Bab III TEORI PENUNJANG 3.1. Pengertian Fotografi Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. 3.1.1. Prinsip Fotografi Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO. Fotografi digital, sebagai lawan dari fotografi film, adalah proses fotografi yang menggunakan media perekaman digital. 3.1.2. Perkembangan Fotografi Fotografi digital, berbeda dengan fotografi film yang menggunakan media film sebagai media penerima gambar, menggunakan sensor elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk disimpan dalam data biner. Hal ini memotong banyak alur pengolahan gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan memungkinkan penggunanya untuk melihat dan menghapus foto langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa disadari lebih awal. Tidak ada yang lebih baik antara kamera digital dan film, karena pada awalnya karakteristik keduanya berbeda. Beberapa fotografer memilih menggunakan kamera digital karena kepraktisan dan keluwesannya. Sementara beberapa yang lain memilih tetap menggunakan kamera film atas pertimbangan kualitas. Namun batas ini semakin kabur seiring perbaikan kualitas yang dialami sensor digital, di lain sisi perkembangan ini menyebabkan terlalu banyak fasilitas yang ditambahkan kepada kamera digital sehingga sisi kepraktisannya tidak jauh berbeda dengan kamera film.
3.2. Kamera Digital Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang menggunakan sensr CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital. Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini harus diolah menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin cetak yang dapat membaca media simpan digital tersebut. 3.2.1. Komponen Kamera Digital memori. Komponen kamera digital terdiri dari Sensor, Layar LCD dan 3.2.2. Sensor Kamera Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang terdiri dari jutaan piksel lebih. Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang ditangkap, semakin detail gambar yang dihasilkan. 3.2.3. Layar LCD Layar LCD (LCD display) adalah layar kecil pada kamera digital yang bermanfaat untuk melihat seperti apa bidikan yang ditangkap oleh sensor CCD. Hasil yang ditunjukkan pada layar LCD lebih akurat
dibandingkan hasil yang diperkirakan dalam kamera konvensional yang sering berbeda. Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar diambil, hal ini memudahkan untuk mengkoreksi langsung hasil foto untuk mendapatkan hasil yang terbaik 3.2.4. Media Penyimpanan Salah satu komponen yang sangat berperan adalah media penyimpanan. Media ini dapat berupa compact flash, memory stick, dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori yang dimiliki. Kapasitas gambar pada setiap media juga ditentukan dengan kapasitas resolusi dari masing-masing gambar yang dihasilkan. Semakin tinggi resolusi CCD, semakin besar ukuran ruang untuk menyimpan berkas yang dibutuhkan dalam media penyimpan. 3.3 Foto Pre Wedding Istilah Fotografi Pre Wedding dipopulerkan pertama kali pada tahun 2003 oleh fotografer Edward Tigor Siahaan, istilah Fotografi Pre Wedding hanya dikenal di Indonesia, dan hampir tidak dikenal atau dilakukan di negara lain. Kata Foto Pre Wedding berasal dari bahasa Inggris yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia akan berarti foto sebelum pernikahan. Namun seiring waktu, banyak yang akhirnya menganggap bahwa foto ini berarti foto di suatu lokasi, dengan konsep serta pakaian yang memang dipersiapkan untuk kemudian hasil foto tersebut dipajang pada acara resepsi, pada undangan dan pada
suvenir pernikahan. Sehingga Foto Pre Wedding lebih berkembang dikarenakan unsur trend dan gengsi dari pasangan yang akan menikah, sebagian orang juga menganggap Foto Pre Wedding sebagai suatu keharusan terlepas dari beberapa aturan agama yang tidak memperbolehkan pria dan wanita mengumbar kemesraan sebelum menikah tetapi hal itu menjadi bias seiring berkembangnya tingkat perilaku masyarakat saat ini. 3.4 Lokasi Foto Pre Wedding Prewedding akan lebih menarik jika pemotretan prewedding dilakukan di outdoor. Pemotretan prewedding indoor/studio memang mempunyai keuntungan yakni lebih murah, cepat dan praktis.. namun pemotretan tidak akan menghasilkan kenangan dan biasanya akan mudah untuk dilupakan. Maka dari itu.. semua calon mempelai sudah jauh-jauh hari menetapkan lokasi pemotretan pre-weddingnya yang disesuaikan dengan budget yang mereka sediakan. Pilihan lokasinya biasanya di pantai, gunung, danau, gedung2 bertingkat, bangunan tua, pemandangan hotel/villa dsbnya. Dan sudah tentu lokasi-lokasi tersebut tidak bisa diraih dalam satu hari. Lokasi pemotretan pra wedding juga bisa berupa tempat-tempat yang menjadi kenangan kedua calon pengantin. Misalnya tempat jadian.. tempat pertama kali bertemu.. dll. Saat ini beberapa pilihan lokasi favorit adalah Bali, Bromo, Singapura dan Australia. Aturlah jadwal Anda, misalnya dengan menginap sehari sebelum pemotretan dan sebelumnya diskusikan lokasi-lokasi favorit Anda dengan fotografer pre-wedding Anda. Susunlah lokasi-lokasi tersebut sehingga menjadi rute yang gampang di tempuh dan tidak banyak menyita waktu di perjalanan. Berusahalah sesantai mungkin.. Anggaplah Anda sedang
berwisata ke lokasi tersebut dan buatlah hari pemotretan pre wedding Anda menjadi cerita yang akan Anda sampaikan kepada semua teman Anda. 3.5 Konsep Foto Pre Wedding Maksudnya adalah mau dijadikan bentuk seperti apa album yang kita inginkan : - Sekadar kumpulan foto indah dengan lokasi indah (seperti album foto konvensional. - Konsep sebuah cerita sebagaimana skenario film. - Konsep kalender yang dapat menggambarkan perubahan suasana dari musim ke musim. - Konsep komik dengan balon kata berisi kalimat-kalimat lucu - Konsep majalah dimana halaman muka, pengantar redaksi, halaman isi, dan berbagai rubrik - Dan konsep-konsep lain sesuai imajinasi pasangan pre wedding tersebut. 3.6 Tema Foto Pre Wedding Pemilihan tema mengacu pada nuansa (suasana dan setting) yang ingin dimunculkan dari karya foto. Beberapa contoh tema misalnya : etnik (jawa, minang, arab, sunda), kolonial, masa remaja, oriental, horror, wild western (seperti film-film koboi), kasual, kantor, futuristik, luar angkasa, gurun pasir, hutan amazon dan sebagainya tergantung imajinasi dari pasangan yang melakukan foto pre wedding tersebut.