BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

PROSPEK TANAMAN PANGAN

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

Lima Peraturan WTO yang Perlu Diubah untuk Memungkinkan Kedaulatan Pangan dari Semua Negara Jacques Berthelot, Solidarité, 18 Oktober 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB II ISI. masyarakat indonesia harus bisa mempertahankan nilai uang negara kita yaitu Rupiah. A. PEMBAHASAN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

Liberalisasi Pertanian : Menguntungkan (Siapa)?

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

1 Universitas Indonesia

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam

EKONOMI INTERNASIONAL. Dr. M. Anang F., MM

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

POLICY BRIEF OUTLOOK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Cairns Group adalah sebuah koalisi campuran antara negara maju dan negara berkembang yang merasa kepentingannya sebagai pengekspor komoditas pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group berusaha untuk mendorong perluasan akses pasar bagi komoditas pertanian negara-negara anggotanya. Indonesia sudah tergabung dalam Cairns Group sejak berdiri pada tahun 1986. Indonesia yang merupakan pengekspor komoditas pertanian memiliki kepentingan yang sama dalam Cairns Group, bahkan Indonesia memiliki posisi yang cukup strategis dalam kepemilikan pangsa pasar dunia diantara negara-negara anggota Cairns Group lainnya. Isu pertanian adalah isu yang sangat krusial dan menjadi isu yang menghambat jalannya perundingan isu lain dalam WTO, hal ini terjadi karena kepentingan negara-negara didalamnya yang menginginkan proteksi pasar domestik akan produk asing tetapi ingin pihak lain untuk melakukan pembukaan pasar. Pemberlakuan AoA dianggap sebagai alat bagi negara maju untuk memberikan subsidi terhadap para petaninya, seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara OECD. Pemberian subsidi domestik dalam jumlah besar tersebut mengakibatkan harga komoditas pertanian dunia turun dan berdampak pada petani-petani kecil dan menengah di negara 95

96 berkembang. Petani-petani di negara berkembang dan terbelakang tidak dapat bersaing dengan petani-petani kaya dari negara maju. Pemberlakukan AoA dan liberalisasi pertanian pada tahun 1995 dianggap terlalu cepat bagi pertanian Indonesia yang belum siap menerima gempuran komoditas pertanian asing dalam pasar domestik. AoA sendiri mengikat peraturan Indonesia sehingga Indonesia merasa tidak leluasa untuk memberikan bantuan subsidi kepada para petaninya. Pemberlakuan AoA, membatasi kemungkinankemungkinan bantuan yang dapat diberikan pemerintah Indonesia kepada para petani kecil. Seperti yang dialami negara-negara berkembang lainnya, pembukaan pasar dan pengurangan subsidi menyebabkan penurunan pembangunan pedesaan, mengancam ketahanan pangan, tidak berkurangnya jumlah kemiskinan, penurunan tingkat harga komoditas pertanian (terutama komoditas pangan), peralihan status negara pengekspor menjadi negara pengimpor, menurunnya intervensi negara dalam perdagangan komoditas pangan dan tidak siapnya negara untuk menghadapi persaingan internasional. Sektor pertanian Indonesia terpuruk, dimana Indonesia saat ini menjadi negara net pengimpor beras dan berbagai komoditas pangan lainnya. Kejatuhan sektor pertanian Indonesia ditimpakan pada AoA dan WTO yang dianggap tidak mampu mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan di negara berkembang melalui liberalisasi pertanian. Keanggotaan Indonesia dalam Cairns Group dirasa berbagai pihak tidak lagi sesuai dengan kepentingan sektor pertanian Indonesia, karena Indonesia saat ini sudah menjadi negara net pengimpor komoditas pangan. Dalam mendorong dan mendukung sektor pertanian Indonesia, pemerintah diharapkan untuk lebih

97 konsentrasi pada keanggotaan G-33 karena G-33 memperjuangkan konsep SP dan SSM yang cocok dengan kepentingan Indonesia. Tapi ada pula pendapat bahwa Indonesia tidak perlu keluar dari Cairns Group, karena Indonesia dapat memanfaatkan kedua koalisi dengan maksimal melalui diplomasi yang baik. Dalam melindungi petani komoditas pangan dan pertanian yang terkena dampak impor, perjuangan kebijakan dapat diperkuat melalui G-33, apalagi Indonesia berstatus sebagai koordinator G-33. Sedangkan perlindungan dan promosi bagi petani komoditas ekspor dapat dilakukan melalui keanggotaan dalam Cairns Group dengan Cairns Group menyetujui perhatian kepada perdagangan yang adil dan S&D bagi negara berkembang, sehingga kepentingan petani kecil dan petani komoditas pangan juga dapat terbantu. 5.2. Saran AoA memang mengakomodir sebagian kepentingan negara berkembang yang merupakan eksporter komoditas pertanian, tetapi saat ini status Indonesia lebih condong kepada negara importer daripada sebagai negara eksporter. Indonesia melakukan ekspor komoditas perkebunan tetapi melakukan impor besar dalam produk pangan. Keadaan ini menyebabkan Indonesia kurang maksimal dalam mengembangkan dan mempertahankan sektor pertanian domestik dari gempuran komoditas impor terkait dengan komoditas pangan. Selain perberlakuan AoA, Indonesia juga ditekan oleh berbagai organisasi internasional lain, seperti IMF dan Bank Dunia sehingga Indonesia menjalankan pasar bebas dengan proteksi minimal bagi komoditas pertanian. Keanggotaan

98 Indonesia dalam berbagai koalisi perundingan di WTO menyiratkan bahwa Indonesia masih lemah dalam melakukan perundingan tunggal dengan negaranegara maju, seperti yang dialami oleh banyak negara berkembang. Liberalisasi pertanian yang dilakukan Indonesia sangat kontradiktif dengan keadaan sektor pertanian di Indonesia yang tidak dapat bersaing dengan baik. Pertanian Indonesia masih sangat rentan terhadap banjir impor yang terjadi dalam pasar Indonesia. Dengan segala keterbatasannya, Indonesia masih sulit untuk memberikan subsidi domestik kepada para petaninya secara memuaskan. Selain memberikan subsidi domestik, pemerintah perlu mendorong sektor pertanian Indonesia dengan cara lain, seperti perbaikan infrastruktur dan peningkatan teknologi pertanian. Kedua hal tersebut akan sangat membantu pertanian Indonesia untuk dapat bangun kembali dari keadaan yang terpuruk. Perbaikan infrastruktur akan mempermudah laju distribusi komoditas pertanian dari produsen kepada penjual dan konsumen. Peningkatan teknologi pertanian akan berdampak pada produktivitas sektor pertanian sehingga produk domestik dapat bersaing dengan produk impor yang membanjiri pasar domestik. Jika kedua hal tersebut dapat diperbaiki oleh pemerintah, para petani kecil dan menengah di Indonesia dapat berharap untuk mulai berdiri, berusaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sektor pertanian untuk dapat bersaing secara kompetitif. Selain itu, pemerintah dapat berusaha menyeimbangkan kepentingan sektor pertanian Indonesia dengan kepentingan negara anggota lain baik dalam Cairns Group dan G-33. Pemerintah tidak perlu keluar dari Cairns Group seperti yang dikumandangkan segelintir pihak, tetapi sebisa mungkin memanfaatkan

99 Cairns Group secara maksimal dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian komoditas perkebunan Indonesia yang memang memerlukan akses pasar internasional yang lebih luas. Mengenai komoditas pangan pertanian, pemerintah dapat memperjuangkan kepentingan sebagai negara berkembang serta melindungi petani kecil perlakuan S&D dalam perundingan Cairns Group. Sedangkan dalam G-33, pemerintah dapat berusaha untuk terus mendorong konsep SP dan SSM didalam perundingan WTO sehingga kedepannya, Indonesia akan mendapatkan privilege (keistimewaan) sebagai sebuah negara berkembang dalam memasuki pasar komoditas pertanian negara maju bersama dengan negara-negara berkembang lainnya. Adapun konsep SP dan SSM harus jelas serta sebisa mungkin terdiri atas komoditas-komoditas pertanian yang strategis di Indonesia, misalnya beras, jagung, dan kacang kedelai. Upaya pengurangan impor ataupun penutupan akses pasar komoditas pertanian bukan menjadi satu-satunya jawaban untuk meningkatkan sektor pertanian Indonesia. Pengurangan impor berlebihan malahan akan menyakiti konsumen yang memiliki kebebasan dalam memilih dan membeli beragam produ yang tersedia. Peningkatan efektifitas dan produktivitas harus dikejar oleh pemerintah melalui berbagai program dan pembelajaran sosial untuk meningkatkan tingkat kompetitif sektor pertanian Indonesia.