19Pengembangan Agribisnis

dokumen-dokumen yang mirip
Barat yang Integratif Melalui Pegembangan Agribisnis

10Pilihan Stategi Industrialisasi

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN YANG TERINTEGRASI DE-NGAN PEMBANGUNAN WILAYAH (KASUS JAWA BARAT)

BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT

Pembangunan Agribisnis di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

3 KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis dan Ekonomi Pedesaan

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

BAGIAN KETIGA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS KOMODITAS DAN SUMBERDAYA

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB 25 Tahap -Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, artinya petani memegang peran

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

Berskala Kecil. Pendahuluan

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS CENGKEH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

Transkripsi:

19Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun Pertama sekali, marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan perkenan-nya kita dapat berkumpul di tempat ini, dengan penuh semangat mendukung Universitas Simalungun (USI) menyongsong masa depan yang lebih cerah. Kesempatan ini, saya awali dengan menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh Sivitas Akademika USI, yang merayakan Dies Natalis yang ke-31. Kemudian, kepada Rektor USI, Prof. Dr, Ir. Sengli J. Damanik, MSc, yang baru saja memperoleh anugerah Profesor dari Bapak Presiden Republik Indonesia, saya ucapkan selamat. Selanjutnya, saya mengucapkan terima kasih atas kehormatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan orasi ilmiah pada hari ini. Orasi Ilmiah yang akan saya sampaikan hari ini, saya beri judul: Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun Menyongsong Abad ke-21. Sehubungan dengan judul orasi ilmiah ini, saya ingin menyampaikan empat pokok pikiran dalam hubungannya dengan pembangunan agribisnis. Pertama, pembangunan agribisnis merupakan suatu strategi pembangunan perekonomian nasional dan regional yang berbasis pertanian untuk menuju masa depan yang lebih cerah. Kedua, pengembangan koperasi agribisnis merupakan organisasi bisnis petani untuk menangkap nilai tambah yang ada pada suatu sistem agribisnis. Ketiga, pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun merupakan wahana pengintegrasian perekonomian Simalungun ke perekonomian Sumatra Utara, ke perekonomian nasional dan perekonomian internasional. Dan keempat, peran serta Universitas Simalungun dalam pengembangan agribisnis di wilayah Kabupaten Simalungun. Pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP-I), telah membawa berbagai perubahan dalam perekonomian nasional. Dengan ratarata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 7,2 persen per tahun selama PJP-I, telah meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Indonesia dari US $ 70 tahun 1969, menjadi US $ 919 pada tahun 1995. Peningkatan

pendapatan tersebut telah mengurangi jumlah penduduk miskin dari 54 persen awal PJP-I menjadi 15 persen pada akhir PJP-I. Pelaksanaan PJP-I yang Ialu juga telah berhasil mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer (on-farm) dalam PDB masih sekitar 40 persen, maka pada tahun 1995 pangsanya tinggal 16 persen. Penurunan pangsa sektor pertanian primer ini diikuti peningkatan pangsa sektor industri dalam PDB, dari sekitar 10 persen pada tahun 1969 meningkat menjadi sekitar 23 persen pada tahun 1995. Meningkatnya pangsa sektor industri dalam PDB sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan industri yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri). Hasil analisis PSP-IPB (Saragih, 1996) menunjukkan bahwa pangsa agroindustri dalam nilai tambah (added value) industri non-migas pada tahun 1995 mencapai 68,7 persen. Bahkan dalam ekspor industri nonmigas yang menjadi perhatian nasional akhir-akhir ini, pangsa ekspor agroindustri dalam total ekspor industri nonmigas tahun 1995 mencapai 80,7 persen dan pangsa impor agroindustri pada total impor industri nonmigas hanya sekitar 31 persen. Besarnya kontribusi agroindustri dalam PDB, dan ekspor industri nonmigas dan ditambah dengan kontribusi pertanian primer, menunjukkan bahwa perekonomian nasional masih berbasis sektor pertanian dan industri yang berhubungan dengan pertanian (agro-based industries). Pernyataan bahwa perekonomian nasional saat ini masih berbasis sektor pertanian, semakin beralasan bila kita telusuri struktur kesempatan kerja nasional dan struktur perekonomian wilayah. Meskipun telah terjadi penurunan pangsa pertanian primer yang drastis dalam PDB, ternyata tidak diikuti oleh perubahan struktur Iapangan kerja yang seimbang. Pangsa pertanian primer dalam penyerapan tenaga kerja hanya turun dari sekitar 65 persen pada tahun 1969 menjadi 50,6 persen pada tahun 1993. Kemudian, meskipun pangsa penyerapan tenaga kerja sektor industri naik menjadi 15,6 persen pada tahun 1993, sekitar 74 persen dan tenaga kerja yang bekerja pada industri nonmigas tersebut diserap oleh agroindustri. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja nasional yang berjumlah ±100 juta orang, masih nienggantungkan hidupnya pada kegiatan ekonomi yang berbasis sektor pertanian. Kemudian, bila kita telusuri struktur ekonomi wilayah Sumatra Utara yang di dalamnya termasuk wilayah Simalungun, menurut data tahun 1992 (Sumatra Utara Dalam Angka, 1993) pangsa sektor pertanian primer dalam PDRB Sumatra Utara masih cukup besar yakni sekitar 34 persen, sedangkan 226

pangsa sektor industri yang di dalamnya sebagian besar agroindustri hanya sekitar 20 persen. Sementara itu, pangsa sektor pertanian primer dalam penyerapan tenaga kerja di Sumatra Utara masih cukup besar yaitu sekitar 60 persen. Dengan demikian, perekonomian wilayah Sumatra Utara juga masih berbasis sektor pertanian. Dengan struktur ekonomi nasional dan regional yang masih berbasis sektor pertanian primer dan kegiatan industri yang berbasis pertanian(agroindustri), maka cara yang paling tepat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah meningkatkan pembangunan pertanian primer dan mengembangkan kegiatan industri yang berbasis pada pertanian primer tersebut. Persoalannya adalah bagaimana membangun dan mengembangkannya secara sekaligus dan konsisten. Di masa lalu, paradigma pembangunan pertanian yang kita laksanakan masih terbatas pada pembangunan pertanian primer dengan orientasi peningkatan produksi. Paradigma yang demikian kita adopsi dari pemikiran A, T. Mosher yang kita kenal sebagai pembangunan usahatani (farming system) yang didukung oleh lima syarat pokok dan lima syarat pelancar. Konsep pertanian yang demikian hanya sesuai pada awal pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian yang berorientasi pada peningkatan pendapatan petani dan peningkatan nilai tambah, maka paradigma pembangunan pertanian yang demikian perlu dimodifikasi. Untuk meningkatkan pendapatan riil petani, nilai tambah dan orientasi pasar, maka paradigma lama tersebut perlu diubah dengan paradigma baru pembangunan pertanian (as a new way of seeing agriculture) yang kita kenal sebagai pendekatan agribisnis. Perlu saya tegaskan bahwa pendekatan agribisnis bukan sekadar bisnis komoditas pertanian yang sudah lama kita kenal, akan tetapi lebih dari itu, agribisnis merupakan cara baru melihat dan membangun pertanian, Suatu sistem agribisnis terdiri dari empat subsistem, yaitu: (1) subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness), (2) subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness), (3) subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness), dan (4) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (supporting institution). Dengan paradigma baru (agribisnis) tersebut, maka cara membangun pertanian adalah membangun keempat subsistem agribisnis tersebut mulai dari hulu hingga ke hilir secara simultan dan konsisten. Membangun dan mengembangkan agroindustri (agribisnis hilir) harus seiring dengan 227 227

pengembangan agribisnis usahatani dan agribisnis hulu. Hal ini berbeda dengan paradigma lama pembangunan pertanian yang kita anut di masa lalu, yang membangun pertanian hanya pada usahatani saja. Wilayah Simalungun telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi pertanian di Sumatra Utara. Wilayah Kecamatan Raya dan sekitarnya merupakan sentra produksi jahe, jeruk dan kopi. Sementara itu, wilayah Kecamatan Purba, Silima Kuta dan Dolok Silau terkenal sebagai sentra produksi kentang, kol, cabai, tomat dan jagung. Sedangkan wilayah pesisir Danau Toba terkenal dengan produksi bawang merah, bawang putih dan mangga yang paling manis dan paling harum di dunia. Bahkan wilayah sekitar Kodya Pematang Siantar telah lama terkenal dengan ikan mas Siantarnya. Disamping itu, wilayah Tanah Jawa dan sekitarnya telah lama disebut sebagai salah satu lumbung beras di Sumatra Utara. Belum lagi hasil perkebunan di Simalungun yang sudah terkenal di Indonesia dan di pasar internasional. Menurut data tahun 1991 (Simalungun Dalam Angka, 1992) produksi kentang dari wilayah Simalungun mencapai 40 ribu ton, tomat 43 ribu ton, jagung 96 ribu ton, jahe 40 ribu ton, nenas 39 ribu ton, kubis/kol 30 ribu ton, cabai 24 ribu ton, bawang merah dan putih 11 ribu ton, jeruk manis 8 ribu ton, kopi 4 ribu ton, dan pisang 73 ribu ton, Di Sumatra Utara/ wilayah Simalungun adalah satu-satunya sentra produksi jahe. Kemudian dalam produksi pisang, wilayah Simalungun merupakan produsen terbesar di Sumatra Utara. Sebagian dari produksi pisang tersebut (khususnya dari Kecamatan Silau Kahean dan sekitarnya) merupakan jenis pisang barangan yang saat ini cukup terkenal di hotel-hotel dan restoran di Jakarta. Dengan ragam dan tingkat produksi komoditas pertanian yang demikian, sebenarnya masyarakat dan wilayah Simalungun sudah harus lebih makmur dari yang dicapai saat ini. Berbagai fakta menunjukkan bahwa tampaknya para petani di wilayah Simalungun hanya menikmati sedikit dari manfaat ekonomi yang ditimbulkan oleh wilayah Simalungun sebagai sentra produksi komoditas pertanian. Bahkan beberapa desa di Simalungun masih tergolong sebagai desa tertinggal (miskin). Sebaliknya, berbagai fakta menunjukkan bahwa justru pedagang dan pengusaha yang mengolah dan memperdagangkan hasil pertanian dari wilayah Simalungun yang justru menikmati manfaat ekonomi pertanian Simalungun. Karena kegiatan pengolahan dan perdagangan hasil pertanian wilayah Simalungun sebagian besar berada di luar wilayah Simalungun, maka sebagian besar manfaat tersebut mengalami kebocoran (leakages) dan wilayah Simalungun ke wilayah lain. Arus kebocoran manfaat 228

ekonomi diperbesar pula oleh ketergantungan yang kuat wilayah Simalungun terhadap wilayah lain dalam penyediaan sarana produksi pertanian. Bila keadaan yang demikian berlangsung terus, maka dikhawatirkan wilayah Simalungun akan mengalami kesulitan dalam pemupukan modal, bahkan cenderung akan mengalami pelarian kapital (capital flight), sehingga akan mengurangi kemampuan produksi wilayah Simalungun. Kondisi seperti ini sangat tidak kita inginkan terutama bila kita hubungkan bahwa wilayah Kabupaten Simalungun merupakan daerah percontohan otonomi daerah tingkat II di Sumatra Utara. Keadaan yang terjadi pada pertanian wilayah Simalungun yang demikian, tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan pertanian yang kita anut di masa lalu. Pembangunan pertanian yang hanya terfokus pada agribisnis usahatani saja, memang dapat meningkatkan produksi, tetapi sangat sulit berhasil meningkatkan pendapatan petani secara riil dan meningkatkan serta menahan nilai tambah (added value) yang lebih besar di wilayah sentra produksi pertanian, Penyebabnya adalah karena pada agribisnis usahatani nilai tambah yang tercipta adalah sangat kecil dan jauh lebih kecil dari pada nilai tambah yang tercipta pada agribisnis hulu dan pada agribisnis hilir (industri pengolahan dan perdagangan), Oleh sebab itu, di masa yang akan datang, pembangunan pertanian di wilayah Simalungun perlu diubah dari konsep pertanian primer ke konsep agribisnis. Dalam rangka pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun, perlu kita upayakan agar di wilayah Simalungun berkembang usaha-usaha pembibitan komoditas unggul, yang dapat memenuhi kebutuhan bibit (tanaman, ternak, ikan) para petani. Disamping itu, yang paling penting, adalah mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian yang bahan bakunya ada di wilayah Simalungun. Kita perlu mengembangkan industri saus tomat, industri pengolahan cabai, industri snack kentang, industri minyak dan sari jahe, industri tepung jagung dan minyak jagung, industri jus jeruk, industri minyak bawang, industri pengolahan kopi (kopi bubuk dan permen kopi), dan industri pengolahan hasil pertanian lainnya. Dengan pengembangan agroindustri yang demikian di wilayah Simalungun maka nilai tambah agribisnis yang tertahan di wilayah Simalungun akan lebih besar. Kemudian, untuk meningkatkan pendapatan para petani sekaligus memperluas jaringan bisnis petani, kita perlu mendorong berkembangnya organisasi bisnis terutama koperasi agribisnis di kalangan petani di wilayah Simalungun. Koperasi agribisnis yang dimaksudkan di sini bukanlah konsep 229 229

KUD masa lalu yang menangani segala macam komoditas dan hanya bergerak pada pertanian primer saja, Koperasi agribisnis yang dimaksudkan adalah koperasi yang menangani satu jenis komoditas mulai dari hulu hingga ke hilir. Melalui koperasi agribisnis ini, petani dapat mengembangkan jaringan bisnisnya, baik pada agribisnis hulu maupun pada agribisis hilir (industri pengolahan, perdagangan). Dengan demikian, nilai tambah yang tercipta dalam agribisnis suatu komoditas dapat dinikmati oleh para petani sedemikian rupa sehingga pendapatan mereka dapat meningkat lebih cepat. Hal ini akan meningkatkan gairah dan kebanggaan para petani serta akan merangsang tumbuhnya generasi baru pengusaha agribisnis dan keluarga petani. Pengembangan agroindustri dan organisasi bisnis petani tersebut perlu disertai dengan subsistem jasa agribisnis terutama pengembangan prasarana jalan. Pengembangan prasarana jalan perlu mendapat prioritas dari Pemda Tingkat II Simalungun karena masih banyak desa di wilayah Simalungun yang belum terjangkau kenderaan roda empat, padahal potensi pengembangan agribisnis cukup besar. Pengembangan jaringan jalan ini akan mendorong tumbuhnya sentra-sentra agribisnis baru dan meningkatkan efisiensi pengangkutan komoditas pertanian di wilayah Simalungun. Bila pengembangan agribisnis berhasil kita wujudkan di wilayah Simalungun, maka wilayah Simalungun akan siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang di masa yang akan datang. Berkembangnya agribisnis di wilayah Simalungun akan menarik kegiatan petani lainnya, baik yang menyediakan bahan-bahan penolong dan jasa yang dibutuhkan oleh agribisnis, maupun sektor informal. Hal ini akan menarik aliran kapital dan sumber daya manusia ke wilayah Simalungun. Dengan demikian, pengembangan agribisnis akan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan integrasi antar sektor di wilayah Simalungun. Selanjutnya, hal ini akan meningkatkan kemampuan wilayah Simalungun untuk membiayai sendiri (self-financing) pemba-ngunan, sehingga siap melaksanakan otonomi daerah secara penuh. Kemudian, karena produk-produk yang dihasilkan agribisnis di wilayah Simalungun adalah produk yang bersifat memiliki elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi (income elastic demand), maka meningkatnya pendapatan masyarakat di wilayah perkotaan akan menarik lebih lanjut berkembangnya agribisnis di wilayah Simalungun. Dengan demikian, pengembangan agribisnis dapat mengintegrasikan perekonomian pedesaan dengan perkotaan, perekonomian wilayah Simalungun dengan 230

perekonomian Sumatra Utara, dan ke perekonomian nasional. Selanjutnya, karena komoditas yang dihasilkan agribisnis Simalungun juga dibutuhkan di kawasan internasional, maka manfaat ekonomi yang timbul dari liberalisasi ekonomi dunia dan integrasi ekonomi (khususnya AFTA dan APEC) pada abad ke-21, dapat dinikmati oleh masyarakat yang ada di wilayah Simalungun. Nama besar suatu universitas tidak ditentukan oleh jumlah mahasiswa maupun jumlah dan kualifikasi staf pengajarnya semata, akan tetapi ditentukan oleh sumbangannya dalam pembangunan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, Universitas Simalungun perlu meningkatkan peranannya dalam pembangunan, khususnya pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun. Pemikiran mengenai Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing di Wilayah Simalungun perlu dijadikan sebagai kajian ilmiah pokok Universitas Simalungun. Kegiatan penelitian dosen dan mahasiswa USI perlu diarahkan pada pengembangan teknologi, penggalian komoditas unggulan, organisasi agribisnis, dan lain-lain yang mengarah pada tercapainya agribisnis yang berdaya saing dan bermanfaat bagi masyarakat Demikian juga kegiatan pengabdian pada masyarakat oleh USI, perlu diarahkan untuk memotivasi dan mendampingi para petani kita untuk mengembangkan koperasi agribisnis. Selain itu, bersama-sama dengan Pemda Tingkat II Kabupaten Simalungun, USI perlu mengkaji dan mempromosikan secara aktif kepada investor berbagai peluang investasi bidang agribisnis di wilayah Simalungun. Dengan demikian, keburuhan investasi yang diperlukan untuk pengembangan agribisnis dapat terpenuhi secepat mungkin. Demikianlah pidato ilmiah yang dapat saya sampaikan dalam rangka Dies Natalis ke-31 USI. Usia USI hanya dua tahun lebih muda dari Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, saya sebagai putra daerah sangat mengharapkan Universitas Simalungun dapat lebih memfokuskan diri untuk mengejar kecemerlangan di masa yang akan datang. 231 231