PERLUASAN SISTEM AKSIOMA INSIDENSI PADA DIMENSI EMPAT. Sitta Alief Farihati Universitas Terbuka ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis.

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Aksioma-aksioma yang membentuk geometri Affin disebut dengan aksioma playfair

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

ISOMETRI TERHADAP GEOMETRI INSIDENSI TERURUT

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Bab 5 - Garis dan Sudut

Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN MATEMATIKA BAB XI ALAT PERAGA DALAM GEOMETRI RUANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 1 PEKALONGAN

TRANSFORMASI. Dosen Pengampu Mata Kuliah. HERDIAN, S.Pd., M.Pd. Disusun Oleh : Kelompok 1. Hayatun Nupus Rina Ariyani

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kajian menarik dalam analisis adalah teori himpunan.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Dari data hasil tes soal dapat diketahui siswa yang memiliki keterampilan

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

DASAR-DASAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D. Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

Geometri (bangun ruang)

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KALKULUS 2 BAHASAN VOLUM BENDA PUTAR

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

BAB II KAJIAN TEORI A.

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 2 LEMBAR KERJA KELOMPOK MAHASISWA 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP van Hiele) dimensi tiga. : 6.1. Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang dalam. ruang dimensi tiga.

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T.

BAHAN BELAJAR: UNSUR DASAR PEMBANGUN GEOMETRI. Untung Trisna Suwaji. Agus Suharjana

PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK. OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

A-8 LUAS DAERAH DI R2 DENGAN MEMANFAATKAN GARIS SINGGUNG KURVA

TRANSFORMASI. 1) T(A) = A 2) Apabila P A, maka T(P) = Q dengan Q titik tengah garis. Selidiki apakah

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

1 P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan lain Hariwijaya (2009). Sehingga matematika mejadi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menurut National Council of Teachers of Mathematics tahun 1989 (dalam Yuliani,

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN SPATIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOLUSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BOGOR KELOMPOK KERJA KEPALA SEKOLAH (SMA/MA SE KOTA BOGOR) TES UJI COBA UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

TRANSLASI BANGUN RUANG BERSISI DATAR PADA RUANG BERDIMENSI TIGA

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

PENGANTAR KALKULUS PEUBAH BANYAK. 1. Pengertian Vektor pada Bidang Datar

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depdiknas (2006) memaparkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

Desain Motif Teralis Pintu dan Jendela Dari Bentuk Geometri Dasar

SILABUS. 1 / Silabus Matematika XII-IA. : 1.Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah. Nilai Karakter

KISI-KISI PENULISAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPA SANGGAR 07 TAHUN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

ISTILAH, SIMBOL, DAN OBJEK YANG DIBERI SIMBOL DALAM MATEMATIKA. Oleh: Sugiyono, FMIPA UNY ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. segala perubahan yang terjadi dilingkungannya. Tanpa pendidikan, manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

VEKTOR 2 SMA SANTA ANGELA. A. Pengertian Vektor Vektor adalah besaran yang memiliki besar dan arah. Dilambangkan dengan :

PROGRAMMING DENGAN NORMA

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (PEMINATAN)

Geometri di Bidang Euclid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

MODUL 4 LINGKARAN DAN BOLA

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Persoalan-persoalan disekitar kita banyak yang dapat dipecahkan dengan

Transkripsi:

PERLUASAN SISTEM AKSIOMA INSIDENSI PADA DIMENSI EMPAT Sitta Alief Farihati (sitta@ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAK Gagasan tentang dimensi empat memang belum banyak dikemukakan oleh pakar matematika. Namun ada salah satu pakar yaitu Schläfli Ludwig yang telah mengemukakan ide tentang dimensi empat. Menurut Ludwig, dimensi empat dapat dijelaskan dengan metode pragmatis yaitu dinyatakan dengan empat sumbu (x, y, z, t) dan metode analogi. Penelitian ini akan menjelaskan definisi dimensi empat dengan metode analogi seperti yang diungkapkan oleh Ludwig. Metode analogi yang digunakan adalah menganalogkan definisi dimensi empat dengan definisi dimensi tiga pada sistem aksioma insidensi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan definisi awal ruang dimensi empat berdasarkan perluasan konsep sistem aksioma insidensi. Konsep titik, garis dan bidang akan digunakan sebagai unsur tak terdefinisi dalam sistem aksioma dimensi empat. Hasil dari penelitian ini adalah definisi tentang ruang dimensi empat berdasarkan perluasan sistem aksioma insidensi. Key words : definisi, ruang, dimensi empat PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, dunia ini divisualisasikan dalam bentuk dimensi tiga. Pemvisualisasian tersebut sering digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang terlihat secara kasat mata. Dimensi empat merupakan tingkatan dimensi yang lebih tinggi dari dimensi tiga. Visualisasi dimensi empat belum dapat dilakukan karena bentuk dimensi empat secara kasat mata belum dapat dilihat. Salah satu diskusi Tasawuf Modern menjelaskan dimensi empat dengan konsep ketuhanan dan konsep rasionalitas. Dalam konsep rasionalitas, Mustofa A (2008) mengungkapkan konsep dimensi empat secara logis. Menurut Mustofa, visualisasi bendabenda berdimensi lebih tinggi dari tiga dapat dilakukan dengan menurunkan tingkat dimensinya menjadi lebih rendah. Yaitu, untuk memvisualisasikan benda berdimensi empat, maka diumpamakan benda tersebut menjadi dimensi satu atau dua atau maksimal tiga (Mustofa A 2008 : 110). Konsep menurunkan tingkat dimensi yang dimaksud adalah konsep proyeksi suatu benda.

dimensi 0 (titik) dimensi 1 (garis) dimensi 2 (bidang) dimensi 3 (ruang) dimensi 4 (ruang-4) Gambar 1. Visualisasi benda dalam tiap dimensi Proyeksi dimensi 1 Proyeksi dimensi 2 Proyeksi dimensi 3 Proyeksi dimensi 4 Gambar 2. Visualisasi hasil proyeksi dari benda dimensi tinggi ke benda dimensi lebih rendah satu tingkat Proyeksi suatu benda merupakan salah satu bahasan dalam matematika. Oleh sebab itu, konsep proyeksi tersebut juga digunakan oleh salah satu pakar matematika yaitu Schläfli Ludwig (1814-1895) untuk mengemukakan ide tentang dimensi empat. Menurut Ludwig, dimensi empat dapat dijelaskan dengan metode pragmatis, yaitu dinyatakan dengan empat sumbu (x, y, z, t), dan metode analogi. Dalam metode analogi tersebut salah satu konsep yang digunakan oleh Ludwig adalah konsep proyeksi. Pembahasan dimensi empat memang belum banyak dibahas oleh pakar matematika. Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian tahap awal tentang dimensi empat berdasarkan konsep geometri. Penelitian ini akan menjelaskan definisi dimensi empat dengan metode analogi seperti yang diungkapkan oleh Ludwig. Salah satu metode analogi yang digunakan oleh Ludwig adalah menganalogkan sifat-sifat dimensi yang lebih tinggi dengan sifat-sifat dimensi yang lebih rendah. Pada penelitian ini penulis akan 22

menggunakan metode analogi berupa menganalogkan definisi dimensi empat dengan definisi dimensi tiga pada sistem aksioma insidensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Aksioma Insidensi Sistem aksioma insidensi berikut dikutip dari pembahasan Sistem Aksioma Insidensi dalam Rawuh (2008). Sistem aksioma tersebut merupakan sistem aksioma insidensi yang mendefinisikan dimensi tiga. Suatu geometri dibentuk berdasarkan aksioma yang berlaku dalam geometri tersebut. Geometri insidensi didasari oleh aksioma insidensi. Untuk membangun suatu geometri diperlukan unsur tak terdefinisi sebagai berikut: 1. Titik 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis 3. Himpunan titik-titik yang dinamakan bidang Ketiga unsur tak terdefinisi tersebut kemudian dikaitkan satu sama lain dalam suatu sistem aksioma. Sistem aksioma tersebut dalam geometri insidensi terdiri dari enam aksioma yaitu: I.1. Garis adalah himpunan titik-titik yang mengandung paling sedikit dua titik I.2. Dua titik yang berlainan terkandung dalam tepat satu garis (satu dan tidak lebih dari satu garis) I.3. Bidang adalah himpunan titik-titik yang terkandung paling sedikit tiga titik yang tidak terkandung dalam satu garis (tiga titik tak segaris atau tiga titik yang tak kolinear) I.4. Tiga titik yang berlainan yang tidak segaris terkandung dalam satu dan tidak lebih dari satu bidang I.5. Apabila sebuah bidang memuat dua titik berlainan dari sebuah garis, maka bidang itu akan memuat setiap titik pada garis tersebut (garis terkandung dalam bidang itu, atau garis terletak pada bidang itu) I.6. Apabila dua bidang bersekutu pada sebuah titik maka kedua bidang itu akan bersekutu pada titik kedua yang lain (ada titik lain dimana bidang tersebut juga bersekutu)

Definisi : Sebuah himpunan titik-titik bersama dengan himpunan bagian seperti garis dan bidang yang memenuhi sistem aksioma I.1 sampai dengan I.6 disebut suatu geometri insidensi. Perluasan Sistem Aksioma Insidensi Keenam aksioma insidensi di atas merupakan aksioma untuk dimensi tiga. Agar memenuhi ruang pembicaraan tentang dimensi empat, maka dalam geometri dimensi empat diperlukan tambahan unsur tak terdefinisi selain titik, garis dan bidang. Unsur tak terdefinisi tersebut adalah ruang, sehingga unsur tak terdefinisi pada perluasan aksioma insidensi dimensi empat adalah: 1. Titik 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis 3. Himpunan titik-titik yang dinamakan bidang 4. Himpunan titik-titik yang dinamakan ruang Sistem aksioma insidensi I.1 sampai dengan I.6 akan digunakan pula dalam sistem aksioma insidensi dimensi empat, sehingga sistem aksioma insidensi dimensi empat adalah: I.1 s/d I.6 I.7. Ruang adalah himpunan titik-titik yang mengandung paling sedikit empat titik yang tidak terkandung dalam satu garis dan tidak terkandung dalam satu bidang (empat titik tak segaris atau empat titik tak kolinear, dan empat titik tak sebidang) I.8. Empat titik berlainan yang tidak sebidang terkandung dalam satu dan tidak lebih dari satu ruang I.9. Apabila sebuah ruang memuat dua garis yang berlainan dari sebuah bidang, maka ruang itu akan memuat setiap garis pada bidang tersebut (bidang terkandung dalam ruang itu, atau bidang terletak pada ruang itu). Apabila dua ruang bersekutu pada sebuah bidang maka kedua ruang itu akan bersekutu pada garis kedua yang lain (ada garis lain dimana ruang tersebut juga bersekutu) Definisi : Sebuah himpunan titik-titik bersama dengan himpunan bagian seperti garis dan bidang yang memenuhi sistem aksioma I.1 sampai dengan I.9 disebut suatu geometri insidensi dimensi empat. 24

KESIMPULAN Salah satu metode untuk menjelaskan dimensi empat adalah metode analogi. Metode ini yang diterapkan pada perluasan sistem aksioma insidensi. Hasilnya adalah suatu definisi awal tentang ruang dimensi empat yang harus memenuhi aksioma I.1 sampai dengan I.9. Agar dapat dibuktikan kebenaran definisi tersebut dan dapat digunakan untuk menurunkan teorema dan lemma tentang dimensi empat, maka terdapat banyak kesempatan untuk meneliti kelanjutan perluasan sistem aksioma insidensi tersebut. REFERENSI Agus Mustofa.2008. Terpesona di Sidratul Muntaha, serial ketiga diskusi tasawuf modern. Padma press :Surabaya. Rawuh. 2008. Geometri. Universitas Terbuka: Tangerang Selatan. Ludwig Schläfli. http://www.dimensions-math.org/dim_ch3_e.htm. 28 Oktober 2010. KEMBALI KE DAFTAR ISI