JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 2 Nomor 10 (2013) Copyright 2013

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit Citra Aditya Bhakti,

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- Andrian Hidayat Nasution -

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT MENGENAI GANTI KERUGIAN ATAS KETERLAMBATAN ANGKUTAN UDARA PADA BANDAR UDARA TEMINDUNG SAMARINDA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

1 BAB I PENDAHULUAN. memerlukan transportasi untuk menghubungkan masyarakat disuatu

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

Privat Law Vol. V No. 1 Januari-Juni

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011

ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Tanggung Jawab PT. Trans Nusa Terhadap Penumpang. Prinsip tanggung jawab mutlak atau( strict liability) :

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat transportasi untuk mempermudah mobilisasi. Dari berbagai

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pada sektor-sektor lain (ship follows the trade) pada

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN HUKUM TERHADAP AKTUALISASI ASAS INDEMNITAS DALAM POLIS STANDAR ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA PT. ASURANSI RAMAYANA Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

DAFTAR PUSTAKA. Alfred Hutauruk, Sistem dan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1983;

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN KEDATANGAN DAN PEMBERANGKATAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS PADA BANDARA HANG NADIM BATAM)

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor9 (2014) Copyright 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

BAB III TANGGUNG JAWAB MASKAPAI TERHADAP KETERLAMBATAN PENERBANGAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA , Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung: Citra Aditya Bhakti), 1998.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN AIR PADA KM DORRI PUTRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

A. Latar Belakang Masalah

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN DOMESTIK PT. GARUDA INDONESIA TERHADAP PENUMPANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. 1. Ruang Lingkup tanggung jawab Perusahaan angkutan kapal perairan

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAPAT BAGASI PENUMPANG YANG HILANG ATAU RUSAK

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

PERANAN PENGANGKUTAN UDARADI INDONESIA DALAM MENUNJANG PENGIMPLEMENTASIAN WAWASAN NUSANTARA. Sri Sutarwati STTKD Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI

Plan Asuransi Penerbangan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH MASKAPAI PENERBANGAN TERKAIT PEMBATALAN DAN KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN

BAB III. Penutup. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan ganti rugi yang dilakukan oleh PT. KAI tidak dijalankan dengan

DAFTAR PUSTAKA. Atmadja, Komar Kanta, Tanggung Jawab Profesional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

PENULISAN HUKUM. Oleh : Roy Irawan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 8/Ags/2016

PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era sekarang ini Salatiga banyak mengalami kemajuan pembanguan secara fisik.hal

Oleh : Syarifa Mahila,SH,MH. 1. Abstract

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEWAJIBAN PERDATA AIR ASIA TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PESAWAT QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

Transkripsi:

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 2 Nomor 10 (2013) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2013 ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN PENERBANGAN OLEH PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA PERINTIS (Studi kasus pada maskapai penerbangan Susi Air di Bandara Temindung kota Samarinda) Achmad Rifandi Wijaya 1 (Flubaby@ymail.com) Ivan Zairani Lisi, 2 (Ivanlisi_fhunmul@yahoo.co.id) Abstrak Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, transportasi udara merupakan hal yang sangat efisien untk digunakan karena kelebihannya pada hal kecepatan dan jangkauan. Namun transportasi udara sering mengalami pembatalan penerbangan dengan faktor yang bermacam-macam, seperti faktor cuaca atau kesalahan manusia sendiri. Beberapa faktor terjadinya pembatalan memang diperbolehkan dalam aturan yang berlaku, namun tetap ada bentuk tanggung jawab hukum yang harus diberikan pihak maskapai atas kerugian akibat pembatalan penerbangan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum atas tindakan maskapai penerbangan perintis yang melakukan pembatalan penerbangan secara sepihak dengan alasan sebab tertentu dan untuk mengetahui tanggung jawab hukum yang harus dilakukan oleh maskapai penerbangan perintis untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atas pembatalan penerbangan.metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif kualitatif yang artinya menguraikan data dalam bentuk kalimat yang baik dan benar. Maksudnya data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat yang benar dan sistematis sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang beragam. Berdasarkan penelitian, peneliti menyarankan perlu melakukan peninjauan kembali terhadap instrumen-instrumen hukum yang mengatur tentang kegiatan penerbangan dan penyamarataan sarana dan prasarana serta fasilitas seluruh maskapai di Indonesia ke arah yang lebih baik agar penundaan bahkan pembatalan penerbangan bisa di tekan secara minimal. Kata Kunci : Pembatalan Penerbangan, Faktor Pemabatalan, Tanggung Jawab Hukum 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 10 Pendahuluan Wilayah geografis indonesia yang berupa negara kepulauan yang tentunya memerlukan transportasi untuk menghubungkan masyarakat disuatu wilayah dengan masyarakat lainya. Transportasi terbagi menjadi 3 yaitu transportasi darat laut dan udara, namun melihat dari efektivitasnya transportasi udara merupakan transportasi yang paling efektiv karena kelebihan pada hal kecepatan dan jarak tempuh. Tapi tidak semua wilayah Indonesia bisa dilandasi oleh semua jenis pesawat sehingga diperlukannya pesawat perintis untuk melakukan penerbangan kedaerah terpencil. Selain memiliki kelebihan pada sektor kecepatan dan jarak tempuh ternyata pesawat juga memiliki keluhan dari penumpang, salah satunya yaitu sering trerjadinya pembatalan penerbangan dikarenakan faktor tertentu yang sering terjadi pada seluruh angkutan penerbangan, baik yang terjadi karena kesalahan manusia maupun keadaan alam. Terjadinya penundaan dan pembatalan penerbangan dapat merugikan bagi pengguna jasa penerbangan dari segi waktu ataupun biaya. Seperti kasus yang pernah terjadi pada belasan calon penumpang penerbangan bersubsidi Maskapai Susi Air di Bandara Tanjung Harapan, tujuan Bandara Long Ampung di Perbatasan Indonesia-Serawak Malaysia Kabupaten Malinau. Susi Air yang siap mengangkut warga perbatasan, sejak pagi hingga sore membatalkan penerbangan secara sepihak tanpa ada pemberitahuan ke calon penumpang. Akibat pembatalan tersebut menyebabkan warga terpaksa kecewa dan pulang tanpa pemberitahuan kapan akan diberangkatkan kembali. Dari kasus yang 2

Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Penerbangan (Ahmad Rifandi) pernah terjadi tersebut jelas bahwa pembatalan penerbangan sering terjadi pada angkutan penerbangan di Indonesia yang berujung kepada kerugian materil maupun nonmateril yang diderita oleh penumpang. Permasalahan yang diteliti adalah apa tindakan pengangkut angkutan udara perintis yang melakukan pembatalan penerbangan dapat dibenarkan secara hukum dan Bagaimana tanggung jawab hukum yang harus dilakukan oleh pengangkut angkutan udara perintis untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atas pembatalan penerbangan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dasar hukum atas tindakan maskapai penerbangan perintis yang melakukan pembatalan penerbangan dan Untuk mengetahui tanggung jawab hukum yang harus dilakukan oleh maskapai penerbangan perintis untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atas pembatalan penerbangan. Jenis penelitian yang penulis pergunakan adalah penelitian empiris dengan pendekatan penelitian Live Case Study dan pendekatan masalah yang digunakan yaitu pendekatan undang-undang dan pendekatan kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan, melakukan observasi dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis dan logis. 3

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 10 Pembahasan Penyebab pembatalan penerbangan yang sering terjadi di Bandar Udara Temindung Samarinda, karena faktor cuaca dan faktor lingkungan yang tidak memadai untuk pesawat melakukan pemberangkatan maupun pendaratan. Selain itu faktor teknis dan non teknis juga menjadi faktor penyebab sering terjadinya pembatalan penerbangan. Disamping banyak faktor lain seperti tidak tersedianya armada pesawat karena kerusakan pada pesawat yang mengharuskan terjadinya pembatalan penerbangan. Keterlambatan dan Pembatalan penerbangan juga biasanya terjadi akibat adanya hal-hal yang diluar kendali manusia seperti cuaca buruk atau rusaknya sistem pesawat, namun bisa juga disebabkan faktor human error. Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa pembatalan yang memang diperbolehkan dan dibenarkan oleh hukum. Hal tersebut di atur pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan dan pasal 13 ayat (2) dan (3) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, yaitu faktor cuaca yang antara lain hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang dibawah standar minimal, atau kecepatan angin yang melampaui standar maksimal yang mengganggu keselamatan penerbangan. Serta teknis Oporasional seperti bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan operasional pesawat udara, lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggu fungsiny, terjadinya antrian pesawat udara lepas landas, mendarat, atau alokasi waktu keberangkatan di bandar udara dan keterlambatan pengisian bahan bakar. 4

Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Penerbangan (Ahmad Rifandi) Sedangkan hal yang tidak termasuk teknik operasional di jelaskan pada pasal 146 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan, yaitu keterlambatan pilot, co pilot, dan awak kabin serta Keterlambatan jasa boga (catering) menjadi hal yang tidak termasuk didalam teknik operasional, begitu juga dengan Keterlambatan penanganan di darat, Menunggu penumpang baik yang baru melapor (check in), pindah pesawat (transfer) atau penerbangan lanjutan (connecting flight) tidak bisa dimasukan ke dalam kategori teknik operasional, selain itu Ketidaksiapan pesawat udara juga turut menjadi hal yang tidak termasuk teknik operasional menurut pasal 146 tersebut. Berdasarkan korelasi antara hasil wawancara dan undang-undang yang mengatur mengenai faktor pembatalan penerbangan yang dibenarkan dalam hukum, pembatalan yang dilakukan oleh pihak maskapai penerbangan Susi Air memang sudah sesuai dan dapat dibenarkan secara hukum karena memiliki dasar yang kuat berupa undang-undang dan peraturan menteri. Namun dalam hal pembatalan penerbangan ini kembali diwajibkan untuk pihak maskapai penerbangan untuk dapat membuktikan bahwa pembatalan yang dilakukan memang telah sesuai dengan undang-undang sehingga dapat menimbulkan pengertian oleh penumpang. Dalam hal terjadi pembatalan, pihak angkutan penerbangan dapat dibebaskan dari tanggung jawab ganti kerugian jika pembatalan disebabkan faktor cuaca can/atau teknis operasional asalakan pihak angkutan penerbangan dapat membuktikan hal tersebut. Jika pembatalan yang terjadi bukan karena 5

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 10 faktor cuaca dan/atau teknis operasional, bentuk tanggung jawab pihak angkutan penerbangan menurut aturan yang berlaku dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengangkut wajib memberitahukan kepada penumpang paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum pelaksanaan penerbangan dan pengangkut wajib mengembalikan seluruh uang tiket yang telah dibayarkan oleh penumpang. b. Pembatalan penerbangan yang dilakukan kurang dari 7 (tujuh) hari kalender sampai dengan waktu keberangkatan yang telah ditetapkan diberikan ganti kerugian sebesar 50% (lima puluh persen) dari Rp.300.000, apabila pengangkut menawarkan tempat tujuan lain yang terdekat dengan tujuan penerbangan akhir penumpang, dan pengangkut wajib menyediakan tiket penerbangan lanjutan atau menyediakan transportasi lain sampai ke tempat tujuan apabila tidak ada moda transportasi selain angkutan udara. c. Dalam hal dialihkan kepada penerbangan berikutnya atau penerbangan milik Badan Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan dari biaya tambahan, termasuk peningkatan kelas pelayanan atau apabila terjadi penurunan kelas atau subkelas pelayanan, maka terhadap penumpang wajib diberikan sisa uang kelebihan dari tiket yang dibeli. Bagi pihak penumpang yang merasa dirugikan terkait pembatalan penerbangan yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat menuntut ganti rugi terhadap pihak perusahaan penerbangan ke pengadilan negeri setempat 6

Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Penerbangan (Ahmad Rifandi) karena mengacu pada prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan untuk menentukan tanggung jawab pengangkut, karena dalam ajaran prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan tersebut bahwa dalam menentukan tanggung jawab pengangkutan di dasarkan pada pandangan bahwa yang membuktikan kesalahan pengangkut adalah pihak yang dirugikan atau penggugat serta pengajuan gugatan ganti rugi kepada perusahaan pengangkut udara oleh penumpang yang dirugikan di mungkinkan oleh Pasal 23 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Penutup Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ada beberapa faktor yang memang dibenarkan oleh undang-undang untuk perusahaan penerbangan melakukan pembatalan penerbangan dan beberapa hal yang tidak dibenarkan karena bukan termasuk kedalam teknis operasional. Faktor yang dibenarkan oleh hukum yaitu, Faktor cuaca seperti hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang dibawah standar minimal, atau kecepatan angin yang melampaui standar maksimal yang mengganggu keselamatan penerbangan. Faktor Teknik Operasional seperti bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan operasional pesawat udara, lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggu fungsinya. Sedangkan hal yang tidak termasuk teknik operasional seperti keterlambatan pilot, co pilot, dan awak kabin, keterlambatan jasa boga, keterlambatan penanganan di darat, menunggu penumpang, baik yang baru melapor, pindah pesawat atau penerbangan lanjutan dan ketidaksiapan pesawat udara. 7

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 10 Dalam hal terjadi pembatalan, pihak angkutan penerbangan dapat dibebaskan dari tanggung jawab ganti kerugian jika pembatalan disebabkan faktor cuaca can/atau teknis operasional asalakan pihak angkutan penerbangan dapat membuktikan hal tersebut. Jika pembatalan yang terjadi bukan karena faktor cuaca dan/atau teknis operasional, Pengangkut wajib memberitahukan kepada penumpang paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum pelaksanaan penerbangan dan pengangkut wajib mengembalikan seluruh uang tiket yang telah dibayarkan oleh penumpang. Pembatalan penerbangan yang dilakukan kurang dari 7 (tujuh) hari kalender sampai dengan waktu keberangkatan yang telah ditetapkan diberikan ganti kerugian sebesar 50% (lima puluh persen) dari Rp.300.000, apabila pengangkut menawarkan tempat tujuan lain yang terdekat dengan tujuan penerbangan akhir penumpang, dan pengangkut wajib menyediakan tiket penerbangan lanjutan atau menyediakan transportasi lain sampai ke tempat tujuan apabila tidak ada moda transportasi selain angkutan udara. Dalam hal dialihkan kepada penerbangan berikutnya atau penerbangan milik Badan Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan dari biaya tambahan, termasuk peningkatan kelas pelayanan atau apabila terjadi penurunan kelas atau subkelas pelayanan, maka terhadap penumpang wajib diberikan sisa uang kelebihan dari tiket yang dibeli. Saran dari penelitian ini adalah peneliti menyarankan perlu melakukan peninjauan kembali terhadap instrumen-instrumen hukum yang mengatur tentang kegiatan penerbangan dan penyamarataan sarana dan prasarana serta fasilitas 8

Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Penerbangan (Ahmad Rifandi) seluruh maskapai di Indonesia ke arah yang lebih baik agar penundaan bahkan pembatalan penerbangan bisa di tekan secara minimal. Daftar Pustaka A. Buku Adji, Sution Usman Dkk, 1991, Hukum Pengangkutan di Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta. Friedman, Lawrence M., 1970, Legal Theory, Columbia University Press, New York. Ibrahim, Johannes dkk, 2003, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern, Refika Aditaman, Bandung. Kamaluddin, Rustia, 2003, Ekonomi Transportasi: Karekteristik, Teori dan Kebijakan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Martono, K., 1987, Hukum Udara, Angkutan Udara, dan Hukum Angkasa, P.T Alumni, Bandung., 2007, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Martono, K. Dkk., 2011, Pembajakan,Angkutan dan Keselamatan Penerbangan, Gramata Publishing, Malang. Muhammad, Abdulkadir, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bhakti, Bandung., 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung., 2007, Arti Penting dan Strategis Multimoda Pengangkutan Niaga di Indonesia, Dalam perspektif Hukum Bisnis di Era Globalisasi Ekonomi, Genta Press, Yogyakarta. Ningrum, Lestari, 2004, Usaha Perjalanan Wisata Dalam Perspektif Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung. Purwosutjipto, HMN., 2003,Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta. Siregar, Muchtarudin, 1978, Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen Pengangkutan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soemitro, Ronny Hanitiji, 1989, Perspektif Sosial dalam Pemahaman Masalah- Masalah Hukum, CV. Agung, Semarang. Soeroso, R., 1992, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Suherman, Ade Maman, 2004, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tjakranegara, Soegijatna, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta. 9

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 10 B. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang penerbangan. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan angkutan Udara. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, Tesis dan Disertasi Pokobory, Freddy Nastra, 2006, Tanggung Jawab PT.Dirgantara Air Service Atas Kerugian Penumpang (tinjauan menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang penerbangan), skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda. Vanindia, Vinna, 2012, Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Udara (studi kasus pada PT.Garuda Indonesia), skripsi, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Zazili, Ahmad, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Berjadwal Nasional, Tesis, Program Megister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang. D. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Koran, Artikel Internet, dan Makalah Seminar Artikel berjudul Banjir Batalkan Penerbangan Bandara Temindung Samarinda, http://www.antaranews.com/berita/358713/banjir-batalkan-penerbangan-bandaratemindung-samarinda, diakses tanggal 2 september 2013, pukul 08.30 WITA Artikel berjudul Demo Warga: Bandara Temindung Samarinda Terpaksa Ditutup, http://www.bisnis-kti.com/index.php/2013/04/demo-warga-bandaratemindung-samarinda-terpaksa-ditutup/, diakses tanggal 5 mei 2013, pukul 15.57 WITA Artikel berjudul Indonesia, http://id.wikipedia.org, diakses tanggal 28 februari 2013, pukul 15.54 WITA Artikel berjudul KPU: Jumlah Penduduk Indonesia 225 Juta, http://nasional.sindonews.com/read/2012/10/15/12/679990/kpu-jumlahpenduduk-indonesia-255-juta.html, diakses tanggal 28 februari 2013, pukul 15.57 WITA Artikel berjudul, Lagi, Belasan Penumpang Susi Air Telantar, http://www.korankaltim.com/lagi-belasan-penumpang-susi-air-terlantar/, di akses tanggal 2 September 2013, pukul 10.10 WITA Artikel berjudul Penanganan Pembatalan Penerbangan, http://intra.garudaindonesia.com, diakses tanggal 5 mei 2013, pukul 16.00 WITA Artikel berjudul Penumpang Susi Air Ditelantarkan di Nias, http://www.jasaraharja.co.id/penumpang-susi-air-ditelantarkan-di-nias,3849.html, di akses tanggal 1 agustus 2013, pukul 12.05 WITA. 10