Oleh : Syarifa Mahila,SH,MH. 1. Abstract

Transkripsi

1 Perjanjian Sewa Menyewa Penempatan Pesawat Terbang Antara Maskapai Penerbangan Lion Air Dengan PT. Persero Angkasa Pura IICabang Bandara Sultan Thaha Jambi Oleh : Syarifa Mahila,SH,MH. 1 Abstract For air transport, aircraft owners want a parking space plane closest to the airport which is used for the implementation of its business operations or in the airport itself. Among the companies in Edinburgh who desperately need the aircraft parking facilities are airline Lion Air. Parties designated by the airline Lion Air for aircraft parking is PT. (Persero) Angkasa Pura II Jambi which manages Jambi Sultan Taha Airport. The relationship between the airline Lion Air and PT. Persero Angkasa Pura II Jambi Sultan Taha Airport Branch tied into a written agreement with the name of the rental agreement aircraft placement. In the execution of lease agreement the placement of an aircraft which was held between the airline Lion Air and PT. Persero Angkasa Pura II Jambi Sultan Taha Airport Branch was not all goes smoothly, but there are encountered problems. Key Note : Rent Lease Agreemeent A. Pendahuluan Di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia ini terdiri atas tiga ruang, yaitu ruang udara, lautan/perairan dan daratan. Ketiga ruang tersebut sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam kehidupan sehari-hari atau untuk kepentingan usaha. Pemanfaatan udara untuk kepentingan usaha, salah satunya adalah sebagai sarana pengangkutan barang maupun orang. Pengangkutan itu sendiri menurut Abdul Kadir Muhammad adalah pengangkatan dan pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau orang, barang atau orang yang diangkut. Jadi dalam pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari suatu ke tempat lain (Abdul Kadir Muhammad, 1994 : 19). Dari pengertian pengangkutan itu, terdapat adanya beberapa unsur, yaitu : 1 Syarifa Mahila,SH.MH. adalah Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi dan Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. 49

2 1. Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan. Pelaku ini ada yang berupa badan usaha, seperti perusahaan pengangkutan dan ada pula yang berupa manusia pribadi, seperti buruh pengangkatan di pelabuhan. 2. Alat Pengangkutan, yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan. Alat ini digerakkan secara mekanik dan memenuhi syarat undang-undang, seperti kendaraan bermotor, kapal laut, kapal udara, derek (crame). 3. Barang/Penumpang, yaitu muatan yang diangkut. Barang muatan yang diangkut adalah barang perdagangan yang sah menurut undang-undang. Dalam pengertian barang termasuk juga hewan. 4. Perbuatan, yaitu kegiatan mengangkut barang atau penumpang sejak pemuatan sampai dengan penurunan di tempat tujuan yang ditentukan. 5. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dan nilai barang atau penumpang. 6. Tujuan pengangkutan, yaitu sampai atau tiba di tempat tujuan yang ditentukan dengan selamat dan biaya pengangkutan lunas. Terjadinya pengangkutan barang ini tidak serta merta terjadi, melainkan terlebih dahulu diadakan suatu perjanjian pengangkutan, yaitu : persetujuan dengan mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan pengirim atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan (Abdul Kadir Muhammad, 1994 : 19). Dalam hal perjanjian pengangkutan barang ini ternyata tidak selamanya hanya terdiri dari dua pihak, pemilik barang dengan pengangkut (pengirim), melainkan ada yang membutuhkan pihak lain untuk terlibat dalam pengangkutan, sesuai dengan kebutuhan para pihak itu sendiri. Seperti pengangkut ada kalanya dia tidak atau kurang memiliki alat angkut tempat untuk peletakkan atau parkir kendaraan angkutannya otomatis dia mengadakan perjanjian dengan pihak lain guna penambahan alat angkutnya tersebut dan/atau tempat parkir kendaraan angkutan. Untuk pengangkutan udara, pemilik pesawat terbang menginginkan tempat parkir pesawat terbangnya yang terdekat dengan Bandar udara yang digunakan untuk pelaksanaan operasional usahanya atau di Bandar udara itu sendiri. Pemilik lapangan parkir yang dimaksud untuk peletakkan pesawat terbang ini haruslah memiliki tempat yang luas, aman dari segala hal, dekat dengan tempat pemberangkatan dan pemberhentian pesawat terbang. 50

3 Diantara perusahaan yang ada di Jambi yang sangat membutuhkan sarana parkir pesawat terbangnya adalah maskapai penerbangan Lion Air. Pihak lain yang dituju oleh maskapai penerbangan Lion Air untuk parkir pesawat terbangnya adalah PT. (Persero) Angkasa Pura II Jambi yang mengelola Bandara Sultan Thaha Jambi. Hubungan antara maskapai penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Thaha Jambi diikat dalam suatu perjanjian tertulis dengan nama perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang. Adapun Perjanjian sewa menyewa itu sendiri menurut ketentuan Pasal 1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Dalam pelaksanaan perjanjian, Pihak PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Thaha Jambi berkewajiban untuk menerima setiap pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air. Selain itu, bertanggung jawab untuk menjaga pesawat terbang yang diparkir dari kerusakan dan kehilangan. Di lain pihak, maskapai penerbangan Lion Air berkewajiban untuk melaksanakan pembayaran atas sewa yang diberikan oleh PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Thaha Jambi tersebut. Dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang yang diadakan antara maskapai penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Thaha Jambi ternyata tidak seluruhnya berjalan lancar melainkan ada ditemui permasalahan. Dengan terjadinya permasalahan tersebut sangatlah merugikan pihak maskapai penerbangan Lion Air, walaupun ada sebahagian barang miliknya yang diganti oleh PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Thaha Jambi. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang antara maskapai penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Thaha Jambi? 2. Kendala-kendala apasajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang antara maskapai penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandara Sultan Thaha Jambi tersebut? 51

4 3. Bagaimana upaya penanggulangan yang ditempuh untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi tersebut? C. Pembahasan 1. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Penempatan Pesawat Terbang Dikarenakan Maskapai Penerbangan Lion Air berkeinginan untuk mendapatkan tempat penempatan pesawatnya di Bandar Udara Sultan Thaha Jambi, maka Maskapai Penerbangan Lion Air mengadakan perjanjian sewa menyewa kepada PT. Persero Angkasa Pura II Cabang Bandar Udara Sultan Thaha Jambi dimana tempat penempatan pesawat terbang itu harus strategis. Agar perjanjian sewa menyewa tempat penempatan pesawat terbang yang diadakan antara Maskapai Penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi mempunyai kekuatan hukum, maka dibuat perjanjian tertulis dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi. Setelah disepakati oleh kedua belah pihak ketentuan yang terdapat dalam surat perjanjian sewa menyewa yang diadakan, dimulailah pelaksanaan perjanjian. Menurut ketentuan Pasal 1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, perjanjian sewa menyewa itu adalah : Suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa, tidak selamanya barang yang disewa utuh atau malah menjadi musnah. Hal ini tertuang dalam ketentuan Pasal 1553 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang isinya berbunyi : Jika selama waktu sewa, barang yang disewakan sama sekali musnah karena suatu kejadian yang tak disengaja, maka perjanjian sewa gugur demi hukum. Jika barangnya hanya sebagian musnah, si penyewa dapat memilih, menurut keadaan, apakah ia akan meminta pengurangan harga sewa, ataukah ia akan meminta bahkan pembatalan perjanjian sewanya, tetapi tidak dalam satu dari kedua hal itupun ia berhak atas suatu ganti rugi. Kemudian dipertegas oleh Salim HS, yaitu : Dalam perjanjian sewa menyewa ini, barang itu berada pada pihak penyewa. Persoalannya, apakah barang yang menjadi objek sewa itu hancur atau musnah, yang bukan 52

5 disebabkan oleh pihak penyewa? terhadap hal ini, dapat kita lihat ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1553 KUH Perdata. Musnah atas barang objek sewa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu musnah secara total dan musnah sebagian dari objek sewa. a. Jika barang yang disewakan oleh penyewa itu musnah secara keseluruhan di luar kesalahannya pada masa sewa, perjanjian sewa menyewa itu gugur demi hukum dan yang menanggung risiko atas musnahnya barang tersebut adalah pihak yang menyewakan (Pasal 1553 KUH Perdata). Artinya pihak yang menyewakan yang akan memperbaikinya dan menanggung segala kerugiannya. b. Jika barang yang disewa hanya sebagian yang musnah maka penyewa dapat memilih menurut keadaan, akan meminta pengurangan harga sewa atau akan meminta pembatalan perjanjian sewa menyewa (Pasal 1553 KUH Perdata). Pada dasarnya pihak penyewa dapat menuntut kedua hal itu, namun ia tidak dapat menuntut pembayaran ganti rugi kepada pihak yang menyewakan (Pasal 1553 KUH Perdata) (Salim H.S, 2006 : 62). Pada pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tempat penempatan pesawat terbang yang diadakan antara Maskapai Penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi tertuang hal-hal sebagai berikut. a. Ruang Lingkup Perjanjian Tempat yang disewa adalah untuk penempatan pesawat terbang mulai mendarat, berhenti parkir dan lepas landas di Bandar udara Sultan Thaha Jambi. b. Waktu Pelaksanaan Perjanjian Sewa Jangka waktu sewa adalah selama 10 (sepuluh tahun) terhitung efektif sejak tanggal 03 Februari 2006 sampai dengan tanggal 02 Februari 2016, namun demikian perjanjian ini dapat diperpanjang atas persetujuan kedua belah pihak. Dalam hal perpanjangan sewa ini, penyewa telah harus memberitahukan kepada pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi 6 (enam) bulan sebelum perjanjian berakhir. Dalam jangka waktu perjanjian berlangsung, para pihak harus melaksanakan kewajibannya. Kewajiban pihak PT. Angkasa Pura II Jambi adalah : 1) Menjamin tersedianya tempat untuk pendaratan, penempatan parkir pesawat terbang dan lepas landas; 53

6 2) Menyediakan jalan masuk menuju lokasi penempatan pesawat terbang, selama jangka waktu perjanjian; 3) Memberikan keleluasaan dan kemudahan kepada penyewa untuk akses dalam jadwal penerbangan; 4) Mengizinkan penyewa untuk melakukan perbaikan / perawatan pesawat terbang di luar jam kerja yang telah ditentukan; 5) Menjaga seluruh fasilitas tempat dalam kondisi baik, kebersihan seluruh area umum dari tempat serta keamanan; 6) Menjamin amannya pekerjaan dan kegiatan operasional serta perangkat milik penyewa selama masa sewa sesuai perjanjian; 7) Memberitahukan kepada penyewa 4 (empat) bulan sebelumnya apabila bermaksud melakukan perbaikan, renovasi atau pembongkaran terhadap tempat yang disewa dan tindakan mana diduga akan mempengaruhi kegiatan operasional penyewa. Dari kewajiban PT. Persero Angkasa Pura II Jambi yang telah ditentukan dalam perjanjian sewa menyewa tempat tersebut, ternyata dalam prakteknya ada yang tidak diindahkan oleh PT. Persero Angkasa Pura II Jambi, yaitu : belum dapat menjamin kenyamanan hingga ada pesawat terbang penyewa yang tergelincir. Kemudian kewajiban pihak penyewa yang dalam hal ini Maskapai Penerbangan Lion Air adalah berupa : 1) Memperbaiki kerusakan tempat yang disebabkan karena kesalahan atau kelalaiannya pada saat berlangsungnya pekerjaan yang dilakukan; 2) Membayar biaya sewa sesuai dengan yang dijanjikan; 3) Tidak menggunakan tempat sewa untuk keperluan lain selain yang diatur dalam perjanjian; dan 4) Mengembalikan tempat dengan baik kepada PT. Persero Angkasa Pura II Jambi pada saat berakhirnya perjanjian sewa menyewa yang diadakan. Dari kewajiban Maskapai Penerbangan Lion Air selaku penyewa yang telah ditentukan, ternyata ada diantaranya tidak dilaksanakan oleh penyewa, yaitu tidak memperbaiki kerusakan tempat akibat kesalahan penyewa dalam membersihkan pesawat terbangnya, dimana apron dibiarkan tergenang oleh oli pesawat terbang. c. Biaya Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Harga sewa tempat pesawat terbang disesuaikan dengan tariff perpelayanannya, yaitu : 54

7 1) Pendaratan pesawat terbang (a) Jika bobot pesawat terbang sampai dengan 40 ton, pembayaran sebesar Rp.2.725,- (dua ribu tujuh ratus dua puluh lima) per ton; (b) Jika bobot pesawat terbang lebih besar dari 40 ton sampai 100 ton, pembayaran untuk 40 ton sebesar Rp ,- (seratus sembilan ribu) per ton, sedangkan pembayaran untuk bobot di atas 40 ton sampai 100 ton sebesar Rp.3.615,- (tiga ribu enam ratus lima belas rupiah) per ton. (c) Jika bobot pesawat terbang di atas 100 ton, pembayaran sebesar Rp.4.215,- (empat ribu dua ratus lima belas rupiah) per ton. 2) Penempatan pesawat terbang Pembayaran yang dilakukan adalah sebesar Rp.615,- (enam ratus lima belas rupiah) per ton. 3) Penyimpanan pesawat terbang Pembayaran yang dilakukan jika Maskapai Penerbangan Lion Air ingin pesawat terbangnya disimpan di anggar adalah sebesar Rp.625,- (enam ratus dua puluh lima rupiah) per ton. Harga tersebut adalah bersifat tetap dan tidak berubah sampai dengan adanya perubahan berdasarkan kebijakan pemerintah. Terhadap harga sewa, Maskapai Penerbangan Lion Air wajib membayarnya per tiap bulan. Pembayaran harga sewa dilakukan dengan cara mentransfer ke rekening PT. Persero Angkasa Pura II Jambi. Dalam hal pembayaran sewa tempat tersebut ternyata pihak Maskapai Penerbangan Lion Air ingkar janji dalam pembayaran biaya sewa, dimana ada beberapa kali penyewa terlambat melakukan pembayaran perbulan, malah ada menunggak sampai 2 (dua) bulan. Atas keterlambatan, Maskapai Penerbangan Lion Air dikenakan sanksi denda sebesar 5% per bulan dari pembayaran yang harus dilakukan per bulan. Dilandasi uraian tersebut di atas diketahuilah bahwa dalam pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa tempat untuk penempatan pesawat terbang yang diadakan Antara Maskapai Penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi, masih terdapat adanya wanprestasi oleh kedua belah pihak, yaitu disatu sisi wanprestasi pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi tidak dapat menjamin kenyamanan tempat, sedangkan disisi lain pihak 55

8 penyewa yaitu Maskapai Penerbangan Lion Air tidak memperbaiki membersihkan tempat yang kotor akibat kegiatan pembersihan pesawat terbangnya dan melakukan penunggakan dalam pembayaran sewa bulanannya. Dengan demikian, pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tempat penempatan pesawat terbang yang diadakan antara Maskapai Penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi belum sepenuhnya sesuai dengan perjanjian yang diadakan. 2. Kendala-kendala Yang dihadapi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Penempatan Pesawat Terbang Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang yang diadakan antara kedua belah pihak terdapat adanya wanprestasi. Dengan adanya wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tempat penempatan pesawat terbang antara Maskapai Penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi, menunjukkan adanya kendala yang dihadapi. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang tersebut adalah sebagai berikut. a. Kendala yang dihadapi pihak Maskapai Penerbangan Lion Air adalah Sulit menempatkan pesawat terbang dekat dengan gedung terminal dalam cuaca hujan Faktor cuaca dalam hal ini adalah kondisi cuaca hujan sangat mempengaruhi dalam penempatan pesawat terbang di apron, dimana pihak Maskapai Penerbangan Lion Air menghendaki penempatan pesawat terbang dalam kondisi hujan, letaknya tidak terlalu jauh dengan gedung terminal, agar penumpang dapat dengan mudah menuju ke gedung terminal atau sebaliknya. Keinginan tersebut kerap kali tidak dapat terpenuhi jika ada Maskapai Penerbangan lain datang atau berangkat secara bersamaan atau tidak disetujui oleh pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi. Dari pihak Maskapai Penerbangan Lion Air dalam hal tersebut sangat mengharapkan kepada pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi untuk meningkatkan fasilitas guna menunjang kelancaran moda transportasi udara tersebut. b. Kendala yang dihadapi pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi adalah tidak melapornya pihak maskapai penerbangan tentang tumpahan oli di apron 56

9 Terjadinya kerusakan pada apron di bandar udara Sultan Thaha Jambi yang diakibatkan dari tumpahan oli atau bahan baker dari pesawat terbang. Hal ini kerap sekali terjadi, dimana seringkali pihak Maskapai Penerbangan tidak segera mungkin melaporkan kepada pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi jika terjadi tumpahan oli atau bahan baker pesawat terbang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan apron. 3. Upaya Penanggulangan Kendala Yang Dihadapi Guna mengatasi kendala yang dihadapi, maka upaya penanggulangan yang ditempuh oleh para pihak yang mengadakan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang adalah sebagai berikut. a. Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak Maskapai Penerbangan Lion Air adalah dengan cara berkoordinasi dengan pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi. Dalam hal ini pihak Maskapai Penerbangan Lion Air lebih aktif dalam berkoordinasi dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi untuk pengaturan slot time. Dengan demikian, tercipta suatu kerjasama yang harmonis, dimana pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi dapat memberikan pelayanan yang maksimal. b. Upaya penanggulangan yang ditempuh oleh pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi adalah dengan cara menghimbau maskapai penerbangan untuk melaporkan ada tumpahan oli di apron. Untuk mencegah terjadinya kerusakan, seyogyanya pihak maskapai penerbangan segera mungkin melaporkan agar tidak terjadi kerusakan yang besar dan apabila tidak dilaporkan dengan segera, maka segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat tumpahan oli atau bahan bakar pesawat terbang tersebut, maka dibebankan kepada pihak maskapai penerbangan. D. Penutup 1. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa penempatan pesawat terbang di Bandar udara Sultan Thaha Jambi antara maskapai penerbangan Lion Air dengan PT. Persero Angkasa Pura II Jambi belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan perjanjian yang disepakati bersama, karena masih ditemui adanya wanprestasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri. 57

10 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang di Bandar udara Sultan Thaha oleh maskapai penerbangan Lion Air berupa Sulit menempatkan pesawat terbang dekat dengan gedung terminal dalam cuaca hujan, sedangkan kendala yang dihadapi pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi adalah tidak melapornya pihak maskapai penerbangan tentang tumpahan oli di apron. 3. Upaya Penanggulangan yang ditempuh guna mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa penempatan pesawat terbang di Bandar udara Sultan Thaha Jambi oleh Maskapai Penerbangan Lion Air adalah dengan cara berkoordinasi dengan pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi, sedangkan upaya penanggulangan yang ditempuh oleh pihak PT. Persero Angkasa Pura II Jambi adalah dengan cara menghimbau maskapai penerbangan untuk melaporkan ada tumpahan oli di apron. E. Daftar Pustaka H.S., Salim. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, M., Winarno Surakhmad. Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi, Tarsito, Bandung, Masjchun Sofwan, Sri Soedewi. Kuliah Hukum Perdata, Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. Muhammad, Abdul Kadir. Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Muljadi, Kartini & Widjaja, Gunawan. Perikatan Yang Lahir Dari Undang-undang, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nasution, S Dan Thomas, M. Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah, Bumi Aksara, Jakarta, Soekanto, Soerjono. Tata Cara Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, Subekti, R. Dan Tjitrosudibio, R. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, Subekti, R. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bkati, Bandung, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, Syahrani, H. Ridwan. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung,