Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG WALIKOTA SURABAYA,

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 66

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MARKAS PUSAT PEMADAM KEBAKARAN DI SURAKARTA

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya.

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

Gambaran umum Surabaya Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Kata Kunci : Kebakaran, Penanggulangan, Permukiman Padat

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

Walikota Tasikmalaya

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran memiliki visi dan misi sebagai berikut. Visi dan misi Dinas Kebakaran yaitu:

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

BAB II PELAYANAN PUBLIK BIDANG PEMERINTAHAN

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

Optimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DI KABUPATEN/KOTA

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) D-73

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA KERJA DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB II TINJAUN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (Juli, 2014) ISSN: ( Print)

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang

2012, No

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL SPM BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DI KABUPATEN/KOTA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA

Evaluasi Terhadap Lokasi Penempatan Pos Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Surabaya

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

128 Universitas Indonesia

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya Devi Andalusia dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: rulli.setiawan@urplan.its.ac.id Abstrak Berbagai infrastuktur pemadam yang ada di Kota Surabaya telah dibangun, namun jumlah kejadian kurang sesuai dengan standar waktu tanggap bencana. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi penentuan lokasi pos pemadam di Kota Surabaya. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan membandingkan kondisi eksisting, kriteria, dan tinjauan kebijakan yang ada. Kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya, adalah bagian dari Kecamatan Benowo, Pakal, Sambikerep, Lakarsantri, Karangpilang, Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, dan Gununganyar. Arahan distribusi lokasi pos pemadam dihasilkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan pada kawasan potensi risiko yang ada di Kota Surabaya. Arahan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah penerapan manajemen proteksi gedung pada fungsi bangunan di perkotaan, pengadaan sosialisasi dan edukasi pencegahan untuk masyarakat, pengkoordinasian dengan polisi lalu lintas untuk memudahkan jalur pencapaian lokasi, luas lahan minimal 200 m 2, lebar jalan lingkungan 3,5 m,jangkauan pelayanan 2,5Km,terletak dalam jangkauan 61 meter dari potensi sumber air, dan diharuskan mampu menjangkau kawasan yang nilai tingkat bahaya nya tinggi. Kata Kunci distribusi lokasi,, pos pemadam, potensi risiko B I. PENDAHULUAN ENCANA merupakan bencana serius bagi perkotaan. Hal tersebut dikarenakan berkaitan dengan jumlah korban maupun kerugian yang ditimbulkan akibat dari bencana tersebut. Bencana dapat merugikan secara nasional dikarenakan mengganggu produktivitas nasional dan dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat [1]. Penelitian dilakukan di Kota Surabaya sebagai contoh salah satu kota besar di Indonesia yang merasakan dampak bencana. Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 32 Tahun 2006 tentang Organisasi unit pelaksana teknis dinas pemadam Kota Surabaya, yang mempunyai tugas operasional pemadam dan pertolongan bencana di Kota Surabaya disebut Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran (UPTD). UPTD tersebutlah yang bertanggung jawab secara operasional di pos-pos pemadam yang ada di Kota Surabaya. Data dinas pemadam pada tahun 2009 mencantumkan rekapitulasi cakupan pelayanan kejadian tahun 2009 di Kota Surabaya. Data tersebut menyebutkan bahwa dari seluruh kejadian total kejadian yang terlayani wilayah manajemen oleh dinas pemadam Kota Surabaya, masih terdapat 43,29% yang terlayani lebih dari 15 menit [2]. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/Kpts/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, disebutkan bahwa perencanaan lokasi pos pemadam dalam Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK). WMK ditentukan berdasarkan standar waktu tanggap terhadap pemberitahuan di wilayah tersebut. Waktu tanggap terhadap pemberitahuan untuk kondisi di Indonesia tidak lebih dari 15 (lima belas) menit. Ditinjau dari data dinas pemadam tentang rekapitulasi cakupan pelayanan kejadian yang menyebutkan bahwa masih terdapat 43,29% kejadian yang terlayani lebih dari 15 menit, lalu disesuaikan dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum yang telah disebutkan, dapat diindikasikan bahwa lokasi pos pemadam yang dibangun belum seluruhnya sesuai dengan standar waktu tanggap terhadap pemberitahuan yang ada di Kota Surabaya [2]. Penelitian yang akan dilakukan membahas tentang arahan distribusi lokasi pos pemadam berdasarkan kawasan potensi risiko yang ada di Kota Surabaya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya kejadian di Kota Surabaya yang menyebabkan banyak kerugian. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan arahan distribusi lokasi pos pemadam berdasarkan kawasan potensi risiko yang ada di Kota Surabaya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Wilayah Manajemen Kebakaran Indikator yang digunakan untuk pemadaman di tiap Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) : 1. Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Pekerjaan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2 Umum Tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan [3], indikator yang digunakan untuk pemadaman di tiap WMK adalah: a. Pengelompokan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan proteksi dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah maupun buatan b. Waktu tanggap dari pos pemadam yang terdekat. Waktu tanggap adalah total waktu dari saat menerima berita atau pengiriman pasukan dan sarana pemadam ke lokasi sampai dengan kondisi siap untuk melaksanakan pemadaman. Waktu tanggap terhadap pemberitahuan untuk kondisi di Indonesia adalah tidak lebih dari 15 menit. c. Radius layanan WMK sebesar 7,5 km 2.WMK yang merupakan salah satu dasar pokok perencanaan system penanggulangan di perkotaan yang digunakan sebagai penentuan penyediaan air untuk pemadaman [4]. Karena itu indikator yang digunakan untuk pemadaman di tiap WMK adalah: a. Volume total bangunan b. Angka risiko bahaya c. Angka klasifikasi konstruksi bangunan didapatkan untuk penentuan wilayah manajemen (WMK) adalah: 1. Angka risiko bahaya 2. Angka klasifikasi konstruksi bangunan 3. Waktu tanggap bencana 4. Radius layanan wilayah manajemen B. Risiko Kebakaran Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menurut, adalah [4]: 1. Pertumbuhan (fire history) 2. Penggunaan lahan (land use) 3. Kepadatan penduduk 4. Kerapatan bangunan 5. Level proteksi terpasang 6. Level kesiapan masyarakat Faktor yang mempengaruhi terjadinya pada bangunan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal [5], yaitu: 1. Lokasi bangunan 2. Usia bangunan 3. Jumlah pasokan air 4. Jaringan jalan 5. Konstruksi bangunan 6. Isi bangunan 7. Faktor manajemen kerumah tanggaan (seperti ketentuan merokok bagi penghuni dan kebersihan umum) 8. Fungsi kegiatan bangunan 9. Jenis, karakter, dan aktivitas penghuni 10. Lokasi penghuni dan non penghuni 11. Kemudahan evakuasi dalam keadaan darurat 12. Keberadaan system perlindungan didapatkan untuk mengidentifikasi risiko adalah: 1. Penggunaan lahan berdasarkan fungsi kegiatan bangunan 2. Kepadatan penduduk netto 3. Kepadatan bangunan 4. Intensitas kegiatan terbangun 5. Jangkauan pelayanan pos pemadam 6. Kedekatan dengan sumber potensi air 7. Kondisi ketersediaan hidran 8. Pertumbuhan terjadinya (fire history) 9. Luas area C. Faktor Penentuan Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Format Berikut adalah faktor-faktor yang menentukan lokais pos pemadam adalah: 1. Penentuan lokasi pos pemadam yang mengacu pada IFCAA (International Fire Chiefs Association of Asia), sebuah lembaga internasional pemadam, menyebutkan standar pelayanan sebuah pos pemadam adalah 30.000 penduduk, sedangkan 1 unit mobil dan 25 personil pemadam bagi 10.000 penduduk dengan waktu tanggap terhadap kejadian (response time) adalah 15 menit [6]. 2. Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, prasarana penanggulangan lingkungan terdiri dari [3]: a. Pasokan air b. Aksesibilitas 3. Meninjau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Tahun 2008, untuk penentuan jumlah dan penempatan pos pemadam didasarkan pada : a. Peta risiko b. Waktu tanggap bencana (response time) c. Letak sumber air didapatkan untuk menentukan lokasi pos pemadam adalah : 1. Jumlah penduduk yang terlayani 2. Keterjangkauan area pelayanan 3. Waktu tanggap bencana 4. Aksesibilitas

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3 D. Sintesa Tinjauan Teori Berikut adalah tabel sintesa tinjauan teori dari tinjauan yang telah dilakukan : Tabel 1. Sintesa Tinjauan Teori Analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan arahan distribusi lokasi pos pemadam berdasarkan potensi risiko bencana di Kota Surabaya. Tinjauan Indikator Variabel Penentuan wilayah manajemen (WMK) Penentuan lokasi pos pemadam Risiko bahaya Keterjangkauan area pelayanan Sumber pasokan air Aksesibilitas Fungsi kegiatan bangunan Kepadatan penduduk netto Kepadatan bangunan Jangkauan pelayanan pos pemadam Kedekatan dengan sumber potensi air Angka kejadian Luas pelayanan Waktu tanggap bencana Jumlah penduduk Bozem Sungai Sumur dalam Hidran Kelas jalan Sumber : Kajian Penulis, 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan positivistik. Suatu pendekatan yang memiliki kebenaran teori empiri sensual, yaitu kebenaran berdasarkan pada panca indra. Konsep yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah monotetis, yaitu kebenaran umum. B. Metode Pengumpulan Data Dengan melihat kriteria penentuan lokasi yang ada akan menjadi landasan dalam penelitian ini, yang akan diperkaya, diperdalam, dan lebih ditelaah lagi dengan menggabungkan data-data yang diperoleh dari lapangan. Survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data yang berasal dari kepustakaan yang berkaitan dengan kriteria penentuan lokasi pos pemadam. C. Teknik Analisis Analisis arahan distribusi lokasi pemadam dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif tersebut dilakukan setelah mengetahui kesesuaian antara faktor yang diteliti dengan tolok ukur yang ditentukan. Analisis deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan membandingkan kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya dengan kriteria penentuan lokasi pemadam yang telah dilakukan. Gambar. 1. Proses Analisa Deskriptif Kualitatif Sumber : Peneliti, 2013 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Arahan yang dihasilkan berlaku untuk seluruh bagian kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya. Kawasan-kawasan yang membutuhkan distribusi pos pemadam adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Benowo 2. Kecamatan Pakal 3. Kecamatan Sambikerep 4. Kecamatan Lakarsantri 5. Kecamatan Karang Pilang 6. Kecamatan Mulyorejo 7. Kecamatan Sukolilo 8. Kecamatan Rungkut

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4 9. Kecamatan Gunung Anyar Gambar. 2. Peta Kawasan yang Belum Terjangkau Pelayanan Pos Pemadam Kebakaran dan Memiliki Potensi Risiko Tinggi Bencana Kebakaran Sumber : Peneliti, 2013 Kriteria penentuan lokasi pos pemadam di Kota Surabaya adalah : 1. Fungsi-fungsi bangunan dengan angka 3 (SPBU) dan 4 (Gardu Induk PLN, industri dan pergudangan, Perdagangan dan jasa, permukiman kampung, permukiman kumuh, semak belukar, tegalan, dan pelabuhan) 2. Pos pemadam yang ada harus mampu menjangkau wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi (768 jiwa/ha 1.237 jiwa/ha) 3. Pos pemadam yang ada harus mampu menjangkau wilayah dengan kepadatan bangunan tinggi (43 unit/ha 70 unit/ha) 4. Pos pemadam yang ada harus memiliki jangkauan pelayanan terhadap daerah yang telah 5. Pos pemadam yang ada memiliki jarak maksimal 61 meter untuk mencapai sumber potensi air 6. Pos pemadam yang ada harus menjangkau wilayah-wilayah yang angka kejadian nya tergolong tinggi ( 10 kejadian) 7. Pos pemadam yang ada harus dapat memenuhi waktu tanggap bencana kurang dari 15 menit 8. Pos pemadam yang ada harus memiliki luas minimal 200 m 2 9. Pos pemadam yang ada, minimal dalam kelas jalan lingkungan yang mempunyai lebar jalan 3,5 meter yang bebas dari segala hambatan Analisis deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan membandingkan kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya dengan kriteria penentuan lokasi pemadam yang telah ada. Arahan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kawasan-kawasan dengan fungsi-fungsi bangunan angka risiko tinggi harus mempunyai Fire Safety Manager yang bertanggung jawab atas penerapan MPK (Manajemen Proteksi Kebakaran di bangunan gedung) tersebut. b. Setiap lingkungan bangunan mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi pencegahan resiko. c. Melaksanakan tata laksana operasional dari manajemen proteksi terhadap bangunan-bangunan gedung. d. Untuk memudahkan jalur pencapaian lokasi agar kurang dari 15 menit terutama untuk melintasi titik-titik kemacetan, dinas pemadam Kota Surabaya dapat berkoordinasi dengan polisi lalu lintas dan DLLAJR e. Pos pemadam yang akan dibangun harus memiliki luas minimal 200 m 2 f. Pos pemadam yang ada, minimal terletak pada kelas jalan lingkungan dengan lebar jalan 3,5 meter g. Pos pemadam yang akan dibangun di kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya harus memiliki jangkauan pelayanan terhadap daerah yang telah h. Pos Pemadam Kebakaran yang akan dibangun di bagian-bagian Kecamatan Pakal, Sambikerep, Benowo, Karangpilang, Rungkut, dan Gununganyar terletak dalam jangkauan maksimal 61 meter dari lokasi potensi sumber air alam dan buatan i. Pos Pemadam Kebakaran yang akan dibangun di bagian-bagian Kecamatan Lakarsantri, Mulyorejo, dan Sukolilo terletak dalam jangkauan 61 meter dari pasokan air sumur j. Pos pemadam yang akan dibangun harus menjangkau wilayah-wilayah yang angka kejadian nya tergolong tinggi terutama di bagian wilayah Kecamatan Mulyorejo, Sukolilo, dan Rungkut k. Untuk Setiap lingkungan bangunan wajib mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi pencegahan resiko serta prosedur keadaan darurat juga di Kecamatan Benowo, Pakal, Sambikerep, Lakarsantri, Karangpilang, dan Gununganyar yang nilai tingkat bahaya nya kecil V. KESIMPULAN Kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya, adalah bagian dari Kecamatan Benowo, Pakal, Sambikerep, Lakarsantri, Karangpilang,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5 Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, dan Gununganyar. Arahan yang dihasilkan berlaku untuk seluruh bagian kawasan yang belum terjangkau pelayanan pos pemadam dan memiliki potensi risiko tinggi akan bencana Kota Surabaya adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai Fire Safety Manager yang bertanggung jawab atas penerapan MPK (Manajemen Proteksi Kebakaran di bangunan gedung) tersebut 2. Mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi pencegahan resiko 3. Melaksanakan tata laksana operasional dari manajemen proteksi terhadap bangunan-bangunan gedung 4. Berkoordinasi dengan polisi lalu lintas dan DLLAJR 5. Pos pemadam yang akan dibangun harus memiliki luas minimal 200 m 2 6. Pos pemadam yang ada, minimal terletak pada kelas jalan lingkungan dengan lebar jalan 3,5 meter 7. Pos pemadam yang akan dibangun harus memiliki jangkauan pelayanan terhadap daerah yang telah DAFTAR PUSTAKA [1] Ramli, Soehatman. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. (2010). Jakarta: Dian Rakyat. [2] Galang Mitra, Aditya. Perancangan Sistem Pusat Penanganan Kebakaran Terpadu di Surabaya Berbasis Teknologi SMS Gateway dan Shortest Route. (2011). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. [3] Widiyanto, Wirawan. Pemintakatan Kawasan Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya. (2010). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. [4] Suprapto, Angelita Aimee. Pendekatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Lingkungan Pemrukiman Kumuh Perkotaan. (2009). Bulletin Tata Ruang Edisi November Desember 2009. [5] Rijanto, B. Boedi. Kebakaran dan Perencanaan Bangunan. (2010). Jakarta: Mitra Wacana Media. [6] Bagir, Mohamad. Model Optimasi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran. (2012).