KEADAAN UMUM Sejarah Kebun

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM KEBUN. Sejarah Kebun. Letak Geografis dan Administratif Kebun

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KONDISI UMUM KEBUN. Sejarah Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

PENGELOLAAN BUDIDAYA SAGU

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tahun 2002, perusahaan ini berdiri dengan akta notaris NO SPP. 161/2001.

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

AFDHOLIATUS SYAFAAH A

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

BAB III KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 1.1. UMUM

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

III. METODE PELAKSANAAN. semester IV yaitu selama 2 ½ bulan yang dimulai dari tanggal 29 Maret 2011

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

PENGELOLAAN SAGU (Metroxylon spp.) KHUSUSNYA ASPEK PEMUPUKAN DI PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT, SELAT PANJANG, RIAU

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.84/MENHUT-II/2004 TENTANG

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106 /KPTS-II/2000 TENTANG

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

Transkripsi:

KEADAAN UMUM Sejarah Kebun PT National Sago Prima merupakan bagian dari kelompok usaha Sampoerna Biofuel yang termasuk kedalam Sampoerna Agro. Perkebunan sagu di Riau dahulu merupakan salah satu bagian dari kelompok usaha Siak Raya Group dengan nama PT National Timber and Forest Product yang didirikan pada tanggal 4 September 1970 dengan akta notaris nomor 2 yang dibuat dihadapan Muhamad Ali Asjoedjir, wakil notaris yang bertempat di Pekanbaru dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan keputusan nomor J.A.S/4/1971 pada tanggal 7 Januari 1971. Pada tanggal 24 Desember 1970 nama PT National Timber diubah menjadi PT National Timber and Forest Product dengan akta notaris nomor 153 yang dibuat dihadapan Muhamad Said Tadjoedin, notaris di Jakarta. PT National Timber and Forest Product merupakan salah satu pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian nomor 135/KPTS/ UM/3/ 1974 tanggal 14 Maret 1974 di Propinsi Riau dengan luas areal konsesi 100 000 ha yang telah beroperasi selama lebih dari 21 tahun. Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan nomor 913/IV- PPH/1994 tanggal 18 april 1994 dan surat Menteri Kehutanan nomor 1083/MEN- HUT-IV/1995 tanggal 24 juli 1995 pada PT National Timber and Forest Product telah diberikan persetujuan prinsip Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam hutan tanaman (sagu) atas areal hutan produksi seluas ± 19 900 ha di Provinsi Riau. Setelah berakhirnya masa konsesi HPH 20 tahun, selanjutnya pada tahun 1995 PT National Timber and Forest Product mengajukan Izin Penebangan Kayu (IPK) dengan surat keputusan nomor 17/Kpts/HUT/1996. Izin Penebangan kayu tersebut disetujui dengan syarat apabila setelah penebangan dilakukan, PT National Timber and Forest Product harus menanami kembali areal tersebut dengan Hutan Tanaman Industri yaitu sagu (Metroxylon spp.) dengan mengajukan Rencana Kerja Tahunan (RKT) pada setiap tahunnya. Perizinan RKT sebelum otonomi daerah dikeluarkan oleh Kanwil Kehutanan dengan rekomendasi Dinas Kehutanan Propinsi Riau, setelah berlakunya otonomi

16 daerah pemberian izin dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis. Surat izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu) kepada PT National Timber and Forest Product atas areal hutan produksi seluas ± 21 620 ha di Propinsi Riau dengan surat keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/MEN-HUT-II/2008 dikeluarkan pada tahun 2008. Surat Keputusan tersebut dikeluarkan untuk merevisi SK Menteri Kehutanan nomor 1083/MenhutIV/1995 tanggal 24 Juli 1995 karena penambahan luas areal hutan produksi. Pada tahun 2009 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no SK.380/MENHUT-II/2009 tanggal 25 Juni 2009 tentang perubahan atas keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/MENHUT-II/2008 tanggal 24 September 2008 tentang pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu) kepada PT National Timber and Forest Product atas areal hutan produksi seluas ±21 620 (dua puluh satu ribu enam ratus dua puluh) hektar di Provinsi Riau. Keputusan tersebut menetapkan bahwa nama PT National Timber and Forest Product berubah menjadi PT National Sago Prima, namun SK.353/MENHUT-II/2008 tanggal 24 september 2008 beserta lampiran dan peta areal kerjanya masih tetap berlaku. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi PT National Sago Prima secara geografis terletak pada koordinat 101 43 103 08 Bujur Timur dan 0 31 1 80 Lintang Utara. Areal kebun termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau (Lampiran 2). Areal tersebut termasuk kedalam wilayah DAS Suir Kiri dan kelompok hutan Teluk Kepau (Lampiran 3). Batas-batas wilayah areal IUPHHBK-HTI PT National Sago Prima yaitu sebelah utara berbatasan dengan HTI PT Lestari Unggul Makmur dan Desa Lukun, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kepau Baru dan Desa Teluk Buntal, sebelah barat berbatasan dengan Eks. HPH PT Uni Seraya, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanjung Sari dan Desa Tanjung Gadai.

17 Keadaan Iklim, Topografi dan Tanah Wilayah pekebunan PT National Sago Prima termasuk ke dalam wilayah hutan hujan tropis dengan curah hujan rata-rata tahunan adalah 1966 mm. Menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson (1951) dalam Fauzan (2010), areal IUPHHBK-HTI Sagu PT National Sago Prima termasuk type iklim B dengan nilai Q = 33.3 %. Pengamatan curah hujan tahun 2011hanya dilakukan pada bulan Maret hingga Mei (Lampiran 4). Suhu udara rata-rata tahun 2007 yaitu 26.6 0 C dengan rata-rata kelembaban relatif 85.4 % dan tahun 2008 suhu udara rata-rata 26.1 0 C dengan kelembaban relatif 85.0% (Fauzan, 2010). Berdasarkan Peta Topografi Provinsi Riau skala 1 : 250 000, areal kerja IUPHHBK-HTI Sagu PT National Sago Prima sebagian besar bertopografi datar dengan ketinggian tempat antara 0-5 meter di atas permukaan laut (dpl). (Fauzan, 2010). Sistem lahan di areal kerja PT National Sago Prima yaitu sistem lahan Gambut, Kahayan dan Mendawai (Fauzan, 2010). Sistem lahan pada areal kebun didominasi oleh sistem lahan Mendawai. Deskripsi sistem lahan tersebut di atas adalah sebagai berikut : Sistem Lahan Mendawai (MDW) Sistem lahan Mendawai (MDW) merupakan daerah rawa-rawa gambut dangkal, dengan bentuk topografi relatif datar, kemiringan lereng < 2%. Perubahan yang mungkin terjadi pada sistem lahan Mendawai (MDW) yang berbahan induk tanah gambut setelah dilakukan reklamasi secara bertahap akan mengalami berbagai perubahan antara lain penurunan muka tanah (subsidence), yang disebabkan oleh pembuatan saluran-saluran drainase, dan secara bertahap dapat menjadi lahan sulfat masam. Sistem Lahan Kahayan (KHY) Sistem Lahan Kahayan (KHY) merupakan dataran alluvial yang berupa dataran pantai/sungai yang tergabung. Topografi termasuk daerah yang datar dengan kemiringan < 2%. Sistem lahan Kahayan yang terbentuk oleh endapan pantai/sungai yang bergabung dapat menyebabkan lahan tersebut mengalami penambahan material-material dari pasang-surutnya air laut/sungai. Lahan tersebut bisa berubah menjadi lahan yang sangat subur, tetapi pada lahan yang berada di

18 dekat pantai tidak menutup kemungkinan lahan tersebut mengalami perubahan salinitas karena masuknya air laut. Sistem Lahan Gambut Sistem Lahan Gambut merupakan rawa-rawa gambut dalam dengan permukaan lengkung dalam lembah atau kubah gambut, topografi datar dengan kemiringan lereng < 2% dengan lebar lembah 2-10 m, dengan jenis tanah Tropohemist dan Tropofibrist. Keadaan Tanaman, Populasi dan Produksi Luas areal pertanaman PT National Sago Prima sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 380/MENHUT-II/2009 seluas 21 620 ha terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 21 370 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 250 ha. Areal yang baru ditanami secara bertahap mulai dari tahun 1996-1999 seluas 13 044 ha yang terbagi menjadi 12 divisi. Luas areal untuk setiap divisi yaitu 1 000 ha, masing-masing divisi memiliki sekitar 20-24 blok dengan luas areal tiap blok 50 ha (1 000 m x 500 m). Batas blok berupa kanal-kanal yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan air, sarana transportasi, jalur panen serta pembatas atau barier jika terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke blok yang lain. Kondisi pertanaman di setiap divisi berbeda sesuai dengan tahun tanam. Fokus kerja perusahaan pada Divisi 1-4 yang kondisi tanamannya sudah memasuki panen, sehingga perlu pemeliharaan dan penanganan yang baik, sedangkan kegiatan yang dilakukan pada Divisi 5 dan 7 yaitu pembukaan lahan, penanaman, penyulaman dan pemeliharaan. Produksi sagu yang ditanam mulai tahun 1996 hingga 1999 baru dipanen mulai tahun 2010 hingga 2011. Data produksi sagu terlampir (Lampiran 5). Jenis sagu di PT National Sago Prima yaitu jenis sagu yang memiliki duri seperti Sagu Tuni (Metroxylon rumphii Mart.) dan Sagu Ihur (Metroxylon sylvester Mart.), dan sagu tak berduri yaitu Sagu Molat (Metroxylon sagus Rotb.). Selain itu jenis yang mendominasi tingkat pohon adalah Meranti (Shorea sp), Geronggang (Cratoxylon arborescens), Bintangur (Callophylum inophyllum) dan Suntai (Palaquium burckii).

19 Jarak tanam yang digunakan untuk pertanaman sagu yaitu 15 m x 15 m, 10 m x 10 m, 9 m x 9 m atau 8 m x 8 m. Namun jarak tanam yang banyak digunakan yaitu 8 m x 8 m, baik pada areal yang sudah ditanami maupun yang baru dibuka. Terdapat 100-125 baris tanaman sagu pada tiap blok bergantung pada jarak tanam yang digunakan. Jalur lorong atau jalur angkut dibuat dengan arah utaraselatan dengan panjang lorong ± 500 m. Satu lorong terdiri atas 2 baris tanaman sagu. Tiap baris tanaman terdapat 50-70 rumpun tanaman sagu bergantung pada jarak tanam yang digunakan. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pengorganisasian Kebun PT National Sago Prima memiliki struktur organisasi lini atau garis. Sistem organisasi tersebut merupakan bentuk organisasi dengan pemimpin sebagai pemegang wewenang tunggal. Ciri-ciri dari sistem organisasi tersebut yaitu jumlah karyawannya sedikit, sarana dan alatnya terbatas, serta hubungan atasan dan bawahan bersifat langsung melalui satu garis wewenang. Garis komando merupakan garis hubungan kerja dengan pola perintah atau instruksi. Garis komando sistem organisasi lini kuat dan hanya satu yaitu secara vertikal dari atas ke bawah. Keunggulan dari sistem organisasi tersebut yaitu segala keputusan kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan dan intruksi dapat diterima secara jelas dan tegas karena rantai komando pendek. Namun kelemahannya yaitu kepemimpinan tunggal dapat mengambil keputusan berdasarkan kemauan pribadi. Puncak pimpinan tertinggi di PT National Sago Prima dipegang oleh seorang general manager (GM). General manager memiliki wewenang tertinggi untuk memimpin, mengelola, dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja kebun. Tim teknis seperti kordinator asissten, technical support, external relation, supply logistic, asisten pembibitan dan KTU (Kepala Tata Usaha) bertanggung jawab lagsung kepada GM atas pelaksanaan pengelolaan kebun.

20 Kepala tata usaha membawahi lima bagian yaitu bagian accounting, bagian umum, security, bagian gudang dan administratur. Koordinator asisten membawahi asisten divisi, setiap asisten divisi membawahi seorang administratur, mandor I dan pengawas. Stuktur organisasi terlampir (Lampiran 6). Sistem Ketenagakerjaan Beberapa tipe karyawan yang ada di PT National Sago Prima bekerja di bagian administasi dan bagian kegiatan lapangan. Pembagian tersebut berdasarkan jabatan dan lama bekerja dalam perusahaan. Karyawan Tetap Karyawan tetap adalah karyawan yang tercatat dalam perusahaan sebagai karyawan dan bekerja tetap. Jam kerja karyawan tetap mulai pukul 07.00 hingga pukul 16.00 dengan istirahat pukul 11.00 hingga 13.00. Karyawan tetap mendapatkan berbagai tunjangan seperti tunjangan kesehatan, transportasi dan beras. Karyawan tetap terdiri atas karyawan bulanan tetap dan karyawan harian tetap. Karyawan bulanan tetap adalah karyawan tetap yang upah atau gaji mereka diterima berdasarkan perjanjian kontrak kerja. Mereka menerima gaji tetap tiap bulan sesuai perjanjian kerja. Karyawan bulanan tetap meliputi general manager, tim teknis seperti kordinator asissten, technical support, external relation, supply logistic, asisten pembibitan dan KTU, seluruh staf administrasi, asisten divisi, serta manager dan staf R&D. Jumlah karyawan bulanan tetap PT National Sago Pima yaitu 18 orang. Karyawan tetap tinggal di lokasi kebun dengan fasilitas dari perusahaan seperti tempat tinggal (mess/camp). Karyawan harian tetap adalah karyawan tetap yang upah/gaji kerjanya dihitung berdasarkan jumlah hari mereka bekerja. Setiap hari kerja mereka mendapatkan upah sebesar Rp 45 000. Jika terdapat hari libur mereka tidak mendapatkan upah. Karyawan harian tetap berbeda dengan karyawan harian lepas karena karyawan harian tetap memiliki keterikatan dengan perusahaan. Karyawan harian tetap di PT National Sago Prima seperti operator speedboad dan pembantu mess/camp. Jumlah karyawan harian tetap di PT National Sago Prima yaitu 40 orang.

21 Karyawan Kontrak Karyawan kontrak adalah pekerja atau karyawan suatu kontraktor yang memiliki kerjasama kerja dengan PT National Sago Prima. Karyawan kontrak mandapat upah dari kontraktor tempat mereka bekerja. Setiap kontraktor memiliki target kerja yang telah disepakati dengan perusahaan. Jika target tersebut tidak terpenuhi maka akan ada denda dari perusahaan kepada kontraktor. Setiap kontraktor diawasi oleh pengawas yang diutus dan merupakan karyawan perusahaan. Karyawan kontrak biasanya mengerjakan perkerjaan seperti pembibitan (pengambilan anakan dan persemaian), pengimasan, pembuatan lorong, weeding manual dan pembersihan kanal. Karyawan kontrak selama masa kerjanya tinggal di dalam lokasi kebun dengan fasilitas yang diberikan perusahaan. Jam kerja mereka tidak dapat ditetapkan oleh perusahaan asalkan pekerjaan mereka sesuai target yang telah disepakati. Jumlah karyawan kontrak setiap divisi yaitu 4-5 rombongan dengan setiap rombong terdiri atas 5-6 orang. Karyawan Harian Lepas Karyawan harian lepas (KHL) adalah karyawan atau buruh perusahaan tidak tetap dan tidak memiliki keterikatan dengan perusahaan. Mereka menerima upah berdasarkan jumlah hari mereka kerja. Tiap hari kerja mereka mendapat upah Rp 45 000. Mereka tidak mendapatkan berbagai tunjangan dari perusahaan. Jam kerja karyawan harian lepas mulai jam 06.30-14.30 dengan istirahat pukul 12.00-13.00. Karyawan harian lepas diawasi dan mendapat instruksi dari mandor perusahaan. Karyawan harian lepas dapat menjadi karyawan tetap jika mereka bekerja secara terus menerus selama tiga bulan dan mendapat rekomendasi dari mandor pengawasnya. Karyawan harian lepas biasanya melakukan perkerjaan seperti pembuatan lorongan, piringan dan pembersihan gulma. Jumlah karyawan harian lepas pada setiap divisi tidak lebih dari 15 orang, sedangkan pada swakelola pembibitan kurang dari 10 orang.