4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 8. Lokasi penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

ANALISIS HAMBUR BALIK AKUSTIK UNTUK IDENTIFIKASI SPESIES LAMUN LA OLE

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Sumber : Mckenzie (2009) Gambar 2. Morfologi Lamun

3. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun pada Jenis Enhalus acoroides dan Thallassia hemprichii di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

2. TINJAUAN PUSTAKA. hidup di pesisir, seluruh hidupnya berada dalam air dengan salinitas cukup tinggi,

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar Laut Arafura merupakan paparan yang sangat luas. Menurut Nontji

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

Percent cover standards

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sedimen dasar laut

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

PENGUKURAN NILAI HAMBUR BALIK AKUSTIK Enhalus acoroides DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA SITI HASANAH RUSMAYANTI SKRIPSI

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

Hasil dan Pembahasan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

VARIASI MORFOMETRIK BEBERAPA JENIS LAMUN DI PERAIRAN KELURAHAN TONGKEINA KECAMATAN BUNAKEN

III HASIL DAN DISKUSI

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

PENGUKURAN HAMBUR BALIK AKUSTIK DASAR LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SERIBU MENGGUNAKAN SPLIT BEAM ECHOSOUNDER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

3. METODOLOGI PENELITIAN

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

PERBEDAAN KETEBALAN INTEGRASI DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK SIMRAD EY-60 DI PERAIRAN KEPULAUAN PARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI METODE AKUSTIK UNTUK PEMANTAUAN PADANG LAMUN SRI RATIH DESWATI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK UKURAN BUTIRAN, KEKASARAN, DAN KEKERASAN DASAR PERAIRAN TERHADAP NILAI HAMBUR BALIK HASIL DETEKSI HYDROAKUSTIK ABSTRACT

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ilustrasi morfologi lamun yang membedakan tiap spesies. (Lanyon, 1986, diacu dalam McKenzie and Campbell, 2002)

Hubungan Sedimen Permukaan Dengan Lamun di Kampung Masiran Gunung Kijang Kabupaten Bintan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

BAB II TI JAUA PUSTAKA

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III METODE PENELITIAN

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan di Lapangan. Scientific Echosounder Simrad EY 60

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

STUDI TUTUPAN DAN KERAPATAN LAMUN DI DESA SITARDAS KECAMATAN BADIRI KABUPATEN TAPANULI TENGAH SKRIPSI AMOS CHRISTOPER MELIALA

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

Transkripsi:

4. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Data Lapangan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan penyelaman di lokasi transek lamun, ditemukan 3 jenis spesies lamun yakni Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata dan Thallasia hemprichii. Pada setiap stasiun pengamatan merupakan daerah dengan komposisi lamun yang homogen, keberadaan lamun padat dan rapat. Secara umum kondisi dasar perairan adalah homogen dengan dasar perairan pasir berlumpur, pasir dengan kontur perairan yang relatif datar dengan kedalaman rata-rata adalah 2-3 meter. Lokasi penelitian berada pada lintang 05 44 546 05 43 388 dan bujur 106 36 193 106 35 954 yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 3. Lokasi Penelitian Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan 1 5 44'546" 106 36'193" Enhalus acoroides Pulau Panggang 2 5 43 459 106 36 782 Cymodocea rotundata Pulau Gosong 3 5 43'809 106 34'315" Cyomodocea rotundata Pulau Semak Daun 4 5 43'806 106 34'310" Thallasia hemprichii Pulau Semak Daun 5 5 43'814" 106 34'341" Cymodocea rotundata Pulau Semak Daun 6 5 43'388" 106 35'954" Enhalus acoroides Pulau Panggang (dermaga) 4.2 Data Akustik Echogram merupakan penampang melintang dari hasil rekaman akustik, sumbu x adalah jumlah ping dan sumbu y adalah range/kedalaman (m), tampilan echogram merupakan hasil penjabaran dari setiap ping dari nilai volume backscattering strength, dengan unit decibel (db)

25 4.2.1 Mean Scattering Volume (Sv) Pengolahan Scattering Volume (Sv) dilakukan dengan pemilahan data (filtering) untuk mengurangi data bias atau data yang tidak diinginkan. Pemilihan data dilakukan dengan cara menghilangkan nilai yang tidak diinginkan yaitu pada threshold > -55 dan < -110 db. Nilai Sv lamun dihitung berdasarkan keberadaanya terhadap kedalaman. a. Spesies Enhalus acoroides Lokasi pengamatan spesies lamun Enhalus acoroides terdapat di sekitar Pulau Panggang yakni di stasiun 1 dan stasiun 6. Pada saat pengamatan kondisi perairan dalam keadaan pasang tertinggi dengan suhu permukaan laut sebesar 27 C serta salinitas berkisar antara 30 hingga 31 psu. Sumber : Dokumentasi penelitian 2011 Gambar 10. Enhalus acoroides Spesies Enhalus acoroides mempunyai rhizoma yang ditumbuhi rambut rambut padat dan kaku dengan lebar lebih dari 1.5 cm. Akarnya banyak dan bercabang dengan panjang antara 10-20 cm dan lebar 3-5 mm. Panjang daun mencapai 30-150 cm dengan lebar 1.25-1.75 cm (Philips dan Menez 1988). Lamun ini memiliki warna daun hijau pekat didapatkan pada perairan yang terlindung dengan substrat yang terdiri dari pasir atau lumpur, tumbuhnya berpencar dalam kelompok

26 kelompok kecil terdiri dari individu individu atau kumpulan individu yang rapat, berupa kelompok murni atau bersama sama dengan Thallasia hemprchii dan Halophila ovalis, rata rata tinggi lamun yang diukur dari pangkal daun pada daerah pengamatan berkisar dari 70-85 cm. Berdasarkan proses perekaman akustik selama ±15 menit, diperoleh ping data sebanyak 1287 pada stasiun 1 dan 2619 ping data pada stasiun 6. Pengolahan statistik pada stasiun 1 diperoleh nilai Sv maksimum adalah -61.37 db, nilai minimum -91.94 db dengan nilai rata rata Sv yang diperoleh pada stasiun tersebut adalah -66.51 db dan std adalah ± 3.43 db. Nilai pengamatan yang diperoleh pada stasiun 6 sedikit berbeda dengan yang diperoleh pada stasiun 1, nilai maksimun pada stasiun 6 adalah -59.33 db dengan minimumnya -70.58 db dan nilai rata rata -63.35 db serta std ± 1.32 db. Nilai Sv pada stasiun 6 menunjukan perolehan data pengamatan yang cukup baik karena nilai standar deviasinya yang cenderung kecil. Perbandingan parameter statistik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan parameter statistik Enhalus acoroides Parameter Stasiun 1 Stasiun 6 N data 1287 2619 Minimum -91.94 db -70.58 db Maximum -61.37 db -59.33 db Median -67.04 db -63.39 db Mean -66.51 db -63.35 db Standard Deviation 3.43 1.32 Variance 11.74 1.74 Coefficient of Variation -0.05-0.02 Dari 56% data pengamatan pada stasiun 1 didapatkan nilai Sv berkisar antara -61.37 db hingga -67.48 db, sedangkan pada 83% data pengamatan di stasiun 6 yang didapatkan adalah nilai Sv berkisar antara -61.58 db hingga -64.96 db. Data hasil penelitian yang dilakukan Deswati 2009 di Pulau Pari Kepulauan Seribu menggunakan Instrumen hidroakustik split beam Simrad EY 60 pada 7 stasiun

27 pengamatan spesies Enhalus acoroides diperoleh Sv mean berkisar dari -58.71 db hingga -71. 79 db dengan standar deviasi adalah ± 5.46 db hingga 9.15 db. Gambar 10 a. Sebaran normal nilai Sv stasiun 1, b. Sebaran normal nilai Sv stasiun 6 Gambar 11. Sebaran normal nilai Sv stasiun 1 dan 6. Nilai Sv rata rata yang diperoleh dari 7 stasiun pengamatan pada spesies lamun Enhalus acoroides adalah -64.12 db dengan standar deviasi ± 6.43 db

28 sehingga diperoleh threshold lamun tersebut adalah -57.69 db hingga -70.56 db. Nilai thereshold lamun ini agak berbeda pada thereshold yang digunakan oleh Valley dan Drake 2005 dengan menggunakan EcoSav yaitu -65 hingga -75 db (Deswati 2009). Nilai threshold lamun pada penelitian yang dilakukan oleh Deswati (2009) untuk spesies yang sama ini tidak begitu berbeda dengan hasil yang diperoleh pada stasiun 6 sebesar -63.35 db, perbedaan keduanya yang cukup nyata hanya terlihat dari nilai standar deviasi yakni ± 6.43 dan ± 1.32. Nilai standar deviasi yang cukup kecil menunjukan tingkat keakuratan yang cukup baik di stasiun 6 bila dibandingkan dengan penelitian yang telah ada. Gambar 12. Sebaran normal nilai Sv gabungan Dari 3906 ping data hasil penggabungan stasiun 1 dan stasiun 6 untuk spesies Enhalus acoroides didapatkan nilai Sv mean sebesar -64.16 db dengan std ± 2.93 db, sehingga diperoleh threshold lamun Enhalus acoroides adalah -61.23 hingga -67.09 db. Nilai ini masih dalam kisaran threshold yang diperoleh Deswati 2009 dalam penelitiannya di Pulau Pari, Kepulauan Seribu dengan menggunakan split beam SIMRAD EY 60 untuk spesies Enhalus acoroides yaitu -57.69 hingga -70.56 db.

29 Dari uji t yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% untuk spesies Enhalus acoroides nilai Sv mean berkisar -64.07 db hingga -64.25 db. b. Spesies Cymodocea rotundata Spesies Cymodocea rotundata memiliki rhizoma vertikal yang pendek dan pelepah seperti lempeng. Menurut Tanaka (2004), karakteristik morfologi yang demikian memungkinkan bagian-bagian di atas permukaan berada pada sedimen dan tetap berhubungan dengan substrat yang basah, sehingga terhindar dari kehilangan air ketika padang lamun terdedah. Data rata rata panjang daun yang diukur pada saat pengamatan adalah 10 sampai 13.5 cm, dengan suhu permukaan laut berkisar antara 26 C hingga 28 C serta salinitas 30 hingga 31 psu. Sumber : Dokumentasi penelitian 2011 Gambar 13. Spesies Cymodocea rotundata Pengolahan data Sv Cymodocea rotundata dilakukan dengan prosedur yang sama untuk jenis Enhalus acoroides. Pada penelitian ini, spesies Cymodocea rotundata ditemukan di stasiun 2, 3 dan 5, parameter akustik berupa nilai rata rata Sv untuk masing-masing stasiun tidak menunjukan perbedaan.

30 Dari 1115 ping data yang diperoleh dari perekaman aksutik selama ± 15 menit pada stasiun 2 diperoleh nilai Sv mean pada stasiun tersebut yakni -68.17 db dengan standar deviasi ± 4.57 db, untuk stasiun 3 diperoleh 2838 ping data dengan nilai Sv mean adalah -66.62 db dan standar deviasi ± 4.33 db. Stasiun 5 dengan jumlah ping data 3128 diperoleh nilai Sv mean sebesar -64.07 db dengan standar deviasi ± 3.39 db. Nilai perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan parameter statistik Cymodocea rotundata Parameter Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 5 N data 1115 2838 3128 Minimum -98.78 db -82.94 db -84.45 db Maximum -60.94 db -58.45 db -58.25 db Median -67.79 db -68.82 db -64.74 db Mean -68.17 db -66.62 db -64.07 db Standard Deviation 4.57 4.33 3.39 Variance 20.87 18.71 11.46 Coefficient of Variation -0.07-0.06-0.05

31 Gambar 14. ( a. Sebaran normal nilai Sv stasiun 2, (b stasiun 3, (c stasiun 5 Gambar 15. Perbandingan Sebaran normal antar stasiun Sv Cymodocea rotundata

32 Dari 70% data pengamatan pada stasiun 2 didapatkan nilai Sv berkisar -64.73 db hingga -72.25 db, untuk stasiun 3 dari 72% data pengamatan diperoleh nilai Sv berkisar antara -63.34 db hingga -73.14 db. Untuk stasiun 5 dengan 79% data pengamatan diperoleh nilai Sv berkisar antara -60.87 db hingga -68.73 db. Dari 7081 ping data hasil penggabungan stasiun 2, 3 dan stasiun 5 untuk spesies Cymodocea rotundata didapatkan nilai Sv maksimum adalah -58.24 db, Sv minimum sebesar -98.78 db serta Sv mean sebesar -65.37 db dengan standar deviasi ± 4.34 db, sehingga diperoleh threshold Cymodocea rotundata adalah -61.03 hingga -69.71 db. Gambar 16. Sebaran normal Sv gabungan Uji t yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai Sv mean untuk spesies Cymodocea rotundata berkisar dari -65.27 db hingga -65.47 db.

33 c. Thallasia hemprichii Jenis Thallasia hemprichii merupakan salah satu lamun yang tumbuh di daerah tropis dan mempunyai penyebaran yang cukup luas. Menurut Fortes (1993) Thallasia hemprichii mempunyai rimpang berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1-4 mm dan panjang 3-6 cm, satu akar per nodus dimana akar dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2-5 helaian daun dengan ujung yang membulat, panjang 6-30 cm dan lebar 5-10 mm. Lamun ini mempunyai sebaran kedalaman yang relatif sempit, dari daerah eulitoral sampai kedalaman 4-5 meter, walaupun juga ditemukan pada kedalaman 30 meter, sering merupakan spesies yang melimpah di daerah intertidal rataan terumbu karang yang menerima hempasan energi yang tinggi dengan substrta pasir dan pecahan pecahan karang yang kasar. (Tomscik 1997) Sumber : Dokumentasi penelitian 2011 Gambar 17. Spesies Thalasia hemprichii Thallasia hemprichii memiliki rhizoma vertikal yang lebih panjang dan pelepah yang tidak fleksibel dibanding Cymodocea rotundata, sehingga mengalami kondisi terdedah yang lebih lama. Namun, kondisi ini diimbangi oleh toleransi fisiologis daunya yang lebih besar terhadap kekeringan dan juga memiliki pelepah yang banyak sehingga bias membantu mencegah kehilangan air dari meristemnya.

34 Tabel 6. Parameter statistik Thalasia hemprichii Paramater Stasiun 4 N (Jumlah data) 2381 Minimum -83.36 db Maximum -57.2 db Median -62.6 db Arithmetic Mean -62.23 db Standard Deviation 3.39 db Variance 11.5 Coefficient of Variation -0.05 Spesies Thalasia hemprichii hanya terdapat pada 1 stasiun pengamatan yakni stasiun 4. Nilai Sv minimum adalah -83.36 db dan nilai maksimum sebesar -57.2 db. Nilai Sv rata rata Thalasia hemprichii adalah -62.23 db dengan standar deviasi sebesar ± 3.39. sehingga diperoleh threshold Thallasia hemprichii adalah -58.84 hingga -65.62 db. Gambar 18. Nilai sebaran normal Sv pada stasiun 4

35 Jumlah data pengamatan pada stasiun 4 yakni sebesar 64% diperoleh nilai Sv berkisar antar -59.81 db hingga -65.04 db. Dari uji t yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai Sv spesies Thallasia hemprchii berkisar antara -62.09 db hingga -62.37 db. 4.2.2 Perbandingan Sv antar spesies Hasil yang diperoleh dari ke-tiga spesies lamun yang di analisis nilai akustiknya secara lengkap ditunjukan pada gambar 19. Gambar 19. Perbandingan Sv antar spesies Dari gambar 19 tersebut dapat dilihan bahwa nilai Sv mean lamun untuk ketiga spesies berkisar antara -65.37 db sampai -62.23 db dengan nilai tertinggi diberikan oleh spesies Thallasia hemprichii, sedangkan nilai terendah didapatkan pada Cymodocea rotundata, kuatnya respon akustik yang diberikan oleh Thallasia hemprichii ditunjukan dengan nilai hambur balik yang diperoleh.

Count 36 600 400 Thalasia hemprichii Cymodocea rotundata Enhalus acoroides 200 Gambar 20. Sebaran normal Sv untuk ketiga spesies Nilai threshold lamun untuk masing-masing spesies menunjukan perbedaan, Enhalus acoroides sebesar -62.22 db hingga -64.85 db, Cymodocea rotundata -61.77 db hingga -68.54 db dan Thallasia hemprichii yakni -59.83 db hingga -66.61 db. Hal yang membedakan nilai threshold untuk masing masing vegetasi adalah ditentukan oleh morfologi dan tekstur masing masing dari spesies itu sendiri yang berbeda. 0-90 -80-70 -60-50 Nilai Sv (db) Uji t berpasangan dilakukan antar masing masing spesies, Cymodocea rotundata terhadap Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata terhadap Enhalus acoroides dan Enhalus acoroides terhadap Thallasia hemprichii. Dari ke-3 uji berpasangan pada masing-masing spesies yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value adalah 0.000, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan Sv mean antar masing-masing spesies.

37 4.2.3 Normalisasi energi echo lamun Tingkat energi dasar perairan dapat digambarkan berdasarkan intensitas gema (echo) yang berasal dari dasar perairan termasuk lamun dalam memberikan respon terhadap sinyal akustik yang mengenainya. Gambar 21. Echo envelope yang mengindikasikan tingkat intensitas energi dari masing masing spesies lamun

38 Hal ini ditandai dengan adanya anggapan bahwa dasar perairan yang keras akan menghasilkan intensitas echo yang tajam berupa nilai amplitudo yang tinggi, sementara bagian dasar perairan yang lunak akan menghasilkan echo yang lemah yang ditandai dengan rendahnya nilai respon amplitudo yang dihasilkan. 40 20 0-20 Energy from 1st Thallasia hemprichii Energy from 1st Cymodocea rotundata Energy from 1st Enhalus acoroides -40-60 -80 0 50 100 150 200 250 300 Gambar 22. Perbandingan echo envelope dari masing masing spesies lamun Hasil normalisasi echo dasar perairan yang diperoleh dari data echogram pada Gambar 22 menunjukan tingkat intensitas energi dari beberapa spesies lamun di lokasi penelitian. Berdasarkan kurva energi tersebut, dapat dilihat bahwa spesies Thalasia hemprichii memberikan respon backscattering yang lebih kuat. Puncak output ini merupakan batas atas/ujung tutupan lamun, bahkan mungkin merupakan kedalaman dasar perairan (Sabol dan Johnson, 2001). Puncak-puncak gema yang terlihat pada spesies Cymodocea rotundata dan Thalasia hemprichii menunjukan pola yang berbeda nyata dengan spesies Enhalus acoroides, berdasarkan hasil pengamatan langsung hal ini disebabkan karena letak daun Cymodocea rotundata dan Thallasia hemprichii yang menjulur ke bawah serta berhimpitan dengan dasar perairan dengan ketinggian dan lebar daun relatif kecil bila dibandingkan dengan spesies Enhalus acoroides.

39 4.3 Data sedimen Analisa butiran sedimen pada lamun mengacu pada panduan Mckenzie et al. 2009. Data sedimen yang dianalisis pada stasiun 4, 5 dan 6 yang mewakili masing masing spesies. Pada stasiun 4 dengan spesies Thallasia hemprichii didominasi oleh sand dengan persentase 54.07%, coarse sand sebesar 18.12%, mud 4.87%. Pada stasiun 5 dengan spesies Cymodocea rotundata didominasi sand dengan persentase 33.92%, coarse sand 32.65%, mud 7.37%. Pada stasiun 6 dengan spesies Enhalus acoroides di dominasi sand dengan persentase 49.68%, coarse sand 21.25%, mud 6.45%. Distribusi ukuran partikel sedimen sangat mempengaruhi pertukaran air pori dengan kolom air di bagian atasnya. Pada distribusi ukuran partikel yang cenderung ke arah debu dan liat akan menyebabkan pertukaran air pori dengan kolom air menjadi rendah sehingga konsentrasi nutrient dan fitoksin seperti sulfida akan meningkat, kondisi sebaliknya akan dialami oleh lamun jika menempati tipe sedimen pasir kasar (Koch 2001).