JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya Devi Andalusia dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: rulli.setiawan@urplan.its.ac.id Abstrak Berbagai infrastuktur pemadam yang ada di Kota Surabaya telah dibangun, namun jumlah kejadian kurang sesuai dengan standar waktu tanggap bencana. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi penentuan lokasi pos pemadam di Kota Surabaya. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan membandingkan kondisi eksisting, kriteria, dan tinjauan kebijakan yang ada. Kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya, adalah bagian dari Kecamatan Benowo, Pakal, Sambikerep, Lakarsantri, Karangpilang, Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, dan Gununganyar. Arahan distribusi lokasi pos pemadam dihasilkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan pada kawasan potensi risiko yang ada di Kota Surabaya. Arahan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah penerapan manajemen proteksi gedung pada fungsi bangunan di perkotaan, pengadaan sosialisasi dan edukasi pencegahan untuk masyarakat, pengkoordinasian dengan polisi lalu lintas untuk memudahkan jalur pencapaian lokasi, luas lahan minimal 200 m 2, lebar jalan lingkungan 3,5 m,jangkauan pelayanan 2,5Km,terletak dalam jangkauan 61 meter dari potensi sumber air, dan diharuskan mampu menjangkau kawasan yang nilai tingkat bahaya nya tinggi. Kata Kunci distribusi lokasi,, pos pemadam, potensi risiko B I. PENDAHULUAN ENCANA merupakan bencana serius bagi perkotaan. Hal tersebut dikarenakan berkaitan dengan jumlah korban maupun kerugian yang ditimbulkan akibat dari bencana tersebut. Bencana dapat merugikan secara nasional dikarenakan mengganggu produktivitas nasional dan dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat [1]. Penelitian dilakukan di Kota Surabaya sebagai contoh salah satu kota besar di Indonesia yang merasakan dampak bencana. Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 32 Tahun 2006 tentang Organisasi unit pelaksana teknis dinas pemadam Kota Surabaya, yang mempunyai tugas operasional pemadam dan pertolongan bencana di Kota Surabaya disebut Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran (UPTD). UPTD tersebutlah yang bertanggung jawab secara operasional di pos-pos pemadam yang ada di Kota Surabaya. Data dinas pemadam pada tahun 2009 mencantumkan rekapitulasi cakupan pelayanan kejadian tahun 2009 di Kota Surabaya. Data tersebut menyebutkan bahwa dari seluruh kejadian total kejadian yang terlayani wilayah manajemen oleh dinas pemadam Kota Surabaya, masih terdapat 43,29% yang terlayani lebih dari 15 menit [2]. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/Kpts/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, disebutkan bahwa perencanaan lokasi pos pemadam dalam Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK). WMK ditentukan berdasarkan standar waktu tanggap terhadap pemberitahuan di wilayah tersebut. Waktu tanggap terhadap pemberitahuan untuk kondisi di Indonesia tidak lebih dari 15 (lima belas) menit. Ditinjau dari data dinas pemadam tentang rekapitulasi cakupan pelayanan kejadian yang menyebutkan bahwa masih terdapat 43,29% kejadian yang terlayani lebih dari 15 menit, lalu disesuaikan dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum yang telah disebutkan, dapat diindikasikan bahwa lokasi pos pemadam yang dibangun belum seluruhnya sesuai dengan standar waktu tanggap terhadap pemberitahuan yang ada di Kota Surabaya [2]. Penelitian yang akan dilakukan membahas tentang arahan distribusi lokasi pos pemadam berdasarkan kawasan potensi risiko yang ada di Kota Surabaya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya kejadian di Kota Surabaya yang menyebabkan banyak kerugian. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan arahan distribusi lokasi pos pemadam berdasarkan kawasan potensi risiko yang ada di Kota Surabaya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Wilayah Manajemen Kebakaran Indikator yang digunakan untuk pemadaman di tiap Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) : 1. Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Pekerjaan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2 Umum Tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan [3], indikator yang digunakan untuk pemadaman di tiap WMK adalah: a. Pengelompokan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan proteksi dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah maupun buatan b. Waktu tanggap dari pos pemadam yang terdekat. Waktu tanggap adalah total waktu dari saat menerima berita atau pengiriman pasukan dan sarana pemadam ke lokasi sampai dengan kondisi siap untuk melaksanakan pemadaman. Waktu tanggap terhadap pemberitahuan untuk kondisi di Indonesia adalah tidak lebih dari 15 menit. c. Radius layanan WMK sebesar 7,5 km 2.WMK yang merupakan salah satu dasar pokok perencanaan system penanggulangan di perkotaan yang digunakan sebagai penentuan penyediaan air untuk pemadaman [4]. Karena itu indikator yang digunakan untuk pemadaman di tiap WMK adalah: a. Volume total bangunan b. Angka risiko bahaya c. Angka klasifikasi konstruksi bangunan didapatkan untuk penentuan wilayah manajemen (WMK) adalah: 1. Angka risiko bahaya 2. Angka klasifikasi konstruksi bangunan 3. Waktu tanggap bencana 4. Radius layanan wilayah manajemen B. Risiko Kebakaran Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menurut, adalah [4]: 1. Pertumbuhan (fire history) 2. Penggunaan lahan (land use) 3. Kepadatan penduduk 4. Kerapatan bangunan 5. Level proteksi terpasang 6. Level kesiapan masyarakat Faktor yang mempengaruhi terjadinya pada bangunan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal [5], yaitu: 1. Lokasi bangunan 2. Usia bangunan 3. Jumlah pasokan air 4. Jaringan jalan 5. Konstruksi bangunan 6. Isi bangunan 7. Faktor manajemen kerumah tanggaan (seperti ketentuan merokok bagi penghuni dan kebersihan umum) 8. Fungsi kegiatan bangunan 9. Jenis, karakter, dan aktivitas penghuni 10. Lokasi penghuni dan non penghuni 11. Kemudahan evakuasi dalam keadaan darurat 12. Keberadaan system perlindungan didapatkan untuk mengidentifikasi risiko adalah: 1. Penggunaan lahan berdasarkan fungsi kegiatan bangunan 2. Kepadatan penduduk netto 3. Kepadatan bangunan 4. Intensitas kegiatan terbangun 5. Jangkauan pelayanan pos pemadam 6. Kedekatan dengan sumber potensi air 7. Kondisi ketersediaan hidran 8. Pertumbuhan terjadinya (fire history) 9. Luas area C. Faktor Penentuan Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Format Berikut adalah faktor-faktor yang menentukan lokais pos pemadam adalah: 1. Penentuan lokasi pos pemadam yang mengacu pada IFCAA (International Fire Chiefs Association of Asia), sebuah lembaga internasional pemadam, menyebutkan standar pelayanan sebuah pos pemadam adalah 30.000 penduduk, sedangkan 1 unit mobil dan 25 personil pemadam bagi 10.000 penduduk dengan waktu tanggap terhadap kejadian (response time) adalah 15 menit [6]. 2. Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, prasarana penanggulangan lingkungan terdiri dari [3]: a. Pasokan air b. Aksesibilitas 3. Meninjau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Tahun 2008, untuk penentuan jumlah dan penempatan pos pemadam didasarkan pada : a. Peta risiko b. Waktu tanggap bencana (response time) c. Letak sumber air didapatkan untuk menentukan lokasi pos pemadam adalah : 1. Jumlah penduduk yang terlayani 2. Keterjangkauan area pelayanan 3. Waktu tanggap bencana 4. Aksesibilitas
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3 D. Sintesa Tinjauan Teori Berikut adalah tabel sintesa tinjauan teori dari tinjauan yang telah dilakukan : Tabel 1. Sintesa Tinjauan Teori Analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan arahan distribusi lokasi pos pemadam berdasarkan potensi risiko bencana di Kota Surabaya. Tinjauan Indikator Variabel Penentuan wilayah manajemen (WMK) Penentuan lokasi pos pemadam Risiko bahaya Keterjangkauan area pelayanan Sumber pasokan air Aksesibilitas Fungsi kegiatan bangunan Kepadatan penduduk netto Kepadatan bangunan Jangkauan pelayanan pos pemadam Kedekatan dengan sumber potensi air Angka kejadian Luas pelayanan Waktu tanggap bencana Jumlah penduduk Bozem Sungai Sumur dalam Hidran Kelas jalan Sumber : Kajian Penulis, 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan positivistik. Suatu pendekatan yang memiliki kebenaran teori empiri sensual, yaitu kebenaran berdasarkan pada panca indra. Konsep yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah monotetis, yaitu kebenaran umum. B. Metode Pengumpulan Data Dengan melihat kriteria penentuan lokasi yang ada akan menjadi landasan dalam penelitian ini, yang akan diperkaya, diperdalam, dan lebih ditelaah lagi dengan menggabungkan data-data yang diperoleh dari lapangan. Survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data yang berasal dari kepustakaan yang berkaitan dengan kriteria penentuan lokasi pos pemadam. C. Teknik Analisis Analisis arahan distribusi lokasi pemadam dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif tersebut dilakukan setelah mengetahui kesesuaian antara faktor yang diteliti dengan tolok ukur yang ditentukan. Analisis deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan membandingkan kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya dengan kriteria penentuan lokasi pemadam yang telah dilakukan. Gambar. 1. Proses Analisa Deskriptif Kualitatif Sumber : Peneliti, 2013 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Arahan yang dihasilkan berlaku untuk seluruh bagian kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya. Kawasan-kawasan yang membutuhkan distribusi pos pemadam adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Benowo 2. Kecamatan Pakal 3. Kecamatan Sambikerep 4. Kecamatan Lakarsantri 5. Kecamatan Karang Pilang 6. Kecamatan Mulyorejo 7. Kecamatan Sukolilo 8. Kecamatan Rungkut
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4 9. Kecamatan Gunung Anyar Gambar. 2. Peta Kawasan yang Belum Terjangkau Pelayanan Pos Pemadam Kebakaran dan Memiliki Potensi Risiko Tinggi Bencana Kebakaran Sumber : Peneliti, 2013 Kriteria penentuan lokasi pos pemadam di Kota Surabaya adalah : 1. Fungsi-fungsi bangunan dengan angka 3 (SPBU) dan 4 (Gardu Induk PLN, industri dan pergudangan, Perdagangan dan jasa, permukiman kampung, permukiman kumuh, semak belukar, tegalan, dan pelabuhan) 2. Pos pemadam yang ada harus mampu menjangkau wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi (768 jiwa/ha 1.237 jiwa/ha) 3. Pos pemadam yang ada harus mampu menjangkau wilayah dengan kepadatan bangunan tinggi (43 unit/ha 70 unit/ha) 4. Pos pemadam yang ada harus memiliki jangkauan pelayanan terhadap daerah yang telah 5. Pos pemadam yang ada memiliki jarak maksimal 61 meter untuk mencapai sumber potensi air 6. Pos pemadam yang ada harus menjangkau wilayah-wilayah yang angka kejadian nya tergolong tinggi ( 10 kejadian) 7. Pos pemadam yang ada harus dapat memenuhi waktu tanggap bencana kurang dari 15 menit 8. Pos pemadam yang ada harus memiliki luas minimal 200 m 2 9. Pos pemadam yang ada, minimal dalam kelas jalan lingkungan yang mempunyai lebar jalan 3,5 meter yang bebas dari segala hambatan Analisis deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan membandingkan kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya dengan kriteria penentuan lokasi pemadam yang telah ada. Arahan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kawasan-kawasan dengan fungsi-fungsi bangunan angka risiko tinggi harus mempunyai Fire Safety Manager yang bertanggung jawab atas penerapan MPK (Manajemen Proteksi Kebakaran di bangunan gedung) tersebut. b. Setiap lingkungan bangunan mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi pencegahan resiko. c. Melaksanakan tata laksana operasional dari manajemen proteksi terhadap bangunan-bangunan gedung. d. Untuk memudahkan jalur pencapaian lokasi agar kurang dari 15 menit terutama untuk melintasi titik-titik kemacetan, dinas pemadam Kota Surabaya dapat berkoordinasi dengan polisi lalu lintas dan DLLAJR e. Pos pemadam yang akan dibangun harus memiliki luas minimal 200 m 2 f. Pos pemadam yang ada, minimal terletak pada kelas jalan lingkungan dengan lebar jalan 3,5 meter g. Pos pemadam yang akan dibangun di kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya harus memiliki jangkauan pelayanan terhadap daerah yang telah h. Pos Pemadam Kebakaran yang akan dibangun di bagian-bagian Kecamatan Pakal, Sambikerep, Benowo, Karangpilang, Rungkut, dan Gununganyar terletak dalam jangkauan maksimal 61 meter dari lokasi potensi sumber air alam dan buatan i. Pos Pemadam Kebakaran yang akan dibangun di bagian-bagian Kecamatan Lakarsantri, Mulyorejo, dan Sukolilo terletak dalam jangkauan 61 meter dari pasokan air sumur j. Pos pemadam yang akan dibangun harus menjangkau wilayah-wilayah yang angka kejadian nya tergolong tinggi terutama di bagian wilayah Kecamatan Mulyorejo, Sukolilo, dan Rungkut k. Untuk Setiap lingkungan bangunan wajib mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi pencegahan resiko serta prosedur keadaan darurat juga di Kecamatan Benowo, Pakal, Sambikerep, Lakarsantri, Karangpilang, dan Gununganyar yang nilai tingkat bahaya nya kecil V. KESIMPULAN Kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya, adalah bagian dari Kecamatan Benowo, Pakal, Sambikerep, Lakarsantri, Karangpilang,
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5 Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, dan Gununganyar. Arahan yang dihasilkan berlaku untuk seluruh bagian kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai Fire Safety Manager yang bertanggung jawab atas penerapan MPK (Manajemen Proteksi Kebakaran di bangunan gedung) tersebut 2. Mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi pencegahan resiko 3. Melaksanakan tata laksana operasional dari manajemen proteksi terhadap bangunan-bangunan gedung 4. Berkoordinasi dengan polisi lalu lintas dan DLLAJR 5. Pos pemadam yang akan dibangun harus memiliki luas minimal 200 m 2 6. Pos pemadam yang ada, minimal terletak pada kelas jalan lingkungan dengan lebar jalan 3,5 meter 7. Pos pemadam yang akan dibangun harus memiliki jangkauan pelayanan terhadap daerah yang telah DAFTAR PUSTAKA [1] Ramli, Soehatman. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. (2010). Jakarta: Dian Rakyat. [2] Galang Mitra, Aditya. Perancangan Sistem Pusat Penanganan Kebakaran Terpadu di Surabaya Berbasis Teknologi SMS Gateway dan Shortest Route. (2011). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. [3] Widiyanto, Wirawan. Pemintakatan Kawasan Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya. (2010). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. [4] Suprapto, Angelita Aimee. Pendekatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Lingkungan Pemrukiman Kumuh Perkotaan. (2009). Bulletin Tata Ruang Edisi November Desember 2009. [5] Rijanto, B. Boedi. Kebakaran dan Perencanaan Bangunan. (2010). Jakarta: Mitra Wacana Media. [6] Bagir, Mohamad. Model Optimasi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran. (2012).