Cahaya 6 CO H 2 O (C 6 H 12 O 6 ) + 6 O 2 klorofill

dokumen-dokumen yang mirip
DISTRIBUSI KLOROFIL-a PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN SPERMONDE PROPINSI SULAWESI SELATAN

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARUS PERMUKAAN PADA MUSIM PERALIHAN TIMUR-BARAT DI PERAIRAN SPERMONDE

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 1-9 ISSN : ANALISIS MASSA AIR DI PERAIRAN MALUKU UTARA

Surface Temperature Distribution in West-East Transition Season Related to Small Pelagic Fish Fishing Ground in Spermonde Waters ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERTEMUAN KE-5 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN SIRKULASI MASSA AIR (Bagian 2) ASEP HAMZAH

Distribution of tidal current velocities transition monsoon east-west related to small pelagic fish catches in Spermonde waters

KETERKAITAN VARIBILITAS ANGIN TERHADAP PERUBAHAN KESUBURAN DAN POTENSI DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN JEPARA

Tengah dan Selatan. Rata-rata SPL selama penelitian di Zona Utara yang pengaruh massa air laut Flores kecil diperoleh 30,61 0 C, Zona Tengah yang

PENGARUH MONSUN TERHADAP DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN SELATAN BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTER OSEANOGRAFI PERAIRAN MAKASSAR TERKAIT ZONA POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL PADA MUSIM TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

VARIABILITY NET PRIMERY PRODUCTIVITY IN INDIAN OCEAN THE WESTERN PART OF SUMATRA

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan,

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT SELAT MALAKA. Universitas Riau.

VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT

Kata kunci: Citra satelit, Ikan Pelagis, Klorofil, Suhu, Samudera Hindia.

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Aken, H.M. Van.and S. Makarim INSTANT : Observations in Lifamatola Passage. NIOZ.

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan

PENGARUH DINAMIKA OSEANOGRAFI PERAIRAN INDONESIA TERHADAP PRODUKTIFITAS PRIMER PERIODE EL-NINO (AGUSTUS 2002) DAN LA-NINA (SEPTEMBER 1998)

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

DAMPAK KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP INTENSITAS UPWELLING DI PERAIRAN SELATAN JAWA

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Primer Cahaya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN EKSEKUTIF. The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas

KAJIAN DINAMIKA SUHU PERMUKAAN LAUT GLOBAL MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH MICROWAVE

DAFTAR PUSTAKA Dransfeld, S., Larnicol, G., dan Traon, P.L., Emery, B., Bowen, M., Knewston, B., Baldwin, D., dan Shannon, B.,

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Pengaruh In-Direct Upwelling Terhadap Jumlah Tangkapan Lemuru Di Perairan Selat Bali

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN

KETERKAITAN KONDISI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI KLOROFIL-A DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

2) The Lecturer at Department of Fisheries Resource Utilization Faculty of Fisheries and Marine Resources,University of Riau.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman Online di :

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI WILAYAH UPWELLING BERDASARKAN VORTISITAS DAN DIVERGENSI DI PERAIRAN SELATAN JAWA HINGGA NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

JURNAL OSEANOGRAFI. Oleh : NAMA : BIMA PRASETYO SUPRATMAN NIM : 11/318280/PN/12580 PRODI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu

Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT

5. PEMBAHASAN 5.1 Sebaran Suhu Permukaan laut dan Klorofil-a di Laut Banda Secara Spasial dan Temporal

PENGARUH MUSIM TERHADAP FLUKTUASI KADAR FOSFAT DAN NITRAT DI LAUT BANDA

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

Daftar Isi. 4 Kesuburan Biologi Lingkungan Laut Arafura

IDENTIFIKASI VARIABILTAS UPWELLING BERDASARKAN INDIKATOR SUHU dan KLOROFIL-A DI SELAT LOMBOK Randy Yuhendrasmiko, Kunarso, Anindya Wirasatriya

Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik Perairan Selatan Jawa

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Transkripsi:

J. Sains & Teknologi, Agustus 2009, Vol.9 No.2 : 125 132 ISSN 1411-4674 DISTRIBUSI KLOROFIL-a PADA MUSIM PERALIHAN BARAT-TIMUR DI PERAIRAN SPERMONDE PROPINSI SULAWESI SELATAN Abd. Rasyid Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ABSTRACT Clorophyll is one of the parameters determines primary productivity in the sea. Chlorophyll-a data from MODIS AQUA/TERRA satellite were collected LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) in Pare-Pare in the from of weekly data from April-June 2009 (Switchover Season West-East). The result shows that chlorophyll concentration on switchover season west-east is at the range 0.15 1.15 mg/m 3. High Clorophyll-a consentration (0.55 1.15 mg/m 3 ) is always at the coastal area effect of nutrient supply that comes from continent. Whereas at offshore area (0.75 1.15 mg/m 3 ), Clorophyl-a height effect of up-welling Process. Keywords : chlorophil-a, switchover season PENDAHULUAN Gugusan pulau-pulau yang terletak di Selat Makassar salah satunya adalah kepulauan Spermonde. Kabupaten Pangkep merupakan salah satu kawasan dari gugusan kepulauan Spermonde, merupakan daerah penangkapan ikan pelagis kecil yang sangat potensial. Keberadaan daerah penangkapan ikan bersifat dinamis, karena secara alamiah ikan pelagis kecil selalu mencari habitat yang lebih sesuai. Habitat tempat ikan pelagis kecil sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi, diantaranya konsentrasi klorofill, suhu permukaan laut, dan lain sebagainya yang berpengaruh pada dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal maupun vertical. Klorofil merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan, (Mann dan Lazier, 1991). Produktivitas primer dalam artian umum adalah laju produksi bahan organik (C=karbon) melalui reaksi fotosintesis per satuan volume atau luas suatu perairan tertentu (mg C/m 3 /hari atau g C/m 2 /tahun). Reaksi fotosintesis dapat terjadi pada semua tumbuhan yang mengandung pigmen klorofill, dan dengan adanya cahaya matahari. Gambar 1. Proses Fotosintesis Cahaya 6 CO 2 + 6 H 2 O (C 6 H 12 O 6 ) + 6 O 2 klorofill Tumbuhan yang berklorofill di laut dapat berupa rumput laut (seaweed), lamun (seagrass), fitoplankton atau mikroflora benthic (benthic microflora). Fitoplankton terdapat pada seluruh laut, mulai dari permukaan sampai pada kedalaman yang dapat ditembus cahaya matahari. Klorofil itu sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu klorofil-a, b, dan c. Ketiga jenis klorofil ini sangat penting dalam proses fotosintesis tumbuhan yaitu suatu proses yang merupakan dasar dari pembentukan zat-zat organik di alam. Kandungan klorofil yang paling dominan dimiliki oleh fitoplankton adalah klorofila. Oleh karena itulah klorofil-a dapat 125

Abd. Rasyid ISSN 1411-4674 dijadikan sebagai salah satu indikator kesuburan perairan (Samawi, 2001). Selanjutnya menurut Steemann-Nielsen matahari bahang (1975) dalam Nontji (2008) mengatakan bahwa 95 % produktivitas primer di laut disumbangkan oleh fitoplankton. bahang karnivor puncak produsen primer herbivor karnivor 3 karnivor 2 karnivor 1/Pelagis hara pengurai bahang = Alir Energi = Daur Hara Gambar 2. Alir Energi (energy flow) dan Daur Hara (nutrient cycle) dalam suatu Ekosistem Klorofill memegang posisi kunci dalam reaksi fotosintesis yang menentukan produktivitas suatu perairan. Sehubungan hal tersebut, maka cara pengukuran yang terbaik telah diusahakan sejak dahulu guna menentukan kandungan klorofill fitoplankton di laut. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini diliput pada pengambilan data citra daerah penangkapan ikan di perairan Spermonde khususnya Kabupaten Pangkep. Klorophill merupakan parameter yang menunjukkan kesuburan perairan atau produktivitas perairan pada setiap musim munson. Data klorofil-a dari satelit MODIS AQUA/TERRA yang diperoleh dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Parepare berupa data tiap-tiap pekan mulai April juni 2009 (musim peralihan Barat-Timur). 126 Analisis Data Data citra tersebut diolah menggunakan software Er-Mapper 7.0 dengan sebuah formula baku dari LAPAN. Data klorofil-a yang akan diamati adalah yang dapat mewakili musim peralihan, sehingga kondisi produktivitas perairan pada berbagai wilayah perairan dapat diketahui. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Perairan Kepulauan Spermonde merupakan paparan yang terletak di sebelah luar Sulawesi Selatan, terpisah sepenuhnya dari Paparan Sunda yang terletak diseberang Selat Makassar, terdiri dari banyak pulau-pulau dan shelf banks. Kawasan perairan kepulauan ini pada bagian selatan mulai dari Kabupaten Takalar, Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, hingga Kabupaten Barru pada bagian utara pantai Barat Sulawesi Selatan (Gambar 3).

clorophil-a, switchover season ISSN 1411-4674 Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Pangkep Kabupaten Pangkep yang merupakan salah satu kawasan dari gugusan kepulauan Spermonde terdiri dari 12 kecamatan yaitu sembilan kecamatan daratan dan tiga kecamatan Kepulauan. Sembilan kecamatan yang terletak di daratan adalah Kecamatan Balloci, Tondong Tallasa, Minasa Tene, Pangkajene, Bungoro, Labakkang, Ma rang, Segeri, Mandalle. Adapun kecamatan yang berada di kepulauan adalah Kecataman Liukang Tupabbiring, Liukang Tangngaya, dan Liukang Kalmas, dengan 112 pulau, 74 berpenghuni dengan jumlah penduduk 51.469 jiwa (34%). Luas Laut Kabupaten Pangkep adalah 11.464,44 km 2 dan luas pulau kecil 35.150Ha. Bulan April 2009 Panjang garis pantai 250 Km dan luas terumbu karang 36.000 Km 2 dengan mayoritas pekerjaan adalah sebagai nelayan (DKP Kabupaten Pangkep, Tahun 2007). Musim Peralihan Barat Timur Secara umum, keadaan klorofil-a selama musim peralihan barat-timur menunjukkan kisaran yang bervariasi yaitu 0.15 1.15 mg/m 3. Namun sebaran klorofil-a dalam setiap bulannya menunjukkan variasi yang berbeda pula. Adapun sebaran klorofil-a dalam setiap bulannya selama musim peralihan barat dan timur ditampilkan pada gambar 4, 5, dan 6. 2009 Keterangan : 1,15 mg/m 3 0,95 mg/m 3 0,75 mg/m 3 0,55 mg/m 3 0,35 mg/m 3 0,15 mg/m 3 Gambar 4. Sebaran Klorofil-a di Bulan April 2009. 127

Abd. Rasyid ISSN 1411-4674 Sebaran klorofil-a pada bulan April adalah 0.15-1.15 mg/m 3 dan berfluktuasi. Pada minggu I, sebaran klorofil-a membentuk pola ke arah laut lepas (ke barat) semakin menurun. Pada perairan di bagian luar didominasi klorofil-a dengan konsentrasi < 0.15 mg/m 3, sedangkan perairan dekat pantai didominasi klorofil-a dengan konsentrasi 0.55 1.15 mg/m 3. Memasuki minggu II, massa air dengan konsentrasi klorofila yang lebih tinggi bergerak ke arah barat dan konsentrasinya meningkat pada laut terluar dalam kisaran 0.15 0.95 mg/m 3. Sementara di perairan dekat pantai, konsentrasi menurun dalam kisaran 0.15 0.75 mg/m 3. Pada minggu III, konsentrasi meningkat dalam kisaran 0.55 1.95 mg/m 3 dijumpai dalam beberapa area yang dekat pantai dan ke tengah perairan. Pada minggu ini konsentrasi klorofil didominasi dengan kisaran 0.15 0.35 mg/m 3. Memasuki minggu IV, area perairan dengan klorofila dalam kisaran 0.55 0.75 mg/m 3 semakin meluas dan konsentrasi yang lebih rendah juga terakumulasi dalam area tersendiri yang terpisah-pisah. Bulan Mei 2009 2009 Keterangan : 1,15 mg/m 3 0,95 mg/m 3 0,75 mg/m 3 0,55 mg/m 3 0,35 mg/m 3 0,15 mg/m 3 Gambar 5. Sebaran Klorofil-a di Bulan Mei 2009 Sebaran klorofil-a pada bulan Mei 2009 pada kisaran 0.15 1.15 mg/m 3 dan berfluktuasi. Konsentrasi klorofil-a pada minggu I berada dalam kisaran 0.15 1,15 mg/m 3, dan sebagian besar area perairan di dominasi oleh konsentrasi dalam kisaran 0.15 0.75 mg/m 3. Sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi berada dalam area perairan yang kecil di sekitar pulau-pulau. Konsentrasi klorofila dalam kisaran <0.15 mg/m 3 dijumpai di bagian barat laut perairan. Memasuki minggu II, konsentrasi klorofil-a dalam perairan didominasi pada kisaran 0.15 0.55 mg/m 3 dengan pola ke arah pantai semakin meningkat. Pada konsentrasi dengan kisaran 0.75 0.95 mg/m 3 dalam area yang sempit dengan jumlah sedikit di sekitar pulau-pulau. Pada minggu III, konsentrasi klorofil-a dominan dengan kisaran 0.35 0.55 mg/m 3. klorofil-a dengan kisaran 0.55 0.75 mg/m 3 terkonsentrasi di perairan dekat pantai. Sedangkan konsentrasi klorofil-a yang 128

clorophil-a, switchover season ISSN 1411-4674 lebih tinggi di perairan sekitar pulaupulau. Konsentrasi klorofil di minggu IV menunjukkan pola yang sama pada minggu II, yakni didominasi pada kisaran 0.15 0.55 mg/m 3 dengan pola ke arah pantai semakin meningkat. Sementara konsentrasi dengan kisaran 0.75 0.95 mg/m 3 dalam area yang sempit dengan jumlah sedikit di sekitar pulau-pulau bagian barat laut. Bulan Juni 2008 2008 Keterangan : 1,15 mg/m 3 0,95 mg/m 3 0,75 mg/m 3 0,55 mg/m 3 0,35 mg/m 3 0,15 mg/m 3 Gambar 6. Sebaran Klorofil-a di Bulan Juni 2009 Sebaran klorofil-a Bulan Juni 2009 pada kisaran 0.15 1.15 mg/m 3 dan didominasi pada kisaran 0.15 0.75 mg/m 3. Konsentrasi klorofil-a pada minggu I berada dalam kisaran 0.15 1.15 mg/m 3, dan sebagian besar area perairan di dominasi oleh konsentrasi dalam kisaran 0.15 0.35 mg/m 3. Sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi berada dalam area perairan yang sempit dan terakumulasi di perairan dekat pulau dan pantai. Memasuki minggu II, konsentrasi klorofil-a dalam perairan didominasi pada kisaran 0.15 0.35 mg/m 3 dengan pola ke utara semakin meningkat. Sementara konsentrasi dengan kisaran 0.55 0.75 mg/m 3 dalam area yang semakin melebar di sekitar pulau-pulau. Pada minggu III, konsentrasi klorofil-a dominan dalam kisaran 0.15 0.35 mg/m 3. Di perairan 129 bagian selatan, klorofil-a meningkat dengan kisaran 0.75 1.15 mg/m 3. Sedangkan konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi dalam area yang sempit dan tersebar dekat pulau dan pantai. Konsentrasi klorofil di minggu IV menunjukkan pola yang sama pada minggu III, yakni didominasi pada kisaran 0.15 0.35 mg/m 3 dengan pola ke arah pantai semakin menurun. Perairan selatan menunjukkan peningkatan konsentrasi klorofil-a dengan kisaran 0.75 1.15 mg/m 3. Konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi berada pada perairan sekitar pulau. Perairan Indonesia merupakan perairan penghubung antara Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, dan juga sangat dipengaruhi oleh iklim munson. Hal ini mengakibatkan sifat yang khas bagi perairan Indonesia.

Abd. Rasyid ISSN 1411-4674 Dengan adanya karakter tersebut, perairan ini memiliki pola sirkulasi massa air yang berbeda dan bervariasi secara musiman serta dipengaruhi oleh massa air Samudera Pasifik yang melintasi perairan Indonesia menuju Samudera Hindia melalui Arus Lintas Indonesia disebut Arlindo (Yusuf, 2005). Gambar 7. Pergerakan volume massa air Arlindo (Sumber : Susanto, 2005) Selat Makassar memegang peranan penting karena merupakan pintu gerbang utama lewatnya Arlindo. Secara umum Selat Makassar merupakan jalur lintasan di kawasan lintang rendah yang mentransfer panas, salinitas rendah dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. (Sprintall, Gordon, dkk, 2000). Sirkulasi massa air dan percampuran massa air akan dapat mempengaruhi produktivitas primer suatu perairan. Tingginya produktivitas suatu perairan akan berhubungan dengan daerah asal dimana massa air di peroleh. Nontji (1974) dalam Monk dkk. (1997) mengatakan bahwa rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Indonesia kira-kira 0,19 mg/m 3 dan 0,16 mg/m 3 selama Musim Barat, serta 0,21 mg/m 3 selama Musim Timur. Berdasarkan hasil di atas, maka terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a pada musim peralihan barat-timur memiliki konsentrasi klorofil-a yang tinggi. Hal ini terutama didapatkan pada daerah pantai. Tingginya konsentrasi klorofil-a perairan Spermonde khususnya kabupaten Pangkep karena banyaknya aliran sungai yang bermuara di daerah pantai. Suplai nutrient yang berasal dari daratan merupakan faktor utama yang mengakibatkan tingginya konsentrasi klorofil-a tersebut. Nutrien adalah semua unsur dan senjawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan-tumbuhan dan berada dalam bentuk material organik (misalnya amonia, nitrat) dan anorganik terlarut (asam amino). Hal ini sesuai dengan pendapat Valiela (1984) yang mengatakan bahwa Di Laut, sebaran klorofil lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir, serta rendah di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil di perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung. Selain faktor nutrient, maka faktor lain yang kemungkinan mengakibatkan 130

clorophil-a, switchover season ISSN 1411-4674 tingginya konsentrasi klorofil-a pada musim peralihan barat-timur adalah faktor pencahayaan. Pada bulan April- Juni di perairan Spermonde matahari bersinar dengan intensitas yang cukup tinggi dan selanjutnya digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis. Cahaya merupakan salah satu faktor yang menentukan distribusi klorofil-a di laut. Di laut lepas, pada lapisan permukaan tercampur tersedia cukup banyak cahaya matahari untuk proses fotosintesa, Simon (2001). Selain konsentrasi klorofil-a yang tinggi pada daerah pantai, maka di perairan lepas pantai juga ditemukan daerah yang memiliki konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi, walaupun pada umumnya di daerah tersebut memiliki konsentrasi klorofil-a yang rendah akibat tidak adanya suplai nutrient yang berasal dari daratan. Tingginya konsentrasi klorofil-a pada perairan lepas pantai akibat tingginya konsentrasi nutrient yang dihasilkan melalui proses fisik massa air, dimana massa air dalam terangkat bersama-sama dengan nutrient ke lapisan permukaan dan hal ini disebut dengan proses up-welling.. Gambar 8. Lokasi proses up-welling di perairan Indonesia. Tingginya produktivitas di laut terbuka yang mengalami upwelling disebabkan karena adanya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan tercampur yang dihasilkan melalui proses pengangkatan massa air dalam. Seperti yang dikemukakan oleh Cullen et al. (1992) bahwa konsentrasi klorofila dan laju produktivitas primer meningkat di sekitar ekuator, dimana terjadi aliran nutrien secara vertikal akibat adanya upwelling di daerah divergensi ekuator. Beberapa daerah-daerah perairan Indonesia yang mengalami upwelling akibat pengaruh pola angin muson adalah Laut Banda, dan Laut Arafura (Wyrtki, 1961 dan Schalk, 1987), Selatan Jawa dan Bali ( Hendiarti dkk, 1995 dan Bakti, 1998), dan Laut Timor (Tubalawony, 2000). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh informasi bahwa konsentrasi klorofil-a pada musim peralihan barat-timur berada pada kisaran yang cukup tinggi yaitu 0.15 1.15 mg/m 3. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi cenderung selalu berada di daerah pantai atau pesisir akibat suplai nutrient yang berasal dari daratan. Sedangkan pada daerah lepas pantai, tingginya konsentrasi klorofil-a adalah akibat proses upwelling. 131

Abd. Rasyid ISSN 1411-4674 DAFTAR PUSTAKA Bakti, M. Y., 1998. Dinamika Perairan di Selatan Jawa Timur Bali pada Musim Timur 1990. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Cullen, J. J., M. R. Lewis, C. O. Davis, and R. T. Barber, 1992. Photosynthetic Characteristics and Estimated Growth Rates Incate Grazing is the Proximate Control of Primary Production in the Equatorial Pacific. J. Geophys. Res., 97 (C1): 639 654. Hendiarti, N., S. I. Sachoemar, A. Alkatiri, dan B. Winarno, 1995. Pendugaan Lokasi Upwelling di Perairan Selatan P. Jawa Bali Berdasarkan Tinjauan Parameter Fisika Oceanografi dan Konsentrasi Klorofil-a. Prosiding Seminar Kelautan Nasional 1995. Panitia Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim, Jakarta. Mann, K.H. and J.R.N. Lazier. 1991. Dynamic of Marine Ecosystem, Biological-Physical Interaction in the Ocean. Boston. Monk, K. A., Y. de Fretes, and G. Reksodiharjo-Lilley, 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. The Ecology of Indonesia Series. Vol. V. Periplus Editions. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Press. Jakarta. 331 hal. Samawi, M.F., 2001 Penuntun Praktikum Kimia Oseanografi. Laboratorium Oseanografi Kimia. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin. Makassar Schalk, P. H., 1987. Monsoon Related Changes in Zooplankton Biomass in the Eastern Banda Sea and Aru Basin. Biol. Oceanogr., 5: 1 12. Sprintall, J., A.L. Gordon, R. Murtugudde, and R.D. Susanto. 2000. A semiannual Indian Ocean forced Kelvin wave observed in the Indonesian seas in May 1997, Journal of Geophysical Research, 105 (C7), 17217-17230. Susanto, R.D. and A. L. Gordon. 2005. Velocity and transport of the Makassar Strait Throughflow. Journal of Geophysical Research 110. Tubalawony, S., 2000. Karakteristik Fisik-Kimia dan Klorofil-a Laut Timor. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Tubalawony, S. 2001. Pengaruh Faktor- Faktor Oseanografi terhadap Produktivitas Primer Perairan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Valiela, I. 1984. Marine Ecological Processes. Springer-Verlag. New York. USA. Wyrtki, K., 1961, Physical oceanography of the Southeast Asian waters, Naga Report Vol. 2. 195p. Yusuf, 2007. Dinamika Massa Air di Perairan Selat Makassar pada Bulan Juli 2005. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Univ. Padjadjaran. 132