BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya bisnis restoran cepat saji di Indonesia diwarnai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan restoran dunia siap saji di Indonesia saat ini semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini sangat sulit ditebak. Ini disebabkan oleh terjadinya perubahan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentunya tidak luput akan pentingnya peranan marketing public relations dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini iklim kompetisi dalam dunia perdagangan semakin terasa.

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi setiap perusahaan. Terutama dalam bisnis waralaba (franchise) yang

BAB I PENDAHULUAN. harus siap menghadapi situasi yang semakin bersaing. Perusahaan-perusahaan di

(passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat saji yang bermerek asing, seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken. banyak membidik target pasarnya kalangan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi dalam setiap aktivitas pemasaran produk dan jasa. Kegiatan pemasaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bisnis kuliner merupakan salah satu peluang bisnis yang. menjanjikan. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia

BAB 1 PENDAHUALAN. melepas kepenatan rutinitasnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ( Kotler, 2009 : 6 ).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN. oleh perubahan pola makan masyarakat kota yang gemar makan di luar, dan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. PT. Fastfood Indonesia, Tbk. adalah pemilik tunggal waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap produk makanan siap saji atau instant

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di berbagai belahan dunia (Nonto, 2006, p. 13). Berbagai outlet yang

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada para konsumen, Sehingga perusahaan harus lebih

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di era Abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jenis kuliner yang bermacam-macam, berbagai macam jenis

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

Atas kerja samanya saya ucapkan terima kasih. Hal apa yang berkaitan atau kesan apa yang ada dalam benak saudara/i mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap permintaan kebutuhan akan makanan. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum PT Fastfood Indonesia, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini persaingan dunia bisnis semakin ketat, dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih pintar dalam memilih beberapa makanan. Banyak outlet yang menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha bakery di Mall, dewasa ini menunjukkan perkembangan yang relatif

I. PENDAHULUAN. pemasaran untuk merancang program pemasarannya. Konsep pemasaran tersebut

UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan adalah satu hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor industri yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang berorientasi pada kesenangan. Selain itu, kesibukan masyarakat di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, gaya hidup dan pola pikir masyarakat berkembang yang. konsumen yang berhasil menarik konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Pengusaha dapat melihat hal ini sebagai prospek dalam berbisnis, sesuai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. akan barang-barang konsumsi. Oleh sebab itu produksi barang-barang. yang selanjutnya akan melahirkan persaingan di pihak produsen.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari merek yang tertera pada produk tersebut. penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa pesaing.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba dengan waktu. Maka dari itu orang-orang pun menyukai segala

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba di Indonesia kini semakin berkembang. mengembangkan jaringan bisnis dengan tidak menghilangkan karakter

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat diantara restoran-restoran untuk menjadi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dijaman yang berkembang pesat ini sudah banyak restaurant cepat fastfood

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap produk makanan siap saji atau instant

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya dukungan saluran distribusi yang kuat dan memberikan seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia lahir, ada dengan segala kebutuhannya. Pada awal. peradaban manusia, kebutuhan ini terbatas dan bersifat sederhana.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri keuangan yang lain, salah satu indikatornya adalah industri asuransi

BAB I PENDAHULUAN. melatih personel-personel jasa yang terampil, berpengetahuan dan menarik. Namun

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi niat pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pangan saat ini yang meningkat dengan pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Restoran McDonald Sejarah dan Asal Usul

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan teknologi diikuti dengan berkembangnya kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dahulu, usaha di bidang industri kuliner banyak diminati oleh para

BAB I PENDAHULUAN. banyak aspek yang perlu menjadi pusat perhatian setiap perusahaan karena

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan restoran Kentucky Fried Chicken ( KFC ) pertama pada bulan Oktober 1979 di Jalan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kawasan wisata, kearifan budaya lokal yang mampu melestarikan tradisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Singkat Singkat McDonald s Internasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang semakin pesat ini akan membawa dampak persaingan perdagangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan suatu zaman maka akan selalu diikuti dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tahun selalu menjadi sorotan tajam oleh seluruh masyarakat selaku konsumen. Hal

BAB I PENDAHULUAN. negara asal merupakan salah satu dampak globalisasi terhadap dunia bisnis. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

BAB I PENDAHULUAN. selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gerai makanan cepat saji sangat banyak dan beragam. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan zaman pada saat ini berkembang sangat pesat. Bisnis. Perubahan pola konsumsi makanan merupakan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya taraf kehidupan

Peluang Bisnis Gorengan Dengan Modal Kecil

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. McDonald's pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 1.1 Struktur Orgasnisasi Store KFC

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi kepada pelanggan atau konsumen. Di dalam perekonomian yang kreatif ini,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dan munculnya produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun ini bisnis di bidang usaha makanan mengalami perkembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya bisnis restoran cepat saji di Indonesia diwarnai dengan muncul dan berkembangnya berbagai brand/merek dagang yang banyak dijumpai di Indonesia. Hampir di setiap kota, terutama di kota-kota besar merek restoran baik lokal maupun yang datang dari luar negeri sering kita lihat dan jumpai. Seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), Texas, Burger King, Popeye dan sebagainya. Sedangkan brand/merek lokal seperti Es Teler 77, Blenger Burger, Ayam Goreng Ny. Suharti, Ayam Goreng Pemuda dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk berbisnis pada restoran cepat saji ini cukup menjanjikan. Dengan populasi masyarakat Indonesia yang cukup besar, berkembangnya teknologi, membaiknya perekonomian secara umum, serta budaya dan gaya hidup masyarakatnya yang senantiasa berubah dan dinamis, maraknya jenis dan wajah-wajah baru di dunia restoran cepat saji ini mempunyai peluang kesempatan tersendiri. Karjalainen dan Hut (2003) mengutip dari hasil penelitian Kathman di tahun 2002 bahwa bagi pelanggan-pelanggan, brand/merek menghasilkan pilihan, menyederhanakan keputusan untuk membeli, menawarkan jaminan kualitas dan 1

2 mengurangi risiko yang terlibat dalam pembelian. Bagi perusahaan, untuk mewujudkan pesan-pesan yang tepat yang dapat mendukung brand identity strategic ke dalam elemen-elemen desain merupakan masalah penting. Hal ini mengartikan bahwa pengenalan dan pengidentifikasian atas brand identity yang spesifik mengacu pada desian produk. Dengan kata lain, keunikan desain brand yang spesifik adalah isu utama untuk perusahaan yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya penjualan produk mereka dan dalam penelitian Robinson di tahun 1995, disebutkan bahwa orang-orang Asia Timur mempercayai corporate identity melebihi individual brand identity (Han dan Schmitt dalam Sutiono, 2005). Bisnis fast food adalah menantang dan merupakan topik yang sangat sesuai untuk penelitian brand identity. Model organisasinya mengkombinasikan corporate branding dan individual branding dengan isu-isu tangible food dan service delivery. Restoran fast food menyediakan pengalaman yang tak terlupakan, khususnya bagi pelanggan-pelanggan muda, menyertakan rasa gembira yang informal bersama dengan output yang berhubungan dengan perasaan (bau, rasa) yang dihasilkan dari eating establishment yang lebih tradisional (Witkowski dan Ma, 2003). Pemahaman mengenai corporate identity dijelaskan oleh Keller (2005) sebagai pandangan umum masyarakat terhadap organisasi secara keseluruhan. Sedangkan brand identity djelaskan sebagai hal yang paling diingat oleh konsumen mengenai suatu produk. Berdasarkan sumber dari salah satu restoran cepat saji ternama yang ada di Jakarta, didapat pernyataan bahwa trading area yang baik dan selama ini mereka gunakan sebagai acuan di dalam pengembangan dan perluasan bisnisnya, bahwa jarak

3 antar cabang tidak boleh kurang dari 5 km, karena jika kurang dari jarak tersebut akan terjadi overlap area pelanggan sehingga tidak akan menambah penjualan yang ada. Dari penyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa persaingan terjadi tidak hanya di antara merek restoran yang berlainan, tetapi juga di antara sesama cabang pada merek yang sama. Dengan persaingan yang semakin tajam di antara penyaji makanan ini, Witkowski dan Ma (2003) menjelaskan bahwa perusahaan dan brand nya perlu untuk secara terus menerus menawarkan sesuatu yang lebih dari sekedar produk dan layanan kepada customer. Untuk memelihara posisi kompetitif, mereka juga perlu untuk mengikutsertakan keuntungan eksperensial/experiential advantage, estetika dan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan. Bagi merek-merek internasional, permasalahan merek/brand menjadi semakin menantang tidak saja dikarenakan harus menyesuaikan dan menyeimbangkan elemen dasar dari identitas merek/brand identity yang terdiri dari (property, product, presentation dan publication) secara optimum dengan respon pelanggan lokal, namun juga memerlukan penyesuaian yang tidak mengabaikan/mengorbankan keuntungan yang diperoleh dari global image. Hal ini dipertegas oleh Cateora dan Graham di salah satu penelitiannya pada tahun 2002, yang menjelaskan bahwa para pemasar internasional telah lama menyadari bahwa produk dan pelayanan harus sering disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang bervariasi di negara yang berbeda-beda. Tujuan manajemen pemasarannya adalah untuk menciptakan kesan identity yang positif dalam pikiran dan ingatan konsumen lokal, sekalipun hal ini memerlukan beberapa perubahan terhadap ungkapan global identity perusahaan.

4 Di sisi lain, perusahaan fast food global, seperti halnya perusahaan multi nasional lainnya, menstandarisasikan ungkapan identity mereka sebanyak mungkin untuk mencapai economies of scale dalam pemasaran Witkowski dan Ma (2003). Lebih lanjut, Karjalainen dan Hut (2003) menyampaikan bahwa bagi sebuah perusahaan, mewujudkan pesan-pesan yang tepat dan mendukung brand identity strategic ke dalam elemen-elemen desain merupakan masalah yang penting, karena hal ini mengartikan bahwa pengenalan dan pengidentifikasian atas brand identity yang spesifik mengacu pada desain produk. Dengan kata lain, keunikan desain brand yang spesifik, adalah isu yang penting untuk perusahaan yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya penjualan produk mereka. Dari sudut pandang perusahaan, pengkodean yang sukses tidak hanya mengharuskan pengetahuan perusahaan mengenai berbagai fungsi dan tipologi produk yang dipertanyakan dalam rangka menempatkan area perwakilan simbolis, tetapi juga (sering dinyatakan secara bersamaan) kemampuan untuk menentukan apakah sebuah solusi spesifik sesuai dengan brand. Law, Hui dan Zhao (2004) menjelaskan bahwa dalam lingkungan yang semakin kompetitif, perusahaan harus berorientasi pada pelanggan. Perusahaan menggunakan sumber daya penting dalam jumlah besar untuk mengukur dan mengatur customer satisfaction bukan lagi merupakan hal yang mengejutkan. Untuk meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan, perusahaan harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan repurchase behavior, kemudian melakukan peningkatkan pada area kritis tersebut sehingga perusahaan dapat memiliki pelanggan yang lebih terpuaskan dan setia.

5 Perilaku kesetiaan dan konstelasinya dengan future intention serta repurchase behavior masih menjadi perdebatan yang sengit di antara para peneliti dan pelaku dalam kegiatan pemasaran. Sebagian menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang telah teridentifikasi dengan jelas (seperti McDougall dan Levesque, 2000 dan masih banyak peneliti lainnya). Sebagian besar lagi menolak pernyataan tersebut. Dengan alasan bahwa, konsumen saat ini semakin manja dan pandai. Kepuasan mereka bukanlah bentuk spesifik konsumsi yang statis, tetapi berubah-ubah dan tidak selalu diakhiri dengan kesetiaan konsumen/customer loyalty (Kotler, 2005). Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang fast food pada intinya bukanlah sebuah perusahaan yang murni hanya menjual produk makanan seperti ayam goreng, burger, kentang goreng dan sejenisnya serta pelengkap minuman soft drink. Namun perusahaan tersebut tidak terlepas dengan jasa yang melekat pada produk sebagaimana disebutkan di atas. Layanan atau jasa akan bergerak menjadi garda depan pada semua lapisan dan jenis industri, pada dekade dan abad ke 21 ini (Zeithaml, Bitner dan Gremler, 2006). Mengingat betapa sulitnya menghindari persaingan dan tidak ada jalan lain bagi perusahaan manapun untuk bertindak selain menghadapi persaingan tersebut, karenanya, penulis mengambil group field project yang mengangkat tema menghadapi persaingan dengan mengkombinasikan brand identity (sebagai perwujudan dari produk barang/good product) dan experiential management untuk melibatkan aspek jasa/layanan pada industri fast food di Indonesia.

6 I.2. Rumusan Permasalahan Persaingan di industri fast food akan menjadi fokus pada group field project kali ini, mengingat persaingan yang terjadi di dalamnya melibatkan persaingan antar merek/brand maupun antar cabang pada merek/brand yang sama. Restoran cepat saji McDonald s Indonesia sebagai perusahaan yang akan dipilih untuk dikaji karena perusahaan cepat saji Internasional yang masuk ke Indonesia pada tahun 1991 dan telah memiliki sebanyak 130 store restoran di seluruh Indonesia ini tidak hanya melibatkan sejumlah angka yang besar untuk berinvestasi namun juga terlibat dalam persaingan perebutan konsumen dengan jumlah angka yang besar pula. Karena hal itu pula maka merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan ini agar mampu berkompetisi dan bersaing untuk menjadi penguasa pasar/market leader dalam industri fast food di Indonesia. Penulis melihat dalam persaingan ini, brand identity dan corporate identity sebagai sebuah keharusan yang akan membawa perusahaan McDonald s Indonesia dalam keberhasilan dalam persaingan tersebut, dimana akhir dari perjalanan persaingan ini adalah repurchase intention dan pada akhirnya kesetiaan konsumen/customer loyalty. Sedangkan long term profit hanyalah sebagai efek samping yang didapat dari tujuan utama dari pemenangan persaingan ini. Sebagaimana dijelaskan oleh Witkowski dan Ma (2003) bahwa empat elemen dari brand identity yaitu property, product, presentation dan publication ini akan dikombinasikan dengan manajemen yang berorientasi pada pengalaman atau

7 experiential marketing. Sehingga permasalahan utama dari group field project ini adalah: Apakah brand identity yang mengimplementasikan experiential marketing akan meningkatkan kepuasan konsumen dan membawa konsumen untuk melakukan pembelian berulang/repeat buying pada McDonald s Indonesia? Bagaimana bentuk proyek yang bisa dibuat dalam merealisasikan implementasi experiential marketing? I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat-manfaat implikasi yang diharapkan di dapat dari hasil penelitian, berikut adalah tujuan penelitiannya. I.3.1. Tujuan Penelitian Apabila diperhatikan dari permasalahan yang disebutkan di atas, maka group field project ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah brand identity dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan dapat membuat konsumen untuk melakukan pembelian berulang/repeat buying pada McDonald s Indonesia. 2. Untuk mengetahui bentuk proyek yang bisa di buat dalam merealisasikan implementasi experiential marketing.

8 I.3.2. Manfaat Penelitian Sedangkan hasil dari group field project ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi McDonald s Indonesia, yaitu: 1. Sebuah salah satu alternatif dalam peningkatan pembentukan brand identity bagi McDonald s Indonesia khususnya pada salah satu storenya di Jakarta. 2. Pemberian usulan bentuk realisasi proyek yang mampu mengimplementasikan experiential marketing. Lengkap beserta estimasi investasi arus kas/cash flow projection dari proyek tersebut. 3. Keberhasilan dari proyek ini dapat menjadi sebuah studi banding bagi store-store yang lain dalam menggagas alternatif dari pemenangan persaingan di industri fast food di Indonesia. I.4. Ruang Lingkup McDonald s di Indonesia terkenal dengan sebutan McD adalah rangkaian rumah makan siap saji terbesar di dunia. Hidangan utama di restoran-restoran McDonald's adalah hamburger, namun mereka juga menyajikan minuman ringan, kentang goreng, filet ayam dan hidangan-hidangan lokal yang disesuaikan dengan tempat restoran itu berada. Restoran McDonald's pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara Dick dan Mac McDonald, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc dan diperluas ke seluruh dunia. Sampai pada tahun 2004, McDonald's memiliki 30.000 store di seluruh

9 dunia dengan jumlah pengunjung rata-rata 50.000.000 orang pengunjung per hari. Lambang McDonald's adalah dua busur berwarna kuning yang biasanya dipajang di luar rumah-rumah makan mereka dan dapat segera dikenali oleh masyarakat luas. Restoran McDonald's pertama di Indonesia terletak di Sarinah, Jakarta dan dibuka pada 23 Februari 1991. Berbeda dari kebanyakan restoran McDonald's di luar negeri, McDonald's juga menjual ayam goreng dan nasi di restoran-restorannya di Indonesia. Pemain lain di industri fast food adalah Kentucky Fried Chicken (KFC). Selama ini, perintis bisnis restoran ayam goreng ala Amerika itu berhasil menampilkan performa bak ayam jago yang tidak terkalahkan. KFC sudah memiliki 222 outlet yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Dengan jaringan sebanyak itu, Kolonel Sanders menguasai sekitar 32% sampai 40% pangsa pasar industri cepat saji. Hingga akhir tahun ini, diperkirakan angka penjualan dari perusahaannya bakal menembus Rp 1,017 triliun. Ini berarti laba perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1979 itu naik 14,5% dibanding keuntungan di tahun 2004 (Hermawan, Ventura, Saswitariski dan Hidayat, 2009). Dalam Trust online, Hermawan et al. (2009) menulis bahwa perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki oleh Keluarga Gelael dan Liem Sioe Liong itu juga optimistis bisa meraih laba bersih Rp 40 miliar pada tahun ini. Tahun silam, laba bersih itu masih sebesar Rp 35,9 miliar. Namun, harapan si jagonya ayam tadi belum tentu bakal sukses. Soalnya, pesaing di bisnis ini masih banyak. Pesaing utama KFC tentu saja McDonald. Sejak masuk ke Indonesia pada tahun 1991, McDonald terus berkembang. Kini, wajan-wajan penggorengan ayam McD ada di 130 store di seluruh

10 penjuru negeri. Dilaporkan, omzet McDonald juga sudah melebihi Rp 1 triliun per tahun. Prestasi ini diraih karena segmen McKids adalah kalangan anak-anak. Tak terhitung lagi jumlah anak-anak yang merayakan ulang tahunnya di McDonald s. Restoran ini juga biasa menawarkan makanan dalam satu paket dengan hadiah mainan, seperti Happy Meal. Selain itu, harga jual produk McDonald juga lebih murah ketimbang KFC. Pesaing lainnya adalah PT Texas Chicken Indonesia yang masuk ke Indonesia pada tahun 1983. Dengan 66 gerai yang dimilikinya, Texas Fried Chicken tak boleh dianggap enteng. Lantas, ada pula restoran fast food lokal, California Fried Chicken, yang memiliki 116 gerai di 18 kota besar di Indonesia. Di kota-kota besar di Pulau Jawa juga ada 23 gerai restoran Wendys Fried Chicken. Dalam tiga tahun ke depan, Eni Yuningsih, Marketing Manager PT Wendy Citarasa, menegaskan bakal ada 42 outlet Wendys, termasuk di luar Jawa. Semua gerai itu akan dimiliki Wendy sendiri. Perusahaan ini memang tidak pernah melakukan sub-franchise. Keunggulan Wendys juga terletak pada induk perusahaan Wendy Citarasa, yakni PT Sierad Produce, yang berbisnis pakan ternak dan peternakan ayam. Jadi, paling tidak, Wendys tak akan pernah pusing memikirkan pasokan bahan bakunya. Group field project ini akan memilih McDonald s Indonesia sebagai obyek penelitian, mengingat bahwa karakteristik dari McDonald s yang cukup spesifik. Main business perusahaan ini adalah burger akan tetapi, McDonald s Indonesia juga menyajikan menu pilihan ayam goreng. Sedangkan untuk menu ayam goreng,

11 McDonald s Indonesia mampu bersaing dengan nama nama besar di pasar ayam goreng seperti KFC. Grafik dibawah ini menunjukkan pergerakan penjualan di tahun 2008 pada lima store terbesar yang dimiliki oleh McDonald s Indonesia di daerah Jabodetabek. Grafik 1 Penjualan pada 5 Store Terbesar di Jakarta dan Sekitarnya pada Tahun 2008

12 grafik berikut. Sedangkan besarnya nilai investasi awal pada store di atas dapat dilihat pada Grafik 2 Nilai Investasi Awal dan Rata-rata Penjualan pada Store Terbesar di Jakarta dan Sekitarnya Dari store terbesar tersebut, tampak bahwa store Kemang memiliki permasalahan besar, dimana tingkat penjualannya yang selain fluktuatif juga memiliki nilai Return on Investment (ROI) yang relatif rendah. Nilai ROI didapat dari perbandingan antara nilai investasi dengan tingkat penjualan pada store tersebut. Tabel dibawah ini menunjukkan ROI dari masing-masing store yang termasuk dalam 5 (lima) store besar di Jakarta dan sekitarnya, dengan membandingkan di antara kelima store tersebut.

13 Tebet Kemang Bintaro BSD P. Indah 31% 26% 28% 14% 18% Grafik 3 Nilai ROI di Lima Store Besar McDonald Indonesia di wilayah Jakarta dan Sekitarnya Tahun 2008 Berdasarkan kondisi tersebut, maka group field project ini akan memilih store Kemang sebagai lokasi proyek dengan harapan bahwa proyek ini dapat menjadi solusi bagi pengoptimalisasian dari store tersebut sehingga akan didapat angka ROI yang lebih baik. Bahkan lebih jauh, proyek ini diharapkan bisa menjadi proyek percontohan bagi aplikasi experiential marketing yang mendukung brand identity dari McDonald s Indonesia.