KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI

dokumen-dokumen yang mirip
Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

BAB III BAHAN DAN METODE

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR

KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH PERLAKUAN PEMANASAN ADY PRATAMA

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

METODOLOGI PENELITIAN

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anang Kadarsah ABSTRACT

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

KETAHANAN 20 JENIS KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

Transkripsi:

KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Vina Nurfebriani NIM G34080002

ABSTRAK VINA NURFEBRIANI. Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan JASNI. Kayu jati cepat tumbuh memiliki ketahanan yang rendah. Kayu tanaman ini dipanen pada umur muda. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketahanan kayu jati cepat tumbuh dengan perlakuan kombinasi suhu dan lama pemanasan terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Kayu uji dipanaskan dalam 25 kombinasi waktu dan lama pemanasan. Lima taraf yang digunakan ialah 100 0 C, 120 0 C, 140 0 C, 160 0 C dan 180 0 C. Lima taraf lama pemanasan yang digunakan ialah 3 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam dan 24 jam. Pengujian ini dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207- 2006. Hasil menunjukkan bahwa ketahanan kayu oleh serangan rayap tanah yang ditunjukkan dengan pengurangan bobot kayu, dipengaruhi oleh waktu pemanasan. Semakin lama pemanasan, terjadi peningkatan ketahanan kayu dari kelas IV menjadi kelas III. Penurunan bobot kayu karena serangan rayap kayu kering dipengaruhi oleh suhu pemanasan. Pemanasan pada suhu 160-180 0 C, meningkatkan ketahanan kayu jati dari kelas IV menjadi kelas III. Kata kunci: Suhu, lama pemanasan, rayap tanah, rayap kayu kering ABSTRACT VINA NURFEBRIANI. Durabilitis Test of National Superior Teaks Wood (Tectona grandis Lf.) Againts Subterranean and Dry Wood Termites. Supervised by TRI ATMOWIDI and JASNI. Fast grown s teak has low durability because the teak was harvested in short age. The aims of study was to study effect combination of temperature and heat periode to teak wood durability againts subterranean (Coptotermes curvignathus Holmgren) and dry wood termites (Cryptotermes cynocephalus Light). The temperature level used in this study were 100 0 C, 120 0 C, 140 0 C, 160 0 C, and 180 0 C and heating periode level used were 3 hours, 6 hours, 9 hours, 12 hours, dan 24 hours. The wood samples were tested by termites attack according to SNI 01-7207-2006. Result showed that in subterranean termites test, heating periode affected to weight loss. Increasing periode of heating, increase durabiliti s teak wood from class IV to class III. While, in dry wood termites test, wood durablity was affected by temperature and heating at 160-180 0 C increase durabiliti s teak wood from class IV to class III. Keywords: Temperature, heat periode, subterranean termite, dry wood termite

KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana sains pada Departemen Biologi VINA NURFEBRIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering Nama : Vina Nurfebriani NIM : G34080002 Disetujui oleh Dr Tri Atmowidi, MSi Pembimbing I Dra Hj Jasni, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Tri Atmowidi, MSi dan Ibu Dra Hj Jasni, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Han Rulisdi, MSc yang membantu penelitian saya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sumardi selaku teknisi litbang dan ibu Ratih Damayanti yang membantu memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Vina Nurfebriani

DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Alat dan Bahan 2 Persiapan Kayu Uji 3 Uji Ketahanan Kayu Terhadap Rayap Tanah 3 Uji Ketahanan Kayu Terhadap Rayap Kayu Kering 3 Analisis Data 5 HASIL 5 PEMBAHASAN 6 SIMPULAN 7 DAFTAR PUSTAKA 8

DAFTAR TABEL 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan penurunan bobot kayu 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan bobot kayu 3 Klasifikasi derajat serangan rayap 4 Hasil pengujian ketahanan kayu Jati cepat tumbuh oleh serangan rayap tanah (RT) dan rayap kayu kering (RKK) DAFTAR GAMBAR Halaman Halaman 1 Toples kaca berisi pasir lembap, kayu uji dan rayap pada uji ketahanan terhadap serangan rayap tanah (a), dan semprong kaca berisi rayap yang ditutup kapas pada uji ketahanan terhadap serangan rayap kayu kering (b). 4 3 4 4 5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap rayap tanah 10 2 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap rayap kayu kering 11

PENDAHULUAN Latar Belakang Keawetan atau ketahanan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap berbagai faktor perusak kayu. Pada umumnya, daya tahan kayu ditentukan oleh organisme perusak, seperti hewan laut, cendawan, dan serangga (Martawijaya 1996). Salah satu serangga perusak kayu adalah rayap. Di dunia diperkirakan terdapat 2500 spesies rayap, sedangkan di Indonesia terdapat 200 spesies yang tersebar di lahan pertanian, perkebunan, hutan, permukiman dan gedung perkantoran (Nandika et al. 2003) Rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam satu koloni. Dalam koloni rayap terdapat tiga kasta, yaitu kasta reproduktif (ratu dan raja), kasta prajurit, dan kasta pekerja. Ratu memiliki peran untuk menghasilkan telur dan raja memiliki tugas mengawini ratu. Kasta prajurit beperan melindungi koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta prajurit mampu menyerang musuhnya dengan mandibel yang dapat menusuk, mengiris dan menjepit. Kasta pekerja bertugas memelihara telur dan rayap muda, memberi makan, memelihara ratu, mencari sumber pakan, membuat sarang dan liang-liang kembara. Kasta ini juga merusak tanaman, kayu, mebel, dan bahan berselulosa lainnya (Tarumingkeng 1971). Rayap dikenal sebagai serangga yang mampu mencerna selulosa dengan bantuan protoza simbion yang hidup di usus belakang rayap (Hasan 2004). Tiga genus Flagellata dalam usus rayap tersebut, yaitu Pseudotrichonympha, Holomastigoitoides, dan Spirotrichonympha (Nandika et al. 1991). Rayap yang banyak ditemukan merusak kayu adalah rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Populasi rayap tanah lebih banyak daripada rayap kayu kering (Nandika et al. 2003). Aktivitas rayap menyebabkan kerugian ekonomi mencapai 1,67 trilyun rupiah (Rahmawati 1995). Rayap tanah membentuk tipe sarang karton dan dapat membangun sarang-sarang antara (satelite nest), sehingga dapat memperluas sarang sekaligus wilayah jelajahnya. Serangga ini juga mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk lingkungan yang diciptakan manusia di dalam gedung (Eggleton 2000). Klasifikasi rayap tanah (Nandika et al. 1991): Filum : Arthopoda Kelas : Insekta Ordo : Isoptera Famili : Rhinotermitidae Genus : Coptotermes Spesies : Coptotermes Curvignathus Holmgren Rayap kayu kering membangun sarang di dalam kayu. Jumlah individu anggota koloni rayap ini hanya beberapa ratus individu, sehingga luas sarang umumnya sangat terbatas. Liang-liang yang terdapat pada sarang tersebut sejajar dengan serat kayu. Tanda serangan rayap ini ditandai dengan butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang (Tarumingkeng 1971). Serangan rayap kayu kering berupa rongga-

2 rongga yang tidak teratur di dalam kayu (Nandika & Adijuwana 1995). Klasifikasi rayap kayu kering (Nandika et al. 1991): Filum : Arthopoda Kelas : Insekta Ordo : Isoptera Famili : Kalotermitidae Genus : Cryptotermes Spesies : Cryptotermes cynocephalus Light Aktivitas makan rayap kayu kering menyebabkan kerusakan kayu. Akibat serangan tersebut, umur pakai kayu jati menjadi pendek. Umur pakai kayu dapat diperpanjang dengan dilakukan peningkatan ketahanan kayu, salah satunya dengan pemanasan. Muin et al. (2003) melaporkan perubahan komponen kayu mulai terjadi pada suhu 100 0 C, sehingga perlahan-lahan terjadi penurunan bobot kayu. Pengurangan selulosa dalam kayu, berpengaruh terhadap serangan rayap (Martawijaya 1996). Tanaman Jati Unggul Nasional (JUN) (Tectona garndis Lf.) dihasilkan dari pembiakan vegetatif melalui kultur jaringan. Tanaman ini memiliki laju pertumbuhan cepat (Amri & Tini 2004). Damayanti (2010) melaporkan ketahanan alami kayu jati JUN umur 5 tahun terhadap serangan rayap tanah masih rendah, yaitu kelas awet IV. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketahanan kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf) terhadap serangan rayap tanah dan rayap kayu kering pada perlakuan suhu dan waktu pemanasan yang berbeda. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Februari 2013 di Labolatorium Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Gunung Batu Bogor. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jati cepat tumbuh asal Cogreg Bogor yang berumur lima tahun, kapas, lilin, 50 individu kasta pekerja rayap kayu kering, 200 individu kasta pekerja rayap tanah, dan pasir lembab. Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah meteran, penggaris, gergaji, oven dan timbangan dengan ketelitian 0.001g, desikator, toples kaca, semprong kaca berdiameter 1.8 cm dan tinggi 2.5 cm dan alat tulis.

3 Persiapan Kayu Uji Kayu dipotong dengan ukuran 2.5cm x 2.5cm x 0.5cm sebagai sampel untuk uji ketahanan terhadap serangan rayap tanah dan ukuran 5cm x 2.5 cm x 2.5 cm untuk perlakuan rayap kayu kering. Sebelum perlakuan, semua kayu uji ditimbang. Kayu dioven dalam 25 kombinasi suhu dan waktu pemanasan, yaitu 100 0 C-3 jam, 100 0 C-6 jam, 100 0 C-9 jam, 100 0 C-12 jam, 100 0 C-24 jam, 120 0 C-3 jam, 120 0 C-6 jam, 120 0 C-9 jam, 120 0 C-12 jam, 120 0 C-24 jam, 140 0 C-3 jam, 140 0 C-6 jam, 140 0 C-9 jam, 140 0 C-12 jam, 140 0 C-24 jam, 160 0 C-3 jam, 160 0 C-6 jam, 160 0 C-9 jam, 160 0 C-12 jam, 160 0 C-24 jam, 180 0 C-3 jam, 180 0 C-6 jam, 180 0 C-9 jam, 180 0 C-12 jam, dan 180 0 C-24 jam. Setelah dioven, kayu ditimbang kembali dan disimpan dalam suhu ruang sebelum diujikan pada rayap. Uji Ketahanan Kayu terhadap Serangan Rayap Tanah Kayu uji ditimbang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam toples kaca. Kayu uji diletakkan berdiri dan disandarkan ke kaca. Kemudian, ke dalam toples dimasukan 200g pasir lembab (kadar air sekitar 7%). Sebanyak 200 individu kasta pekerja rayap tanah dimasukkan ke dalam toples kaca (Gambar 1). Toples kaca kemudian disimpan di tempat gelap selama 4 minggu. Setiap minggu aktivitas rayap diamati untuk mengetahui derajat serangan pada kayu. Jika kadar air turun 2% atau lebih, maka ke dalam toples tersebut ditambahkan air secukupnya. Setelah 4 minggu, kayu uji dibongkar, dibersihkan dan dihitung jumlah individu rayap yang masih hidup. Kayu uji dioven pada suhu 60 0 C ± 2 0 C selama 24 jam. Setelah dioven kayu uji ditimbang dan penurunan bobot kayu uji dihitung dengan persamaan: X 100% Keterangan: P = Penurunan bobot kayu uji (%) W1 = Bobot kering oven kayu sebelum diuji (g) W2 = Bobot kering oven kayu setelah diuji (g) Penetuan ketahanan kayu didasarkan pada SNI 01-7207-2006 (Anonim 2006) (Tabel 1). Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu berdasarkan penurunan bobot kayu karena serangan rayap tanah Kelas Ketahanan Penurunan bobot (%) I Sangat tahan <3.52 II Tahan 3.52-7.50 III Sedang 7.50-10.96 IV Tidak tahan 10.96-18.94 V Sangat tidak tahan >18.94 Uji Ketahanan Kayu terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Kayu uji ditimbang, kemudian semprong kaca ditempelkan pada kayu menggunakan lilin sebagai perekat. Sebanyak 50 individu kasta pekerja rayap

4 kayu kering dimasukkan ke dalam semprong kaca dan ditutup dengan kapas (Gambar 1). Semprong kaca disimpan di tempat gelap selama 12 minggu. Setelah penyimpanan, rayap yang masih hidup dihitung. Kayu uji dioven pada suhu 60 0 C ± 2 0 C selama 24 jam. Setelah dioven, kayu uji ditimbang dan dihitung persen penurunan bobotnya. Penentuan ketahanan kayu dari serangan rayap kayu kering didasarkan pada SNI 01-7207-2006 (Tabel 2). Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu berdasarkan penurunan bobot karena serangan rayap kayu kering Kelas Ketahanan Penurunan Bobot (%) I Sangat tahan <2.0 II Tahan 2.0-4.4 III Sedang 4.4-8.2 IV Tidak tahan 8.2-28.1 V Sangat tidak tahan >28.1 (a) (b) Gambar 1 Toples kaca berisi pasir lembap, kayu uji dan rayap pada uji ketahanan terhadap serangan rayap tanah (a), dan semprong kaca berisi rayap yang ditutup kapas pada uji ketahanan terhadap serangan rayap kayu kering (b). Tingkat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering terhadap kayu uji dinilai berdasarkan Pablo & Gracia (1997) (Tabel 3). Tabel 3 Klasifikasi derajat serangan rayap terhadap kayu uji Kondisi Kayu Uji Nilai Tidak ada serangan 0 Sedikit serangan (1-25%) 40 Serangan sedang (25-50%) 70 Serangan berat (51-75%) 90 Serangan sangat berat (76-100%) 100 Analisis Data Perbedaan pengurangan bobot kayu jati pada berbagai perlakuan suhu dan lama pemanasan terhadap serangan rayap dianalisis dengan sidik ragam (Anova) dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) 9.1.

Hasil analisis Anova yang menunjukkan perbedaan, kemudian dilanjutkan dengan uji Tuckey. HASIL Ketahanan kayu jati JUN dapat diketahui dari pengurangan bobot kayu uji, mortalitas rayap, dan derajat serangan. Penurunan bobot kayu jati JUN terhadap serangan rayap tanah berkisar 7,32-15,27%. Penurunan bobot kayu terbesar (15,27%) terjadi pada perlakuan pemanasan 180 0 C, 24 jam. Rata-rata penurunan bobot terkecil (7,32%) terjadi pada pada pemanasan 160 0 C, 24 jam (Tabel 4). Tabel 4 Ketahanan kayu jati JUN terhadap serangan rayap tanah (RT) dan rayap kayu kering (RKK) Perlakuan kayu uji Pengurangan bobot (%) Kelas ketahanan Mortalitas rayap (%) Nilai derajat serangan rayap RT RKK RT RKK RT RKK RT RKK A1B1 13,17a 11.8ab IV IV 18 48 46 70 A1B2 10,46ab 7,7ab III III 14 45 52 70 A1B3 10,65ab 9,4ab III IV 14 48 52 62.5 A1B4 9,86b 8,9ab III IV 14 44 52 70 A1B5 9,79ab 8,8ab III IV 14 49 64 70 A2B1 11,06a 9,8a IV IV 18 48 52 70 A2B2 9,92ab 9,5a III IV 18,4 49 46 70 A2B3 10,38ab 9,7a III IV 14 48 46 70 A2B4 10,87b 10,0a III IV 13 47 64 70 A2B5 10,08ab 9,3a III IV 18 55 58 70 A3B1 12,81a 9,04bc IV IV 16 54 58 55 A3B2 9,97ab 9,02bc III IV 16 47 58 62.5 A3B3 12,83ab 8,17bc IV III 17 47 52 70 A3B4 9,86b 9,01bc III IV 15 45 46 70 A3B5 14,30ab 8.05bc IV III 9 47 64 70 A4B1 14,97a 8,25c IV IV 11 49 70 70 A4B2 13,39ab 8,99c IV IV 16 52 58 70 A4B3 12,55ab 8,17c IV III 10 45 64 62.5 A4B4 8,46b 7,85c III III 17 55 46 55 A4B5 7,32ab 8,05c III III 15 50 58 62.5 A5B1 13,33a 7,88c IV III 12 56 70 85 A5B2 11,68ab 7,20c IV III 13 45 64 70 A5B3 13,56ab 8,03c IV III 9 46 70 70 A5B4 8,45b 7,98c III III 11 48 70 70 A5B5 15,27ab 7,73c IV III 9 46 70 70 Keterangan: A1=100 0 C, A2=120 0 C, A3=140 0 C, A4=160 0 C, A5=180 0 C, B1=3 jam, B2= 6 jam, B3=9 jam, B4=12 jam, B5=24 jam. Huruf yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tuckey taraf 5%. Berdasarkan analisis ragam, pengurangan bobot kayu jati akibat serangan rayap tanah tidak berbeda nyata pada semua perlakuan suhu (p=0.2102), namun berbeda nyata pada perlakuan lama pemanasan (p=0.0064) (Lampiran 1). Berdasarkan uji Tuckey, penurunan bobot pada permanasan 3 jam berbeda

dengan waktu pemanasan 12 jam (Lampiran 1). Semakin lama kayu dipanaskan, ketahanan kayu semakin tinggi, yaitu dari kelas ketahanan IV menjadi kelas III (Tabel 4). Penurunan bobot kayu jati JUN akibat serangan rayap kayu kering berkisar 7,20-11,8%. Penurunan bobot kayu terbesar (11,8%) terjadi pada perlakuan pemanasan 100 0 C selama 3 jam. Rata-rata penurunan terkecil (7,20%) terjadi pada pada pemanasan 180 0 C selama 6 jam (Tabel 4). Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata bobot kayu pada perlakuan lama pemanasan (p=0.1114), namun berbeda pada perlakuan suhu (p=0.0001) (Lampiran 2). Berdasarkan uji Tuckey, penurunan bobot kayu pada pemanasan 100-120 0 C, berbeda dengan pemanasan 140 0 C-180 0 C. Semakin besar suhu yang digunakan untuk pengawetan, ketahanan kayu makin meningkat, yaitu dari kelas IV menjadi kelas III (Tabel 4). Perlakuan suhu memberikan pengaruh terhadap aktivitas makan rayap kayu kering. Jumlah individu rayap tanah yang mati berkisar 9-18%, sedangakan rayap kayu kering berkisar 44-56%. Pada uji serangan rayap tanah, perlakuan suhu 100 0 C selama 3 jam sampai 160 0 C selama 24 jam menunjukkan sedikit serangan (nilai 40-60). Pada perlakuan suhu 180 0 C, serangan rayap meningkat menjadi serangan sedang (nilai 70-85). Serangan rayap kayu kering pada kayu jati relatif sama, yaitu serangan sedang (Tabel 4). PEMBAHASAN Ketahanan kayu jati JUN dari serangan rayap dapat ditingkatkan dengan pemanasan. Berdasarkan hasil uji terhadap serangan rayap tanah, ketahanan kayu meningkat sejalan dengan semakin lama pemanasan. Berdasarkan hasil uji terhadap serangan rayap kayu kering penurunan bobot kayu pada rentang suhu 160-180 0 C dapat meningkatkan ketahanan kayu. Pemaparan pada suhu tersebut dapat mengurangi kelembapan, sehingga kadar air menurun dan terjadi penurunan bobot kayu (Kinnimont 1976). Momohara et al. (2003) melaporkan ketahanan kayu Cemara Jepang (Cryptomeria japonica) yang diuji dengan terhadap rayap tanah (Coptotermes formosanus), menunjukkan bahwa perlakuan pemanasan 60 0 C terjadi penurunan bobot 3-4%, pada pemanasan 135 0 C sebesar 6-14%, dan pada suhu 150 0 C sebesar 7-11%. Rayap kayu kering menyerang kayu pada kadar air 10-12% atau kurang dari 10%. Rayap ini dapat ditemukan dalam kayu yang kering, kerangka kayu, bagian atap gedung dan bahan-bahan yang lembap (Tambunan & Nandika 1989). Pemanasan suhu 204,4-260 0 C pada kayu dapat mendegradasi selulosa, hemisesulosa, lignin dan penguapan zat ekstraktif. Pemanasan tersebut menghasilkan reaksi kimia kompleks yang merubah gugus hidroksil pada dinding sel yang hidrofobik. Perubahan tersebut cenderung menolak air sehingga kayu lebih tahan dari serangan cendawan dan mikroorganisme lain (Sheffer & Morvel 1998). Jumlah rayap yang mati merupakan salah satu faktor untuk mengetahui ketahanan kayu. Hasil penelitian menunjukkan mortalitas rayap kayu kering lebih banyak dibandingkan rayap tanah (Tabel 4). Jasni dan Supriana (1992) melaporkan pengujian ketahanan kayu berhasil apabila mortalitas rayap lebih

dari 55%. Daya rusak dan adaptasi rayap tanah yang tinggi menjadikan mortalitas rayap tanah rendah (Eggleton 2000). Serangan rayap tanah dan rayap kayu kering relatif sama pada setiap kombinasi perlakuan (Tabel 4). Rayap menyerang kayu pada titik dan sisi yang kasar sebagai bahan anisotropis. Pada kayu pinus (konifer), rayap menyerang serabut kayu pada arah tegak lurus sumbu trakeid (Schultze 1960). Rayap pekerja dan nimfa tua memiliki rahang pemotong yang kuat. Rahang tersebut dapat merobek dan menghancurkan serabut kayu menjadi serpihan (Supriana 1999). Rayap tanah menyerang kayu dengan membuat rongga pada kayu menggunakan tanah, sehingga dapat mempertahankan suhu dan kelembapan untuk memperluas wilayah jelajah serangan tersebut (Nandika et al. 1991). Rayap kayu kering menyerang kayu yang menyebabkan rongga-rongga tidak teratur di dalam kayu dengan meninggalkan lapisan tipis dipermukaan kayu. Tanda serangan rayap kayu kering berupa eksremen halus berdiameter 0.6-0.8mm berwarna kecoklatan yang keluar dari lubang bekas serangan (Tarumingkeng 19 71). Rayap C. curvignathus Holmgren memiliki populasi flagelata sebanyak 4682 individu per rayap. Hal tersebut menjadikan daya cerna selulosa rayap ini tinggi (Nandika & Adijuana 1995). Sumber makanan rayap berupa selulosa yang merupakan polisakarida. Selulosa dicerna pada usus belakang rayap yang banyak terdapat protozoa simbion. Kondisi usus anaerob dan adanya sumber makanan mendukung kehidupan organisme simbion. Organisme simbion tersebut menyumbang enzim selulase yang dapat memutuskan ikatan glikosidik beta-1,4 selulosa. Selulosa yang terhidolisis menghasilkan 10 monosakarida (Belitz et al. 2008). Monosakarida tersebut dapat diserap oleh usus rayap sehingga menjadi energi bagi rayap untuk bertahan hidup. Komponen kayu tidak hanya selulosa tetapi juga terdapat zat ekstraktif yang bersifat deter terhadap rayap. Zat ini terbentuk sejalan terbentuknya kayu teras (Martawijaya 1996). Koch (1972) melaporkan pada tanaman pinus (Pinus palustris), pembentukan kayu teras secara khas dimulai pada umur 15-20 tahun. Kayu teras mengandung zat ekstraktif yang bersifat fungisida dan insektisida, yaitu zat fenol, terpenoid, alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid, chlorophorin, tanin dan tectochinon. Tecthochinon merupakan zat ekstraktif yang mampu menahan serangan rayap. Kayu jati di pulau Jawa memiliki kandungan tectochinon berkisar 0,36%. Kandungan lain di dalam kayu jati adalah antrachinon yang dapat meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan rayap Coptotermes lacteus Frogg, Nasuitermes eixtiosus dan Cryptotermes bravis Walker (Martawijaya 1996). Pada pohon muda, seperti jati JUN dan lainnya yang berumur muda belum terbentuk kayu teras, sehingga tidak terdapat zat ekstraktif kayu, akibatnya kayu rentan terhadap serangan rayap. SIMPULAN Perlakuan pemanasan 160-180 0 C meningkatkan kelas ketahanan kayu Jati JUN dari kelas IV menjadi kelas III terhadap serangan rayap kayu kering. Lama pemanasan meningkatkan ketahanan kayu jati terhadap serangan rayap tanah. Serangan rayap kayu kering terhadap kayu jati JUN pada semua perlakuan suhu dan lama pemanasan termasuk serangan sedang.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. SNI 01-7207-2006 Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu. Jakarta: BSN Amri K, Tini N. 2004. Mengebunkan jati unggul pilihan investasi prospektif. Jakarta: Agro Media Pustaka Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2008. Food chemistry. Berlin: Springer Verlag hal. 327-337 Damayanti R. 2010. Struktur makro, mikro, dan ultramikroskopik kayu jati unggul nusantara dan kayu jati konvensional [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Eggleton P. 2000. Global patterns of termite diversity. In termites: Evolution, sociality, symbioses, ecology. Takuya Abe, David Edward Bignell and Masahiko Higashi (Editor). London: Kluwer Academic Publisher London. hlm 25-52. Hasan T. 2004. Rayap dan pemberantasannya (penanggulangan dan pencegahan). Jakarta: Yayasan Pembinaan dan Watak Jasni Supriatna N. 1992. Pencegahan rayap dan bubuk perusak kayu dengan pestisida berbahan aktif phoxim dan cyflutrhhrin. Yogyakarta: Kongres Entomologi IV Kinnimont JA. 1976. Effect of timber drying temperature on subsequent moisture and dimensional changes. J Forest Sci 6: 101-107 Koch P. 1972. Utilization of the sauthern pine. Agricultural handbook SFES- AH-420. Asheville: USDA-Forest Service, Southern Forest Experiment Station 1-734 Martawijaya A. 1996. Keawetan kayu dan faktor yang mempengaruhinya. Petunjuk teknis. Bogor: Puslitbang Press Momohara I, Ohmura W, Kato H, Kubojima Y. 2003. Effect of high temperature treatment on wood durability against the brown-rot fungus, Formitopsis palutris and the termite Coptoptermes formosanus. 8 th International IUFRO wood drying conference. Forestry and Forest Products Research Institute Muin M, Arif A, Syahidah. 2003. Deteriorasi dan perbaikan sifat kayu. Makassar: Unhas Press Nandika D, Rafiudin R, Husaeni EA. 1991. Biologi rayap perusak kayu. Bogor: PAU-IPB Nandika D, Adijuwana H. 1995. Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) serta Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) serta Macrotermes gilvus Hagen. J Penelitian Hasil Hutan 7(1):35-40 Nandika D, Yudi R, Farah D. 2003. Rayap: biologi dan pengendaliannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press Pablo MRS, Gracia GM. 1997. Natural durability of anahau (Livistona rotundifolia lam. Mart.). J Forest Product and Development Industries 23: 69-76

Rahmawati D. 1995. Perkiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB Sheffer TC, Morvel JJ. 1998. Natural Durabilty of wood: a Worldwide checklis. Oregon State University: Forest Research Labolatory Schultze DG. 1960. The manner and severity of termite attack on wood of different structure and density. I. Tests with separated early and late wood. Holz als Roh- und Werkstoff 18 (10): 7-365 Supriana N. 1999. Rayap dan kayu: Analisis sifat dan perilaku menuju strategi pengendalian baku. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Tambunan B, Nandika D. 1989. Deteriorasi kayu oleh faktor biologi. Bogor: Pusat Antar universitas Bioteknologi IPB. Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia.Lap. L.P.H. No. 138. 28 p.

10 Lampiran 1 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap serangan rayap tanah Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 24 536.51646880 22.35485287 1.99 0.0098 Error 100 1125.67868000 11.25678680 Corrected Total 124 1662.19514880 Sumber keragaman DF Type I SS Mean F Value Pr > F (Sources of variation) Square A (suhu pemanasan) 4 67.19060480 16.79765120 1.49 0.2102tn B ( waktu pemanasan) 4 171.41575680 42.85393920 3.81 0.0064** AB (interaksi faktor A dan B) 16 297.91010720 18.61938170 1.65 0.0686tn Keterangan: tn= tidak nyata pada selang kepercayaan 95% **= nyata pada selang kepercayaan 95% Uji Tukey (bnj) pengaruh waktu pemanasan (b) terhadap penurunan bobot General Linear Models Procedure Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: Y1 (penurunan bobot) Alpha= 0.05 df= 100 MSE= 11.25679 Critical Value of Studentized Range= 3.929 Minimum Significant Difference= 2.6364 Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N B A 13.0700 25 3 B A 11.9944 25 9 B A 11.3524 25 24 B A 11.0876 25 6 B 9.4988 25 12

10 Lampiran 2 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap serangan rayap kayu kering Source DF Sum of Mean F Value Pr > F Squares Square Model 24 80.34855600 3.34785650 3.16 0.0001 Error 75 79.34850000 1.05798000 Corrected Total 99 159.69705600 Sumber keragaman DF Type I SS Mean F Value Pr > F (Sources of variation) Square A (suhu pemanasan) 4 46.20777600 11.55194400 10.92 0.0001** B ( waktu pemanasan) 4 8.23989600 2.05997400 1.95 0.1114tn AB (interaksi faktor A dan B) 16 25.90088400 1.61880525 1.53tn 0.1116tn Keterangan: tn= tidak nyata pada selang kepercayaan 95% **= nyata pada selang kepercayaan 95% Uji Tukey (bnj) pengaruh suhu pemanasan (a) terhadap penurunan bobot General linear models procedure Tukey's studentized range (hsd) test for variable: y1 (penurunan bobot) Alpha= 0.05 df= 75 MSE= 1.05798 Critical value of studentized range= 3.953 minimum significant difference= 0.9092 Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N A A 9.7045 20 120 B A 9.1945 20 100 B C 8.6605 20 140 C 8.2670 20 160 C 7.7675 20 180

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Februari 1990 dari ayah Ir. Pipin dan ibu C.Sumarni. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Insan kamil Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menempuh pendidikan strata-1 di IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) bidang pendidikan. Penulis berpartisipasi dalam kegiatan kepanitiaan IDEA (IPB s Dedication and Education) sebagai sekertaris 1 ditahun 2010, ISEE (International Scholarship and Education Expo) sebagai sekertaris 1 ditahun 2010 dan 2011 dan Pesta Sains Nasional 2010 sebagai ketua divisi kesekretariatan sub biologi. Beberapa pengalaman penelitian yang pernah dilakukan penulis ialah melakukan kegiatan studi lapangan pada tahun 2009 di Pantai Pananjung Pangandaran dengan judul Keanekaragaman Cendawan Gua di Cagar Alam Pangandaran di bawah bimbingan Ir Agustin Widya Gunawan, MS. Selain itu penulis melakukan kegiatan praktik lapangan pada tahun 2011 di Pusat Keteknikan dan pengolahan kehutanan Bogor dengan judul Perkembangbiakan Jabon Merah dengan stek pucuk di bawah bimbingan Prof Dr Ir Alex Hartana.