RANGSANGAN PEMBUNGAAN AMARlLlS MELALUl PERYIIARAN SlNAR MERAH - IMFRAMERAH PADA UMBl DAN INTERUPS1 PENYIRAMAW TABAMAN O L E H JOHAN DAVID WETIK A 22. 0942 JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990
RINGKASAN JOHAN DAVID WETIK. Rangsangan Pembungaan Amarilis Melalui Penyinaran Sinar Merah - Inframerah Pada Umbi dan Interupsi Penyiraman Tanaman. (Dibawah bimbingan LIVY WINATA GUNAWAN dan SRI SETYATI HARJADI). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penyinaran sinar merah dan infra merah pada umbi amarilis serta pengaruh interupsi penyiraman tanaman amarilis terha- dap pembungaan amarilis. Penelitian dilakukan di laborato- rium Fisiologi Tumbuhan dan di rumah plastik Jurusan Budi Daya Pertanian IPB Baranangsing, sejak Januari 1989 hingga Agustus 1989. Bahan tanaman yang digunakan adalah umbi amarilis dengan rata-rata kisaran keliling umbi 28-30 cm. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama menguji, efek penyinaran sinar merah-inframerah, dan percobaan kedua menguji pengaruh interupsi penyiraman. Percobaan pertama terdiri dari empat perlakuan penyinaran, infra merah 12 jam, sinar merah 12 jam, sinar merah 8 jam dan infra merah 4 jam, sinar merah 8 jam dan sinar merah 4 jam, dan dua pembanding yakni,kontrol dan perlakuan vernalisasi. Penyinaran dilaksanakan selama 30 hari. Percobaan kedua terdiri dari 3 perlakuan interupsi penyiraman (6 minggu interupsi penyiraman, 4 minggu interupsi penyiraman, 2 minggu interupsi penyiraman) dan dua perlakuan pembanding (kontrol dan vernalisasi). Kedua percobaan menggunakan rancangan dan masing-masing perlakuan diulang 15 kali.
Hasil percobaan penyinaran sinar merah dan inframerah menunjukkan perlakuan penyinaran berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada perlakuan penyinaran sinar merah 12 jam cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penyinaran lain. Persentase tanaman ber- bunga tertinggi pada percobaan ini diperoleh pada perlakuan penyinaran sinar infra merah 12 jam dan kombinasi sinar infra merah 8 jam sinar merah 4 jam sebesar 77%, sedangkan tanaman kontrol hanya 33%. Waktu mekar bunga pertama paling cepat pada perlakuan penyinaran sinar merah 12 jam yakni 63 hari setelah tanam. Hasil percobaan interupsi penyiraman tanaman menunjuk- kan perlakuan interupsi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Persentase tanaman berbunga tertingqi pada perlakuan vernalisasi sebesar 92% dan perlakuan interupsi penyiraman 4 minggu sebesar 88%. Waktu mekar bunga pertama tercepat pada perlakuan interupsi penyiraman 4 minggu yakni 58.8 hari dibandingkan kontrol 96.71 hari. Keserempakan berbunga tertinggi pada perlakuan interupsi penyiraman 4 minggu dengan selang waktu selang kemekaran 41-90 hari. Pada perlakuan pembanding, panjang tangkai bunga untuk perlakuan vernalisasi lebih pendek dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Kualitas bunga amarilis pada kedua percobaan ini tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol, sehingga hasil dari percobaan ini bisa langsung diaplikasikan ke lapang.
RANGSANGAN PEMBUNGAAN AMARILIS MELALUI PENYINARAN SINAR MERAH - INFRA MERAH PADA UMBI DAN INTERUPSI PENYIRAMAN TANAMAN Oleh JOHAN DAVID WETIK A 22.0942 Laporan Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990
TNSTITUT PERTANIAM BUGOR FAKULTAS PERTANIAN, JURUSAN BUD1 DAYA PERTANTAN Kami rnenyatakan bahwa Laporan Karya Ilmiah yang disusun oleh: Nama mahasiswa : JOHAN DAVID WETLK Notnor pokok : A 22 0942 Judul : RMGSBMGBN PEMBUNGABM AHARILIS MELALUI PBNYINARAM SIMAR WERAH - IWPRA HERAH PADA UMBI DAN ZNTBRUPSI PEMYL RAMBN TAMAHAN diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarj ana Pertanian pada Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor imbing Retua Jurusan &\\, 5 # <.\-. --~-*~-,s-".-'-- Bogor, Juni 1990
RIHAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Banyuwangi, pada tanggal 2 Juli 1966. Penulis merupakan putra tertua dari empat bersaudara, dari Bapak Paulus Joseph Wetik dan Ibu Edith Jane Alaxander Wetik. Pendidikan SD diselesaikan di SDN 7 Bukit-Jin Dumai Riau, pada tahun 1979, kemudian lulus dari SMPN Bukit-Jin Dumai Riau pada tahun 1982. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMA Cendana Rumbai Riau, dan selesai tahun 1985 kemudian penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK dan pada tahun 1986 diterima sebagai mahasiswa Jurusan Budi Daya Pertanian. Penulis memilih Program Studi Kekhususan Hork?kultura, pada Program Studi
KATA PENGANTAR Ave Maria Deo Gratias. Atas berkat rahmat dan kasih- Nya tulisan ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan laporan karya ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakul- tas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Teriring ucapan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Livy Winata Gunawan dan Ibu Dr Ir Sri Setyati Harjadi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dorongan, serta bantuan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan laporan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada Kepala Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi IPB atas bantuannya dalam menyediakan tempat untuk perlakuan penyinaran sinar merah-infra merah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Penulis berjuang untuk merampungkan dan menyempurnakan tulisan ini hingga selesai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, Mei 1990 Penulis
DAFTAR GAHBAR Nomor Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Peletakan umbi pada lemari pendingin.... Peletakan umbi pada percobaan penyinaran sinar merah-infra merah perlakuan penyinaran sinar merah.... Peletakan umbi pada percobaan penyinaran sinar merah-infra merah perlakuan penyinaran sinar inframerah.... Histogram Persentase Tanaman Berbunga pada percobaan penyinaran sinar merah inframerah tanaman amarilis.... Keadaan tanaman amarilis percobaan Penyinaran sinar merah inframerah pada 85 har i sete lah tanam.... Keadaan tanaman amari.lis percobaan penyinaran sinar merah inframerah pada 104 hari sete--lah tanam.... Histogram persentase tanaman berbunga pada percobaan interupsi penyiraman tanaman Keadaan tanaman pada percobaan Interupsi penyiraman tanaman amarilis umur 85 HST Keadaan tannaman bunga pada percobaan interupsi penyiraman tanaman amarilis umur 104 HST.... 17 18 18 24 29 29 32 34 34
PENDAHULUAN Latar Belakang Bunga merupakan bagian tanaman yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama karen a fungsinya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan estetika dalam berbagai kesempatan. Fungsi tersebut menjadi semakin jelas dan mendapat perhatian dan penanganan serius sejalan dengan berkembangnya arsitektur pertamanan dan disain interior. Amarills (Hlpeastrum sp.) merupakan salah satu jenis tanaman berbunga yang berasal dari daerah sub tropik. Tanaman ini dapat dipelihara di Indonesia pada daerah bersuhu 18 sampai 20 0 C pada malam hari dan 20 25 0 C pada siang hari. Amarilis merupakan unsur lansekap (taman) yang menarik, baik untuk pertanaman individual maupun untuk penanaman massal di halaman rumah, taman kota at au taman-taman temporer yang dibuat untuk acara-acara khusus. Selain itu bunganya dapat diperdagangkan sebagai bunga potong dan bunga pot. Saat ini di Indonesia sedang dikembangkan usaha penanaman amarilis sebagai komoditas tanaman hias untuk diekspor ke pasaran Eropa. Hasalah utama dalam pengembangan amarilis sebagai bunga potong dan penghias taman adalah kesulitan penentuan saat pembungaan. Sebagai komoditas dagang, terutama sebagai komoditas ekspor, saat pembungaan amarilis harus dapat ditentukan. pembungaan amarilis yang cepat 'sangat
18 cr_ Gambar 2. Peletakan umbi dengan perlakuan penyinaran sinar merah Gambar 3. Peletakan umbi dengan perlakuan penyinaran sinar inframerah penyiraman selama 2 minggu setelah 6 minggu penyiraman. Percobaan ini akan dibandingkan dengan kontrol (Kl) yang dilakukan penyiraman teratur dan kontinu. Juga dibandingkan dengan perlakuan vernalisasi (K2) yang pelaksanaannya sama dengan perlakuan vernalisasi pada percobaan penyinaran sinar merah-inframerah. Penyiraman untuk kedua percobaan dilakukan setiap hari, kecualt yang dikenai perlakuan.
HASIL DAN PEHBAHASAN Keadaan UIlUIl Pada saat penanaman umbi yang telah mendapatkan perlakuan penyinaran dalam pereobaan pertama, banyak umbi yang sudah menghasilkan kuneup bunga dibandingkan pembanding I (kontrol) dan pembanding II (perlakuan vernalisasi). Kuneup bunga yang dihasilkan tersebut tidak menunjukkan pemanjangan tangkai bunga pada minggu pertama. Sekitar 6 sampai 8 hari setelah tanam, umbi dari perlakuan vernalisasi telah banyak yang menghasilkan bunga. Setelah minggu pertama perlakuan vernalisasi dan perlakuan penyinaran berlangsung proses pemanj a,ngan tangkai bunga. Pembungaan amarilis pada pereobaan pengujian efek penyinaran sinar merah-inframerah terjadi lebih awal daripada pereobaan interupsi penyiraman. Pembungaan pada kedua pereobaan tersebut pada umumnya terjadi pada saat daun-daun belum berkembang seeara sempurna,' bahkan pada pereobaan penyinaran, pembungaan pada beberapa perlakuan terj ad i sebelum muneulnya daun. Proses pembungaan amarilis pada penelitian ini terdiri atas beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut muneulnya kuneup bunga antara sisik-sisik umbi sampai meneapai kuneup sempurna dan diikuti pemanjangan tangkai bunga, terbukanya selaput tipis penutup kuneup infloresen dan mekarnya masing-masingbunga serentak. seeara hampir
49 Tabel Lampiran 14. Sidik ragam waktu mekar bunga pertama pada percobaan interupsi penyiraman Sumber Keragaman db JK KT Nilai F Nilai P Perlakuan Galat 4 50 7580.00 1885.00 3.885 0.007170 23780.00 475.6 Total 54 31360.00 KK per lakuan = 28.48 % Tabel Lampiran 15. Sidik ragam jumlah daun (8 MST) pada percobaan penyinaran sinar merah dan inframerah Sumber Keragaman db JK KT Nilai F Nilai P Perlakuan Galat 5 72 3.755 0.7510 0.1604 0.8742 337.10 4.682 Total 77 340.80 4.416 KK perlakuan = 56.45 %