PENGARUH KESEIMBANGAN ENERGI-PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS SEMEN ITIK RAMBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KESEIMBANGAN ENERGI-PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS SEMEN ITIK RAMBON"

Transkripsi

1 PENGARUH KESEIMBANGAN ENERGI-PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS SEMEN ITIK RAMBON EFFECT OFENERGY-PROTEIN BALANCEINFEED RATIONS ON SEMEN QUALITY OF RAMBON DUCK Dian Yusmeidianty*, Nurcholidah Solihati, Siti Wahyuni Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran yusmei41@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh keseimbangan energi-protein dalam ransum terhadap kualitas semen itik Rambondilaksanakan pada bulan Januari 2015 dilocal Ducks Breeding Station dan Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasia Buatan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keseimbangan energi-protein dalam ransum terhadap kualitas semen itik Rambon. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar itik Rambon, NaCl fisiologis, pewarna eosin dan alkohol. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan yaitu P1 =(EM 3000 kkal/kg, Protein 20%), P2 =(EM 3000 kkal/kg, Protein 16%), P3 = (EM 3000 kkal/kg, Protein 13,5%), P4 = (EM 2700 kkal/kg, Protein 20%), P5 = (EM 2700 kkal/kg, Protein 16%) dan P6 = (EM 2700 kkal/kg, Protein 13,5%) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan energi-protein dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas semen itik Rambon baik terhadap motilitas maupun abnormalitasnya. Perlakuan dengan keseimbangan energi 2700 kkal dan protein 13,5% memberikan pengaruh paling baik diantara perlakuan lainnya. Kata kunci : kualitas semen, energi-protein, itik Rambon ABSTRACT Research on effect of the energy-protein balance in feed rations on semen quality of Rambonduck was held on January 2015 at in Local Ducks Breeding Station and Laboratory of AnimalReproductionandArtificialInsemination Faculty of Animal Husbandry, University of Padjadjaran.The purpose of research was to find out about effect of the energy-protein balance in feed rations on semen quality of Rambonduck. Materials usedinthis research werefreshsemenof Rambon duck, physiologicalnacl, dyeeosinandalcohol.this research was conducted with experimental methods. The design used was Completely Randominzed Design (CDR) with six treatments consisted of P1 =(EM 3000 kcal/kg, Protein 20%), P2 =(EM 3000 kcal/kg, Protein 16%), P3 = (EM 3000 kcal/kg, Protein 13,5%), P4 = (EM 2700 kcal/kg, Protein 20%), P5 = (EM 2700 kcal/kg /kg, Protein 16%) dan P6 = (EM 2700 kcal/kg, Protein 13,5%) with three replications. The results showthatenergy-protein balancein diet significantly(p <0.05) affectedmotilityandabnormality oframbonducksemen. Treatment with Energy 2700 kcal/kg /kg and Protein 13,5% provide the excellent effect than other treatments. Keywords : semen quality, energy-protein, Rambon duck Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1

2 PENDAHULUAN Itik Rambon merupakan itik lokal Indonesia yang banyak dipelihara di Jawa Barat terutama daerah Cirebon. Itik Rambon telah diternakkan secara turun temurun merupakan itik petelur yang potensial. Itik ini memiliki keunggulan konsumsi pakan rendah dan ukuran telur sedang. Ciri umum itik ini adalah postur tubuh sedang dan bulu berwarna coklat atau tutul coklat agak jelas. Paruh berwarna hitam, kulit berwarna putih dan sisik kaki (shank) berwarna hitam (Setioko dkk., 2005). Itik ini telah ditetapkan sebagai Sumber Daya Genetik (SDG) Hewan asli Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 700/Kpts/PD. 410/2/2013 tanggal 13 Februari 2013 tentang Penetapan Rumpun Itik Rambon (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2014). Produktivitas seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan seperti tatalaksana pemberian ransum yang menyangkut nutrisi yang terkandung di dalamya. Ransum terdiri dari berbagai komponen nutrisi yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, aktivitas, produksi dan reproduksi. Komponen dalam ransum yang sangat diperlukan diantaranya energi dan protein. Itik Rambon merupakan plasma nutfah asli Indonesia, namun hingga saat ini penelitian yang berhubungan dengan itik Rambon masih sangat minim, sehingga informasi mengenai itik Rambon secara spesifik masih sangat sulit ditemukan. Minimnya informasi juga menyulitkan peternak untuk mengetahui susunan ransum yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dan keperluan produksi ternak. Begitu pula dengan hubungan antara ransum dengan fisiologi reproduksi, dalam hal ini kualitas semen yang dihasilkan oleh itik jantan masih belum banyak diketahui berapa keseimbangan energi-protein yang optimal untuk mendapatkan kualitas semen yang optimal pula. Berdasarkan penelitian sejenis pada jenis ternak lain adanya perubahan kualitas ransum berdampak pada kualitas semen yang dihasilkan, namun penelitian mengenai pengaruh keseimbangan energiprotein terhadap kualitas semen itik masih belum banyak dilakukan. Penilaian terhadap kualitas semen yang dihasilkan oleh ternak dilakukan secara secara makroskopis dan mikroskopis. Salah satu faktor yang paling menentukan dalam penilaian kualitas semen adalah motilitas dan abnormalitas spermatozoa. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh level energi-protein dalam ransum terhadap kualitas semen Itik Rambon. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semen itik, pewarna eosin, alcohol, NaCl Fisiologis 0,9% dan NaCl 3%. Semen yang digunakan pada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2

3 penelitian ini dikeluarkan dari Itik Rambon jantan umur sembilan bulan. Itik ditempatkan ke dalam kandang secara koloni sesuai perlakuan. Ransum yang diberikan sama sejak DOD hingga dewasa, sehingga tidak dibedakan menurut kebutuhan pada setiap fase pertumbuhan itik. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set penampung semen atau alat hisap, tempat ransum dan air minum, mikroskop, objek glass dan cover glass, pipet, batang pengaduk, pembakar bunsen, counter, tissue, satu set haemocytometer dan ph paper. Ransum Penelitian Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum penelitian terdiri atas jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, tepung tulang, minyak kelapa dan premix, dengan keseimbangan energi-protein ransum. Bahan pakan penyusun ransum tersebut dibuat dalam bentuk mash. Tabel 1. Kandungan Gizi Ransum Penelitian Perlakuan P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6... (%)... PK* 19,64 15,84 13,87 19,62 14,96 13,35 LK 5,93 6,44 6,80 5,54 5,84 6,64 SK 3,83 3,75 3,51 5,09 5,16 4,90 Ca 1,03 1,03 1,05 1,05 1,05 1,04 P 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 Lysin 1,17 0,88 0,70 1,19 0,87 0,73 Met+Cys 0,78 0,66 0,59 0,80 0,67 0,62 EM (kkal/kg)* Keterangan : 1. Hasil Perhitungan 2. *Hasil Analisis Lab. Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran P 1 = perlakuan 1 P 2 = perlakuan 2 P 3 = perlakuan 3 P 4 = perlakuan 4 P 5 = perlakuan 5 P 6 = perlakuan 6 Metode Penelitian Rangkaian penelitian ini dilaksanakan dalam enam tahap, yaitu : Tahap Persiapan; sebelum melakukan penampungan, alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan steril serta suhunya sama dengan suhu sperma. Untuk itu, perlu dilakukan sterilisasi alat untuk mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi dengan bakteri yang dapat menurunkan kualitas sperma. Alat-alat yang sudah disterilisasi kemudian dikemas dengan aluminium foil dan disimpan pada suhu 37 0 C sebelum digunakan. Tahap Penampungan Semen; semen ditampung dengan menggunakan alat penampung semen yang dilakukan pada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3

4 pagi hari pukul WIB sampai selesai. Penampungan dan analisis semen dilakukan langsung di Local Ducks Breeding Station. Tahap Evaluasi Semen; Evaluasi semen dilakukan dengan pengamatan makroskopis meliputi pengamatan terhadap warna, konsistensi, ph dan volume yang dapat diamati langsung setelah semen ditampung. Sementara pengamatan mikroskopis meliputi pengamatan terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa. prosedur perhitungan spermatozoa yang mati, perbedaannya yaitu mengganti NaCl fisiologis 0,9% dengan NaCl 3%. Perhitungan spermatozoa yang mati (Y) atau Y x 10 juta sel spermatozoa Perhitungan konsentrasi spermatozoa total (X) Parameter yang Diamati 1. Motilitas, pengukurannya dilakukan dengan menggunakan pipet haemocytometer. Motilitas spermatozoa dilakukan dengan menghitung spermatozoa total dikurangi spermatozoa mati lalu dikali 100%. Perhitungan spermatozoa yang mati dilakukan dengan cara semen dihisap sampai tanda 0,5 kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 200 kali dengan cara menghisap NaCl fisiologis 0,9% sampai tanda 101. Pipet haemocytometer digerakkan membentuk angka delapan agar homogen selama 2-3 menit. Kemudian satu tetes ditempatkan pada gelas penutup pada kamar hitung Neubauer, dan diamati dibawah mikroskop dalam lima arah kamar hitung secara diagonal. Prosedur perhitungan konsentrasi sperma total sama dengan atau Y x 10 juta sel spermatozoa Perhitungan motilitas spermatozoa (X Y) x 10juta sel sperma per ml Motilitas (%) = 2. Abnormalitas Semen, pengukurannya dilakukan dengan cara menggunakan preparat ulas yang kemudian diamati dibawah mikroskop. Preparat ulas dibuat dengan cara mencampurkan cairan eosin dengan perbandingan 1:3 diatas objek gelas. Campuran tersebut diaduk menggunakan objek gelas lainnya yang membentuk posisi sudut lancip, untuk mendapatkan selapis semen yang telah diwarnai setipis mungkin. Lalu difiksasi atau dikeringkan dengan api bunsen yang hasilnya preparat siap diamati. Penghitungan abnormalitas semen dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 x 10 dari luas pandang Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4

5 200 sel spermatozoa yang diamati. Penghitungannya meliputi keadaankeadaan spermatozoa yang mempunyai morfologi yang abnormal yang meliputi kepala bengkak, kepala rusak, ekor patah dan ekor putus. Abnormalitas(%)= Guna mengetahui adanya pengaruh perlakuan, data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Apabila dari hasil sidik ragam terdapat perbedaan pengaruh perlakuan, maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan, untuk mengetahui perbedaan dari tiap perlakuan. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas enam perlakuan keseimbangan energi-protein yang berbeda, dengan tiga kali ulangan pada tiap-tiap perlakuan.perlakuan yang dilakukan pada penelitian yaitu: P1 = EM 3000 kkal/kg, Protein 20% P2 = EM 3000 kkal/kg, Protein 16% P3 = EM 3000 kkal/kg, Protein 13,5% P4 = EM 2700 kkal/kg, Protein 20% P5 = EM 2700 kkal/kg, Protein 16% P6 = EM 2700 kkal/kg, Protein 13,5% HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh keseimbangan energiprotein dalam ransum terhadap kualitas semen itik Rambon dievaluasi dengan melakukan penilaian makroskopis dan penilaian mikroskopis. Penilaian makroskopis dan mikroskopis langsung dievaluasi setelah semen dikeluarkan dari tubuh itik Rambon jantan dengan cara pengurutan. 1. Penilaian Makroskopis Penilaian makroskopis semen itik Rambon pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 2 yang terdiri dari rata-rata volume (ml), warna, bau, konsistensi dan ph. Tabel 2. Penilaian Makroskopis Semen Itik Rambon Perlakuan Penilaian Makroskopis Volume (ml) Warna Bau Konsistensi ph P1 0,10 Putih Khas Semen Sedikit cair 7 P2 0,08 Putih Khas Semen Kental 7 P3 0,05 Putih Khas Semen Kental 7 P4 0,08 Putih Khas Semen Kental 7 P5 0,08 Putih Khas Semen Kental 7 P6 0,12 Putih Khas Semen Kental 7 Volume Volume semen rata-rata pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Volume yang didapat pada setiap penampungan berkisar 0,5-0,15 ml.volume semen rata-rata terbanyak yakni pada perlakuan P6 (energi 2700 kkal/kg dan protein 13,5%) sebesar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5

6 0,12mL dengan kisaran volume 0,05-0,15 ml. Selanjutnya volume semen rata-rata terbesar kedua yakni pada perlakuan P1 (energi 3000 kkal/kg dan protein 20%) sebesar 0,10 ml, perlakuan P2 (energi 3000 kkal/kg dan energi 16%), perlakuan P4 (energi 2700 kkal/kg dan energi 20%), dan perlakuan P5 (energi 2700 kkal/kg dan energi 16%) memiliki volume semen rata-rata 0,08 ml dengan kisaran volume semen yang diejakulasikan pada setiap penampungan antara ,1 ml. Volume semen rata-rata terkecil yakni pada perlakuan P3 energi 3000 kkal/kg dan protein 13,5% sebesar 0,05 ml. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ransum yang dengan keseimbangan energi-protein yang berbeda pada masing-masing perlakuan berpengaruh terhadap volume semen itik Rambon. Walaupun perlakuan P6 (energi 3000 kkal/kg dan energi 13,5%) merupakan keseimbangan paling kecil dalam penelitian ini, namun masih mencukupi kebutuhan ternak jantan sehingga menghasilkan volume rata-rata terbesar diantara perlakuan lainnya. Seluruh perlakuan mempunyai rata-rata volume semen per ejakulat yang relatif tidak berbeda. Kemungkinan hal ini disebabkan selain karena itik yang diambil semennya berasal dari bangsa dan umur yang sama, asupan nutrisi esensial itik pada perlakuan keseimbangan energiprotein dalam ransum sudah mencukupi untuk menunjang volume semen yang baik. Warna Pemeriksaan warna semen dilakukan secara makroskopis dan hasilnya tersaji pada Tabel 2. Seluruh perlakuan mempunyai rata-rata warna yang sama yaitu putih. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ransum dengan keseimbangan energi-protein yang berbeda tidak berpengaruh terhadap warna semen. Rataan warna semen yang sama pada semua perlakuan yaitu putih menunjukkan ciri semen yang baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan Toelihere (1993) yang menyatakan bahwa semen unggas berwarna putih. Semakin keruh biasanya jumlah spermatozoa semakin banyak. Semen yang berwarna merah gelap sampai merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah yang berbeda dan berasal dari saluran kelamin. Warna kecoklatan menunjukkan adanya darah yang telah mengalami dekomposisi. Warna kehijauan menunjukkan kontaminasi dengan feces (Feradis, 2010). Bau Pemeriksaan bau semen itik Rambon dilakukan secara makroskopis dan hasilnya tersaji pada Tabel 2. Seluruh perlakuan mempunyai rata-rata bau semen yang sama yaitu bau khas dari semen itik. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ransum dengan keseimbangan energiprotein yang berbeda tidak berpengaruh terhadap bau semen. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6

7 Konsistensi Konsistensi semen setiap perlakuan keseimbangan energi-protein tersaji pada Tabel 2. Seluruh perlakuan mempunyai konsistensi yang relatif tidak berbeda yaitu kental kecuali pada perlakuan 1 yakni energi 3000 kkal/kg dan protein 20% dengan konsistensi semen yang sedikit cair. Konsistensi semen yang sedikit cair karena plasma semen yang tercampur dengan spermatozoa sehingga menyebabkan konsistensi menjadi cair. Warna bersama konsistensi semen menentukan konsentrasi spermatozoa, bila semen kental dan berwarna putih maka konsentrasi spermatozoa tinggi dan jika spermatozoa encer dan berwarna bening maka hal ini menunjukkan konsentrasi semen yang rendah (Toelihere, 1981). ph Derajat keasaman (ph) sangat mempengaruhi daya hidup spermatozoa. Derajat keasaman (ph) sperma bervariasi tergantung spesies ternak. Toelihere (1993) menyatakan bahwa derajat keasaman atau ph sangat mempengaruhi daya hidup spermatozoa. ph sperma dalam penelitian ini adalah 7 yang tersaji pada Tabel 2. Hal ini sesuai dengan Supriyatna dkk (2005) ph semen unggas adalah 7 8. Berdasarkan hal tersebut pemberian ransum dengan keseimbangan energi-protein yang berbeda tidak berpengaruh terhadap ph semen itik Rambon. 2. Penilaian Mikroskopis Motilitas Spermatozoa Penilaian motilitas spermatozoa itik Rambon yang diberikan ransum dengan keseimbangan energi-protein yang berbeda disajikan pada Tabel 3. Persentase motilitas spermatozoa tertinggi diperoleh dari perlakuan P6 dengan keseimbangan energi 2700 kkal/kg dan protein 13,5% yaitu sebesar 96,29%. Selanjutnya motilitas terkecil yakni pada perlakuan P1 dengan keseimbangan energi 3000 kkal/kg dan protein 20% sebesar 59,54%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa keseimbangan energi-protein dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap motilitas spermatozoa itik Rambon. Perbedaan antar perlakuan diketahui dengan melakukan Hasil Uji Jarak Berganda Duncan yang disajikan dalam Tabel 4. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7

8 Tabel 3. Motilitas SpermatozoaItik Rambon Perlakuan Ulangan P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total...% ,50 89,32 94,70 90,20 85,44 96, ,86 93,33 92,86 96,67 93,25 94, ,25 92,97 93,82 93,41 91,73 97,21 Rata-rata 59,54 91,87 93,79 93,42 90,14 96,29 x 178,61 275,62 281,38 280,27 270,41 288, ,17 Tabel 4. Uji Duncan Motilitas Spermatozoa Itik Rambon Perlakuan Rataan Motilitas per Ejakulat (%) Sign 0,05 P6 96,29 a P3 93,79 a P4 93,42 a P2 91,87 a P5 90,14 ab P1 59,54 b Ket: huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Pb<0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan, motilitas spermatozoa itik Rambon yang mendapat perlakuan P2, P3, P4 dan P6 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendapat perlakuan P1, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5. Motilitas yang dihasilkan oleh perlakuan P5 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan P1 menghasilkan motilitas yang nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding perlakuan P2, P3, P4 dan P6 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5. Perlakuan P1 menghasilkan persentase motilitas sebesar 59,54% lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya, kemungkinan dipengaruhi oleh semen yang mengandung plasma lebih banyak dibandingkan dengan semen pada perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari konsentrasi semen yang lebih encer dibandingkan dengan perlakuan P2, P3, P4, P5, dan P6. Motilitas spermatozoa merupakan gerakan spermatozoa lurus ke depan, aktif, lincah dan memiliki irama getar yang teratur (Wahyuningtyas dkk., 2012). Faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain umur spermatozoa, energi ATP, bagian-bagian agen yang aktif, kandungan cairan dan stimulasi inhibisi (Hafez, 2000). Jika ransum yang dikonsumsi tinggi kandungan energinya maka seharusnya persentase motilitas spermatozoa lebih tinggi dibandingkan ternak yang mengkonsumsi ransum dengan energi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8

9 rendah. Hal ini berbeda dengan penelitian ini, itik pada perlakuan P1 yang diberi ransum dengan energi 3000 kkal dan protein 20% berdasarkan litelatur mendapatkan persentase motililitas yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya justru mendapatkan persentase motilitas terendah dibandingkan perlakuan yang lain. Berdasarkan pengamatan secara makroskopis konsistensi semen pada perlakuan P1 lebih cair dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selain itu plasma semen pada perlakuan P1 lebih dominan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Soeparna dan Solihati (2014) menyatakan bahwa plasma semen mengandung bahan-bahan penyangga dan makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa baik yang didapatkan secara langsung (fruktosa dan sorbitol) maupun secara tidak langsung (gliserilfosforilkholin). Berdasarkan hal tersebut kemungkinan energi yang didapat dari ransum lebih banyak dipergunakan oleh plasma semen daripada spermatozoa. Hafez (2000) menyatakan bahwa persentase motilitas spermatozoa normal yaitu antara 70-90%, ditambahkan oleh Mossa (2006) persentase motilitas itik Peking 88,64 % dan Wahyuningtyas dkk. (2012) persentase motilitas itik Mojosari 77,6%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menggambarkan bahwa keseimbangan energi-protein dalam ransum mempengaruhi motilitas spermatozoa itik Rambon. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghonim dkk. (2010) bahwa perbedaan level energi dan protein tidak memberikan pengaruh terhadap motilitas semen itik Domyati. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena bangsa ternak, umur dan habitat yang berbeda. Abnormalitas Spermatozoa Penilaian abnormalitas spermatozoa itik Rambon yang diberikan ransum dengan keseimbangan energi-protein yang berbeda disajikan Tabel 5. Berdasarkan hasil analisis data persentase abnormalitas spermatozoa rata-rata didapatkan hasil tertinggi yakni pada perlakuan P6 dengan keseimbangan energi 2700 kkal/kg dan protein 13,5% sebesar 11%. Selanjutnya abnormalitas spermatozoa terkecil yakni pada perlakuan P2 dengan keseimbangan energi 3000 kkal/kg dan protein 16,5% sebesar 5,5%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa keseimbangan energi-protein dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap abnormalitas spermatozoa itik Rambon. Perbedaan antar perlakuan diketahui dengan melakukan Hasil Uji Jarak Berganda Duncan yang disajikan dalam Tabel 6. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9

10 Tabel 5. Abnormalitas Spermatozoa Itik Rambon Perlakuan Ulangan P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total...% ,00 6,00 9,50 6,50 7,00 10, ,50 4,00 9,00 6,00 6,00 12,00 3 5,00 6,50 6,50 7,00 7,00 12,00 Rata-rata 7,50 5,50 8,33 6,50 6,67 11,33 x 22,50 16,50 25,00 19,50 20,00 34,00 137,50 Tabel 6. Uji Duncan Abnormalitas Spermatozoa Itik Rambon Perlakuan Persentase Abnormalitas per Ejakulat (%) Sign 0,05 P6 11,00 a P3 8,33 ab P1 7,50 bc P5 6,67 bc P4 6,50 bc P2 5,50 c Ket: huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan abnormalitas spermatozoa itik Rambon yang mendapat perlakuan P6 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendapat perlakuan P1, P2, P4, dan P5, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3. Abnormalitas yang dihasilkan oleh perlakuan P3 berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan P2, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P4, P5 dan P6. Perlakuan P1, P4, dan P5 menghasilkan abnormalitas yang berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan P6 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 menghasilkan abnormalitasyang berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding perlakuan P3 dan P6, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P4 dan P5. Penyimpangan morfologik dari struktur spermatozoa yang normal dipandang sebagai abnormalitas spermatozoa. Pada umumnya abnormalitas pada spermatozoa terjadi pada kepala atau ekor (Lestari dan Ismudiono, 2014). Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menggambarkan bahwa keseimbangan energi-proteindalam ransum mempengaruhi abnormalitas spermatozoa itik Rambon. Persentase abnormalitas spermatozoa semuanya kurang dari 20%, hal ini sesuai dengan pendapat Hafez (2000) yang menyatakan bahwa abnormalitas spermatozoa yang baik yaitu Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10

11 kurang dari 20% sehingga dapat dikatakan bahwa semen itik Rambon telah memenuhi syarat kualitas semen yang baik. Hal ini sejalan dengan Toelihere (1993) tentang abnormalitas semen yang layak digunakan untuk inseminasi tidak lebih dari 20%. Menurut Mossa (2006) menyatakan bahwa persentase abnormalitas semen itik Peking sebesar 15,2 % dan Wahyuningtyas dkk. (2012) persentase abnormalitas itik Mojosari 13,96%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penilitian yang dilakukan oleh Ghonim dkk. (2010) bahwa perbedaan level energi dan protein memberikan pengaruh terhadap abnormalitas semen itik Domyati. Energi dan protein dalam ransum yang dikonsumsi oleh ternak jantan erat kaitannya dengan regulasi hormonal dalam spermatozoa. Itik pada perlakuan yang diberi ransum dengan energi 2700 kkal dan protei 13,5% kemungkinan sudah mencukupi kebutuhan nutrisi tubuhnya akan energi dan protein selama kurun waktu penelitian. Kekurangan nutrisi pada ternak dalam waktu singkat tidak akan berpengaruh terhadap hidupnya, namun ada kekhawatiran jika konsumsi ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi itik dalam jangka panjang akan menimbulkan hal yang merugikan terhadap itik tersebut. KESIMPULAN Keseimbangan energi-protein dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas semen itik Rambon. Perlakuan dengan keseimbangan energi 2700 kkal dan protein 13,5% memberikan pengaruh paling baik dari semua perlakuan berdasarkan persentase motilitas dan abnormalitas spermatozoa. Walaupun perlakuan tersebut menghasilkan persentase abnormalitas yang terbesar diantara semua perlakuan, namun persentase abnormalitasnya masih kurang dari 20% sehingga masih dikatakan baik. DAFTAR PUSTAKA Feradis Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung Ghonim, A.I.A., A. L. Awad, K. Elkloub, dan M.El. Moustafa Effect of Feeding Different Levels of Energy and Crude Protein on Semen Quality and Fertility of Domyati Ducks. Egypt. Poult. Sci. Vol (30) (Ii): ( ) Hafez, E. S. E Semen Evaluation in Reproduction In Farm Animals. 7 th edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA. Lestari, T.D dan Ismudiono Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga University Press. Surabaya Mossa, R. K Characterization Of Iraqi Local Drake Ejaculate And The Effect Of Frequency Of Collection In Sperm Quality. Bas. J. Vet. Res, Vol. 5, No. 2. Departement of Animal Production College of Agriculture. Basrah University. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11

12 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Itik Rambon, Itik Lokal dari Cirebon. go.id/index.php?option= comcontent&view=article&id=458 7:itik-rambon-itik-lokal-daricirebon (Diakses pada 24 September 2014) Setioko, A.R The effect of frequency of collection and semen characteristics of fertility of pekin drake semen. Thesis. Departement of Animal Sciences and Production University of Western Australia Supriyanta, E. U. Amomarsono dan R. Kartasudjana Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta Toelihere, M.R Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung Wahyuningtyas, F. A, E. Sudjarwo, S. Wahyuningsih Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) pada Ransum Pakan Terhadap Kualitas Semen Itik Mojosari. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 12

13 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Dian Yusmeidianty NPM : Judul Artikel : Pengaruh Keseimbangan Energi-Protein dalam Ransum terhadap Kualitas Semen Itik Rambon Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini. Dibuat di Jatinangor, Juni 2015 Penulis, (Dian Yusmeidianty) Mengetahui, Pembimbing Utama, (Dr. Nurcholidah Solihati, S.Pt., M.Si.) Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Siti Wahyuni H.S., M.S.) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 13

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON EFFECT OF DILUENTS ON VITALITY AND INTEGRATED PLASMA MEMBRANE OF SPERMATOZOA RAMBON DUCKS Thesia Ionately

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penelitian diawali dengan survey untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal IV Dusun Wawar Lor, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada bulan Maret Juni

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang 20 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 TernakPercobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak domba lokal jantan umur 2 tahun sebagai sumber penghasil sperma yang

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR A. Winarto dan N. Isnaini Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Abstrak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Produksi Ternak Ruminansia Kecil Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi, Bagian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP. TUGAS AKHIR - SB 091358 Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP. 1507 100 016 DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP. Kebutuhan pangan (ikan air tawar) semakin meningkat Kualitas

Lebih terperinci

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP Cindy Alvionita* Siti Darodjah Rasad** Nurcholidah Solihati** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase grower berumur 4 bulan dengan simpangan baku bobot badan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal IV Dusun Wawar Lor, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai April 2012 bertempat di Indira Farm Hamtaro and Rabbit House, Istana Kelinci, dan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH Hanum, A. N., E. T. Setiatin, D. Samsudewa, E. Kurnianto, E. Purbowati, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang Fapet Farm dan analisis proksimat bahan pakan dan pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Tampubolon, Bintang, P.P. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : ktgmusical@yahoo.co.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah berumur 2-3 tahun sebanyak lima ekor. 3.1.2. Bahan Penelitian Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian menggunakan 30 ekor Itik Rambon dengan jumlah ternak yang hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia L.) DALAM RANSUM TERHADAP RETENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA PUYUH PETELUR (Coturnix Coturnix Japonica) Trisno Marojahan Aruan*, Handi Burhanuddin,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, ph dan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi sperma,

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 126 133 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KUALITAS SEMEN BERDASARKAN UMUR PADA SAPI JANTAN JAWA (Semen Quality of Java Bull at

Lebih terperinci

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING THE EFFECT OF GLYCEROL LEVEL ON TRIS-YOLK EXTENDER

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Kambing PE Semen ditampung dari satu ekor kambing jantan Peranakan Etawah (PE) menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi terhadap kualitas semen dimaksudkan untuk menentukan kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen tersebut diproses lebih

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Budi Setyono, SPi dan Suswahyuningtyas Balai Benih Ikan Punten Batu email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi

Lebih terperinci

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi

Lebih terperinci

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler Abstrak Oleh Sri Rikani Natalia Br Sitepu, Rd. HerySupratman, Abun FakultasPeternakanUniversitasPadjajaran

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding 15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah semen yang didapat dari kambing pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower berumur 4 bulan yang memliki simpangan baku bobot badannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05% 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh yang berumur 5 minggu dengan bobot badan rata-rata 89.85 gram dan koefisien

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. ` Bahan dan Peralatan 3.1.1. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini yaitu semen yang berasal dari domba yang ada di breeding station Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 013 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.. Materi Materi yang digunakan dalam

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC J. Agroland 16 (2) : 187-192, Juni 2009 ISSN : 0854 641X PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC The Effect of Semen Diluter

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER M Fajar Agustian, M Nur Ihsan dan Nurul Isnaini Bagian Produksi Ternak,

Lebih terperinci

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak penelitian yang digunakan adalah Ayam Lokal yang diperoleh dari Jimmy Farm Cianjur. Ayam berumur 1 hari (DOC) yang

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BETINA SENTUL PUTIH PADA PERIODE GROWER (8-16 MINGGU) THE EFFECT OF ADDITION OF Curcuma domestica Val MEAL

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11--18 April 2014 di Laboratoium Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp) III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp) jantan, umur 7 minggu, diamati sampai umur 10 minggu kemudian dipotong, sebanyak

Lebih terperinci

DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI.

DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI. DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh MUHAMMAD FAHIM RIDHO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bahan/Objek Penelitian 2.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing peranakan etawah (PE), berumur 2-3 tahun yang berada di

Lebih terperinci

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vo.1, No.1, April 2005 Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum (Performance of Broiler Applied by Various Levels of Animal Protein

Lebih terperinci

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E DAN MINERAL Zn TERHADAP KUALITAS SEMEN SERTA FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR KALKUN LOKAL [The Effect of Vitamin E and Zinc Suplementation on the Quality of Semen, Egg Fertility

Lebih terperinci

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif Performance of Male and Female Talang Benih Duck Growth Reared Intensively Kususiyah dan Desia Kaharuddin Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station Local Duck Breeding and Production Station merupakan suatu unit pembibitan dan produksi itik lokal yang berada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix 17 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix japonica) sebanyak 100 ekor puyuh berumur 4 minggu yang diperoleh dari Quail

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27 17 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Ternak Percobaan Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27 minggu sebanyak 90 ekor dengan

Lebih terperinci

Spermatogenesis dan sperma ternak

Spermatogenesis dan sperma ternak J0A09 dari 5. MATERI PRAKTIKUM 3 : Spermatogenesis dan sperma ternak TUJUAN PRAKTIKUM : Mahasiswa dapat menyebutkan tahapan pembentukan spermatozoa dan menjelaskan komposisi semen serta struktur/morfologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan daging domba setiap tahunnya terus meningkat.

Lebih terperinci

PERFORMA ITIK RAMBON JANTAN FASE PERTUMBUHAN PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN KANDUNGAN ENERGI - PROTEIN BERBEDA

PERFORMA ITIK RAMBON JANTAN FASE PERTUMBUHAN PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN KANDUNGAN ENERGI - PROTEIN BERBEDA PERFORMA ITIK RAMBON JANTAN FASE PERTUMBUHAN PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN KANDUNGAN ENERGI - PROTEIN BERBEDA PERFORMANCE OF GROWING PERIOD RAMBON MALE DUCKS FED ON DIET CONTAINING VARIOUS ENERGY - PROTEIN

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Jimmy Farm Cianjur. Pemeliharaan dimulai dari 0 sampai 12 minggu sebanyak 100

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Jimmy Farm Cianjur. Pemeliharaan dimulai dari 0 sampai 12 minggu sebanyak 100 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak penelitian yang digunakan adalah ayam lokal yang diperoleh dari Jimmy Farm Cianjur. Pemeliharaan dimulai dari 0 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah ayam petelur strain Lohman yang berumur 20 bulan. Ternak sebanyak 100 ekor dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA CHARACTERISTICS OF HATCHING EGGS OF RAMBON AND CIHATEUP DUCKS AT DIFFERENT MEETING DURATION

Lebih terperinci

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN EPIDIDIMIS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN VOLUME SEMEN PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (The

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Teoung Limbah Rumput Laut Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix japonica) Jantan Umur 10 Minggu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan komoditas ternak yang banyak dikembangkan di Indonesia. Salah satu jenis kambing yang banyak dikembangkan yaitu jenis kambing Peranakan Etawah (PE).

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN EFFECT OF PROTEIN LEVEL IN THE DIET ON SLAUGHTER WEIGHT, CARCASS AND ABDOMINAL FAT PERCENTAGE OF

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015 KELOMPOK 2 KETUA : Deni Setiawan ( 0661 14 187 ) ANGGOTA : Endah Irianti ( 0661 11 115 ) Mira Amalia

Lebih terperinci

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan 4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testis dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang Percobaan UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD Pinky R. P 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik 21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik Rambon Jantan dan 20 ekor Itik Cihateup Betina, 4 ekor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH JARAK DAN WAKTU TEMPUH TERHADAP POST THAWING MOTILITY, ABNORMALITAS DAN SPERMATOZOA HIDUP SEMEN BEKU (The Effect of Travel Distance and

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di kandang penelitian Fakultas Peternakan Universitas Darul Ulum Islamic Center Sudirman GUPPI (UNDARIS) Ungaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor

Lebih terperinci