. Hasil Pengukuran sifat kuantitatif pada 50 ekor babi lokal jantan dan betina dengan fase umur antara 10 18 bulan di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Table 3. Sifat sifat kuantitatif Babi Lokal Jantan di Kecamatan Sumbul Lingkar Dada Bobot Badan Tinggi Pundak Lebar Dada Panjang Badan...cm......kg......cm... Total 5468,20 4120,20 3432,00 1011,20 5135,10 Mean 109,36 82,40 68,64 20,22 102,70 S 2 9,01 24,21 8,71 2,20 30,10 Sd 3,00 4,92 2,95 1,48 5,49 KV 2,75% 5,97% 4,30% 7,34% 5,34% Max 114,80 89,80 75,50 22,90 109,90 Min 102,70 71,6 63,40 17,40 95,90 PP 108,50 µ 110,20 81,00 µ 83,80 67,80 µ 69,50 19,80 µ 20,60 101,20 µ 104,20 Mean = rata-rata, S 2 = Ragam, S = Simpangan Baku, KV = Koevisien Variasi, PP = Pendugaan Parameter, Max = Maksimal, Min = Minimal Table 4. Sifat sifat kuantitatif Babi Lokal Betina di Kecamatan Sumbul Lingkar Dada Bobot Tinggi Badan Pundak Lebar Dada Panjang Badan...cm......kg......cm... Total 5339,10 4131,00 3462,40 958,70 5069,20 Mean 106,78 82,62 69,25 19,17 101,38 S 2 11,22 24,44 28,58 1,64 26,22 Sd 3,35 4,94 5,35 1,28 5,12 KV 3,14% 5,98% 7,72% 6,67% 5,05% Max 112,40 89,80 76,60 21,00 109,90 Min 100,50 71,60 60,20 16,20 91,50 PP 105,85 µ 107,70 81,04 µ 83,70 67,77 µ 70,70 18,82 µ 19,50 99,96 µ 102,80 Mean = rata-rata, S 2 = Ragam, S = Simpangan Baku, KV = Koevisien Variasi, PP = Pendugaan Parameter, Max = Maksimal, Min = Minimal Pengukuran sifat kuantitatif pada ternak yang di dalamnya terdiri dari lingkar dada, bobot badan, tinggi pundak, lebar dada, panjang badan mempunyai peranan yang paling penting dalam menentukan tipe dari suatu ternak. Pengukuran sifat kuantitatif ini adalah pengukuran terbaik untuk menilai tipe dan fungsi dari ternak (Alderson, 1999). Ternak yang

baik adalah ternak yang memiliki produksi daging yang baik. Produksi daging pada ternak dapat ditaksir dari pengukuran bagian bagian tubuh atau morfologi seekor ternak. Pada ukuran-ukuran tubuh yang terkait dengan pengukuran tulang selisih nilai antara berbagai umur tidak berbeda jauh, hal ini karena tulang merupakan bagian tubuh yang mengalami dewasa dini (Berg dan Butterfield, 1976). Pada umur 1 tahun kecepatan pertumbuhan tulang telah menurun atau mungkin telah mencapai dewasa tubuh, sehingga relatif tidak berubah dan ukurannya seragam. Otot mengalami dewasa tubuh lebih awal dibandingkan lemak. Pada umur 1 tahun otot belum mencapai kedewasaan, begitu pula lemak. Meningkatnya umur maka akan diikuti dengan meningkatnya bobot dan besar otot serta akan diikuti dengan meningkatnya proporsi lemak, sesuai dengan pendapat Johnston (1983). 4.3.1. Lingkar Dada Pengukuran pada lingkar dada merupakan suatu pengukuran yang dibutuhkan untuk mengetahui sifat kuantitatif seekor ternak. Pada tabel 3 hasil pengukuran sifat kuantitatif menunjukkan bahwa rata rata lingkar dada ternak babi lokal jantan di Kecamatan Sumbul ini sebesar 109,36 cm, sedangkan pada Tabel 4 hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata rata lingkar dada ternak babi lokal betina adalah sebesar 106,78 cm. Pada pengukuran ini terdapat keseragaman nilai sifat yang dimiliki setiap ternak, hal ini dapat dilihat dari nilai koevisien variasi pada pengukuran yang diperoleh pada ternak jantan dan betina adalah sebesar 2,75% dan 3,14%. 4.3.2. Bobot Badan Pengukuran bobot badan merupakan salah satu pengukuran yang digunakan untuk mengetahui sifat kuantitatif pada tubuh ternak dengan menggunakan timbangan berkapasitas 150 kg. Pada Tabel 3. menunjukkan bahwa rata rata bobot badan babi lokal dewasa jantan di Kecamatan Sumbul adalah sebesar 82,40 kg, sedangkan rata-rata bobot badan pada ternak babi lokal betina di Kecamatan Sumbul adalah sebesar 82,62 kg. Berdasarkan perbandingan dengan standarisasi pada ternak babi secara umum yang dapat melebihi bobot badan 120 kg, babi lokal yang ada di Kecamatan Sumbul ini memiliki perbedaan ukuran bobot badan yang berbeda. Perbedaan tersebut mungkin dikarenakan faktor manajemen pemeliharaan dan lingkungan. Terutama pakan yang diberikan diduga kurang memenuhi kebutuhan domba tersebut, sehingga potensi genetik yang dimiliki tidak tercapai secara optimal

Bobot badan pada ternak akan meningkat sejalan dengan umur, hal ini seperti yang dikemukakan Speedy (1980) bahwa bertambahnya umur ternak sejalan dengan pertambahan bobot badannya, ternak akan mengalami pertumbuhan secara cepat dimulai dari lahir sampai dewasa kelamin dan tumbuh secara lambat sampai dewasa tubuh (Johnston, 1983). 4.3.3. Tinggi Pundak Tinggi pundak merupakan pengukurandari jarak tertinggi pundak sampai permukaan tanah dengan menggunakan pita ukur untuk mengetahui nilai suatu sifat kuantitatif pada ternak.. Menurut Johansson dan Rendel (1968) menyatakan, bahwa tinggi pundak pada ternak lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang, bukan dipengaruhi oleh daging atau otot. Tinggi pundak perlu diketahui untuk memberikan informasi tentang pertumbuhan ternak dan dapat digunakan untuk memperkirakan bobot badan (Ensminger, 1987). Berdasarkan Tabel 3 dan 4 menunjukkan rata-rata tinggi pundak pada 50 ekor ternak babi lokal jantan dan 50 ekor ternak babi lokal betina di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 68,64 cm dan 69,25 cm. 4.3.4. Lebar Dada Pengukuran lebar dada juga digunakan untuk mendeskripsikan sifat kuantitatif ternak yang diukur mulai dari ujung punggung sebelah kiri sampai ujung punggung sebelah kanan, ataupun sebaliknya dan pengukuran ini menunjukkan bahwa rata-rata lebar dada 50 ekor babi lokal jantan dan 50 ekor babi lokal betina adalah sebesar 20,22 cm dan 19,17 cm. Lebar dada memberi gambaran bahwa organ-organ respirasi dan jantung tumbuh dengan baik yang akan menunjang pembentukan energi anaerob berjalan baik, Speedy (1980). Berbeda halnya dengan panjang badan, semakin bertambah umur, maka lebar dada akan meningkat pula, namun akan terhenti setelah mencapai dewasa tubuh, (Johnston, 1983). 4.3.5. Panjang Badan Pengukuran panjang badan ini di ukur dari bagian pundak yang paling tinggi sampai pada tulang pinggul paling belakang dan hasil pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata panjang badan pada 50 ternak babi lokal jantan dan 50 ekor ternak babi lokal betina adalah sebesar 102,70 cm dan 101,38 cm. Panjang badan pada ternak akan mempengaruhi kualitas karkas. Panjang badan terdiri dari bagian depan yaitu dari pundak sampai belakang sendi Scapula, bagian tengah terdiri dari bagian dada dan

tulang iga, bagian belakang terdiri dari pinggang sampai bagian paha. (Handiwirawan dkk., 2011). Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ukuran sifat kualitatif dan kuantitatif pada ternak babi lokal di Kecamatan Sumbul ini dapat dikatakan seragam. Menurut pendapat Nasoetion (1985), menyatakan bahwa suatu ukuran populasi masih dianggap seragam jika memiliki nilai koevisien variasi kurang dari 15%. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pengukuran sifat kualitatif dan kuantitatif diperlukan untuk mengetahui sifat kualitatif dan kuantitatif yang dimiliki oleh ternak babi lokal jantan dan betina dewasa di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Pengukuran sifat kualitatif dilakukan dengan pengamatan warna bulu, tipe bulu, panjang kepala, dan lebar kepala, sedangkan pengukuran sifat kuantitatif dilakukan pada pengukuran panjang badan, lebar dada, lingkar dada, tinggi pundak, dan bobot badan, Pengukuran panjang dan lebar kepala serta panjang dan lebar telinga dilakukan untuk mendukung pengamatan sifat kualitatif ternak babi lokal jantan dan dewasa. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata panjang kepala pada ternak babi lokal jantan dewasa adalah sebesar 29,54 cm dan lebar kepala sebesar 12,07 cm, sedangkan untuk ratarata panjang telinga adalah sebesar 10,61 cm, dan lebar telinga sebesar 9,52 cm. Pengukuran pada ternak babi lokal betina dewasa menunjukkan bahwa rata-rata panjang kepala 32,68 cm dan rata-rata lebar kepala adalah sebesar 13,01 cm, sedangkan rata-rata panjang telinga adalah sebesar 11.98 cm dan lebar telinga adalah sebesar 10,44 cm. Hasil pengukuran sifat kuantitatif pada babi lokal jantan dewasa menunjukkan bahwa rata-rata panjang badan adalah sebesar 102,70 cm, lingkar dada adalah sebesar 109.36 cm, tinggi pundak adalah sebesar 68,64 cm, lebar dada sebesar 20.22 cm, dan bobot badan adalah sebesar 82,40 kg. Pengukuran sifat kuantitatif pada babi lokal betina dewasa menunjukkan bahwa rata rata panjang badan adalah sebesar 101,38 cm, lingkar dada sebesar 106,78 cm, tinggi pundak sebesar 69,25 cm, lebar dada sebesar 19,17 cm, dan bobot badan 82,62 kg. berdasarkan hasil analisi data menyimpulkan bahwa ukuran sifat kuantitatif babi lokal dewasa di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Umatera Utara adalah memiiki ukuran yang seragam.

Saran Perbaikan genetika pada ternak babi lokal asli di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara ini sangat perlu dilakukan untuk menyelamatkan populasi yang semakin sedikit dan hampir punah dan sebagian besar telah mengalami perkawinan silang dengan babi jenis eropa sehingga menghilangkan kemurnian jenis babi lokal yang ada. Hal ini perlu dilakukan karena ternak babi lokal ini dapat sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan daging terutama daging lokal. Ucapan Terimakasih Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Sauland Sinaga, S.Pt., M.Si, selaku pembimbing utama dan Bapak Dr. Dudi, S.Pt., M.Si, selaku pembimbing anggota, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Daftar Pustaka Cristian. Hiktaop. 2012. Pola pemeliharaan Babi Yang Baik. http://yadiip.blogspot.com/2012/10/pola-pemeliharaan-babi-yang-baik.html (diakses September 2014). Hardjosubroto W.1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. Garsindo. Jakarta. Kementrian Pertanian Kabupaten Dairi. Kondisi Pertanian Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Di Kabupaten Dairi. Sumatera Utara. http://www.dairikab.go.id/content/5/32/pertanian.html dan (diakses September 2014) Parakkasi, A. 1980. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa Bandung Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropis. Edisi Kedua. BPFE. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rohimah, Siti. Sebuah Gambaran Nyata Kabupaten Dairi. http://jamsos.blogspot.com/2013/03/dairi-bekerja-2.html (diakses Desember 2014) Siagian, P. H. 1999. Manajemen Ternak Babi. Fakultas Peternakan. Diktat Kuliah Produksi Ternak Babi. Institut Pertanian Bogor.Bogor. Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Sinaga, S. 2010. Tatalaksana Pemeliharaan Babi Sapihan/Pig Weaning. http://blogs.unpad.ac.id/saulandsinaga/2010/03/23/tatalaksana-pemeliharaan-babisapihanpig-weaning-pfika-vistara-indraswari/ (diakses Januari 2014) Singarimbun, M. Dan S. Effendi (ed). 1989. Metode Penelitian Survei Edisi Revisi. Penerbit LP3ES. Jakarta. Hal 155 156. Sosroamidjodjo MS. 1997. Ternak Potong dan Kerja. Jakarta. C. U. Yasa Guna. Speedy, A.W. 1980. Sheep Production. Published in the USA by Longman Inc. New York. London. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal 238-241. Tillman, A. D., dkk. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Keenam. Gajah Mada University Press. Yokyakarta. Warwick, E..J. Astuti J.M., Hardjosubroto, W. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 63-69.