BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Key Success Factor BAZNAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB V PEMBAHASAN. A. Konsep Strategi Peningkatan Pengumpulan ZIS di BAZNAS Kabupaten

PEMERINTAH KOTA PADANG

VII. FORMULASI STRATEGI

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB IV STRATEGI MANAJEMEN BAZ KOTA MOJOKERTO DALAM MENJAGA LOYALIYAS MUZAKKI< A. Urgensi Loyalitas Muzakki> Pada BAZ Kota Mojokerto

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada QS At Taubah : 60

Title: The Variables that Affect Compliance of Muslim Merchants for Zakat Maal in the District of Cianjur

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB IV METODE PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB III. Metodologi Penelitian

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

Bab 5 Analisis 5.1. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 5.2. Analisa Matriks ekternal Factor Evaluation (EFE)

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 65 TAHUN 2017 SERI E.60 BUPATI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

Potensi Zakat Nasional: Peluang dan Tantangan Pengelolaan

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SEMINAR NASIONAL ZAKAT. Potensi Pengoperasian ZAKAT Pusat Kajian Strategis BAZNAS, 8 Desember 2016 Dr. Zainulbahar Noor, Wakil Ketua BAZNAS

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

III. METODE PENELITIAN

n. TINJAUAN PUSTAKA IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN I. PENDAHULUAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT TAJUR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan/ekspedisi, yaitu

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

III. METODE PENELITIAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas strategi untuk meningkatkan pengumpulan dana BAZNAS. Strategi yang dilakukan adalah pengelompokan faktor-faktor internal dan eksternal, membuat Matriks IE, Matriks TOWS, Strategi QSPM. Penentuan target menggunakan model SMART untuk digunakan pada penentuan target pendapatan dana zakat setiap tahunnya. 4.1 Analisis Key Success Factor BAZNAS Dari Kondisi Internal BAZNAS 1. Manajemen Pengelola Zakat a. Berdasarkan penelitian, manajemen BAZNAS telah melakukan pembuatan organisasi, pengawasan pelaksanaan kerja dan hasil kerja dilakukan oleh Komisi Pengawasan. Departemen SDM BAZNAS membuat penyusunan staf sesuai kebutuhan departemen. b. Perumusan strategi belum maksimal dilakukan oleh BAZNAS.. 2. Pemasaran Pengelola Zakat a. BAZNAS sering melakukan sosialisasi pembayaran dana zakat kepada Amil Zakat, karena apabila zakat diberikan pada Amil Zakat maka zakat tersebut dapat diberikan pada kaum yang tepat. b. BAZNAS menjalin hubungan yang baik dengan harian umum nasional seperti seperti Harian Republika, Media Indonesia melalui penayangan iklan dan promosi program pengumpulan dana zakat, serta program penyalurannya. Pada media internet BAZNAS juga mengajak masyarakat Muslim untuk berpartisipasi pada program-program BAZNAS. c. BAZNAS belum menjadi Market Leader pada penghimpunan dana zakat 59

69 3. Pelaksanaan Program Zakat Pelaksanaan program zakat diutamakan pada 8 (delapan) asnaf, dan lebih didahulukan pada fakir miskin. Pada program pendayagunaan dana zakat, seperti pada tahun 2008 ini BAZNAS melakukan program Indonesia Peduli untuk membantu bencana alam, Indonesia Cerdas untuk memberikan beasiswa, Indonesia Sehat sebagai layanan kesehatan gratis, Indonesia Makmur untuk mengubah mustahik menjadi muzaki, dan Indonesia Taqwa untuk program penyebaran dan pembekalan Da i. Salah satunya terdapat di Sorong, Papua. 4. Transparansi Laporan Keuangan dan Laporan Program Zakat Laporan Keuangan BAZNAS dan Laporan Program Zakat dapat diketahui oleh masyarakat melalui buku laporan dari BAZNAS, melalui internet, dan surat kabar, dan media lainnya. Laporan keuangan dana zakat ini dilakukan secara terbuka dan transparan, yang berarti bahwa semua penggunaan dana zakat dari para muzakki harus siap untuk diketahui oleh masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dananya. Laporan keuangan dia audit oleh auditor independen. BAZNAS juga membuat laporan atas program zakat yang akan dilakukan dan yang telah dilakukan agar muzakki ingin mengetahui kegiatan dan penggunaan dana zakat tersebut. 5. Pemanfaatan Perkembangan Teknologi Informasi BAZNAS mempunyai sistem informasi pada manajemen untuk memberikan informasi yang akurat, lengkap dan cepat akan mempengaruhi kualitas setiap pengambilan keputusan. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi membuat aktivitas BAZNAS menjadi semakin serba cepat, sehingga keputusan dapat diambil dalam waktu yang lebih singkat. Pemimpin BAZNAS dapat mengetahui kondisi aktivitas BAZNAS setiap hari.

70 6. Memiliki Jaringan Mitra BAZNAS ada diseluruh propinsi, dengan adanya BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah sejumlah 33 BAZDA, dan Unit Pelayanan Zakat (UPZ) di DKI Jakarta sejumlah 21 UPZ 7. Visi dan Misi Visi dan Misi BAZNAS berorientasi keumatan. a. Visi adalah arah hidup organisasi. BAZNAS sebagai Badan Amil Zakat tertinggi di Indonesia tidak hanya melakukan kegiatan pengelolaan zakat, tetapi secara makro BAZNAS ingin berperan lebih besar dalam membangun bangsa Indonesia. BAZNAS mempunyai visi untuk : Menjadi Pusat Zakat Nasional yang memiliki peran dan posisi yang sangat strategis dalam upaya pengentasan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan melalui pengelolaan zakat nasional yang amanah, profesional, efisien, dan efektif berdasarkan syariat Islam dan aturan perundang-undangan yang berlaku. b. Misi, selain secara mikro BAZNAS melakukan pengelolaan zakat, secara makro BAZNAS mempunyai misi untuk memperbaiki sistem zakat di Indonesia. BAZNAS bertekad mewujudkan zakat tidak hanya sebagai kewajiban individu, tetapi sebagai sistem untuk membangun kemandirian bangsa Indonesia. Untuk itu BAZNAS telah menetapkan misi sebagai berikut 1. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui Amil Zakat, sekaligus mengarahkan dan membimbing masyarakat untuk dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial. 2. Menjadi regulator zakat nasional 3. Menjadi koordinator Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat, melalui upaya sinergitas yang efektif. 4. Menjadi pusat data zakat nasional

71 5. Menjadi pusat pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia zakat nasional 8. Metode menggalang dana zakat BAZNAS melakukan penggalangan dana zakat dengan debet rekening bank, kegiatan amal, direct mail, melalui toko dan lainnya. Tetapi BAZNAS belum maksimum melakukan penggalangan dana secara retail pada kaum muzaki. 9. Penelitian dan Pengembangan (lit bang) Pada organisasi BAZNAS belum ada Divisi Penelitian dan Pengembangan, disebabkan kondisi sumber daya manusia BAZNAS belum menyediakan personil untuk berada pada Divisi tersebut. Jika Divisi Penelitian dan Pengembangan ini belum ada bisa mengakibatkan BAZNAS belum bisa mencapai keunggulan yang kompetitif Dari Kondisi Eksternal BAZNAS 1. Potensi dana zakat sangat besar. Hasil penelitian pada tahun 2004 dari Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah dan Ford Foundation mengungkapkan, jumlah filantropi (kedermawanan) umat Islam Indonesia mencapai Rp 19,3 triliun, tetapi penghimpunan dana zakat di Indonesia pada tahun 2007 hanya mampu terkumpul secara nasional sebesar Rp. 1,3 triliun. Sehingga potensi dana zakat masih banyak yang belum terkumpul. 2. Penduduk miskin sangat banyak. Pada tanggal 2 Juli 2007 Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jumlah penduduk miskin adalah 37,17 juta orang atau 16,58 persen dari seluruh penduduk Indonesia, hal ini menjadi peluang bagi BAZNAS untuk berupaya mengentaskan kemiskinan, dan bisa menjadi promosi pengumpulan dana zakat.

72 3. Teknologi semakin berkembang. Dengan sangat berkembangnya teknologi menjadi peluang bagi BAZNAS untuk memanfaatkannya, sehingga pengumpulan dana zakat dan penyalurannya dapat lebih cepat diterima. Laporan program serta laporan keuangan dapat langsung diketahui oleh masyarakat Muslim. 4. Masyarakat semakin sadar untuk berzakat dan menyerahkan zakatnya pada amil zakat. Dengan adanya pendidikan agama, promosi, seminar, distribusi penyaluran zakat, jaringan penerimaan zakat, maka masyarakat Muslim lebih sadar untuk memberikan dana zakat pada amil zakat. Pemberian pada BAZNAS diharapkan dana zakat tersebut dapat tersalur pada kaum yang tepat. 5. Perbankan ingin berkerjasama menjadi pengumpul, dan distribusi zakat. Pihak perbankan ingin berkerjasama pada BAZNAS untuk lebih memperlancar penerimaan dana zakat melalui debet rekening atau melalui ATM. 6. Kerjasama dengan BAZ dan LAZ lainnya terbuka lebar. Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat berupaya berkoordinasi, agar distribusi zakat tidak tumpang tindih dan bisa memenuhi kebutuhan suatu daerah. 7. Masyarakat menginginkan transparansi hasil pengelolaan zakat dan laporan keuangan. BAZNAS melakukan transparansi dalam hal pengelolaan dana, dilakukan dengan pelaporan pengumpulan, jumlah penyaluran dan laporan posisi keuangan BAZNAS. Laporan keuangan BAZNAS selalu diaudit setiap tahunnya dari Kantor Akuntan Publik. Transparansi pengelolaan zakat juga dilakukan oleh BAZNAS agar masyarakat Muslim semakin mengerti dan percaya pada BAZNAS. 8. Adanya organisasi sejenis. Banyaknya organisasi sejenis berarti banyaknya pesaing BAZNAS. Pengelola zakat lainnya ada yang melakukan pengelolaan zakatnya dengan manajemen profesional tetapi ada juga pengelola zakat yang mempunyai manajemen tidak

73 professional. Seharusnya Pemerintah menertibkan pengelola zakat yang kurang dapat dipercaya, sehingga masyarakat muslim dapat mempercayai pengelola zakat yang melakukan manajemen yang professional 9. Kondisi perekonomian kurang baik. Kondisi perekonomian Indonesia pada saat ini dalam keadaan kurang baik, sehingga seluruh jasa dan barang semakin meningkat hargannya. Pada saat seperti ini biaya untuk pelaksanaan program zakat semakin meningkat, begitu juga biaya pengumpulan dana zakat juga meningkat. 10. Pemerintah belum terlalu memperhatikan zakat a. Kondisi pemerintah belum stabil, sehingga bisa mengganti organisasi pengelola zakat. Keadaan politik yang belum stabil, dengan banyaknya partai politik dengan berbagai kepentingan menjadi ancaman bagi BAZNAS. Keadaan pemerintah yang berganti bisa saja menghapuskan organisasi BAZNAS dan membuat organisasi baru lainnya. b. Pemerintah belum konsentrasi pada pengembangan zakat. Seharusnya pemerintah dan ulama bekerjasama untuk mengembangkan zakat. c. Belum adanya sanksi hukum bagi muzaki yang tidak membayar zakat. Pemerintah berhak untuk memberikan hukuman atau sanksi bagi muzaki yang tidak mau memberikan zakatnya. Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat. (Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam : 2006, halaman 54).. 11. Korupsi masih banyak terjadi di Indonesia sehingga masih berdampak pada kepercayaan masyarakat pada BAZNAS. BAZNAS dikenal sebagai Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Kondisi saat ini masih banyak korupsi yang terjadi dipihak pemerintah, hal ini menjadi ancaman bagi BAZNAS. Masyarakat Muslim mungkin masih kurang percaya pada BAZNAS karena didirikan oleh pemerintah.

74 4.2 Analisis Strategi Manajemen BAZNAS Strategi sangat diperlukan demi pencapaian Visi, Misi dan Tujuan BAZNAS. Peneliti menyapaikan analisi strategi untuk pengumpulan dana zakat oleh BAZNAS. 4.2.1 Analisis Matriks IE Untuk menentukan posisi BAZNAS pada Matriks Internal dan Eksternal diperlukan evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi faktor eksternal (EFI) Pada Evaluasi Faktor Internal faktor-faktor kekuatan dan faktor-faktor kelemahan diberikan bobot dan dikalikan pada score. Hasil dari perhitungan tersebut dapat dijumlahkan, dan dapat diketahui analisis EFI berada dimana pada Matriks EI. Tabel 3. Evaluasi Faktor Internal NO EVALUASI FAKTOR INTERNAL BOBOT SCORE TOTAL Kekuatan-Kekuatan 1 BAZNAS selalu melakukan sosialisasi pada 0.15 4 0.60 masyarakat untuk berzakat pada Amil Zakat 2 Transparansi pengelolaan zakat pada 0.10 3 0.30 program yang telah dan akan dilakukan 3 Melakukan transparansi laporan keuangan 0.10 3 0.30 4 Memiliki jaringan cukup banyak untuk 0.15 3 0.45 pengumpulan zakat. 5 Visi dan misi berorientasi keumatan 0.05 3 0.15 6 Memiliki sistem informasi manajemen 0.05 3 0.15

75 Kelemahan-Kelemahan 1 BAZNAS belum membuat target 0.05 4 0.20 penerimaan dana zakat secara SMART 2 BAZNAS belum menjadi market leader 0.05 3 0.15 pada pengumpulan dana zakat BAZNAS belum optimal melakukan 3 program 0.10 3 0.30 retail untuk penerimaan dana zakat 4 BAZNAS belum memiliki divisi penelitian 0.10 3 0.30 dan pengembangan 5 BAZNAS memerlukan strategi 0.10 4 0.40 penghimpunan dana zakat Jumlah 1.00 3.30 Sumber : Data sudah diolah Pada Evaluasi Faktor Eksternal faktor-faktor peluang dan faktor-faktor ancaman diberikan bobot dan dikalikan pada score. Hasil dari perhitungan tersebut dapat dijumlahkan, dan dapat diketahui analisis EFE berada dimana pada Matriks EI. Tabel 4. Evaluasi Faktor Eksternal NO EVALUASI FAKTOR INTERNAL BOBOT SCORE TOTAL Kekuatan-Kekuatan 1 BAZNAS selalu melakukan sosialisasi pada 0.15 4 0.60 masyarakat untuk berzakat pada Amil Zakat 2 Transparansi pengelolaan zakat pada 0.10 3 0.30 program yang telah dan akan dilakukan

76 3 Melakukan transparansi laporan keuangan 0.10 3 0.30 4 Memiliki jaringan cukup banyak untuk 0.15 3 0.45 pengumpulan zakat. 5 Visi dan misi berorientasi keumatan 0.05 3 0.15 6 Memiliki sistem informasi manajemen 0.05 3 0.15 Kelemahan-Kelemahan 1 BAZNAS belum membuat target 0.05 4 0.20 penerimaan dana zakat secara SMART 2 BAZNAS belum menjadi market leader 0.05 3 0.15 pada pengumpulan dana zakat BAZNAS belum optimal melakukan 3 program 0.10 3 0.30 retail untuk penerimaan dana zakat 4 BAZNAS belum memiliki divisi penelitian 0.10 3 0.30 dan pengembangan 5 BAZNAS memerlukan strategi 0.10 4 0.40 penghimpunan dana zakat Jumlah 1.00 3.30 Sumber : Data sudah diolah Hasil perhitungan dari Evaluasi Faktor Internal = 3.30 Hasil perhitungan dari Evaluasi Faktor Eksternal = 3.25 Matriks IE berada pada sel I yang berarti tumbuh dan membangun. Pada sel I ini dapat diggunakan strategi intensif penetrasi pasar atau pengembangan pasar. Strategi penetrasi pasar dengan mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih

77 gencar. Strategi pengembangan pasar dengan cara memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru. Dibawah ini tercantum posisi Matriks Internal Eksternal BAZNAS Gambar 5. Matriks IE TOTAL NILAI IFE YANG DIBERI BOBOT 4,0 3,30 3, 0 2, 0 1,0 TOTAL 3,25 3,0 NILAI EFE YANG DIBOBOT 2,0 1,0 Sumber : Data sudah diolah 4.2.2 Analisis Matriks TOWS Matriks TOWS merupakan pencocokan yang penting yang membantu mengembangkan empat tipe strategi Strategi SO (Strength Opportunites), strategi WO (Weaknesses-Opportunitis), strategi ST (Strengths-Threats) dan strategi WT (Weaknesses-Threats). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan matriks TOWS, dan memerlukan penilaian yang baik.

78 Hasil analisis strategi QSPM Tabel 13. Hasil analisis strategi QSPM No Strategi Strategi Internal Eksternal Total 1 S O Perluasan Lingkup Zakat Program Penyaluran Dana Zakat Distribusi Intens Pada Fakir Miskin 3.55 2.50 2.15 3.05 2.70 2.90 6.60 5.20 5.05 2 W O Strategi Penghimpunan dan Target Kerjasama Dengan Pihak Perbankan Membuat Divisi Lit Bang 2.65 2.70 2.70 2.50 2.20 2.05 6.15 4.90 4.75 3 S T Sosialisasi u/ Tertarik Pada BAZNAS Pemerintah Perhatian Pada Zakat Program Dana Kecil dan Berguna 3.00 2.45 2.15 2.45 2.85 2.25 5.45 5.30 4.40 4 W T Menutup Organisasi BAZNAS Merger Dengan Lembaga Zakat Lain 1.80 1.80 1.65 1.65 3.45 3.45 Berdasarkan perhitungan total dari tabel tersebut dapat diambil strategi : 1. Perluasan Lingkup Zakat = 6.60 2. Penghimpunan dan Target = 6.15 3. Sosialisasi u/ Tertarik Pada BAZNAS = 5.45

79 4.3 Implikasi Manajemen Dari strategi-strategi yang diperoleh dapat dilakukan pelaksanaan strategi tersebut : 1. Perluasan Lingkup Zakat Perluasan lingkup zakat ini harus dilakukan oleh manajemen BAZNAS, untuk memperoleh jenis-jenis zakat fitrah dan zakat maal lainnya. Jenis-jenis zakat adalah zakat fitrah, zakat harta (zakat atas emas, perak dan uang diatas nishab), zakat hasil ternak, zakat hasil pertanian, zakat hasil usaha, zakat atas hasil perniagaan barang dan jasa, zakat perusahaan, zakat profesi, zakat surat surat berharga, zakat perdagangan mata uang. Pada strategi ini juga dilakukan cara-cara penerimaan dana zakat, seperti debet rekening bank, langsung diterima oleh manajeman BAZNAS, secara retail untuk individu dan yang lainnya. Strategi perluasan lingkup zakat ini dapat dilakukan oleh Divisi Fundraising, di bantu oleh SDM BAZNAS lainnya. 2. Membuat Strategi Penghimpunan Dana Zakat dan Target Penerimaan Dana Zakat Strategi penghimpunan dana zakat sangat berguna bagi manajemen BAZNAS, salah satunya adalah agar BAZNAS bisa menjadi Market Leader, dan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Strategi penentuan target penerimaan dana zakat juga harus di buat oleh manajemen BAZNAS, agar SDM Divisi Fundraising dapat menggalang dana sesuai strategi yang ditetapkan. Pembuatan strategi ini dapat dilakukan oleh SDM Divisi Fundraising, Divisi Penelitian dan Pengembangan, beserta seluruh tingkatan manajemen BAZNAS.

80 3. Sosialisasi Agar Masyarakat Muslim Tertarik Pada BAZNAS Motivasi atau alasan masyarakat melakukan pembayaran zakat adalah alasan keagamaan, yaitu motivasi melakukan kegiatan kedermawanan atau kepedulian karena kesadaran bahwa perbuatan seperti itu diperintahkan atau dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Masyarakat Muslim ini sering kurang percaya pada pengelola zakat. BAZNAS harus melakukan sosialisasi secara terus menerus pada masyarakat, terutama dapat diterangkan bahwa prinsip BAZNAS adalah Manajemen BAZNAS tidak boleh melakukan korupsi, dapat melakukan distribusi dana zakat dengan baik. Sosialisasi ini dapat dilakukan oleh Divisi Pemasaran, dibantu oleh manajemen BAZNAS lainnya. 4.3 Target Model SMART Penetuan target penerimaan dana zakat sebaiknya menggunakan model SMART karena model SMART menerangkan cara-cara perhitungan target secara jelas, terperinci, dapat dsetujui dan dapat dilaksanakan oleh kryawan. 4.4.1 Penentuan Target Penerimaan Dana Zakat Pada tahun 2004 sampai tahun 2006, SDM BAZNAS belum bisa menentukan target penerimaan zakat, sehingga target tersebut diajukan tanpa menggunakan metode penentuan target. Ketidakmampuan SDM BAZNAS ini karena SDM yang ada masih sering berganti-ganti sehingga belum ada yang berkonsentrasi untuk membuat target penerimaan zakat dengan model yang baik.

81 4.4.2 Analisis Penetapan Target Model SMART SMART merupakan syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam penetapan target.(rinella Putri : 2008, Metode SMART Vibiznews.com). Untuk menetapkan target pendapatan zakat BAZNAS pada setiap tahunnya peneliti upayakan untuk menggunakan model SMART 1. Specific (terperinci) Target dari suatu rencana kerja harus jelas dan spesifik, sehingga organisasi BAZNAS lebih mudah melakukan pekerjaan. Target yang spesifik biasanya sangat jelas. Supaya suatu target bisa menjadi efektif, maka terdapat beberapa faktor kunci yang harus ada. Faktor kunci tersebut haruslah menjelaskan hasil yang diinginkan. 2. Measurable (dapat diukur) Selain harus spesifik, maka suatu target juga harus bisa diukur, karena nantinya akan dilakukan evaluasi mengenai pencapaian target atas kinerja yang telah dilakukan. Evaluasi pencapaian target harus dibagi dan diukur setiap kwartal, jangan hanya pada akhir tahun. Sehingga pemimpin dapat bereaksi dengan tepat setiap tiga bulan, untuk memastikan bahwa kinerja BAZNAS dijalur yang benar. 3. Achievable (dapat dicapai) Sasaran kerja harus dimengerti oleh SDM BAZNAS, didiskusikan, dan disetujui oleh seluruh SDM BAZNAS. Apabila ada terjadi suatu keadaan yang belum diperhitungkan dan sangat berpengaruh pada penetapan target, pemimpin harus bisa merubah target sesuai dengan kondisi SDM BAZNAS, keadaan perusahaan BAZNAS, dan situasi pasar, dan target yang ditetapkan juga harus mengacu pada kapasitas dari organisasi itu sendiri.

82 4. Realistic (realistis) Target yang realistis turut memperhitungkan faktor yang berada di luar kendali kita. Target yang realistis adalah target yang ditetapkan sesuai dengan kapasitas internal serta kesempatan yang dimiliki perusahaan. Untuk meningkatkan kinerja SDM BAZNAS, pemimpin harus membuat target yang dapat dicapai tetapi memiliki tantangan. 5. Time Related (memperhitungkan time frame) Faktor terakhir dari target yang baik adalah kapan target tersebut harus dicapai, yang berarti mempunyai basis waktu.