Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat DMF (Dimethylformamide)...Nevaya Erlandani S

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

BAB III MATERI DAN METODE

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah semen kambing yang berasal 5 ekor kambing

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Sitrat... Levana Putri Adinda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

PENGARUH KESEIMBANGAN ENERGI-PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS SEMEN ITIK RAMBON

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat DMF (Dimethylformamide) Sebagai Agen Krioprotektan terhadap Keutuhan Membran Plasma dan Recovery Rate Semen Beku Domba Lokal Effect of DMF (Dimethylformamide) Addition On The Membrane Sperm Integrities and Recovery Rate of Native Ram Frozen Semen Abstrak *Nevaya Erlandani Suherlan**Soeparna**Kundrat Hidajat Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran E-mail : nevayaerlandani15@gmail.com Penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF sebagai agen krioprotektan terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal telah dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan DMF (dimethylformamide) dan mengetahui tingkat penambahan krioprotektan DMF yang paling baik terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan penambahan agen krioprotektan yaitu Gliserol 5%, DMF 3%, DMF 5% dan DMF7%. Setiap perlakuan diulang lima kali. Uji lanjut untuk melihat perbedaan pengaruh antar perlakuan adalah Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan agen krioprotektan nyata (P < 0,05) berpengaruh terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa dan recovery rate semen beku domba Lokal; dan tingkat penambahan agen krioprotektan DMF sebesar 5 % menghasilkan pencapaian persentase membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal yang paling baik. Kata Kunci : Dimethylformamide, Semen beku, Keutuhan membran plasma, Domba Lokal, Recovery rate Abstract The study concerning DMF (Dimethylformamide) addition as cryoprotectant agent on sperm s membrane integrity and recovery rate of Native ram s frozen semen has been conducted on Animal Reproduction Labolatory of Animal Husbandry Faculty, Padjadjaran University, in Jatinangor, Sumedang, West Java. The aim of this study are to find out the effect and the best level of DMF addition (Dimethyl-formamide) on sperm s membrane integritity and recovery rate of Native ram s frozen semen. Completely randomized design and Duncan s test were use in the experiment. Experiment of this research consist of four treatments of cryoprotect-ant agent addition, i.e. Glycerol 5%, DMF 3%, DMF 5%, and DMF 7%. Each treatment was replicated five times. Result of this research indicated that addition of cryoprotectan agents significantly (P < 0.05) affected sperm s membrane integrity and recovery rate of Native ram s frozen semen. The 5% of DMF is the best level to maintain both of sperm s membrane integrity and recovery rate of Natives ram s frozen semen. Key words : Dimethylformamide, Frozen semen, Membrane sperm cell integrities, Ram, Recovery rate.

PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan pangan asal ternak akan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Permintaan konsumen akan kebutuhan protein hewani yang semakin tinggi menuntut para peternak agar menghasilkan ternak-ternak secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu komoditi ternak yang saat ini memenuhi kebutuhan protein asal hewani adalah ternak domba. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan untuk memperoleh ternak yang berkualitas yaitu keterbatasan pejantan unggul untuk mengawini ternak betina. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan daya guna pejantan unggul yang terbatas tersebut adalah melalui penerapan teknologi inseminasi buatan menggunakan semen beku. Pembekuan semen dilakukan dalam suhu rendah yaitu pada suhu -196 o C. Hal ini bertujuan untuk menekan proses metabolisma dari spermatozoa. Proses pembekuan akan mengakibatkan meningkatnya tekanan osmosis, terjadi cold shock, pembentukan kristal es ekstra dan intraseluler yang dapat menyebabkan kerusakan membran spermatozoa. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu, menambahkan komponen agen krioprotektan dalam pengencer sebagai pelindung spermatozoa. Berdasarkan bahan aktif yang dikandungnya, krioprotektan digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok alhokol (Etilen Glikol dan Gliserol) dan amida (Methilformamida dan Dimethylformamida) (Arifiantini dan Supriatna, 2007). Dasar pemilihan krioprotektan selain mengandung bahan aktif yang mampu melindungi sel dari kerusakan, krioprotektan harus mempunyai bobot molekul yang kecil agar memudahkan penetrasinya ke dalam sel (Squires, dkk. 2004 dan Alvarenga, 2005 yang dikutip oleh Kostaman dan Setioko, 2011). Gliserol merupakan agen krioprotektan yang paling banyak digunakan dalam proses pembekuan semen. Saat ini, penggunaan amida sebagai agen krioprotektan dalam pengencer semen sudah mulai digunakan pada semen kambing, kuda, kelinci, itik dan ayam, akan tetapi penggunaan DMF pada sperma domba belum banyak dilakukan. Amida memiliki bobot molekul lebih rendah yang menyebabkan daya penetrasinya lebih baik dibandingkan dengan gliserol. Toksisitas amida yang lebih rendah dari gliserol juga merupakan satu sifat yang menguntungkan (Arientie, dkk. 2013). Salah satu jenis amida yang sering digunakan dalam proses pembekuan semen adalah DMF (Dimethylformamide). DMF memiliki berat molekul 73,10 g/mol dengan berat jenis 0,95 dan mudah larut di dalam air serta sangat stabil (Kostaman dan Setioko, 2011).

Keberhasilan proses pembekuan semen dapat diukur melalui tingkat pemulihan (recovery rate) yaitu perbandingan motilitas sperma hasil pembekuan dengan motilitas sperma pada semen segar dan tingkat keutuhan membran plasma sperma. Semakin tinggi nilai kedua variable tersebut maka dapat diartikan bahwa proses pembekuan semen berlangsung dengan baik. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal dan mengetahui tingkat penambahan krioprotektan DMF yang menghasilkan keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal paling tinggi. BAHAN DAN METODE Ternak percobaan yang digunakan yaitu satu ekor domba Lokal jantan sebagai sumber semen yang ditampung dua kali dalam seminggu. Domba tersebut berumur 24 bulan dengan bobot badan 41,4 Kg yang dipelihara di Breeding Station Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian yang digunakan dengan metode eksperimental laboratoris menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan dalam penelitian ini terdiri dari 4(empat) perlakuan yaitu P1= Larutan pengencer Triskuning telur + Gliserol 5%, P2 = Larutan pengencer Tris- kuning telur + DMF 3%, P3 = Larutan pengencer Tris- kuning telur + DMF 5% dan P4 = Larutan pengencer Tris- kuning telur + DMF 7%. 1. Alat dan Bahan Penelitian Peralatan yang digunakan adalah satu set vagina buatan, termometer, tabung penampung, mikroskop, hemacytometer, kamar hitung Neubauer, batang pengaduk, ph meter, cover glass, pembakar bunsen, gelas objek, timbangan analitik, spatula, gelas ukur, beaker glass, tabung reaksi, rak tabung, pipet mikro, tip pipet, kertas saring, aluminium foil, lemari pendingin, sterofoam, kawat, selang, corong, penjepit besi, straw, inkubator, tabung reaksi dan rak tabung. Adapun bahan yang digunakan yaitu air hangat dengan suhu 40 0 C dan 38 0 C, vaseline, larutan NaCl, eosin, Tris, kuning telur, fruktosa, penicillin, strepromycin, Gliserol, DMF, akuabides dan N2 cair. 2. Persiapan Media Pengencer Pengencer Tris- kuning telur yang terdiri dari 3,634 gr, asam sitrat 1,99 gr, fruktosa 0,5 gr dilarutkan dengan akuabidest hingga mencapai 100 ml. Kuning telur ditambahkan dalam konsentrasi 20%(v/v). Adapun antibiotika Penicillin dan Streptomycin ditambahkan dengan konsentrasi masing-masing 1000 IU/ml dan 1000 µg dalam setiap ml pengencer. Pengencer dibagi menjadi 2 fraksi yaitu fraksi A dan B. Fraksi A terdiri dari pengencer dan semen, sedangkan fraksi B terdiri dari pengencer dan krioprotektan.

3. Koleksi dan Evaluasi Semen Penampungan semen dilakukan menggunakan vagina buatan dan ditampung sebanyak 2 kali dalam seminggu. Evaluasi dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi: volume semen, konsistensi, warna dan pemeriksaan ph. Evaluasi secara mikroskopis meliputi: gerakan massa sperma, perhitungan konsentrasi spermatozoa total, motilitas sperma, abnormalitas sperma. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi keutuhan membran plasma dan Recovery rate. Evaluasi MPU dilakukan dengan menggunakan metode Hypoosmotic Swelling Test (HOS test), menggunakan larutan hipoosmotik yang tebuat dari 0,179 gr NaCl yang dilarutkan dalam 100 ml akuabides (Herdis, dkk. 2002). Sebanyak 0,1 ml semen ditambah 9,9 ml HOST, selanjutnya diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 0 C. Preparat ulas tipis dibuat pada gelas objek dan diamati dibawah mikroskop. Sperma dengan ekor membengkak, melingkar dan menggembung memiliki membran plasma yang masih utuh (Rusdin, 1997). Recovery Rate; Dihitung dengan melakukan perbandingan persentase sperma motil pasca thawing dan sperma motil segar (Garner dan Hafez, 2000). 4. Kriopreservasi Semen Setelah semen dicampurkan kedalam pengencer, dilakukan proses Gliserolisasi yang dilakukan dengan mencampurkan Fraksi B kedalam Fraksi A sebanyak ¼ bagian selama 15 menit sekali. Semen dikemas kedalam straw dengan volume 0,25 ml, lalu ekuilibrasi selama 4 jam dalam lemari pendingin bersuhu 5 0 C. Rancang styrofoam yang di dalamnya terdapat kotak logam pada bagian bawah dan keranjang kawat diatasnya. Nitrogen cair sebanyak 2,5 liter dimasukan dalam kotak logam, lalu straw disimpan pada keranjang kawat dan atur agar tidak bertumpuk. Biarkan gas Nitrogen menguapi straw dengan jarak 5 cm selama 7-8 menit. Straw dimasukan ke dalam Nitrogen cair seluruhnya. Thawing menggunakan air hangat 38 o C selama 30 detik. Gunting bagian ujung straw dan lakukan evaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Semen Segar Berdasarkan hasil evaluasi makroskopik dan mikroskopik, disajikan pada Tabel. 4 di bawah ini : Tabel 1. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Penelitian Volume (ml) Warna Bau Konsistensi Karakteristik Semen Nilai rataan 0,88 ± 0,083 Krem Khas anyir Kental ph 6,7 ± 0,19 Gerakan massa +++ Konsentrasi spermatozoa (juta sel /ml) 324 ± 29,63 Motilitas progresif (%) 79,57%± 0,017 Abnormalitas spermatozoa (%) Membran Plasma Utuh (%) 6,05 %± 0,027 81,6% ± 6,06 Volume semen hasil penampungan dalam penelitian ini sesuai dengan standar volume semen domba yang berkisar antara 0,5 2 ml/ ejakulat ( Garner dan Hafez, 2000), namun lebih rendah dari volume semen yang dilaporkan Herdis, dkk (2005) pada domba Garut (1,1 ml.) Perbedaan volume hasil penampungan tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan bangsa/strain ternak, kondisi individu ternak, kualitas pakan yang diberikan, frekuensi dan waktu penampungan. Warna dan bau yang dihasilkan dari semen domba segar hasil penelitian secara berturut-turut yaitu krem dan berbau anyir. Warna semen domba yang normal yaitu putih krem sampai dengan krem. Konsistensi sperma yang dihasilkan yaitu kental, dengan konsentrasi sperma total yang diperoleh yaitu 324 ± 29,63 x10 7 spermatozoa/ ml. Konsentrasi sperma yang diperoleh sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa sperma domba berada pada kisaran 200 300 x10 7 spermatozoa/ ml. Feradis (2007) melaporkan bahwa konsentrasi sperma domba ST. Croix yaitu 3785 ± 343,79 juta/ml. Semakin tinggi konsentrasi sperma, maka dosis inseminasi yang dihasilkan akan semakin banyak.

Rataan ph semen domba dalam penelitian ini adalah 6,7 ± 0,19. Nilai tersebut relatif sama dengan yang diporkan Feradis (2007) yaitu 6,8. Secara umum Toilehere (1993) mengemukakan bahwa ph semen domba berada pada kisaran 6,2 7. Peningkatan aktivitas metabolisme sperma akan meningkatkan asam laktat, sehingga ph semen akan rendah. Rataan gerakan massa yang diperoleh yaitu +++, yang ditunjukan dengan gelombang hitam besar dan pergerakan sperma yang cepat. Semen yang baik dan memenuhi syarat untuk diproses menjadi semen cair atau semen beku adalah yang memiliki nilai gerakan massa ++ atau +++ (Toelihere, 1993; Herdis, 2012). Rata- rata motilitas sperma segar yang dihasilkan yaitu 79,57% ± 0,017 Presentase ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil Herdis (2005) yaitu sebesar 74,17 ± 2,24. Menurut Garner dan Hafez (2000) sperma domba memiliki rentang motilitas 60% - 80%. Rataan abnormalitas semen segar dalam penelitian ini yaitu 6,05 % ± 0,027. Hasil ini lebih rendah bila dibandingkan dengan laporan Feradis (2007) bahwa sperma domba ST. Croix memiliki abnormalitas 8,33 %. Menurut Garner dan Hafez (2000) abnormalitas sperma domba berada pada kisaran 5-20 %. Keutuhan membran plasma dalam semen segar dalam penelitian ini mencapai 81,6% ± 6,06. Nilai tersebut sedikit lebih rendah dari yang dikemukakan Herdis, dkk (2005) yang menemukan keutuhan membran plasma sperma domba segar sebesar 85,00 % ± 1,00. Berdasarkan hasil evaluasi secara makroskopis dan mikroskopis, semen hasil penampungan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan penelitian atau dioleh lebih lanjut sebagai semen beku (Evans dan Maxwell, 1987; Toelihere, 1993; Garner dan Hafez, 2000; Rizal, dkk. 2002). 2. Pengaruh Krioprotektan DMF Terhadap Keutuhan Membran Plasma Sperma Domba Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam, tingkat penambahan DMF nyata (P < 0,05) berpengaruh terhadap keutuhan membran plasma semen domba Lokal. Gliserol 5 % menghasilkan keutuhan membran plasma sperma domba Lokal yang nyata (P < 0,05) lebih baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh krioprotektan DMF. Gliserol telah terbukti pada beberapa hasil penelitian memberikan perlindungan yang baik terhadap kualitas spermatozoa pasca thawing. Penelitian Herdiawan (2004) menunjukan persentase MPU yang lebih tinggi, yaitu 47,46%; sedangkan Herdis dkk. (2005) melaporkan keutuhan membran plasma pasca thawing semen beku domba yaitu 58,17 %. Penelitian sebelumnya pun memperlihatkan bahwa gliserol mampu menghasilkan tingkat keutuhan membran plasma sperma sebesar 43,17% (Rizal, dkk. 2002).

Data hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF (Dimethylformamide) sebagai agen krioprotektan terhadap keutuhan membran plasma semen beku domba Lokal disajikan pada tabel berikut. Tabel 2. Keutuhan Membran Plasma Semen Beku domba Lokal pada Berbagai Tingkat Kandungan Dimethylformamide Perlakuan (%) Ulangan Gliserol 5% DMF 3% DMF 5% DMF 7%...%... 1 43,92 13,76 20,57 18,00 2 35,23 15,68 23,22 22,68 3 43,47 13,29 22,19 21,87 4 40,60 17,09 25,00 22,90 5 38,43 11,39 23,29 17,69 Total 201,65 71,21 114,27 103,14 Rata- rata 40,33 a) 14,24 c) 22,85 b) 20,62 b) Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris Rata-rata menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05). Gliserol dan DMF termasuk dalam golongan krioprotektan intraseluler yang bekerja menembus ke dalam sel dan memiliki kemampuan menggantikan sebagian air yang hilang saat proses pembekuan. Melalui sifat kerja kedua jenis krioprotektan tersebut, peningkatan konsentrasi elektrolit, pembentukan kristal es dan perubahan tekanan osmotik yang terjadi selama proses pembekuan semen dapat ditanggulangi (Toelihere, 1993). Selain itu, menurut Rizal, dkk (2002), gliserol mampu menurunkan titik beku larutan, sehingga memberikan kesempatan pada sel untuk mengeluarkan air serta mampu mengubah secara fisik kristal es yang terbentuk menjadi lebih lembut. Penggunaan DMF pada konsentrasi 5% dan 7 % memberikan hasil yang nyata (P < 0,05) lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi DMF 3%. Hal itu menunjukan bahwa kadar DMF 3 % belum cukup efektif untuk memelihara keutuhan membran plasma sperma; dan kadar DMF 7 % sudah mulai menunjukan kecenderungan negatif. Konsentrasi DMF di atas 5 % tampaknya sudah mulai memunculkan efek toksiknya terhadap spermatozoa domba Lokal. Efektivitas agen krioprotektan dalam melindungi spermatozoa dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasinya. Krioprotektan memang dibutuhkan

untuk melindungi spermatozoa, tetapi pada konsentrasi tertentu dapat bersifat toksik (Soeparna dan Arifiantini, 2013). Ketika melalui proses pembekuan, terjadi pengeluaran air secara besar-besaran didalam sel sehingga mengakibatkan peningkatan konsentrasi elektrolit yang dapat mengakibatkan kerusakan membran sel. Membran sperma terdiri atas molekul lemak, terutama fosfolipid yang tersusun ganda dengan protein (Soeparna dan Arifiantini, 2013). Kurangnya daya protektif DMF melindungi sperma dari proses pembekuan karema DMF termasuk dalam krioprotektan yang memiliki sifat hidrofobi (hipofili) (Best, 1999 dalam Wati, 2001), sehingga senyawa ini memiliki kecenderungan bereaksi dengan lipid dan mempengaruhi ikatan lipid-lipid ataupun lipid-protein sehingga mengubah bangun atau konfigurasi dinding sel (Park dan Graham, 1992 dalam Wati, 2001). 3. Pengaruh Krioprotektan DMF Terhadap Recovery Rate dalam Kriopreservasi Semen Domba Berdasarkan hasil analisis ragam, tingkat penambahan DMF memberikan pengaruh nyata terhadap Recovery rate semen beku domba Lokal. Gliserol 5 % menghasilkan recovery rate domba Lokal yang nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh krioprotektan DMF. Data hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF (Dimethylformamide) terhadap recovery rate semen beku domba Lokal dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Recovery Rate Semen Beku Domba Lokal pada Berbagai Tingkat Kandungan Dimethylformamide Ulangan Perlakuan Gliserol 5% DMF 3% DMF 5% DMF 7%...%... 1 50,70 15,99 25,14 24,08 2 60,63 18,14 31,89 29,33 3 54,74 11,76 27,37 25,50 4 51,47 10,07 32,72 27,68 5 48.24 11,75 28,95 24,72 Total 265,78 67,71 146.07 13,.31 Rata-rata 53,16 a) 13,54 c) 29.21 b) 26,26 b) Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris Rata-rata menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05).

Adapun penggunaan DMF 5 % dan DMF 7 % tidak menunjukan perbedaan secara statistik, tetapi keduanya nyata (P < 0,05) lebih baik dibandingkan dengan hasil penggunaan DMF 3 %. Recovery rate berfungsi untuk menilai kemampuan spermatozoa yang pulih kembali setelah melalui proses pembekuan. Selain itu, recovery rate menunjukan efisiensi dari proses pembekuan yang dilakukan. Semakin tinggi nilai recovery rate, maka proses pembekuan yang dilakukan semakin baik. Tingginya nilai Recovery Rate hasil proses pembekuan yang menggunakan krioprotektan Gliserol menandakan bahwa proses pembekuan semen domba dengan krioprotektan Gliserol berhasil dengan baik. Hasil penelitian Herdiawan (2004), menunjukan nilai Recovery Rate yang lebih tinggi yaitu 54,84%. Tingginya nilai Recovery Rate menandakan jumlah spermatozoa pasca thawing yang motil juga tinggi. Hal ini berkaitan dengan tingginya tingkat keutuhan membran plasma spermatozoa yang mendukung proses metabolisme untuk menghasilkan pergerakan spermatozoa berjalan dengan baik. DMF 3% memberikan hasil yang paling rendah (13,54%) dari seluruh perlakuan. Recovery Rate yang rendah diakibatkan motilitas pasca thawing yang dihasilkan rendah pula. Hal ini menandakan proses pembekuan semen domba dengan menggunakan DMF 3% tidak dianjurkan. Rusaknya membran sel spermatozoa akibat perubahan sturuktur membran sel diduga menjadi penyebab rendahnya motilitas selain itu konsentrasi krioprotektan terlalu sedikit sehingga tidak mampu melindungi spermatozoa dari pembentukan kristal es dan perubahan tekanan osmotik akibat pembekuan. DMF 5% memberikan nilai Recovery Rate yang paling baik yaitu 29,21% bila dibandingkan dengan DMF 3% (12,54%) dan tidak berbeda jauh dengan DMF 7% ( 26,26%). Perlindungan krioprotektan DMF dengan konsentrasi 5% paling optimal untuk mencegah kerusakan membran plasma diantara konsentrasi DMF lainnya, tetapi tetap tidak lebih baik bila dibandingkan dengan Gliserol. Berbeda dengan hasil penelitian Arifiantini dan Supriatna (2007), pembekuan semen kuda menggunakan DMF 5% menghasilkan nilai Recovery Rate sebesar 39,3%. Begitu pula dengan hasil yang ditunjukkan oleh proses pembekuan semen ayam yang dilaporkan Sopiyana, dkk (2006), konsentrasi DMF 5% memberikan Recovery Rate lebih tinggi yaitu sebesar 42,87%. Hal ini menunjukan adanya perbedaan respon sperma terhadap krioprotektan DMF berdasarkan jenis ternak.

Faktor utama yang berperan dalam motilitas sperma adalah adenosin tri-phospat (ATP). Oleh karena itu, sperma harus mampu menghasilkan ATP dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi. Aspartat aminotransferase (AspAT) merupakan enzim utama yang terdapat pada bagian tengah ekor sperma, tepatnya di bagian selubung mitokondria (Bearden, dkk 2004; Nelild 2005; Soeparna dan Arifiantini 2013). Keutuhan membran plasma berhubungan dengan motilitas spermatozoa. Sumber pemberi energi untuk menghasilkan pergerakan sperma berasal dari bagian tengah ekor sperma. Proses ini berlangsung dalam helix mitokondria. Bagian ini kaya akan phospholipid, lechitin dan plasmalogen (Toilehere, 1979). Kerusakan membran pada bagian tengah akan menyebabkan terlepasnya enzim Aspartat aminotransferase ke dalam plasma semen sehingga produksi ATP akan terhenti dan akan menyebabkan sperma tidak dapat bergerak (Colenbrander, dkk., 1992; Soeparna dan Arifiantini 2013). SIMPULAN 1. Penambahan berbagai tingkat Dimethylformamide (DMF) berpengaruh terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal. 2. Penambahan DMF 5% menghasilkan keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal yang paling tinggi. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan banya terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Soeparna, MS. sebagai Pembimbing Utama dan kepada Ir. Kundrat Hidajat, M.Sc. sebagai Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing serta memberikan arahan, masukan, motivasi yang sangat bermanfaat untuk penulis selama pelaksanaan penelitian. Tidak lupa, kepada Dr. Nurcholidah Solihati, S.Pt., M.Si., Drh. Dwi Cipto Budinuryanto, MS. dan Dr. Nena Hilmia, S.Pt., M.Si yang telah memberikan masukan dan perbaikan dalam penulisan. Saya ucapkan terimakasih juga kepada rekan penelitian Dini Nurmariah E.P, Labib Abdillah, Tian Rahmat S atas kerjasamanya selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Arientie,O.S, T.L Yusuf, D. Sajuthi dan R.I Arifiantini. 2013. Pengaruh Krioprotektan Gliserol dan Dimethilformamida dalam Pembekuan Semen Kambing Peranakan Etawah Menggunakan Pengencer Tris Modifikasi. JITV.Vol 18. No4: 2, 8 Arifiantini, R.I. dan I. Supriatna. 2007. Kriopreservasi Semen Kuda Menggunakan Berbagai Krioprotektan pada Pengencer Susu Skim. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol 12.No 2 : 2, 5 Evans, G., dan W.M.C. Maxwell, 1987. Salamon s Artificial Insemination of Sheeps and Goat s. Butterworth. London Feradis, 2007. Karakteristik Sifat Fisik Semen Domba ST. Croix. Jurnal Peternakan Vol 4. No 1:3 Garner, D. L., E. dan S. E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed B Hafez/ESE Hafez Lippincott Williams & Wilkins. USA. Herdiawan, I. 2004. Pengaruh Laju Penurunan Suhu dan Jenis Pengencer terhadap Kualitas Semen Beku Domba Priangan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol 9. No 2 : 2 Herdis, I. Kusuma., M. Surachman., M Riza., I.K Sutama., I. Inounu., B Purwantara., dan I Arifiantini. 2002. Peningkatan Kualitas Semen Beku Domba Garut Melalui Penambahan α- Tokoferol ke Dalam Pengencer Susu- Skim Kuning Telur. JITV Vol 7. No 1. : 3 Herdis, M.R Toilehere, I. Supriatna, B Purwantara., dan RTS Adikara. 2005. Optimalisasi Waktu Ekuilibrasi dan Metode Pencairan Kembali pada Proses Pembekuan Semen Domba Garut(Ovis Aries). Animal Production. Vol 7. No 2. 81-88. 2005. Optimalisasi Kualitas Semen Domba Garut (Ovis aries) melalui Penambahan Maltosa ke dalam Pengencer Semen Tris Kuning Telur. Media Kedokteran Hewan. Vol.21.No.2. Herdis, M. Rizal, A. Boediono, R.I. Arifiantini, T. Saili, A.S. Aku. dan Yulnawati. 2005. Optimasi Kualitas Semen Beku Domba Garut melalui Penambahan Trehalosa ke dalam Pengencer Kuning Telur. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30(4) ; 5 Herdis, 2012. Pengaruh Waktu Penampungan Semen Terhadap Gerakan Massa Spermatozoa dan Tingkah Laku Kopulasi Pejantan Domba Garut. Jurnal Sains dan teknologi Indonesia Vol.14 No.1. Hal 38-43. Kostaman, T. dan A.R. Setioko. 2011. Perkembangan Penelitian Teknik Kriopreservasi untuk Penyimpanan Semen Unggas. Wartazoa. Vol 21. No3: 3 Rizal, M., M.R. Toelihere, T.L. Yusuf, B. Purwantara, dan P. Situmorang. 2002. Kualitas Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol. JITV. Vol7.No.3: 4-6 Rusdin. 1997. Pengaruh Macam Pengencer dan Lama Pembekuan terhadap Kualitas Spermatozoa Domba. Thesis. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Soeparna dan R. I. Arifiantini. 2013. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Kuda. IPB Press. Bogor. Sopiyana, S., S. Iskandar, T. Susanti, dan D. Yogaswara., 2006. Pengaruh Krioprotektan DMA, DMF dan Glycerol Pada Proses Pembekuan Semen Ayam Kampung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 6 Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Cetakan ke sepuluh. Angkasa. Bandung.1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung Wati. S. 2001. Efektifitas Dimethylformamide (DMF) Sebagai Krioprotektan Untuk Kriopreservasi Ookista Eimeria tenella yang Disimpan dalam Nitrogen Cair Bersuhu -196 0 C. Institut Pertanian Bogor.