DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F24. Pelatihan Madya 1. Review Partisipatif. PNPM Mandiri Perkotaan

dokumen-dokumen yang mirip
KUMPULAN BAHAN SERAHAN

KUMPULAN BAHAN SERAHAN

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C28. Relawan. Perencanaan Program. PNPM Mandiri Perkotaan

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Review Pelaksanaan Siklus

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

BAB III METODOLOGI KAJIAN

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

Perkembangan Kelembagaan BKM

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C14. Tugas dan Fungsi UP. PNPM Mandiri Perkotaan

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C06. Relawan. Pembangunan BKM. PNPM Mandiri Perkotaan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan

KATA PENGANTAR. Taipa, 10 September 2016

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

Manajemen Organisasi Nirlaba

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Program Penanggulangan Kemiskinan

LPF 8. LANGKAH 8 KONSULTASI PUBLIK 120 menit

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F14. Pelatihan Dasar 2. Pengembangan KSM. PNPM Mandiri Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS)

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Perencanaan Program Unit Pengelola Keuangan

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KABUPATEN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK)

Transkripsi:

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Madya 1 F24 Review Partisipatif PNPM Mandiri Perkotaan

Modul 1 Gambaran Umum Review Partisipatif BKM/LKM 1 Kegiatan 1 Presentasi Panduan Fasilitasi Review Partisipatif 2 Modul 2 Review Kelembagaan BKM/LKM 5 Kegiatan 1 Mengingat Kembali Alasan Keberadaan dan Peran BKM/LKM 6 Kegiatan 2 Diskusi Tahapan Perkembangan BKM/LKM 7 Kegiatan 3 Diskusi Memahami Sumberdaya Untuk Penguatan 8 Kegiatan 4 Berlatih Menilai Perkembangan BKM/LKM 9 Modul 3 Review Program Penanggulangan Kemiskinan 31 Kegiatan 1 Mengingat Kembali Tujuan Penyusunan PJM Pronangkis 32 Kegiatan 2 Refleksi Kekuatan dan Kelemahan PJM Pronangkis 32 Kegiatan 3 Berlatih Review Program Penanggulangan Kemiskinan 34 Modul 4 Review Keuangan 35 Kegiatan 1 Diskusi Parameter Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan BKM/LKM 36 Modul 5 Strategi Pendampingan Fasilitator dalam Proses Fasilitasi Review Partisipatif 38 Kegiatan 1 Diskusi Kelompok Memahami Panduan Fasilitasi 39

Modul 1 Topik: Gambaran Umum Review Partisipatif BKM/LKM Peserta memahami tujuan dan tahapan review partisipatif. Kegiatan 1: Presentasi Panduan Fasilitasi Review Partisipatif 1 Jpl (45 ) Media Bantu Panduan Fasilitasi Review Partisipatif Kertas Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 1

Presentasi Panduan Fasilitasi Review Partisipatif 1) Berikan pengantar bahwa kita akan memulai proses belajar mengenai review partisipatif. Jelaskan bahwa kita memaknai istilah monitoring-evaluasi, evaluasi atau review dengan makna yang sama. 2) Presentasikan Media Bantu Panduan Fasilitasi Review Partisipatif. Beri kesempatan kepada peserta untuk berdiskusi. 3) Kaji ulang proses diskusi dengan mengajukan pertanyaan: Apa makna partisipatif dalam review ini? atau Apa pentingnya masyarakat melakukan review pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan? 4) Tutup diskusi. Sampaikan bahwa proses review partisipatif ini akan kita pelajari potongan demi potongan selama beberapa waktu ke depan. Apa makna partisipatif dalam review? Karena masyarakatlah yang akan mengukur hasil dan merumuskan apakah suatu program berhasil atau tidak. Mengapa program penanggulangan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perkotaan harus melakukan review partisipatif? Karena pada hakikatnya program penanggulangan kemiskinan adalah milik atau programnya masyarakat. Masyarakat miskin lah yang harus memutuskan apakah ada manfaatnya PNPM Mandiri Perkotaan bagi mereka, apakah PNPM Mandiri Perkotaan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka, bahkan hingga apakah PNPM Mandiri Perkotaan layak untuk dilanjutkan Karena review partisipatif dibuat dengan tujuan sebagai media untuk belajar dari pengalaman, maka semakin banyak masyarakat yang terlibat review semakin baik. Tujuannya adalah agar masyarakat memahami pembelajaran yang telah mereka alami. Pembelajaran baru inilah yang sangat berharga untuk membangun modal sosial guna peningkatan kualitas kehidupan masyarakat ke depan. Selain sebagai pembelajaran, review partisipatif juga menjadi ruang pertanggungjawaban program penanggulangan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perkotaan kepada masyarakat (orang miskin). Orang miskin lah yang selayaknya mengukur hasil dan memberikan penilaian apakah program berhasil atau gagal menjawab persoalan kemiskinan mereka. Melalui review partisipatif, rasa kepemilikan masyarakat terhadap program juga dapat terbangun. 2

Slide 1 Slide 2 Slide 3 Slide 4 3

Slide 5 Slide 6 Slide 7 Slide 8 4

Modul 2 Topik: Review Kelembagaan BKM/LKM 1. Peserta mengingat kembali alasan keberadaan dan peran BKM/LKM 2. Peserta memahami pentingnya tahapan perkembangan BKM/LKM 3. Peserta memahami aspek-aspek sumberdaya dalam penguatan kelembagaan BKM 4. Peserta berlatih menilai tahapan pengembangan organisasi BKM/LKM Kegiatan 1: Mengingat Kembali Alasan Keberadaan dan Peran BKM/LKM. Kegiatan 2: Diskusi Tahapan Perkembangan BKM/LKM Kegiatan 3: Diskusi Memahami Sumberdaya untuk Penguatan BKM/LKM Kegiatan 4: Berlatih Menilai Perkembangan BKM/LKM 5 Jpl (225 ) Bahan Bacaan Memahami Sumberdaya Penguatan BKM/LKM Bahan Bacaan Penilaian Perkembangan Organisasi BKM/LKM Media Bantu Matriks Tingkat Perkembangan Organisasi BKM/LKM Media Bantu Contoh Profil Perkembangan Organisasi BKM/LKM Kertas Plano, Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan, Spidol, selotip kertas dan jepitan besar Papan Tulis dengan perlengkapannya 5

Mengingat Kembali Alasan Keberadaan dan Peran BKM/LKM 1) Berikan pengantar bahwa saat ini kita akan berdiskusi mengenai salah satu aspek dalam review partisipatif BKM/LKM yaitu review kelembagaan BKM/LKM. Dua hal penting yang ingin kita raih dari proses review kelembagaan BKM/LKM adalah adanya potret tingkat perkembangan organisasi BKM/LKM dan selanjutnya prioritas sasaran pengembangan organisasi BKM/LKM ke depan. 2) Jelaskan (ingatkan) kembali alasan keberadaan dan peran BKM/LKM untuk penanggulangan kemiskinan. Diskusikan hal-hal yang belum dipahami bersama. BKM/LKM adalah lembaga pimpinan kolektif sebagai penggerak modal sosial untuk menanggulangi kemiskinan di wilayah desa / kelurahan dengan tugas pokok sebagai berikut: a. merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai hal hal yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan. b. Mengorganisasi masyarakat untuk merumuskan visi, misi, rencana strategis dan pronangkis. c. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan keputusan yang diambil. d. Memverifikasi penilaian yang telah dilaksanakan oleh UP UP e. Mengawal terlembaganya nilai nilai kemanusiaan dan prinsip kemasyarakatan f. Mewakili masyarakat untuk memberikan kontrol dan masukan terhadap kebijakan pemerintah. g. Membangun kerjasama dengan pihak luar. BKM/LKM bukanlah sebagai pelaksana program, akan tetapi berfungsi sebagai penggerak dan pengendali agar program penanggulangan kemiskinan berjalan. Dalam menjalankan kebijakannya BKM/LKM dibantu oleh Unit pengelola (UP-UP), sehingga BKM/LKM lebih fokus didalam membuat kebijakan dan memonitoring segala kegiatan. UP- UP bertangungjawab penuh kepada BKM/LKM. Dalam membangun Modal sosial BKM/LKM harus melakukan : a. membangun kerjasama dan kepercayaan diantara anggota BKM/LKM b. menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM dan masyarakat c. menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar warga masyarakat d. menumbuhkan kerjasama antara BKM/LKM dengan pihak luar (kemitraan). 6

Diskusi Tahapan Perkembangan BKM/LKM 1) Ajukan pertanyaan pembuka: Apakah BKM/LKM ke depan akan sama dengan BKM/LKM yang ada saat ini? Jelaskan bahwa sebagai organisasi BKM/LKM yang hidup di tengah-tengah masyarakat pastilah BKM/LKM akan mengalami perubahan-perubahan baik terus tumbuh dan berkembang atau malah mati. Satu hal yang dapat mendorong BKM/LKM untuk terus tumbuh dan berkembang adalah adanya mimpi atau cita-cita baik diantara anggota BKM/LKM, masyarakat maupun juga para fasilitator pendamping. 2) Ajukan kembali pertanyaan: Apakah teman-teman memiliki mimpi tentang BKM/LKM yang didampingi? Lakukan curah pendapat untuk menggali mimpi peserta terhadap BKM/LKM dalam 2 aspek: Mimpi tentang masyarakat miskin yang dilayani: Perubahan apa yang diharapkan terjadi pada masyarakat miskin Mimpi tentang organisasi BKM/LKM: Perubahan seperti apa yang diharapkan terjadi pada BKM/LKM dalam beberapa tahun ke depan. Gunakan dua warna metaplan yang berbeda untuk dua mimpi tersebut. Minta setiap peserta menempelkan metaplannya di papan tulis. Kelompokkan sesuai warna. 3) Diskusikan mimpi-mimpi tersebut. Bandingkan antara mimpi tentang masyarakat miskin dengan mimpi tentang organisasi BKM/LKM. Ingatkan peserta bahwa BKM/LKM hadir untuk menanggulangi kemiskinan yang diderita masyarakat miskin. 4) Ajukan pertanyaan: Bagaimana caranya agar mimpi tentang organisasi BKM/LKM ini tercapai? Beberapa kesempatan beberapa komentar dari peserta. Jelaskan bahwa untuk mewujudkan mimpi setidaknya kita harus memiliki tahap demi tahap atau langkah demi langkah untuk mencapai mimpi. 5) Jelaskan bahwa untuk memetakan tahapan perkembangan BKM, program ini telah menyusun ciri-ciri tahapan perkembangan BKM/LKM mulai awal pembentukan, berdaya, mandiri hingga siap menuju organisasi madani. Bagikan Bahan Bacaan Tahapan Perkembangan BKM/LKM. 6) Diskusikan ciri-ciri tersebut. Ingatkan peserta bahwa peserta dapat membuat ciri-ciri yang lebih spesifik dan sesuai dengan konteks perkembangan BKM/LKM yang didampingi. Atau peserta bersama anggota BKM/LKM yang didampingi bisa bersama-sama merumuskan tahapan perkembangan BKM/LKM-nya berikut tanda-tanda keberhasilan, waktu, dsb. 7) Lakukan kaji ulang dengan mengajukan pertanyaan: Apa pentingnya bagi fasilitator memiliki potret kondisi dan perkembangan kelembagaan BKM/LKM? atau Apa pengaruhnya bagi strategi pendampingan fasilitator? 7

Diskusi Memahami Sumberdaya untuk Penguatan BKM/LKM 1) Berikan pengantar bahwa untuk memperkuat organisasinya, BKM/LKM harus memiliki kemampuan untuk menggalang sumberdaya. BKM/LKM harus memiliki kemampuan untuk memetakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk peningkatan kinerja BKM secara khusus dan pelaksanaan program (PJM dan Renta Pronangkis) secara umum. Saat ini kita akan mempelajari sumberdaya yang dibutuhkan untuk penguatan kelembagaan BKM/LKM. 2) Ilustrasikan kepada peserta tentang manusia dan tubuhnya. Ajukan pertanyaan, Bagian manakah yang paling penting dari tubuh manusia. Beri contoh, misalnya, otak, sistem pencernaan, sistem peredaran darah. Catat pendapat peserta. Ajukan kembali pertanyaan, Apa yang akan terjadi pada manusia, jika organ-organ pentingnya diambil? Apakah orang bersangkutan akan meninggal atau cacat? 3) Tarik ilustrasi tersebut ke dalam organisasi BKM. Bandingkan antara manusia dan BKM dengan menunjukkan kesamaan bahwa ada elemen-elemen penting yang menentukan hidup-matinya BKM serta membuat BKM mampu menjalankan peran dan fungsinya secara efektif. Untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM, yaitu mendorong terjadinya perubahan sosial di komunitasnya, BKM perlu memperkuat kelembagaannya. Tanpa penguatan kelembagaan, visi/misi keberadaan BKM---yang sesungguhnya merupakan mandat komunitas dan diembankan pada BKM--- besar kemungkinan akan gagal diwujudkan. Memperkuat kelembagaan berarti BKM memiliki kesediaan dan kemampuan untuk menjadi lebih baik. Secara umum, ada 2 pengertian yang terkandung di dalam menjadi lebih baik, yaitu memperbaiki, dan meningkatkan. Memperbaiki berhubungan dengan berbagai kelemahan yang ada pada tubuh BKM. Melalui proses ini, BKM menghilangkan, mengurangi terus-menerus berbagai kelemahannya, serta menumbuhkan berbagai hal yang belum tersedia guna meningkatkan kwalitas maupun kwantitas layanan bagi komunitasnya. Sedangkan Meningkatkan berhubungan dengan berbagai kekuatan yang dimiliki oleh BKM. Melalui proses ini, BKM mempertahankan serta menumbuh-kembangkan berbagai hal yang selama ini dipandang memberi faedah bagi perubahan sosial. Memperkuat kelembagaan akan berlangsung terus-menerus. Oleh karena itu, BKM perlu memiliki kesediaan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus (organisasi belajar). Agar dapat memperkuat kelembagaannya, BKM perlu memiliki kemampuan menggalang sumberdaya yang dibutuhkan dan mengelola sumberdaya yang tersedia di dalam kelembagaannya. Sumberdaya merupakan faktor yang fundamental bagi keberadaan BKM atau organisasi-organisasi lainnya. Suatu organisasi tidak bisa berdiri tanpa dukungan sumberdaya. Lemah-kuatnya atau sehat-sakitnya suatu organisasi ditentukan pula oleh ketersediaan sumberdaya 4) Minta peserta untuk mengidentifikasi elemen-elemen penting di dalam organisasi BKM. Berilah kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan pendapatnya. Tulis jawaban peserta di papan tulis. 5) Tarik benang merah berbagai pendapat peserta dengan memberikan penjelasan mengenai aspek-aspek sumberdaya di dalam kelembagaan BKM. Tampilkan bagan tentang 5 aspek 8

sumberdaya untuk penguatan kelembagaan BKM. Sampaikan tentang pengertian sumberdaya untuk penguatan kelembagaan BKM. Berikan penjelasan untuk masing-masing aspek tersebut. 6) Buka sessi tanya-jawab dengan peserta untuk mempertajam pemahaman peserta tentang aspek-aspek sumberdaya dalam penguatan kelembagaan BKM. Tekankan bahwa pengembangan manusia merupakan aspek fundamental dalam memperkuat kelembagaan BKM. Ada banyak pengertian tentang apa yang dimaksud dengan sumberdaya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pendapat yang mengatakan bahwa sumberdaya adalah suatu aspek tertentu saja, misalnya, uang/dana. Sumberdaya sama dengan uang/dana. Bahkan, tidak jarang pula kita temui kalangan yang menempatkan uang adalah segalanya. Dalam perspektif pengembangan kelembagaan BKM, sumberdaya tidaklah semata hanya uang atau suatu aspek tertentu saja. Sumberdaya adalah berbagai aspek yang dibutuhkan dan didayagunakan---meliputi orang, uang, peralatan, sistem manajemen, informasi, dan waktu yang dikerahkan--- untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM. Ada 5 aspek sumberdaya untuk memperkuat kelembagaan BKM, yaitu: 1. Visi/Misi Keberadaan BKM: Apa yang ingin dicapai oleh BKM? Untuk apa dan kenapa BKM didirikan? 2. Pengembangan Kapasitas: Apa kapasitas lembaga untuk menjalankan berbagai kegiatan? 3. Struktur organisasi dan Sistem Manajemen: Bagaimana struktur dan mekanisme untuk menjalankan berbagai kegiatan? 4. Uang dan peralatan: Bagaimana penggelolaan dan penggalangan dana serta perangkat kerja untuk menjalankan berbagai kegiatan? 5. Hubungan dan Jaringan: Apakah BKM membangun hubungan dan jaringan dengan pihak-pihak lain untuk menjalankan berbagai kegiatannya? Berlatih Menilai Perkembangan BKM/LKM 1) Sampaikan kepada peserta bahwa program ini mengembangkan satu alat potret perkembangan BKM/LKM yang diadaptasi dari IDF (Institutional Development Framework Kerangka Pengembangan Organisasi), suatu perangkat manajemen yang dirancang untuk menilai tingkat perkembangan suatu organisasi. Jelaskan mengenai kerangka pengembangan organisasi ini. 2) Minta fasilitator berkumpul dalam Tim Fasilitator. Bagikan Media Bantu - Lembar Review Tingkat Perkembangan Organisasi BKM/LKM. Tugaskan setiap kelompok untuk memetakan perkembangan salah satu BKM yang mereka dampingi hingga menghasilkan profil perkembangan BKM/LKM. 3) Lakukan observasi selama proses diskusi kelompok untuk memastikan semua peserta memahami cara menggunakan alat bantu ini. 4) Minta setiap kelompok untuk menyajikan hasil kerjanya. Berikan umpan balik terhadap proses penggunaan alat bantu ini. 9

Memahami Sumberdaya Penguatan BKM Oleh : Budi Supriatna Untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM, yaitu mendorong terjadinya perubahan sosial di komunitasnya, BKM perlu memperkuat kelembagaannya. Tanpa itu, amanat komunitas yang diembankan pada BKM besar kemungkinan akan gagal diwujudkan. Memperkuat kelembagaan berarti BKM memiliki kesediaan dan kemampuan untuk menjadi lebih baik. Secara umum, ada 2 pengertian yang terkandung di dalam menjadi lebih baik, yaitu memperbaiki, dan meningkatkan. Memperbaiki berhubungan dengan berbagai kelemahan yang ada pada tubuh BKM. Melalui proses ini, BKM menghilangkan, mengurangi terus-menerus berbagai kelemahannya, serta menumbuhkan berbagai hal yang belum tersedia guna meningkatkan kwalitas maupun kwantitas layanan bagi komunitasnya. Sedangkan Meningkatkan berhubungan dengan berbagai kekuatan yang dimiliki oleh BKM. Melalui proses ini, BKM mempertahankan serta menumbuh-kembangkan berbagai hal yang selama ini dipandang memberi faedah bagi perubahan sosial. Memperkuat kelembagaan akan berlangsung terus-menerus. Oleh karena itu, BKM perlu memiliki kesediaan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus (organisasi belajar). Sumberdaya Dan Penguatan Kelembagaan BKM Agar dapat memperkuat kelembagaannya, BKM perlu memiliki kemampuan menggalang dan mengelola sumberdaya yang tersedia di dalam kelembagaannya. Sumberdaya merupakan faktor yang fundamental bagi keberadaan BKM atau organisasi-organisasi lainnya. Suatu organisasi tidak bisa berdiri tanpa dukungan sumberdaya. Lemah-kuatnya atau sehat-sakitnya suatu organisasi ditentukan pula oleh ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya dan Daya Hidup BKM Sumberdaya merupakan faktor yang menentukan daya hidup BKM. BKM yang tidak memiliki suatu sumberdaya akan menjadi bergantung pada pihak-pihak lain. Semakin tinggi tingkat ketergantungannya, besar kemungkinan akan semakin besar pula resiko BKM tersebut kehilangan otonomi dan independesinya. Semakin tidak memiliki sumberdaya vital yang merupakan nyawa bagi kehidupannya, BKM cepat tapi pasti akan menuju kematiannya. Dengan adanya sumberdaya, BKM dapat mempertahankan daya hidupnya serta menjalankan berbagai kegiatan untuk mencapai visi/misi keberadaannya. Selain itu, dengan adanya sumberdaya BKM dapat: membangun dan mengembangkan jaringan; memelihara hubungan dengan kelompok, komunitas, serta pihak-pihak lainnya memperkuat kelembagaannya melalui berbagai peningkatan keterampilan dan pengetahuan, peningkatan kemampuan kepemimpinan, pengembangan kemampuan manajemen, pengembangan organisasi belajar BKM yang memiliki daya hidup berarti akan dapat secara terus-menerus menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam waktu yang panjang. Dengan demikian, memungkinkan mencapai tujuan utama keberadaannya, yaitu mendorong perubahan sosial yang lebih baik bagi komunitasnya. Daya hidup bukanlah semata kemampuan untuk menggalang atau memperoleh sumberdaya, melainkan juga kemampuan untuk mengelola sumberdaya. 10

Aspek-aspek Sumberdaya untuk Memperkuat Kelembagaan BKM Ada banyak pengertian tentang apa yang dimaksud dengan sumberdaya. Dalam kehidupan seharihari, kita sering mendengar pendapat yang mengatakan bahwa sumberdaya adalah suatu aspek tertentu saja, misalnya, uang/dana. Sumberdaya sama dengan uang/dana. Bahkan, tidak jarang pula kita temui kalangan yang menempatkan uang adalah segalanya. Dalam perspektif pengembangan kelembagaan BKM, sumberdaya tidaklah semata hanya uang atau suatu aspek tertentu saja. Sumberdaya adalah berbagai aspek yang dibutuhkan dan didayagunakan- --meliputi orang, uang, peralatan, sistem manajemen, informasi, dan waktu yang dikerahkan--- untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM. Ada 5 aspek sumberdaya untuk memperkuat kelembagaan BKM, yaitu: 1. Visi/Misi Keberadaan BKM: Apa yang ingin dicapai oleh BKM? Untuk apa dan kenapa BKM didirikan? BKM mesti memiliki visi/misi keberadaan serta tujuan yang jelas. Visi/misi keberadaan serta tujuan BKM merupakan panduan arah bagi keseluruhan kerja yang dilakukan BKM. Ketika BKM tidak memiliki kejelasan arah tentang yang hendak dicapai dan ditujunya, bisa dipastikan BKM tidak akan mampu bertahan untuk waktu yang panjang. 2. Pengembangan Kapasitas: Apa kapasitas lembaga untuk menjalankan berbagai kegiatan? Pengembangan kapasitas merupakan jantung di dalam kelembagaan BKM. Pengembangan kapasitas mampu mendorong dan mengaktifkan berbagai sumberdaya lainnya. Di dalam penguatan kelembagaan BKM, pengembangan kapasitas mencakup, antara lain spirit tim, loyalitas, gaya kepemimpinan, berbagai pengetahuan dan keterampilan kerja, kapasitas dan proses pengambilan keputusan, pengembangan dan penguatan nilai-nilai. 3. Struktur organisasi dan Sistem Manajemen: Bagaimana struktur dan mekanisme untuk menjalankan berbagai kegiatan? Struktur mengacu pada komposisi di dalam organisasi BKM yang meliputi DPK,..atau keseluruhan pengelola dalam berbagai tingkatan. Di dalam penguatan kelembagaan BKM, penting untuk mempertimbangkan struktur organisasi BKM perlu memiliki prosedur dan cara kerja yang efektif untuk mengelola berbagai sumberdayanya. Sistem manajemen ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, proses pengambilan keputusan, saluran komunikasi dan informasi, berbagai mekanisme, aturan, dan panduan kerja. 4. Uang dan peralatan: Bagaimana penggelolaan dan penggalangan dana serta perangkat kerja untuk menjalankan berbagai kegiatan? Penguatan kelembagaan BKM ditentukan pula oleh kemampuan BKM dalam menggalang dan mengelola pendanaan. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan dana, dengan mengacu pada transparansi dan akuntabilitas, diperlukan untuk menciptakan BKM yang sehat dan kuat. 5. Hubungan dan Jaringan: Apakah BKM membangun hubungan dan jaringan dengan pihakpihak lain untuk menjalankan berbagai kegiatannya? Memelihara koordinasi, hubungan, dan jaringan dengan pihak lain merupakan aspek penting di dalam penguatan kelembagaan BKM. BKM bukanlah organisasi yang ekslusif serta mengisolasi diri. Hubungan dan jaringan akan membantu peningkatan kapasitas BKM untuk melaksanakan berbagai kegiatan secara efektif. Kemiskinan tidaklah bisa dihadapi dan ditangani oleh BKM secara sendirian. 11

Pengembangan Kapasitas Keterampilan Pengetahuan Kepemimpinan Dan lain-lain Struktur & Sistem Manajemen Struktur Organisasi Administrasi Keuangan Komunikasi & Informasi Kaderisasi Dan lain-lain Uang & Peralatan Pengelolaan dan Penggalangan Dana Perangkat Hubungan & Jaringan Kelompok Komunitas Organisasi Sejenis Pihak-pihak lain (NGO, Swasta, Pemerintah) Visi/Misi BKM Pendekatan untuk Pengembangan Sumberdaya dalam Penguatan Kelembagaan BKM Dari semua aspek sumberdaya, pengembangan kapasitas manusia merupakan substansi dalam memperkuat dan mengembangkan daya hidup kelembagaan BKM. Pengembangan manusia merupakan jantung bagi proses penguatan daya hidup kelembagaan BKM. Pengembangan manusia tidak hanya mencakup peningkatan kapasitas keterampilan dan pengetahuan para pengelola BKM, KSM, serta komunitas. Namun, meliputi juga penciptaan kondisi di dalam kelembagaan BKM, KSM, serta komunitas yang mampu menumbuhkan nilai-nilai universal kemanusiaan. Suatu penciptaan kondisi yang juga mampu mendorong terbentuknya ruang bagi BKM, KSM, serta komunitas untuk mengakses dan memiliki kontrol terhadap pengelolaan berbagai sumberdaya melalui proses-proses pembangunan. Pendekatan yang berorientasi pada pengembangan kapasitas manusia dengan berbasis pada nilainilai merupakan kaidah dalam penguatan kelembagaan BKM. Pendekatan ini bukanlah pendekatan yang anti terhadap pertumbuhan modal (ekonomi) serta kesejahteraan. Meskipun demikian, pendekatan ini berbeda dengan pandangan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi sebagai fundamen utama bagi pengembangan manusia melalui efek tetesan ke bawah ; suatu pandangan yang dianut oleh para pemeluk faham neoliberilasasi. Pendekatan yang berorientasi pada pengembangan manusia dengan berbasis pada nilai-nilai juga berbeda dengan pandangan yang meletakkan manusia sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan, kekayaan, dan perluasan produksi; suatu pandangan yang lazim dipakai dalam HRD (human resources development). Pendekatan yang berorientasi pada pengembangan manusia dengan berbasis pada nilai-nilai juga berlainan dengan pandangan yang lebih mengutamakan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Suatu pandangan yang melihat dan menempatkan masyarakat sebagai penerima manfaat ketimbang pelaku aktif dalam proses-proses pembangunan. Pengembangan Ketiadaan sumberdaya serta Manusia ketergantungan yang sedemikian tinggi pada pihakpihak lain di luar diri dan komunitasnya, pada gilirannya hanya akan membuat BKM kehilangan otonomi dan independensinya. BKM perlu Pengelola & Kader BKM Pengelola KSM Komunitas 12

secara kritis mencermati dan menilai kembali strategi pengembangan sumberdayanya. BKM perlu menyusun strategi bagi pengembangan manusia, baik bagi pengelola BKM, KSM, serta bagi komunitas. Suatu strategi yang secara sistematik dan bertahap dapat memutus mata rantai ketergantungan BKM terhadap banyak pihak yang berada di luar diri dan komunitasnya. Menggalang dan Mengelola Sumberdaya Menggalang dan mengelola sumberdaya adalah satu-satunya jalan untuk mempertahankan dan memperkuat kelembagaan BKM. BKM perlu merumuskan strategi, baik bagi penggalangan sumberdaya maupun untuk pengelolaannya.suatu strategi yang mampu menjawab tersedianya sumberdaya serta sekaligus secara sistematis dan bertahap dapat mendorong BKM menuju otonomi dan kemandirian. Berbagai sumberdaya yang tersedia pada berbagai pihak, komunitas maupun pihakpihak eksternal di luar komunitas, hanya bisa diakses manakala BKM mampu menunjukkan dirinya adalah pihak yang memiliki kecakapan dan kredibilitas. Kecakapan berhubungan dengan tingkat kinerja BKM dalam menjalankan dan mengelola kegiatankegiatannya. Kredibilitas berhubungan dengan aspek nama baik, reputasi, keterpercayaan. Tanpa itu, proses yang ditempuh dalam menggalang sumberdaya akan berat dan berliku atau bahkan menemui kegagalan. Kemampuan BKM dalam mengelola sumberdaya yang telah diperoleh merupakan faktor terpenting atau bahkan modal utama dalam menjajaki dan mengembangkan penggalangan sumberdaya. Pada aspek pengelolaanlah, kecakapan dan kredibilitas BKM sesungguhnya dipertaruhkan. Pengelolaan selain berhubungan dengan efesiensi dan efektifitas dalam mengelola sumberdaya untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan komunitas, juga menyangkut transparansi dan akuntabilitas. Secara umum, ada pola kecenderungan dalam menggalang sumberdaya bagi penguatan kelembagaan organisasi berbasis volunteer, misalnya LSM dan organisasi masyarakat sipil. Pola kecenderungan ini menunjukan bahwa keduanya masih belum optimal dalam penggalangan sumberdaya. Untuk penggalangan sumberdaya pendanaan, banyak organisasi berbasis volunteer cenderung mengandalkan pada pihak-pihak eksternal yang berada di luar komunitas dan organisasinya Kecenderungan Penggalangan Pendanaan Eksternal Komunitas Pihak Pemilik Sumberdaya Internal Bagan Kecenderungan Penggalangan Sumberdaya Pendanaan Pihak Pemerintah Swasta Organisasi Volunteer (LSM, CBO termasuk BKM, dll) Sumberdaya Pendanaan Pajak dari Warga Negara Investor, Pelanggan/ Pengguna produk atau jasa Pemerintah Funding Swasta (CSR) Peruntukan Pelayanan publik Produk dan Jasa Layanan Program dan Layanan Penerima Manfaat Publik Pelanggan/ Pengguna produk atau jasa Stakeholder utama Komunitas adalah Sumberdaya Terbesar yang Dimiliki BKM Kita telah memahami bahwa komunitas adalah pemilik BKM. Daya dukung komunitas merupakan fundamen yang akan menentukan kekokohan pilar-pilar kelembagaan BKM. Semakin tinggi tingkat dukungan komunitas akan menjadi semakin kuatlah keberadaan BKM. 13

Menggalang hubungan dan dukungan komunitas serta memeliharanya secara terus-menerus perlu mendapat perhatian dan curahan energi terbesar dalam pelaksanaan berbagai kegiatan BKM seharihari. Dinamika proses penguatan daya hidup BKM sesungguhnya terletak di dalam kemampuan BKM untuk terus-menerus menggalang dan mengelola hubungan serta dukungan komunitasnya. Komunitas adalah sumberdaya terbesar yang dimiliki BKM. Adalah sebuah kekeliruan manakala menempatkan komunitas sebagai pemilik pasif yang hanya menerima manfaat semata (penerima manfaat). Cara pandang tersebut masih sedemikian rupa mewarnai berbagai program yang mengusung pemberdayaan. Implikasi dari cara pandang tersebut, dalam prakteknya, akan menggali sebuah jurang keterpisahan antara BKM dan komunitasnya. Pada gilirannya, akan membuat BKM kehilangan sumberdaya terbesarnya, yaitu komunitasnya itu sendiri. Sedangkan untuk penggalangan sumberdaya nondana, banyak organisasi berbasis volunteer lebih bertumpu pada kemampuan dan kreativitas para pengelolanya ketimbang pada pihak lokal, komunitas, maupun pihak eksternal. Bahkan tidak jarang masa depan suatu organisasi kemudian bergantung hanya pada segelintir pengelolanya. Kecenderungan Penggalangan Sumberdaya Nonpendanaan Eksternal Komunitas Internal Jalan apa yang mesti ditempuh BKM dan komunitas agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan sumberdaya untuk memperkuat BKM serta sekaligus mengurangi tingkat ketergantungannya pada pihak lain? Pihak Pemilik Sumberdaya Kita kemudian menyebut jalan yang ditempuh itu sebagai Partisipasi. Partisipasi bukanlah sekedar memperoleh dukungan tanda tangan dari warga. Atau terkungkung pada sebatas ruang pertemuan yang dihadiri warga. Partisipasi adalah interaksi terus-menerus antara warga dan BKMnya. Di dalamnya berlangsung keterlibatan warga mulai dari pengambilan keputusan maupun penyelenggaraan kegiatan. Partisipasi pun mencakup juga rasa kepemilikan dan memperoleh manfaat bersama dari keberadaan BKM. BKM perlu sedemikian rupa membuka berbagai ruang dialog dan keterlibatan sang pemilik. Selain mengembangkan berbagai kegiatan yang memadai--- untuk dialog dan keterlibatan komunitas---bkm perlu mengembangkan suatu sistem, aturan main, serta manajemen agar ruang dialog dan keterlibatan komunitas tersebut dapat terjaga keberlangsungannya. Partisipasi komunitas bukanlah hendak mengabaikan pentingnya membangun kerjasama antara BKM dengan pihak-pihak lainnya yang berada di luar komunitas. Justru sebaliknya, melalui partisipasi komunitas, BKM dapat memastikan bahwa kerjasama dengan berbagai pihak lain adalah seiring-sejalan dengan kepentingan pengembangan komunitas. Pada gilirannya, hal itu akan memperkuat kepercayaan dan jalinan kerjasama yang akan dan sedang dijalankan. Komunitas Pemilik Pelaku Aktif Penerima Manfaat Sumberdaya Terbesar 14

Penilaian Perkembangan Organisasi BKM/LKM Seiring perjalanan waktu, BKM/LKM akan mengalami perubahan-perubahan baik yang direncanakan maupun tidak. Perubahan ini bisa didorong oleh faktor-faktor dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Konsistensi dan kreativitas pengurus BKM/LKM akan merubah BKM. Begitupun, ketidakaktifan pengurus BKM/LKM akan membawa perubahan. Masyarakat yang merasa penting akan keberadaan BKM/LKM sehingga termotivasi untuk berkontribusi juga akan membawa perubahan terhadap BKM/LKM. Begitupun sebaliknya. Perubahan BKM/LKM adalah keniscayaan. Karenanya, sangat penting bagi pengurus BKM/LKM untuk mengenali perubahan. Perubahan BKM/LKM yang cukup besar mungkin akan terjadi tatkala pendampingan program berakhir. Pengurus BKM/LKM mulai saat ini harus mulai membayangkan bagaimana jalannya BKM/LKM tatkala tak ada lagi suntikan dana BLM, tak ada lagi fasilitator dan rombongan konsultan pendamping, tak ada lagi berbagai aktivitas pengembangan kapasitas yang diterima gratis, tak ada lagi berbagai kewajiban dan tekanan pelaporan, dan sebagainya. Mungkin akan menjadi perubahan yang menyenangkan. Mungkin juga titik kematian organisasi dimulai di masa itu. Untuk itu, mulai saat ini, pengurus BKM/LKM perlu disiapkan untuk menghadapi berbagai perubahan. Ini merupakan tanggung jawab program. Alat penilaian perkembangan organisasi BKM/LKM ini dimaksudkan untuk menyiapkan pengurus BKM (termasuk unit pengelola dan relawan lainnya) menghadapi tantangan perubahan organisasi. Perangkat manajemen ini tak lebih adalah alat bantu musyawarah untuk mengembangkan mimpi organisasi berikut tahapan-tahapan yang akan menunjukkan jalan menuju mimpi. Jadi, pertama, BKM/LKM harus memiliki visi atau cita-cita atau mimpi organisasi. Kedua, menurunkan mimpi menjadi tahapan-tahapan perkembangan organisasi yang bergerak maju. Apa pentingnya? Dengan kata lain sebenarnya kita sedang merencanakan perubahan sehingga lebih siap menghadapi perubahan. BKM/LKM secara sadar dapat mengontrol gerak, kesesuaian sumber daya, pilihan cara dan saling menjaga kinerja di antara para anggota dan unit pengelola. Dengan kata lain, penilaian perkembangan organisasi BKM/LKM merupakan alat untuk mengetahui bahwa BKM/LKM sedang menuju ke arah yang benar. Arah yang Hendak Dituju? Pertanyaan ini hanya boleh dijawab oleh para pengurus BKM/LKM. Pun, ketika harus memutuskan, pengurus BKM/LKM harus bertanya kepada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap BKM/LKM terutama masyarakat miskin. Kalau saat ini ada tujuh ribuan BKM/LKM maka kemungkinan akan ada tujuh ribuan variasi arah pengembangan BKM/LKM. Meski begitu, dua hal yang tak boleh berubah dari semua variasi arah pengembangan BKM/LKM adalah pertama, cita-cita awalnya sebagai motor penanggulangan kemiskinan, dan kedua, pilihan bentuk organisasinya sebagai organisasi masyarakat warga (civil society organization). Berangkat dari alasan dan bentuk keberadaan tersebut, program ini mengembangkan tahapan pengembangan organisasi BKM/LKM yang bersifat generik sebagai berikut. BKM/LKM Awal terbentuk BKM/LKM Berdaya BKM/LKM Mandiri BKM/LKM menuju Madani 15

Ciri utama dari tahapan ini adalah perubahan organisasi yang bergerak maju dari satu organisasi yang didorong pembentukannya oleh program menjadi organisasi yang sepenuhnya milik masyarakat. Konsisten dengan orientasi tersebut, selayaknya semakin maju BKM/LKM maka intervensi program akan semakin kecil dan akhirnya berakhir. Masyarakatlah yang harus terus mengurus dan merawat BKM/LKM. Apa itu Penilaian Perkembangan Organisasi BKM/LKM? Metode penilaian perkembangan organisasi BKM/LKM ini diadaptasi dari IDF (Institutional Development Framework Kerangka Pengembangan Organisasi), suatu perangkat manajemen yang dirancang untuk menilai tingkat perkembangan suatu organisasi. Alat ini telah digunakan di banyak tempat dan berhasil membantu organisasi, terutama organisasi masyarakat sipil, untuk meningkatkan kinerja organisasi, memperkuat dampak, meningkatkan daya tahan organisasi bekerja bersama masyarakat, dan meningkatkan efisiensi agar organisasi lebih efektif. Penggunaan alat ini membantu organisasi menyadari faktor-faktor yang mendorong keberhasilan, mengenali kekuatan dan kelemahan, memiliki prioritas rencana kerja yang lebih akurat untuk memperbaiki kelemahan dan memperkuat kekuatan, dan mengukur tingkat capaian terhadap tujuan. Kekuatan metode ini terletak pada sifatnya yang partisipatif, menilai diri sendiri (self assessment) dan penilaian berkala. Proses penilaian perkembangan organisasi ini dilakukan dalam diskusi (musyawarah) yang diikuti oleh seluruh pengurus BKM/LKM (termasuk unit pengelola dan relawan lainnya). Semakin banyak pelaku organisasi yang terlibat maka hasil penilaian akan semakin baik. Dengan demikian hasil penilaian merupakan kesepakatan seluruh pelaku BKM/LKM. Penilaian juga harus dilakukan berkala (setiap tahun) untuk mengukur tingkat kemajuan organisasi sesuai kriteria (indikator) yang disepakati. Sebagai satu alat evaluasi, penilaian perkembangan organisasi ini mudah, murah dan efektif. Setiap anggota BKM/LKM atau relawan yang telah dilatihkan dapat menjadi fasilitator proses ini, dan tentu saja mempersiapkan diri. Penilaian ini tidak membutuhkan biaya yang besar untuk peralatan, tenaga ahli dan sebagainya. Cukup dibutuhkan satu ruang pertemuan ditambah konsumsi yang enak. Efektif karena hasil penilaian ini dapat langsung digunakan untuk merumuskan program kerja tahun berikutnya. Perangkat Penilaian Perkembangan Organisasi BKM/LKM Penilaian perkembangan organisasi BKM/LKM ini telah jauh mengalami penyederhanaan dari perangkat IDF. Pertimbangan utama adalah kemudahan penggunaan di lapangan. Salah satu perangkat utama adalah Matriks Tingkat Perkembangan Organisasi BKM/LKM. Matriks ini merupakan jantung dari alat penilaian perkembangan organisasi ini. Matriks ini berbentuk tabel dengan beberapa kolom dan banyak baris. Secara praktis, tujuan dari diskusi kelompok adalah mengisi nilai dari setiap aspek perkembangan organisasi secara bersama-sama. Berbeda dengan metode asli IDF yang memberikan matriks kosong kepada peserta, peserta musyawarah penilaian perkembangan organisasi BKM/LKM tidak perlu lagi merumuskan isi matriks penilaian kelembagaan BKM/LKM. Sehingga dalam pelaksanaannya, anggota BKM/LKM tinggal mendiskusikan dan menyepakati nilai/skor tingkat perkembangan organisasi. Kolom pertama Matriks penilaian berisi 6 bidang/sumber daya organisasi yaitu statuta organisasi, kepemimpinan, sistem manajemen, sumberdaya keuangan, sumberdaya manusia, dan hubungan eksternal. Setiap bidang memiliki bobot yang berbeda yang menunjukkan tingkat kepentingan terhadap jalannya organisasi. Masing-masing bidang diuraikan lebih lanjut dalam aspek-aspek organisasi. Dalam pengisian matriks, aspek-aspek inilah yang ditentukan nilai tingkat perkembangannya. 16

Tahap perkembangan organisasi dirumuskan secara kualitatif, yang mencakup empat tahap perkembangan yaitu awal, berdaya, mandiri dan menuju madani, dan seluruh tahap dinilai secara kuantitatif pada rentang nilai dari 25 sampai 400. Setiap tahap perkembangan nilainya dibagi empat sehingga gradasi setiap tahap dapat diperhalus. Tahap Perkembangan BKM/LKM Nilai Awal 25 50 75 100 Berdaya 125 150 175 200 Mandiri 225 250 275 300 Menuju Madani 325 350 375 400 Dalam penilaian tahap perkembangan, setiap aspek organisasi diteliti mengenai kondisi obyektifnya. Dalam kolom-kolom tahap perkembangan tersedia indikator yang menunjukkan tingkat perkembangan organisasi. Meski begitu, harus disadari rumusan indikator ini memiliki keterbatasan untuk mencakup realitas yang ada. Karenanya, pertajamlah indikator ini melalui diskusi sehingga menghasilkan nilai perkembangan. Contoh pengisian aspek Visi-Misi Perhatian pertama ditujukan melihat narasi (indikator) Tahap Perkembangan: Awal, Berdaya, Mandiri, dan Menuju Madani. Periksa narasi perkembangan Awal, diskusikan apakah kondisi obyektif BKM/LKM saat ini telah mencapai kondisi Visi-Misi disusun oleh panitia pembangunan BKM, sebagaimana tertulis dalam AD/ART BKM. Kalau ya, maka periksa narasi perkembangan Berdaya, diskusikan apakah kondisi obyektif BKM/LKM saat ini telah mencapai kondisi Visi-Misi dipahami oleh anggota BKM/UP sebagai citacita BKM ke depan menyangkut perubahan sosial yang diinginkan. Apabila kondisi ini belum tercapai, misalnya masih ada anggota BKM/LKM yang tidak mengetahui visi-misi BKM/LKM, diskusikan berapa banyak anggota yang tidak paham, atau berapa banyak yang baru sekedar tahu tetapi tidak paham bahwa visi-misi adalah cita-cita bersama, dst. Berangkat dari hasil diskusi, sepakati berapa Nilai perkembangan BKM/LKM antara 125 175. Kalau dirasa masih banyak anggota yang tidak paham, maka pilihannya bisa jatuh pada 125. Terakhir, beri nilai dalam kotak yang telah disediakan. Jangan terjebak pada sekedar mengisi Nilai. Alat ini adalah media bantu diskusi untuk merefleksikan kondisi obyektif BKM/LKM. Anggota BKM/LKM harus kritis mempertanyakan mengapa kita berada dalam penilaian seperti itu, apa yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kondisi, dst. Skor di kolom paling kanan diisi dengan cara nilai tahap perkembangan (Y) dibagi total nilai bidang organisasi dikali bobot bidang organisasi. Setelah semua aspek organisasi dihitung skornya, lakukan penjumlahan dan didapatlah total skor organisasi. 17

Contoh penghitungan skor. Disepakati nilai aspek visi misi sebesar 125. Karena visi misi berada pada bidang statuta organisasi dengan total nilai bidang organisasi sebesar 800 (nilai maksimal visi misi 400 ditambah nilai maksimal struktur organisasi 400) dan bobot 10%, maka skor aspek visi misi adalah: 125/800 X 10% = 1,5 % Contoh lain, disepakati nilai aspek pemilihan anggota BKM sebesar 200. Karena pemilihan anggota BKM berada pada bidang kepemimpinan dengan total nilai bidang organisasi sebesar 2400 (nilai maksimal semua (6) aspek dikali 400) dan bobot 20%, maka skor aspek pemilihan anggota BKM adalah: 200/2400 X 20% = 1,7 %. Total Skor Tahap Perkembangan Tafsir Perkembangan BKM/LKM BKM/LKM 25% Awal BKM/LKM baru memulai kegiatan dan membangun hubungan baik ke dalam antaranggota maupun ke luar. Bagi BKM/LKM yang telah bertahun-tahun berdiri, perlu mempertimbangkan kembali tujuan keberadaannya. > 25% 50% Berdaya BKM/LKM telah memiliki tujuan dan rencana serta perangkat organisasi. BKM/LKM sudah memiliki basis yang cukup kuat untuk berkembang, namun masih sangat perlu meningkatkan kinerja untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. > 50% 75% Mandiri BKM/LKM telah memiliki gagasan inovatif dan pandangan ke depan. > 75% Menuju Madani BKM/LKM sudah memiliki kapasitas yang cukup baik untuk mempertahankan eksistensinya menuju kemandirian dan keberlanjutan. Perangkat penting lainnya dari metode ini adalah adalah profil perkembangan organisasi BKM/LKM yang berbentuk diagram batang. Profil ini merupakan visualisasi dari hasil penilaian perkembangan organisasi. Bagian akhir dari penggunaan perangkat pemetaan organisasi ini adalah rekomendasi penguatan/perbaikan organisasi BKM/LKM. Aspek-aspek organisasi yang skornya rendah (dibawah 200) merupakan prioritas pengembangan kelembagaan BKM/LKM. Referensi: Mark Renzi. 1996. An integrated Toolkit for institutional development. Public Administration and Development, Vol. 16, 469-483. John Wiley & Sons, Ltd 18

Kisi-Kisi Tingkat Perkembangan Organisasi BKM/LKM BIDANG / SUMBERDAYA ORGANISASI STATUTA ORGANISASI ASPEK Visi-Misi Struktur Organisasi TAHAP PERKEMBANGAN BKM/LKM AWAL BERDAYA MANDIRI MENUJU MADANI Visi-Misi, sebagaimana tertulis dalam AD/ART BKM, disusun oleh panitia pembangunan BKM Struktur organisasi BKM mengikuti kerangka PNPM Visi-Misi dipahami oleh anggota BKM/UP sebagai cita-cita BKM ke depan menyangkut perubahan sosial yang diinginkan. Struktur dan tupoksi organisasi BKM dipahami dan mampu dijalankan oleh anggota BKM/UP Visi-Misi menjadi acuan dalam penyusunan program dan kegiatan BKM. BKM mampu mengkaji ulang struktur organisasi sesuai kebutuhan kerja penanggulangan kemiskinan di daerahnya Visi-Misi BKM dipahami oleh masyarakat dan dijadikan cita-cita bersama menyangkut perubahan sosial yang diinginkan. Struktur organisasi BKM ditetapkan oleh BKM/UP, KSM, masyarakat, pemerintah lokal dan kelompok peduli lainnya sesuai kebutuhan KISI-KISI Hal yang hendak diukur dari indikator ini adalah (1) pemahaman pelaku mengenai visi misi; dan (2) apakah visi misi menjadi acuan penyusunan program. Visi misi bukanlah rangkaian kata-kata yang hanya terdapat di AD/ART BKM. Visi misi sesungguhnya menunjukkan untuk apa BKM itu ada. Sebagai cita-cita bersama, visi misi BKM harus dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap BKM. Secara konkrit, visi misi mestilah menjadi acuan dalam penyusunan program. Hal yang hendak diukur adalah (1) apakah pelaku memahami struktur dan tupoksi BKM; (2) kemampuan mengkaji struktur terhadap kebutuhan kerja organisasi. Struktur organisasi mestinya mengikuti kebutuhan kerja organisasi. Seiring perkembangan peran BKM, BKM dapat memutuskan struktur organisasi seperti apa agar kerja optimal. Sebagai organisasi masyarakat warga, perubahan hal-hal fundamental seperti struktur organisasi seharusnya diputuskan bersama seluruh pihak yang berkepentingan terhadap BKM/LKM. 19

KEPEMIMPINA N Legitimasi Pemilihan Anggota BKM Pengambil an Keputusan Perempua n dlm Pengambil an Keputusan Mekanism e Minta Usulan Masyaraka t Partisipasi Anggota BKM Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang ditetapkan oleh PNPM dan diikuti sedikitnya 30% penduduk dewasa Semua keputusan berdasarkan arahan dari PNPM Tidak terdapat perempuan dalam keanggotaan BKM atau hanya sekedar tercantum namanya Tidak ada Hanya beberapa anggota BKM yang meluangkan waktu ikut dalam pengelolaan BKM Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang diadopsi dari PNPM, tepat waktu dan diikuti sedikitnya 50% penduduk dewasa Ada konsultasi antara BKM dan PNPM Anggota BKM perempuan hadir dalam rapat-rapat pengambilan keputusan meskipun suaranya seringkali masih diabaikan Ada mekanisme tetapi tidak digunakan Lebih dari separuh anggota BKM ikut dalam pengelolaan BKM dan menunjukkan kapasitas kepemimpinannya Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang diadopsi dari PNPM, tepat waktu dan diikuti sedikitnya 70% penduduk dewasa Ada konsultasi antara BKM/UP kepada KSM dan masyarakat Seluruh anggota BKM memiliki penghargaan yang sama terhadap setiap pendapat yang muncul baik dari anggota lakilaki maupun perempuan. Ada mekanisme dan digunakan untuk mendapatkan masukan Hampir seluruh anggota BKM aktif mengelola BKM sesuai pembagian tugas yang disepakati Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang disepakati bersama BKM/UP, KSM, masyarakat, pemerintah lokal dan kelompok peduli lainnya, tepat waktu dan diikuti sedikitnya 90% penduduk dewasa Keputusan berdasarkan musyawarah BKM, KSM, masyarakat dan pemerintah kelurahan Semua orang, lakilaki atau perempuan, anggota BKM/UP, KSM, masyarakat, aparat pemerintahan, dsb., berhak mengemukakan pendapat dalam musyawarah BKM. Tersedia berbagai mekanisme yang disepakati bersama dengan masyarakat Seluruh anggota BKM aktif mengelola BKM sesuai kapasitas, minat dan pembagian tugas yang disepakati. Kata kunci dari indikator ini adalah legitimasi. Semakin banyak penduduk yang ikut memberikan suara dalam pemilihan anggota BKM, akan membuat BKM semakin mengakar di masyarakat. Hal yang hendak diukur adalah (1) kemandirian dalam pengambilan keputusan, lepas dari bayangbayang PNPM; (2) kemampuan BKM menyerap aspirasi dari masyarakat. Kata kunci dari indikator ini adalah kesetaraan peran laki-laki dan perempuan. Hal yang hendak diukur adalah kemampuan BKM menggali aspirasi dari masyarakat. Kata kunci dari indikator ini adalah keaktifan anggota BKM mengelola organisasi, sesuai kapasitas dan pembagian tugas yang disepakati. 20

SISTEM MANAJEMEN Pertemuan BKM Perencana an Monitoring Evaluasi Dokument asi Informasi Penangan an Pertemuan dilakukan hanya ketika ada kebutuhan pelaksanaan program Hanya menjalankan aktivitas-aktivitas yang direncanakan oleh PNPM Dilakukan atas permintaan PNPM dan sesuai format PNPM Tidak memiliki sistem dokumentasi informasi Mekanisme PPM yang dirancang Pertemuan rutin terjadual meski tidak selalu terealisasi BKM memiliki rencana kerja meski belum sistematis Mulai mengembangkan monev atas kebutuhan sendiri dengan menggunakan metode dan format sendiri, diluar yang ditetapkan oleh PNPM Dilakukan tetapi tidak sistematik Mekanisme PPM diketahui dan Pertemuan rutin dilakukan dan dihadiri oleh hampir seluruh anggota BKM, hasilnya dituangkan dalam risalah pertemuan BKM & UP memiliki rencana kerja yang disusun berdasarkan PJM dan Renta Pronangkis. Mulai mengembangkan monev partisipatif atas semua kegiatan yang dilakukan. Dilakukan secara sistematik dan mudah diakses Minimal 90% pengaduan yang Pertemuan rutin dilakukan sesuai jadual dan melibatkan masyarakat, hasilnya dituangkan dalam risalah pertemuan. BKM & UP memiliki rencana kerja yang disusun dgn melibatkan masyarakat berdasarkan PJM dan Renta Pronangkis. Perencanaan monev terintegrasi dalam perencanaan program, dilakukan terencana dan rutin serta partisipatif. Dokumentasi dilakukan sistematik, mudah diakses dan uptodate. BKM telah memiliki mekanisme mandiri Hal yang hendak diukur adalah keaktifan BKM. Organisasi yang aktif dapat diukur dari kemampuannya mengelola pertemuan. Apalagi BKM saat ini berbentuk kepemimpinan kolektif, dimana keputusan semestinya diambil dalam pertemuan. Kata kunci dari indikator ini adalah (1) kemampuan merencana; (2) konsistensi perencanaan BKM/UP thd rencana masyarakat (PJM & Renta Pronangkis). Menurut ahli manajemen, 70% keberhasilan program ditentukan oleh perencanaannya. Bekerja tanpa rencana yang jelas akan sulit mengukur apakah berhasil atau gagal. Dalam penyusunan program kerja BKM/UP harus merujuk pada PJM dan Renta Pronangkis. Hal yang hendak diukur adalah kemampuan BKM melakukan monitoring evaluasi secara partisipatif terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan. Monev tidak dilakukan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk mendapat pembelajaran baik dari keberhasilan maupun kegagalan. Kalau berhasil, mengapa berhasil dan kalau gagal mengapa gagal. Hal yang hendak diukur adalah kemampuan BKM mendokumentasikan informasi seperti arsip, hasil-hasil kegiatan, hasil evaluasi, dsb. Kata kunci dari indikator ini adalah penanganan pengaduan masyarakat. 21

SUMBERDAYA KEUANGAN Pengadua n Masyaraka t (PPM) Penerima Manfaat Kegiatan/ Program Sumber pendanaa n Rencana Keuangan Laporan PNPM dipahami oleh anggota BKM Minimal 50% rumah tangga miskin (RTM) di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya PNPM menjadi satu-satunya sumber dana Mengikuti kerangka PNPM digunakan oleh BKM/UP, masyarakat, pemerintah dan pihak lain untuk menyelesaikan masalah terkait program. Minimal 70% RTM di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya. Sumber dana berasal dari PNPM dan sumber lain (masyarakat, pemerintah daerah, swasta, dsb) Mampu menyusun perkiraan kebutuhan keuangan untuk menjalankan 1-2 kegiatan. diterima BKM dapat diselesaikan Minimal 90% RTM di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya Sumber dana dari PNPM lebih kecil dibandingkan dengan sumber lain (masyarakat, pemerintah daerah, swasta, dsb) Mampu menyusun perkiraan kebutuhan keuangan untuk menjalankan kegiatan 1 tahun ke depan serta rencana sumberdaya untuk menyelesaikan setiap masalah, ditandai dengan media pengaduan yang efektif, sistem dokumentasi yang up-date serta respon atas pengaduan yang efektif 100% RTM di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya. Sumberdana berasal dari masyarakat, pemerintah daerah, swasta, dsb. Mampu menyusun perkiraan kebutuhan keuangan, serta strategi dan metode pengumpulan dana untuk memenuhi visi-misi program 3 tahun ke depan PNPM mengembangkan mekanisme PPM yang diharapkan dapat dijadikan pembelajaran bagi BKM untuk mengembangkan kemampuan menangani masalah dan menyelesaikan konflik. Kata kunci dari indikator ini adalah legitimasi. Selalu ingat, BKM ada untuk penanggulangan kemiskinan. Kata kunci dari indikator ini adalah kemandirian pendanaan, lepas dari dana PNPM untuk selanjutnya menggali dana dari masyarakat, pemerintah daerah, swasta dan pihak peduli lainnya. Hal yang hendak diukur adalah kemampuan BKM menyusun rencana keuangan seiring penyusunan rencana program. Disusun sesuai Disusun sesuai Dilakukan audit Hasil audit Kata kuncinya adalah akuntabilitas 22

Keuangan Pertanggu ngjawaban standar PNPM, meski seringkali tidak lengkap dan tidak tepat waktu Lebih disiapkan untuk pelaporan kepada PNPM, memberitahukan laporan keuangan kepada masyarakat hanya jika ditanya standar PNPM, semua bukti pemasukan dan pengeluaran ada dan tercatat, tersedia tepat waktu. Mengumumkan laporan keuangan secara terbuka kepada masyarakat. independen terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan dan hasil audit diumumkan secara terbuka kepada masyarakat. independen terhadap laporan keuangan menunjukkan tidak ditemukan penyalahgunaan keuangan atau kesalahan dalam pengelolaan keuangan. Terdapat forum bersama masyarakat, pemerintah, dsb., untuk pertanggungjawaba n keuangan dan hasil audit pengelolaan keuangan. Kata kunci indikator ini adalah akuntabilitas dan transparansi. SUMBERDAYA MANUSIA Pengemba ngan kapasitas Kaderisasi Hanya mengakses menu pengembangan kapasitas yang tersedia dalam PNPM Tidak memiliki agenda kaderisasi Muncul kebutuhankebutuhan pengembangan kapasitas untuk menjawab tantangan kegiatan yang semakin meningkat, meski belum mampu mengakses sumberdaya lain di luar PNPM Telah mulai melakukan kaderisasi namun belum memiliki sistem Mampu mengidentifikasi dan menyusun rencana pengembangan kapasitas sendiri, serta memiliki akses pengembang kapasitas selain PNPM BKM menetapkan sistem dan mekanisme kaderisasi Rencana pengembangan kapasitas disusun secara sistematis, bersama-sama perencanaan program, dan memiliki akses kepada berbagai pengembang kapasitas Makanisme kaderisasi berjalan efektif Hal yang ingin diukur adalah kemampuan BKM mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas dirinya (anggota BKM/UP/ relawan), menyusun rencana pengembangan kapasitas serta mencari sumbersumber pengembangan kapasitas. Pengembangan kapasitas ini ditujukan agar pelaku dapat menjalankan berbagai program yang telah direncanakan. Kata kunci indikator ini adalah kaderisasi kepemimpinan. Kaderisasi ini tidak hanya soal pemilihan anggota BKM setiap 3 tahun sekali. Lebih besar dari itu BKM terus memproduksi orang-orang yang berperan sebagai agen perubahan sosial di wilayahnya. Dengan kata 23

HUBUNGAN EKSTERNAL KSM Masyaraka t Pemerinta h Organisasi nonpemerinta h Komunikasi BKM- KSM terbatas pada pertanggungjawab an penggunaan BLM Komunikasi BKMmasyarakat bersifat satu arah (sosialisasi) Sosialisasi untuk apa dan apa yang akan dilakukan BKM Tidak ada komunikasi Komunikasi BKM- KSM meliputi berbagai masalah dan perkembangan KSM BKM mengembangkan mekanisme untuk menarik masukan dari masyarakat terhadap perkembangan BKM BKM menjadi agen komunikasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di desa/kelurahan Komunikasi tentang kegiatan yang dilakukan masingmasing. BKM-KSM membangun komunikasi timbal balik mendiskusikan berbagai masalah dan perkembangan KSM dan BKM BKM mengembangkan media warga untuk membangun komunikasi timbal balik BKM dan masyarakat Ada koordinasi untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di desa/kelurahan Kesepakatan kerjasama jangka panjang untuk menanggulangi kemiskinan BKM dan KSM mengembangkan komunikasi multi arah untuk membicarakan masalah masyarakat BKM dan masyarakat mengembangkan komunikasi multi arah untuk membicarakan masalah masyarakat Ada program bersama untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di desa/kelurahan Ada program bersama di wilayah BKM lain, anggota BKM mereplikasi dirinya (memperbanyak orang seperti dirinya). Kata kunci dari hubungan eksternal adalah komunikasi. Komunikasi tidak serta merta terjadi kalau tidak diciptakan. Keberhasilan pengentasan kemiskinan sangat ditentukan kemampuan pendampingan BKM terhadap KSM. Kata kunci dari indikator ini adalah organisasi masyarakat warga. BKM merupakan organisasi masyarakat warga, organisasi yang hidup dari, oleh dan untuk masyarakat. Masyarakat merupakan pember mandat keberadaan BKM. Karena itu hubungan antara pemberi mandat yang dimandati tidak boleh putus. Selain itu bagi BKM, masyarakat merupakan sumberdaya tak terbatas. Kata kunci dari indikator ini adalah pengakuan. BKM dan pemerintah harus bekerjasama menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. Kata kunci dari indikator ini adalah kesamaan tujuan dan sumberdaya. BKM harus mendorong pihak-pihak non pemerintah seperti LSM, ormas, swasta, perguruan tinggi untuk bersama-sama menanggulangi kemiskinan. 24

MATRIKS TINGKAT PERKEMBANGAN ORGANISASI BKM/LKM BIDANG / TAHAP PERKEMBANGAN BKM/LKM SUMBERDAYA ORGANISASI ASPEK BOBOT AWAL BERDAYA MANDIRI MENUJU MADANI STATUTA ORGANISASI Visi-Misi Struktur Organisasi 10% 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 Visi-Misi, sebagaimana tertulis dalam AD/ART BKM, disusun oleh panitia pembangunan BKM Struktur organisasi BKM mengikuti kerangka PNPM Visi-Misi dipahami oleh anggota BKM/UP sebagai cita-cita BKM ke depan menyangkut perubahan sosial yang diinginkan. Struktur dan tupoksi organisasi BKM dipahami dan mampu dijalankan oleh anggota BKM/UP Visi-Misi menjadi acuan dalam penyusunan program dan kegiatan BKM. BKM mampu mengkaji ulang struktur organisasi sesuai kebutuhan kerja penanggulangan kemiskinan di daerahnya Visi-Misi BKM dipahami oleh masyarakat dan dijadikan cita-cita bersama menyangkut perubahan sosial yang diinginkan Struktur organisasi BKM ditetapkan oleh BKM/UP, KSM, masyarakat, pemerintah lokal dan kelompok peduli lainnya sesuai kebutuhan SKOR KEPEMIMPI NAN Legitimasi Pemilihan Anggota BKM 20% Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang ditetapkan oleh PNPM dan diikuti sedikitnya 30% penduduk dewasa Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang diadopsi dari PNPM, tepat waktu dan diikuti sedikitnya 50% penduduk dewasa Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang diadopsi dari PNPM, tepat waktu dan diikuti sedikitnya 70% penduduk dewasa Pemilihan dilakukan sesuai mekanisme yang disepakati bersama BKM/UP, KSM, masyarakat, pemerintah lokal dan kelompok peduli lainnya, tepat waktu dan diikuti sedikitnya 90% penduduk dewasa Pengambilan Keputusan Semua keputusan berdasarkan arahan dari PNPM Ada konsultasi antara BKM dan PNPM Ada konsultasi antara BKM/UP kepada KSM dan masyarakat Keputusan berdasarkan musyawarah BKM, KSM, masyarakat dan pemerintah kelurahan Perempuan Tidak terdapat Anggota BKM perempuan Seluruh anggota BKM Semua orang, laki-laki atau 25

dlm Pengambilan Keputusan perempuan dalam keanggotaan BKM atau hanya sekedar tercantum namanya hadir dalam rapat-rapat pengambilan keputusan meskipun suaranya seringkali masih diabaikan memiliki penghargaan yang sama terhadap setiap pendapat yang muncul baik dari anggota laki-laki maupun perempuan. perempuan, anggota BKM/UP, KSM, masyarakat, aparat pemerintahan, dsb., berhak mengemukakan pendapat dalam musyawarah BKM. Mekanisme Minta Usulan Masyarakat Tidak ada Ada mekanisme tetapi tidak digunakan Ada mekanisme dan digunakan untuk mendapatkan masukan Tersedia berbagai mekanisme yang disepakati bersama dengan masyarakat Partisipasi Anggota BKM Hanya beberapa anggota BKM yang meluangkan waktu ikut dalam pengelolaan BKM Lebih dari separuh anggota BKM ikut dalam pengelolaan BKM dan menunjukkan kapasitas kepemimpinannya Hampir seluruh anggota BKM aktif mengelola BKM sesuai pembagian tugas yang disepakati Seluruh anggota BKM aktif mengelola BKM sesuai kapasitas, minat dan pembagian tugas yang disepakati. Pertemuan BKM Pertemuan dilakukan hanya ketika ada kebutuhan pelaksanaan program Pertemuan rutin terjadual meski tidak selalu terealisasi Pertemuan rutin dilakukan dan dihadiri oleh hampir seluruh anggota BKM, hasilnya dituangkan dalam risalah pertemuan Pertemuan rutin dilakukan sesuai jadual dan melibatkan masyarakat, hasilnya dituangkan dalam risalah pertemuan. SISTEM MANAJEMEN Perencanaan 20% Hanya menjalankan aktivitas-aktivitas yang direncanakan oleh PNPM BKM memiliki rencana kerja meski belum sistematis BKM & UP memiliki rencana kerja yang disusun berdasarkan PJM dan Renta Pronangkis. BKM & UP memiliki rencana kerja yang disusun dgn melibatkan masyarakat berdasarkan PJM dan Renta Pronangkis. Monitoring Evaluasi Dilakukan atas permintaan PNPM dan sesuai format PNPM Mulai mengembangkan monev atas kebutuhan sendiri dengan menggunakan metode dan format sendiri, diluar yang ditetapkan oleh PNPM Mulai mengembangkan monev partisipatif atas semua kegiatan yang dilakukan. Perencanaan monev terintegrasi dalam perencanaan program, dilakukan terencana dan rutin serta partisipatif. Dokumentas Tidak memiliki sistem Dilakukan tetapi tidak Dilakukan secara Dokumentasi dilakukan 26

i Informasi dokumentasi informasi sistematik sistematik dan mudah diakses sistematik, mudah diakses dan uptodate. Penanganan Pengaduan Masyarakat (PPM) Mekanisme PPM yang dirancang PNPM dipahami oleh anggota BKM Mekanisme PPM diketahui dan digunakan oleh BKM/UP, masyarakat, pemerintah dan pihak lain untuk menyelesaikan masalah terkait program. Minimal 90% pengaduan yang diterima BKM dapat diselesaikan BKM telah memiliki mekanisme mandiri untuk menyelesaikan setiap masalah, ditandai dengan media pengaduan yang efektif, sistem dokumentasi yang up-date serta respon atas pengaduan yang efektif Penerima Manfaat Kegiatan/ Program Minimal 50% rumah tangga miskin (RTM) di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya Minimal 70% RTM di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya. Minimal 90% RTM di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya 100% RTM di desa/kelurahan tersebut telah menjadi penerima manfaat kegiatan, sebagaimana terdapat dalam data pemetaan swadaya. SUMBERDAYA KEUANGAN Sumber pendanaan 10% PNPM menjadi satusatunya sumber dana Sumber dana berasal dari PNPM dan sumber lain (masyarakat, pemerintah daerah, swasta, dsb) Sumber dana dari PNPM lebih kecil dibandingkan dengan sumber lain (masyarakat, pemerintah daerah, swasta, dsb) Sumberdana berasal dari masyarakat, pemerintah daerah, swasta, dsb. Rencana Keuangan Mengikuti kerangka PNPM Mampu menyusun perkiraan kebutuhan keuangan untuk menjalankan 1-2 kegiatan. Mampu menyusun perkiraan kebutuhan keuangan untuk menjalankan kegiatan 1 tahun ke depan serta rencana sumberdaya Mampu menyusun perkiraan kebutuhan keuangan, serta strategi dan metode pengumpulan dana untuk memenuhi visimisi program 3 tahun ke depan Laporan Keuangan Disusun sesuai standar PNPM, meski seringkali tidak lengkap dan tidak Disusun sesuai standar PNPM, semua bukti pemasukan dan Dilakukan audit independen terhadap laporan keuangan. Hasil audit independen terhadap laporan keuangan menunjukkan tidak 27

tepat waktu pengeluaran ada dan tercatat, tersedia tepat waktu. ditemukan penyalahgunaan keuangan atau kesalahan dalam pengelolaan keuangan. Pertanggungj awaban Lebih disiapkan untuk pelaporan kepada PNPM, memberitahukan laporan keuangan kepada masyarakat hanya jika ditanya Mengumumkan laporan keuangan secara terbuka kepada masyarakat. Laporan keuangan dan hasil audit diumumkan secara terbuka kepada masyarakat. Terdapat forum bersama masyarakat, pemerintah, dsb., untuk pertanggungjawaban keuangan dan hasil audit SUMBERDAYA MANUSIA Pengembang an kapasitas 20% Hanya mengakses menu pengembangan kapasitas yang tersedia dalam PNPM Muncul kebutuhankebutuhan pengembangan kapasitas untuk menjawab tantangan kegiatan yang semakin meningkat, meski belum mampu mengakses sumberdaya lain di luar PNPM Mampu mengidentifikasi dan menyusun rencana pengembangan kapasitas sendiri, serta memiliki akses pengembang kapasitas selain PNPM Rencana pengembangan kapasitas disusun secara sistematis, bersama-sama perencanaan program, dan memiliki akses kepada berbagai pengembang kapasitas Kaderisasi Tidak memiliki agenda kaderisasi Telah mulai melakukan kaderisasi namun belum memiliki sistem BKM menetapkan sistem dan mekanisme kaderisasi Makanisme kaderisasi berjalan efektif HUBUNGAN EKSTERNAL KSM 20% Komunikasi BKM-KSM terbatas pada pertanggungjawaban penggunaan BLM Komunikasi BKM-KSM meliputi berbagai masalah dan perkembangan KSM BKM-KSM membangun komunikasi timbal balik mendiskusikan berbagai masalah dan perkembangan KSM dan BKM BKM dan KSM mengembangkan komunikasi multi arah untuk membicarakan masalah masyarakat Masyarakat Komunikasi BKMmasyarakat bersifat satu arah (sosialisasi) BKM mengembangkan mekanisme untuk menarik masukan dari masyarakat terhadap perkembangan BKM BKM mengembangkan media warga untuk membangun komunikasi timbal balik BKM dan masyarakat BKM dan masyarakat mengembangkan komunikasi multi arah untuk membicarakan masalah masyarakat 28

Pemerintah Sosialisasi untuk apa dan apa yang akan dilakukan BKM BKM menjadi agen komunikasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di desa/kelurahan Ada koordinasi untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di desa/kelurahan Ada program bersama untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di desa/kelurahan Organisasi nonpemerintah Tidak ada komunikasi Komunikasi tentang kegiatan yang dilakukan masing-masing. Kesepakatan kerjasama jangka panjang untuk menanggulangi kemiskinan Ada program bersama di wilayah BKM TOTAL SKOR ORGANISASI 29

Contoh Profil Perkembangan Organisasi BKM/LKM 30