TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 8 (2014) Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA Abstrak Budiyanto 1 (yantobudi96@rocketmail.com) La Sina 2 (lasina@fhunmul.ac.id) Nur Arifudin 3 (nurarifudin_lo@yahoo.com) Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui. Efektivitas pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah belum efektif, hal ini dikarenakan tidak adanya jumlah keseluruhan dari usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda yaitu jumlah yang sudah mempunyai izin dan yang belum memiliki izin yang dimiliki oleh instansi terkait. Dari data sampel yang dipilih oleh penulis, telah diperoleh 28 (dua puluh delapan) pelaku usaha yang dipilih secara acak pada Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ditemukan jumlah pelaku usaha perdagangan yang sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan adalah 8 orang pelaku usaha (30%) dan 20 orang pelaku usaha (70%) tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. Faktor yang mempengaruhi para pelaku usaha tidak memiliki surat izin dapat disimpulkan bahwa tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh instansi terkait tentang pentingnya memiliki izin usaha untuk usaha mereka, kesadaran para pelaku usaha itu sendiri untuk melakukan perizinan, dan kurangnya penegakan hukum atau yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha perdagangan, menjadi faktor yang mempengaruhi pelaku usaha kecil dan menengah tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. Kata kunci : Efektifitas Hukum, Perizinan, Usaha Kecil Menengah 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Pendahuluan Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dapat diwujudkan melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Hal ini diungkapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 33 ayat (4) yang menyebutkan Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 4 Munculnya kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah merupakan bagian integral dari perekonomian rakyat yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan. Eksistensi Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam menyokong perekonomian Indonesia tidak dapat diragukan lagi. Usaha Kecil Menengah (UKM) telah terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak utama perekonomian Indonesia selama terjadi krisis ekonomi pada tahun Pemberdayaan UKM perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan dan pengembangan usaha, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi UKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan 4 Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Sri Adiningsih, 1 dekade Pasca-Krisis Indonesia, Yogyakarta, Kanisius, 2008, halaman 120 2

3 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. 6 Dalam pertumbuhanya, UKM berkembang mewarnai perekonomian di setiap daerah. Mulai usaha industri, usaha dibidang jasa maupun usaha perdagangan yang mana keberadaanya menjadi salah satu solusi dalam mengatasi angka pengangguran sekaligus menggerakan roda perekonomian daerah. UKM di Indonesia merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti terhadap krisis ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk dalam usaha kecil dan menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan Undang-undang yaitu Undang-undang Nomor 20 Tahun 1008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan bisnis UKM menjadi primadona dalam dunia bisnis dengan jumlah perkembangan yang cukup pesat. UKM ikut memeganga peranan dalam pertumbuhan perekonomian Kota Samarinda. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda, jumlah UKM terus meningkat. Terhitung dari tahun 2007 jumlah pengusaha kecil menengah tercatat orang, dengan jumlah pengusaha pada sektor perdagangan mencapai orang. Memasuki tahun 2012, jumlah pelaku usaha kecil menengah mencapai orang, dimana diantaranya adalah pelaku usaha pada sektor perdagangan. 7 6 Pertimbangan Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 7 Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda 3

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Dengan peningkatan jumlah pertumbuhan UKM tersebut, maka perlu adanya upaya untuk melakukan kontrol terhadap UKM tersebut yaitu dengan adanya campur tangan dari pemerintah daerah. Salah satu bentuk dari campur tangan pemerintah daerah sebagai alat administrasi negara adalah membentuk ketetapan atau keputusan. Bentuk ketetapan atau keputusan tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha yaitu berupa perizinan. Perizinan merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Perizinan menjadi sedemikian pentingnya karena keberadaan perizinan dapat menentukan jadi tidaknya suatu usaha. Ada beberapa izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang salah satunya adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai legalitas usaha di bidang perdagangan, perlu diberikan kemudahan, keseragaman dan ketertiban sehingga dapat meningkatkan kelancaran pelayanan publik. Untuk itu menteri perdagangan mengeluarkan peraturan No.46/M- DAG/PER/9/2009 tentang penerbitan Surat Izin usaha Perdagangan. Begitu pula dengan UKM yang terdiri beberapa sektor yang salah satunya adalah sektor perdagangan yang memerlukan izin berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan atau badan usaha untuk menjalankan usahanya secara sah, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 Tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan Pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa surat izin usaha perdagangan 4

5 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) wajib dimiliki oleh para pelaku usaha perdagangan karena sebagai bukti legalitas atas perusahaannya dalam melakukan segala kegiatan usahanya. Dengan adanya SIUP ini para pengusaha akan lebih leluasa dan tenang dalam menjalankan usahanya karena sudah dilindungi oleh hukum dan sudah diakui oleh pemerintah. SIUP dimaksudkan sebagai sumber informasi resmi dari suatu perusahaan perdagangan baik mengenai identitas pendirinya, jenis usahanya, ruang lingkup kegiatannya dan tempat pendirian perusahaannya. Dengan adanya SIUP tersebut setiap usaha yang didirikan akan dapat didata dan dinilai oleh pemerintah mengenai pertumbuhan perekonomian daerahnya serta mempermudah pemerintah dalam mengawasi memberi pengarahan, bimbingan dan lain-lain. Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan, ditemukan beberapa pelaku usaha kecil dan menengah yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Beberapa pelaku usaha tersebut berpendapat bahwa tidak melakukan perizinan karena usahanya masih berskala kecil. 8 Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kepada Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Samarinda. 8 Hasil wawancara dengan Bapak Sutomo, Pemilik toko kelontong, pada bulan September

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Pembahasan 1. Efektivitas Pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Terhadap Usaha Kecil dan Menengah di Kota Samarinda Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda mengenai tingkat keefektifan pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan kepada Usaha Kecil dan Menengah belum dapat diketahui apakah sudah efektif atau belum. Hal ini dikarenakan tidak adanya jumlah keseluruhan dari usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda baik jumlah yang sudah mempunyai izin maupun yang belum memiliki izin. Jika dilihat dari data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda, jumlah UKM yang ada dikota Samarinda dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 mencapai orang pelaku usaha yang diantaranya adalah pelaku usaha pada sektor perdagangan. 9 Sedangkan dari data yang diperoleh dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan yang dikeluarkan kepada pelaku usaha perdagangan berskala kecil mencapai dan jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan yang dikeluarkan kepada pelaku usaha perdagangan berskala menengah mencapai Hasil penelitian pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda, tanggal 10 Hasil penelitian pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu pintu Kota Samarinda, tanggal 6

7 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) Apabila dilihat dari jumlah tersebut, jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan yang sudah diterbitkan sudah melebihi jumlah usaha kecil menengah yang didapat dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda. Maka tingkat pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap Usaha Kecil dan Menengah sudah mencapai tingkat efektif. Untuk mengetahui tingkat efektif dari pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap Usaha Kecil dan Menengah yang ada di Kota Samarinda, tidak hanya dilihat dari data yang diperoleh dari Instansi pemerintah semata, akan tetapi juga dilihat dari segi fakta di lapangan yaitu dari pelaku usaha kecil dan menengah sektor perdagangan yang ada di Kota Samarinda. Dari data sampel yang dipilih oleh penulis, telah diperoleh 28 (dua puluh delapan) pelaku usaha yang dipilih secara acak pada Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ditemukan jumlah pelaku usaha perdagangan yang sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan adalah 8 orang pelaku usaha (30%) dan 20 orang pelaku usaha (70%) tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. Jika dilihat dari fakta yang ada dilapangan, maka pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah belum efektif. 2. Faktor Usaha Kecil dan Menengah Tidak Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Efektivitas pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah sangat erat kaitannya dengan apa yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto mengenai faktor faktor yang mempengaruhi efektivitas hukum, dari teori dan konsep yang dikemukakan 7

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 oleh Soerjono Soekanto inilah penulis berpijak dalam pembahasan ini. Efektivitas hukum membicarakan pengaruh hukum terhadap masyarakat, yang intinya mengenai prilaku masyarakat sesuai dengan hukum yang berlaku. Kalau warga masyarakat berprilaku sesuai dengan yang diharapkan atau dikehendaki hukum, maka dapatlah dikatakan pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah adalah efektif. Cara agar hukum efektif adalah dengan cara mencantumkan sanksi. Didalam Pasal 23 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M- DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, menjelaskan bahwa setiap pelaku usaha perdagangan yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Disini tidak dijelaskan secara rinci mengenai bentuk sanksi yang akan dikenakan, ini akan menimbulkan interprestasi oleh penegak hukum maupun masyarakat itu sendiri. Sehingga hal ini bisa mengurangi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan suatu aturan atau pelaksanaan ada beberapa faktor yaitu: Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2011.hlm. 11 8

9 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) a. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada Undang Undang saja, yaitu Undang Undang dalam arti materil adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan di buat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Dalam hal pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Samarinda, belum ada peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Daerah Kota Samarinda yang mengatur secara teknis mengenai perizinan khususnya izin usaha perdagangan. Sehingga akan menimbulkan kekosongan hukum dalam penegakan hukum itu sendiri, kemudian apabila dihubungkan dengan ajaran Soerjono Soekanto mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, termasuk pada faktor ke satu yaitu faktor hukumnya sendiri. b. Faktor penegak hukum, faktor ini erat kaitanya dengan perilaku nyata penegakan hukum. Yaitu melalui pengawasan dan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah yang ada di Kota Samarinda yang dilakukan oleh pihak yang mempunyai kompetensi atau kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda. Didalam penelitian lapangan, penulis menemukan bahwa tidak ada suatu pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait terhadap usaha kecil menengah yang ada di Kecamatan 9

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Sambutan, hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. c. Faktor sarana atau fasilitas, yang mendukung tingkat efektifnya suatau peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Faktor sarana dan fasilitas dalam hal ini ialah sosialisasi tentang Peraturan tersebut serta pentingnya membuat surat izin usaha perdagangan untuk usaha para pelaku usaha kecil menengah. Tidak optimalnya suatu sosialisasi baik tentang peraturan maupun pentingnya Surat Izin Usaha Perdagangan menyebabkan para pelaku usaha Kecil dan menengah sektor perdagangan tidak melakukan perizinan. Hal ini sesuai dengan penelitian penulis melalui wawancara yang dilakukan kepada para pelaku usaha kecil menengah yang ada di Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. d. Faktor masyarakat dimana hukum tersebut berlaku, ini berkaitan dengan tingkat kepatuhan dan kesadaran hukum masyarakat, terutama dalam melakukan izin usaha, dimana 10

11 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) penegakan hukum harus senantiasa diawasi, bila tidak ada pengawasan maka dianggap tidak ada hukum. Hal ini erat kaitanya dengan tingkat efektifnya pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan tersebut, karena para pelaku usaha kecil dan menengah tersebut beranggapan bahwa jika pelaku usaha kecil yang lain yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan tidak ada masalah dengan pemerintah, maka untuk apa mereka harus membuat surat izin tersebut. e. Faktor budaya hukum, Kebudayaan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Manusia belajar dengan apa yang dilihatnya, bila dari kecil mereka terlatih untuk mematuhi peraturan maka dewasapun mereka akan terbiasa dengan peraturan yang berlaku. Apabila satu usaha perdagangan yang tidak memiliki surat izin usaha perdagangan tidak mempunyai masalah dengan peraturan yang telah dibuat, maka para pelaku usaha yang lain akan mengikuti untuk tidak membuat surat izin usaha perdagangan bagi usaha mereka. Hal-hal penting yang dapat mempengaruhi suatu pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan yang menentukan apakah pelaksanaan aturan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan menentukan apakah pengusaha perdagangan peduli terhadap usahanya. Dalam hal ini para pelaku usaha kecil dan menengah lebih berperan dalam penerbitan Surat Izin Usaha 11

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Perdagangan. Adapun faktor-faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan meliputi : a. Tingkat kepedulian Pelaku usaha perdagangan Suatu peraturan akan berjalan efektif apabila ada kepedulian dari pelaku usaha perdagangan kepada masyarakat karena masyarakat sekitar sangat mempengaruhi pengusaha perdagangan dalam melakukan izin usaha perdagangan. b. Tingkat produktifitas pelaku usaha perdagangan Pelaku usaha perdagangan yang produktif ialah pelaku usaha yang dalam hal ini adalah pemohon dalam penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan yang disiplin dan taat hukum, sehingga mampu untuk mengajukan pengurusan permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan yang telah ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M- DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Masyarakat disebut produktif apabila telah berusaha dengan keras untuk mendapatkan keinginannya. Sehingga dari segi kesadaran mampu melaksanakan kewajibannya atas syarat yang ditentukan oleh peraturan tersebut dalam usahanya untuk memperoleh SIUP. Ketidakmampuan dalam meningkatkan produktifitas berakibat munculnya kemalasan seperti, pengusaha 12

13 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) perdagangan yang tidak memiliki kemampuan produktifitas akan menjadi malas untuk mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan. c. Tingkat ekonomi Tingkat ekonomi mempengaruhi dalam pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan. Seorang pengusaha akan melakukan pengurusan Surat Izin Usaha perdagangan bila tingkat ekonomi dari usahanya meningkat. Sedangkan bila tingkat ekonomi pengusaha itu tetap ataupun rendah maka mereka tidak akan mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan. Kebanyakan pengusaha beranggapan bahwa Surat izin Usaha Perdagangan tidak diperlukan bila tingkat ekonomi mereka tetap atau rendah karena mereka acuh terhadap peraturan pemerintah yang berlaku. d. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam masyarakat. Karena masyarakat membutuhkan pendidikan agar dapat belajar dari pengalaman. Masyarakat terdidik, dalam hal ini adalah para pelaku usaha kecil menengah dengan sendirinya tidak akan mudah untuk dibohongi. Tingkat pendidikan menentukan apakah para pelaku usaha mampu untuk mematuhi, memahami, dan mempelajari informasi tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Sehingga para pelaku usaha mampu melaksanakan urusan yang 13

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 berkaitan dengan Surat Izin Usaha Perdagangan. Tetapi apabila mereka tidak mampu untuk mematuhi, memahami, dan mempelajari serta tidak mendapatkan informasi tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan maka banyak sekali pengusaha perdagangan yang tidak melaksanakan urusan yang berkaitan dengan Surat Izin Usaha Perdagangan. e. Tingkat kepatuhan Tingkat kepatuhan juga termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi. Bila para pelaku usaha patuh pada aturan pemerintah, maka segala kemudahan akan didapatnya, sedangkan bila para pelaku usaha tidak mematuhi aturan pemerintah maka yang didapat hanyalah kesulitan semata. Kepatuhan disini ialah kepatuhan dalam hal mematuhi peraturan pemerintah dan melaksanakan kewajibannya untuk mengajukan permohonan penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangaan bagi para pelaku usaha yang ingin memperoleh bukti legalitas yang membolehkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh seorang pengusaha dagang. f. Tingkat Kebudayaan Masyarakat Kebudayaan memang peranan penting dalam kehidupan masyarakat ditanamkan sejak Indonesia lahir hingga dewasa oleh orang tua. Manusia belajar dengan apa yang dilihatnya, bila dari kecil mereka terlatih untuk mematuhi peraturan maka dewasapun 14

15 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) mereka akan terbiasa dengan peraturan yang berlaku. dikemudian hari apabila para pelaku usaha memiliki suatu usaha perdagangan maka dengan kesadaran pengusaha tersebut akan membuat Surat Izin Usaha Perdagangan dengan sendirinya. Begitu pula sebaliknya bila dari kecil mereka tidak terlatih untuk mematuhi peraturan maka dewasapun mereka tidak akan terbiasa dengan peraturan yang berlaku sehingga banyak pengusaha yang tidak sadar akan pentingnya Surat Izin Usaha Perdagangan tersebut. 12 Sebagian para pelaku usaha masih belum menyadari pentingnya SIUP bagi suatu usaha perdagangan, karena selain untuk kepentingan pemilik usaha perdagangan itu sendiri juga agar usaha perdagangan yang dimiliki memiliki status hukum yang jelas dan agar pemilik usaha perdagangan tersebut terhindar dari masalah yang tidak diinginkan dikemudian hari. Dilain pihak dengan dimilikinya Surat Izin Usaha Perdagangan, berarti para pelaku usaha tersebut telah membantu pihak pemerintah dalam menertibkan administrasi perizinan. Apabila pengusaha perdagangan terbiasa untuk selalu mentaati suatu peraturan yang berlaku dalam melakukan suatu tindakan, hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pengusaha perdagangan lain dan tertanam suatu kebiasaan untuk selalu bertindak secara disiplin dan sesuai dengan norma-norma dan aturan yang ada. 12 Wawancara dengan Kabid Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, Tanggal 3 Maret

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Kurangnya kesadaran pelaku usaha terhadap pentingnya mendaftarkan izin untuk usaha mereka, tidak hanya dipengaruhi oleh sarana dan prasarana dalam pengurus izin, namun hal ini disebabkan juga oleh kurangnya pengetahuan tentang pentingnya suatu perizinan terhadap usaha yang dijalankan oleh mereka. Setelah penulis mengkaji permasalahan ini dengan menggunakan teori efektifitas hukum oleh Soerjono Soekanto, yaitu para pelaku usaha sebagai subyek dan obyek dari peraturan, sebagian pelaku usaha seperti tidak taat hukum karena masih kurang menyadari pentingnya mendaftarkan izin untuk usaha mereka, namun apabila dilihat dari penyebab atau faktor yang mempengaruhi para pelaku usaha tidak memiliki surat izin dapat disimpulkan bahwa tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait tentang pentingnya memiliki izin usaha untuk usaha mereka, kesadaran para pelaku usaha itu sendiri untuk melakukan perizinan, dan kurangnya penegakan hukum atau yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha perdagangan, menjadi faktor yang mempengaruhi pelaku usaha kecil dan menengah tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. Penutup 1. Efektivitas pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah belum efektif, hal ini dikarenakan tidak adanya jumlah keseluruhan dari usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda yaitu jumlah yang sudah mempunyai izin dan yang belum memiliki izin yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, Dinas Koperasi dan 16

17 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) UKM Kota Samarinda dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda. Jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan bagi usaha kecil dan menengah yang diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda melebihi jumlah Usaha Kecil dan Menengah sektor perdagangan yang mana data ini didapat dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda. Dari data sampel yang dipilih oleh penulis, telah diperoleh 28 (dua puluh delapan) pelaku usaha yang dipilih secara acak pada Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ditemukan jumlah pelaku usaha perdagangan yang sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan adalah 8 orang pelaku usaha (30%) dan 20 orang pelaku usaha (70%) tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. 2. faktor usaha kecil dan menengah tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan Tidak dijelaskanya secara rinci mengenai bentuk sanksi yang akan dikenakan dalam Pasal 23 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M- DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, ini akan menimbulkan interprestasi oleh penegak hukum maupun masyarakat itu sendiri. Sehingga hal ini bisa mengurangi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum itu sendiri. a. Faktor Hukumnya Sendiri, dalam hal pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Samarinda, belum ada peraturan 17

18 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 pelaksananya yaitu Peraturan Daerah Kota Samarinda yang mengatur secara teknis mengenai perizinan khususnya izin usaha perdagangan. Sehingga akan menimbulkan kekosongan hukum dalam penegakan hukum itu sendiri, b. Faktor sarana, yang mendukung tingkat efektifnya suatu peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M- DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M- DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Faktor sarana dalam hal ini ialah kurang optimalnya sosialisasi tentang peraturan yang mengatur perizinan serta pentingnya membuat surat izin usaha perdagangan untuk usaha para pelaku usaha kecil menengah. c. Faktor penegak hukum, faktor ini erat kaitanya dengan perilaku nyata penegakan hukum. bahwa tidak adanya suatu pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait terhadap usaha kecil menengah yang ada di Kecamatan Sambutan, hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. d. Faktor Masyarakat, para pelaku usaha kecil dan menengah tersebut beranggapan bahwa jika pelaku usaha kecil yang lain yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan tidak ada 18

19 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) masalah dengan pemerintah, maka untuk apa mereka harus membuat surat izin tersebut. e. Kebudayaan, Lemahnya kesadaran hukum dan kepatuhan masyarakat pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Sambutan terhadap perizinan untuk usaha mereka sudah menjadi budaya didalam masyarakat itu sendiri. Hal-hal penting yang dapat mempengaruhi suatu penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan yang menentukan apakah pelaksanaan aturan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan menentukan apakah pengusaha perdagangan peduli terhadap usahanya. Dalam hal ini pemohon lebih berperan dalam penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Adapun faktor-faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan meliputi : a. Tingkat kepedulian Pelaku usaha perdagangan, b. Tingkat produktifitas Pelaku usaha perdagangan, c. Tingkat ekonomi Pelaku usaha perdagangan, d. Tingkat Pendidikan Pelaku usaha perdagangan, e. Tingkat kepatuhan Pelaku usaha perdagangan, dan Tingkat Kebudayaan Masyarakat. 19

20 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Daftar Pustaka A. Buku Adiningsih, Sri, 2008, 1 Dekade Pasca-Krisis Indonesia, Kanisius, Yogyakarta. Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Asyhadie, Zaeni, 2009, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia (Edisi Revisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hadjon, Philipus M., 1993, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Cetakan Pertama, Surabaya, HR, Ridwan, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta. Muhammad, Abdulkadir, 2004,Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Siswosoediro, Henry S., 2008, Panduan Praktis Mengurus Surat-surat Perizinan, Visimedia, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1998, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Alumni, Bandung. Soekanto, Soerjono, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta. Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,Jakarta. Sunggono, Bambang, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. B. Peaturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara 1945 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. 20

21 Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan (Budiyanto) C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, Tesis dan Disertasi Mariani, Emmy, 2012, Efektivitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Pembuatan Perizinan di Kota Samarinda, Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman. Wijaya, Andri, 2012, Efektivitas Pembentukan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop Service) Sebagai Bentuk Pelayanan Publik di Bidang Perizinan, Fakultas Hukum, Universitas Jambi. Adikoyo, Setyaningsih, 2009, Tinjauan Yuridis Tentang Mekanisme Pemberian SIUP Sebelum dan Sesudah Berlakunya Program Satu Pintu (One Stop Service) di Kabupaten Karanganyar, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia. 21

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor pertanian memegang peran penting dalam perekonomian negara. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN INVESTASI OLEH BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KALIMANTAN TIMUR

PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN INVESTASI OLEH BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KALIMANTAN TIMUR JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 5 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN INVESTASI OLEH BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi dan memiliki dedikasi tinggi pada Pancasila dan Undang. Negara. Pegawai Negeri merupakan tulang punggung Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi dan memiliki dedikasi tinggi pada Pancasila dan Undang. Negara. Pegawai Negeri merupakan tulang punggung Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada pembukaan Undang - Undang Dasar Tahun 1945 alinea ke IV menegaskan bahwa tujuan Bangsa Indonesia adalah membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang BAB IV A. Kesimpulan PENUTUP 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA

IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi secara menyeluruh diberbagai tempat hingga

Lebih terperinci

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186 Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Ati Yuniati Bagian Hukum Administrasi Negara

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN SEWA MENYEWA PETAK PASAR TRADISIONAL TANGGA ARUNG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN SEWA MENYEWA PETAK PASAR TRADISIONAL TANGGA ARUNG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 6 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN SEWA MENYEWA PETAK PASAR TRADISIONAL TANGGA

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG IMPLEMENTASI PERDA IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA GORONTALO. Erman, I. Rahim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

KAJIAN TENTANG IMPLEMENTASI PERDA IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA GORONTALO. Erman, I. Rahim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo KAJIAN TENTANG IMPLEMENTASI PERDA IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA GORONTALO Erman, I. Rahim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Secara operasional Peraturan Daerah 18 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) No.4866 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adjie, Habib, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, Mandar Maju, Bandung. _, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung. _, 2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan perubahan sering ditujukan kepada aparatur pemerintah menyangkut pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Satu hal yang hingga saat ini seringkali

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Batu Bacan merupakan batu hidup yang akan berubah warnanya

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Batu Bacan merupakan batu hidup yang akan berubah warnanya BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Batu Bacan merupakan batu hidup yang akan berubah warnanya seiring berjalannya waktu dan saat ini sedang mengalami booming di Halmahera Selatan. Namun pengelolaannya belum berjalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah 48 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah secara yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara melihat

Lebih terperinci

KREDIT TANPA JAMINAN

KREDIT TANPA JAMINAN KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. Persoalan lalu lintas yang dihadapi oleh kota-kota besar antara lain, yaitu kemacetan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dasar filosofis yang dimaksudkan itulah yang biasa disebut sebagai Pancasila yang berati lima sila atau lima prinsip dasar untuk mencapai atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah 38 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah secara yuridis normatif, yaitu dengan cara melihat dan menelaah perbandingan asas

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 7-8 Juli 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

FUNGSI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh : Dewa Ayu Made Kresna Puspita Santi I Gusti Ngurah Parwata

FUNGSI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh : Dewa Ayu Made Kresna Puspita Santi I Gusti Ngurah Parwata FUNGSI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh : Dewa Ayu Made Kresna Puspita Santi I Gusti Ngurah Parwata ABSTRAK Tulisan ini berjudul Fungsi Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, yang sekaligus menjadi masalah

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN ALIH DAYA (OUTSOURCING) ANTARA PDAM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN,

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Kata Kunci: Efektivitas, Pengawasan, Izin Gangguan, Tempat Hiburan Malam

ABSTRAKSI. Kata Kunci: Efektivitas, Pengawasan, Izin Gangguan, Tempat Hiburan Malam 1 PENGAWASAN TEMPAT HIBURAN MALAM DALAM KAITANNYA DENGAN IZIN GANGGUAN (STUDI EFEKTIVITAS PASAL 14 Ayat (2) PERDA NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN DI KOTA BATU) ABSTRAKSI Randika Triakasa, Hukum

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DISEKTOR PENDIDIKAN DI KOTA SAMARINDA

KAJIAN HUKUM PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DISEKTOR PENDIDIKAN DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 KAJIAN HUKUM PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) KEMENTERIAN DALAM NEGERI POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) W. Sigit Pudjianto Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah Jakarta,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan informasi dan pengetahuan serta pesatnya laju perkembangan teknologi informasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah di amandemen menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Prof.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang Dasar 1945 alinea 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum modern, fungsi negara tidak hanya sebatas fungsi Eksekutif, Legislatif

BAB I PENDAHULUAN. hukum modern, fungsi negara tidak hanya sebatas fungsi Eksekutif, Legislatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep negara hukum kesejahteran atau sering juga disebut negara hukum modern, fungsi negara tidak hanya sebatas fungsi Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus berdampak kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja melainkan sudah melewati batas lintas negara, termasuk transaksi perbankan. Di era pertukaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Tradisional Di Kota Bandung, Tesis, Perpustakaan Unpad Jati Nangor,

DAFTAR PUSTAKA. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Tradisional Di Kota Bandung, Tesis, Perpustakaan Unpad Jati Nangor, DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Buku-Buku Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Budiman Rusli, Kebijakan Penataan Minimarket Dan Pemberdayaan Pedagang Tradisional Di Kota Bandung, Tesis,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan 35 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sedangkan metode penelitian hukum artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia adalahmembentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara defenitif tujuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 107 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengawasan Ketenagakerjaan oleh

Lebih terperinci

Pelayanan Penanaman Daerah Secara Terpadu. Teuku Ahmad Yani Lektor Kepala Pada Fakultas Hukum UNSYIAH, 2014

Pelayanan Penanaman Daerah Secara Terpadu. Teuku Ahmad Yani Lektor Kepala Pada Fakultas Hukum UNSYIAH, 2014 Pelayanan Penanaman Daerah Secara Terpadu Teuku Ahmad Yani Lektor Kepala Pada Fakultas Hukum UNSYIAH, 2014 1 Pengertian Penanaman Modal Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalamnegeri

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 4 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 PERBANDINGAN HUKUM PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat menuntut para pelaku ekonomi untuk mempertahankan usahanya. Pelaku usaha yang mengikuti trend

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebutuhan pangan, sandang serta kesempatan kerja. Selain itu, jumlah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebutuhan pangan, sandang serta kesempatan kerja. Selain itu, jumlah masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu syarat untuk keberhasilan pembangunan nasional adalah kualitas masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk yang besar menggambarkan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan rangkaian pembahasan dan analisis, maka dapat ditarik. simpulan :

BAB III PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan rangkaian pembahasan dan analisis, maka dapat ditarik. simpulan : 77 BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan rangkaian pembahasan dan analisis, maka dapat ditarik simpulan : 1. Upaya Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sebagai bagian dari Perintah Kota Yogyakarta dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi Ekonomi dan liberalisasi perdagangan semakin berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 25-26 Agustus 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009 Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 51 tentang Pengaturan Monopoli BUMN Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5394 EKONOMI. Lembaga. Keuangan. Mikro. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa masyarakat adil

Lebih terperinci

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI Oleh : NOVIALDI ZED 0810112064 Program Kekhususan : Hukum Administrasi Negara (PK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA KSP RUKUN SURAKARTA DENGAN PT POS INDONESIA (PERSERO) KANTOR WILAYAH SRAGEN TENTANG PEMOTONGAN UANG PENSIUN UNTUK ANGSURAN KREDIT PENSIUN SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KOS-KOSAN (STUDI DI KELURAHAN GUNUNG KELUA)

IMPLEMENTASI RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KOS-KOSAN (STUDI DI KELURAHAN GUNUNG KELUA) JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 2 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 IMPLEMENTASI RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KOS-KOSAN (STUDI DI KELURAHAN

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka didapatkan

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka didapatkan 74 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Efektivitas pengenaan sanksi terhadap pelanggaran izin reklame di Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN (Dipublikasikan dalam Jurnal Al-Buhuts, ISSN: 1410-184 X, Vol. 5 No. 2 Maret 2001, Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN USAHA PERDAGANGAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN USAHA PERDAGANGAN SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun rumah tangga adalah hakikat suci yang ingin dicapai oleh setiap pasangan. Kebahagiaan dalam rumah tangga merupakan impian yang selalu berusaha diwujudkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya di bidang perindustrian, khususnya dalam perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi produk barang dan/atau

Lebih terperinci

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA Oleh I Made Ela Suprisma Cahaya Pembimbing : I Gusti Ngurah Wairocana Kadek Sarna Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan peningkatan kesejahteraannya. Beberapa kebutuhan manusia antara lain, kebutuhan primer dan kebutuhan

Lebih terperinci