HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONFORMITAS DALAM KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP TERBUKA FIRDAUS

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

Studi Korelasional Mengenai Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Feedback yang

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KECAMATAN JATINANGOR

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP RELASI LAWAN JENIS

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH YANG DITERAPKAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HETEROSEKSEKSUAL

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMK ISLAMIYAH DARUSSALAM BABAKAN KABUPATEN CIREBON SUNENGSIH ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian. Lembang. LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

R. EL AMANDA DE YURIE ARRAFAJR SURYADIMULYA ABSTRAK

A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEGAWAI BAGIAN JARINGAN PLN AREA BANDUNG DAN SEKSI TEKNIK PLN RAYON BANDUNG

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

GAMBARAN ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG BERWIRAUSAHA. Kelly Yo Filla

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

RANCANGAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

STUDI MENGENAI DERAJAT STRES DAN COPING STRATEGY PADA KOAS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ANGKATAN 2009

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RELATIONSHIP DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA ANAK-ANAK USIA 11 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

STUDI KORELASI MENGENAI SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 3 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA PEREMPUAN DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orangtua, Eksplorasi Religius, dan Komitmen Religius Mahasiswa

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PSYCHOLOGICAL CAPITAL PADA SISWA KELAS XII SMA DAN SEDERAJAT DI WILAYAH KECAMATAN JATINANGOR SHABRINA SYFA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Transkripsi:

HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONFORMITAS DALAM KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP TERBUKA FIRDAUS ANGGI SEPTIA NIZARWAN ABSTRAK Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Secara umum dapat diketahui pada masa transisi tidak menutup kemungkinan akan terjadi pergolakan-pergolakan fisik, psikis dan sosial. Keluarga merupakan fondasi primer bagi perkembangan remaja. Selain bersosialisasi di lingkungan keluarga, remaja juga melakukan interaksi dengan teman sebayanya. Pengaruh dari teman sebaya ini cukup mendominasi kehidupan individu pada masa remaja, sehingga memungkinkan individu untuk melakukan perilaku konformitas terhadap kelompoknya bahkan untuk hal negatif seperti tindak kenakalan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga dengan konformitas dalam kenakalan remaja. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukurnya. Alat ukur persepsi keharmonisan keluarga diturunkan berdasarkan penurunan konsep persepsi Goldstein (2002) dan aspek keharmonisan keluarga dari Hawari (2004). Sedangkan, alat ukur konformitas yang digunakan diturunkan berdasarkan konsep konformitas oleh Baron & Byrne (2003). Penelitian dilakukan terhadap 113 siswa SMP Terbuka Firdaus di Arcamanik. Dengan α (taraf signifikansi) sebesar 0.05 dan p value sebesar 0,075, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang keharmonisan keluarga dengan konformitas dalam kenakalan remaja. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor lain baik internal maupun eksternal pada remaja yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Kata kunci: Persepsi, Keharmonisan Keluarga, Konformitas, Kenakalan Remaja

PENDAHULUAN Dinamika dunia remaja yang berjumlah 63,4 juta atau sekitar 26,7 persen dari total penduduk Indonesia kian banyak menyita perhatian media. Sayangnya, kabar dari dunia remaja yang mengisi headline media massa justru didominasi oleh berita negatif. Kasus kenakalan remaja yang mengarah pada kriminalitas remaja dengan berbagai bentuknya tak henti-hentinya menjadi topik utama, baik di dunia nyata maupun di dunia maya (Hafid, 2011). Disadari ataupun tidak, akibat dari kenakalan yang dilakukan para remaja akan berdampak bagi diri pelaku sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental. Dampak fisik yang bisa dimunculkan akibat kenakalan remaja yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya kepada pola pikir yang tidak stabil, menuntun remaja kepada penyimpangan moral, serta pelanggaran aturan hukum dan etika. Selain itu, kenakalan remaja ini dapat menyebabkan remaja dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari penelitian Santoso dan Kristanti (2000) tentang kenakalan remaja di propinsi Jawa Barat terhadap 1110 responden diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Kenakalan Remaja di Jawa Barat Perilaku Jumlah Berkendara ugal-ugalan 33% Bolos sekolah 85.6% Vandalisme 49.9% Pemerasan 7.2% Pencurian 14.5% Anarkisme 18.2% Sejalan dengan hasil penelitian Santoso dan Kristanti (2000), tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja ini juga ditemukan di dalam penelitian Utomo (2013) mengenai self concept pada siswa SMP Terbuka Firdaus. SMP Terbuka Firdaus adalah sekolah formal yang menginduk pada SMP Negeri 8 Bandung.

Di dalam penelitiannya, Utomo (2013) menyatakan bahwa siswa SMP Terbuka Firdaus terlibat berbagai bentuk kenakalan remaja seperti bergabung dalam geng motor, mengonsumsi minuman keras, merokok, serta terlibat dalam perkelahian dengan temannya. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menelusuri lebih lanjut kondisi siswa SMP Terbuka Firdaus terkait tindak kenakalan remaja yang mereka lakukan. Hasil wawancara dengan kepala sekolah serta guru BK SMP Terbuka Firdaus menunjukkan bahwa siswa SMP Terbuka Firdaus banyak yang terlibat tindak kenakalan remaja baik secara sukarela maupun karena dipaksa. Diketahui terdapat tujuh orang siswa yang merokok, empat orang siswa sudah biasa mengonsumsi minuman keras, bahkan pihak sekolah pernah memergoki siswa yang menggunakan obat-obatan terlarang di sekolah. Konsumsi rokok, minuman keras dan obat-obatan terlarang ini nantinya akan memberikan dampak negatif bagi kondisi individu yang bersangkutan. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru BK, peneliti memutuskan untuk mengambil data lebih lanjut mengenai tindak kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP Terbuka Firdaus. Pengambilan data awal di SMP Terbuka Firdaus dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner mengenai tindak kenakalan remaja kepada 23 responden. Dari hasil pengambilan data awal, peneliti menemukan bahwa terdapat kenakalan remaja yang dilakukan oleh para siswa dan siswi SMP tersebut sebagai berikut: Tabel 1.2 Data Kenakalan Remaja di SMP Terbuka Firdaus Bentuk Kenakalan Jumlah Menyontek 19 Bolos Sekolah 10 Merokok 6 Minum Miras 4 Geng Motor 1 Tidak hanya itu, hasil penelitian Utomo (2013) mengenai self concept di SMP Terbuka Firdaus menunjukkan bahwa terdapat ajakan-ajakan negatif yang diterima oleh siswa disana. Ajakan untuk berperilaku negatif tersebut tidak hanya datang dari luar lingkungan SMP Terbuka Firdaus, tetapi juga datang dari siswa lain yang bersekolah di sana, terutama siswa yang lebih senior. Ajakan tersebut antara lain :

Tabel 1.3 Ajakan Negatif yang Dirasakan siswa SMP Terbuka Firdaus Ajakan Negatif Yang Ditemukan Jumlah Merokok 4 Masuk Geng 3 Pergaulan Bebas 4 Berkelahi 3 Mabuk-mabukan/Narkoba 4 Mencuri 3 Berjudi 1 Menonton Film Porno 2 Pencabulan 1 Berbuat Maksiat 1 Malak 1 Bertato 1 Dari sejumlah ajakan negatif yang ditemukan, siswa SMP Terbuka Firdaus memutuskan untuk mengikuti ajakan-ajakan tersebut. Alasan siswa mengikuti ajakan negatif tersebut antara lain : Tabel 1.4 Alasan siswa SMP Terbuka Firdaus mengikuti ajakan negatif Alasan Jumlah Dipaksa 4 Takut dihajar 4 Diancam 4 Takut dimusuhi 4 Takut tidak punya teman 1 Dapat dilihat bahwa alasan siswa yang mengikuti ajakan-ajakan untuk melakukan kenakalan tersebut didasari ketakutan mereka akan konsekuensi yang akan mereka terima dari teman-temannya. Ketakutan-ketakutan ini dimaknakan peneliti sebagai karakteristik sebuah konformitas. Konformitas sendiri adalah sebuah bentuk pengaruh sosial, dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron & Byrne, 2003).

Selain itu, dari hasil penelitian Utomo (2013) juga didapatkan data mengenai kondisi keluarga siswa SMP Terbuka Firdaus. Dari 76 orang siswa, terdapat sebanyak 51 orang yang menganggap bahwa keluarga mereka bermasalah. Masalah-masalah yang mereka temui di keluarga adalah sebagai berikut: Tabel 1.5 Masalah keluarga yang dirasakan oleh siswa SMP Terbuka Firdaus Masalah Jumlah Kesulitan ekonomi 13 Pertengkaran orangtua 3 Masalah keluarga besar 3 Bertengkar dengan saudara kandung 13 Dimarahi orangtua tanpa alasan jelas 4 Dimarahi orangtua karena kesalahan sendiri 15 Tidak tinggal dengan orangtua kandung 6 Orangtua pilih kasih 3 Bermasalah dengan ayah 6 Saudara kandung meninggal 2 Lebih jauh lagi, mereka tidak menganggap keluarga merupakan tempat paling aman bagi mereka untuk berlindung dari ajakan dan pengaruh negatif yang mereka temui di luar. Persepsi remaja yang berasal dari keluarga dengan penuh perhatian, hangat dan harmonis mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan di sekitarnya (Hurlock 1980). Masalah-masalah yang dialami oleh siswa SMP Terbuka Firdaus sebagaimana tertera di dalam tabel 1.5 bertentangan dengan aspek-aspek keharmonisan keluarga yang diungkapkan oleh Hawari, yaitu terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang minim, serta adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian non-eksperimental, yaitu telaah empirik sistematis dimana peneliti tidak dapat mengontrol secara langsung variabel bebasnya karena manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat variabel itu memang menutup kemungkinan adanya manipulasi (Christensen, 2007). Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Terbuka Firdaus. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus sampling dengan jumlah sampel sebanyak 113 orang siswa SMP Terbuka Firdaus. Pengukuran Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua buah alat ukur. Alat ukur pertama mengukur persepsi keharmonisan keluarga yang diturunkan dari teori persepsi menurut Goldstein (2002) dan aspek-aspek keharmonisan keluarga menurut Hawari (1997; dalam Mulyasari 2010) sejumlah 96 item. Alat ukur kedua diturunkan dari teori konformitas menurut Baron & Byrne (2003) dan berisi sejumlah 19 item. HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai hubungan persepsi keharmonisan keluarga dengan konformitas dalam kenakalan remaja diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Persepsi siswa tentang keharmonisan keluarga dengan konformitas di dalam kenakalan remaja pada siswa SMP Terbuka Firdaus tidak memiliki hubungan yang signifikan. 2. Mayoritas siswa SMP Terbuka Firdaus memiliki persepsi tentang keharmonisan keluarga yang termasuk dalam kategori positif. Di dalam persepsi keharmonisan keluarga, dimensi menghargai antar sesama keluarga adalah dimensi yang paling dipersepsikan positif oleh mayoritas siswa SMP Terbuka Firdaus.

3. Konformitas yang dilakukan oleh mayoritas SMP Terbuka Firdaus secara garis besar termasuk ke dalam kategori sedang. Mayoritas SMP Terbuka Firdaus melakukan perilaku konformitas dengan alasan informatif (ingin merasa benar atas perilakunya). 4. Tidak adanya hubungan yang ditemukan antara persepsi keharmonisan keluarga dengan konformitas dalam kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP Terbuka Firdaus bisa disebabkan karena faktor karakteristik remaja itu sendiri, yaitu lebih mengutamakan interaksi dengan teman sebayanya, sebagaimana dibuktikan lewat hasil observasi pada saat penelitian dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA Adams, et al. 1999. The Adolescent Experience 4 th Edition. California: Academic Press. Anastasi & Urbina. 1997. Psychological Testing, 7 th International, Inc. Edition. USA: Prentice-Hall Ardillah, Andi. 2008. Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Seksual Dengan Konformitas Terhadap Teman Sebaya Pada Remaja Dewasa Madya. Jakarta. Universitas Indonesia Baron, Robert A. & Byrne, Donn. 2003. Social Psychology, 10 th Edition. Boston: Alllyn and Bacon. Christensen, Larry B. 2007. Experimental Methodology, 10 th Education, Inc. Edition. USA: Pearson Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: design, Analysis, and Use. USA : Allyn and Bacon Goldstein, E. Bruce. 2002. Sensation and Perception. Pacific Grove: Wadsworth Guslaeni, Hafid. 2011. Kriminalitas Remaja di Sekitar Kita, [Online], http://hizbuttahrir.or.id/2012/11/05/kriminalitas-remaja-di-sekitar-kita/ (diakses 6 Maret 2014). Hurlock, Elizabeth B. 1980. Development Psychology. New York : Mc Graw-Hill, Inc. Kartini Kartono. 2003. Patologi Sosial, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kerlinger, Fred N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Kidder, L. H., and Judd. 1986. Research Method in Social Relation 5 th edition. Tokyo : CBS college Koentjaraningrat. 1994. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Mulyasari, Dian. 2010. Kenakalan Remaja Ditinjau Dari Persepsi Remaja Terhadap Keharmonisan Keluarga dan Konformitas Teman Sebaya (Studi Korelasi Pada Siswa SMA Utama 2 Bandar Lampung). Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Rachman, Azhariah. 2011. Pendekatan Korelasional, [Online], http://azhariahrachman.blogspot.com/2011/03/pendekatan-korelasional.html (diakses 6 Mei 2013). Santrock, John W. 2003. Adolescence. Boston: McGraw Hill Companies, Inc Sapardiyah, Siti S. & Kristanti 2000. Kenakalan Remaja di Propinsi Jawa Barat dan Bali, [Online], http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/view/990 (diakses 5 Maret 2014)

SHAW, M.E. (1971) Group Dynamics: The Psychology of Small Group Behavior. London: McGraw Hill Publishing Suarbawa, Gede. 2011. Akibat yang Ditimbulkan dari Kenakalan, [Online], http://ladanghijau.blogspot.com/2011/07/akibat-yang-ditimbulkan-dari-kenakalan.html (diakses 2 Maret 2014) Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: AFABETA, cv Taylor, Shelley E. et al. 2005. Social Psychology 12 th Edition. New York. Pearson Utomo, Dian P. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Gambaran Self Concept Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Terbuka Firdaus (Induk Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung). Bandung. Universitas Padjajaran.