BAB V HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek Penelitian ini adalah Hematopoetic Stem cell dari darah perifer Dewasa yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENYULUHAN JAJANAN SEHAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH GONILAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Penelitian Eksperimen (Experimental Research)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan subyek siswa-siswi kelas I SD Negeri

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menentukan apakah instrumen tersebut layak dipakai. Pengujian validitas dan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

DATA PENELITIAN SUBJEK. Nama :... No. Telp :... Suku Bangsa :...

BAB IV METODE PENELITIAN

Tabel 4.1 Tabel Integratif Gambaran Umum Partisipan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. cacing Ascaris suum Goeze yang mati pada perendaman dalam berbagai

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal serta bidang Mikrobiologi Kedokteran. 4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian. Semarang dan sekitarnya.

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB III METODE PENELITIAN

IV. Hasil dan Pembahasan. A. Hasil penelitian. kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pre test and post test with control group design untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan pendekatan pre-test

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Tentang Lansia yang Diberikan Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 12 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI HUBUNGAN PERAN IBU DALAM MEMBERSIHKAN RONGGA MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI DESA PAYA GELI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hewan penelitian adalah tikus jantan galur wistar (Rattus Norvegicus), umur

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

PENELITIAN EKSPERIMEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian mengenai efektifitas larutan kumur ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap penurunan kadar VSCs pada penderita halitosis. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre and Post Test Design. Pengambilan sampel dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hasanuddin (Unhas) dan ekstraksi kayu manis dilakukan di Laboratorium Fitokimia Unhas. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2014. Sampel merupakan mahasiswa kedokteran gigi Unhas yang memenuhi kriteria seleksi sampel yang telah ditentukan sebelumnya, jumlah sampel adalah 30 orang. Halitosis diukur secara langsung dengan menggunakan breath checker. Melalui alat ukur ini akan diperoleh nilai keparahan halitosis dengan rentang nilai 0 hingga 4, mulai dari tidak ada bau hingga halitosis kuat. Pada penelitian ini, pengukuran halitosis dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum sampel diberikan perlakuan dengan kata lain (pretest), dan setelah diberikan perlakuan (posttest) beruapa berkumur dengan larutan kumur konsentrasi ekstrak kayu manis 2%, konsentrasi 4%, dan konsentrasi 8%. Periode wash-out antara perlakuan ditentukan berselang satu hari, untuk menghilangkan efek dari perlakuan sebelumnya. Selanjutnya, seluruh hasil penelitian dikumpulkan dan dilakukan analisis

data dengan menggunakan program SPSS 18.0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi sebagai berikut. Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan karakteristik penelitian Karakteristik sampel penelitian Frekuensi (n) Persen (%) Mean SD Jenis kelamin Laki-laki 9 30 Perempuan 21 70 Usia 18.50 0.731 17 18 tahun 15 50 19 20 tahun 15 50 Status Kebersihan Mulut (OHI-S) Baik 30 100 Sedang 0 0 Buruk 0 0 Total 30 100 Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan karakteristik penelitian. Sampel penelitian ini berjumlah 30 orang (100%). Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah perempuan yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki. Terlihat bahwa jumlah laki-laki hanya sembilan orang (30%), sedangkan jumlah perempuan mencapai 21 orang (70%). Rata-rata usia sampel dalam penelitian ini mencapai 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sampel pada kelompok sampel 17-18 tahun dan 19-20 tahun sama banyak, yaitu masing-masing berjumlah 15 orang (50%). Berdasarkan status kebersihan mulut, seluruh sampel dalam penelitian ini memiliki status kebersihan mulut baik (100%), hal ini bertujuan untuk mengurangi bias dalam penelitian. 33

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sumbu Y : Frekuensi Sampel 100% 43.3% 43.3% 36.7% 33.3% 33.3% 26.7% 30% 20% 20% 10% 0% 0% 0% 0% 3.3% Pretest Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8% Sumbu X : Konsentrasi Larutan Kumur Tidak ada bau Bau Normal Halitosis Kurang Halitosis Sedang Gambar 5.1. Distribusi kategori halitosis pada masing-masing konsentrasi larutan kumur Gambar 5.1 memperlihatkan distribusi kategori halitosis pada masing-masing konsentrasi larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel (100%) berada pada kategori halitosis kurang. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 13 orang (43.3%) yang memiliki kategori tidak ada bau, 11 orang (36.7%) yang memiliki kategori bau normal dan enam orang (20%) yang masih berkategori halitosis kurang. Setelah intervensi larutan kumur 4%, terdapat 8 orang (26.7%) yang memiliki kategori tidak ada bau, 13 orang (43.3%) berkategori bau normal, enam orang (20%) kategori halitosis kurang, dan adanya peningkatan tiga orang (10%) yang memiliki kategori halitosis sedang. 34

Adapun, setelah berkumur larutan kumur 8%, hanya sisa 1 orang (3.3%) dengan kategori tidak ada bau, 10 orang (33.3%) dengan kategori bau normal, 10 orang (33.3%) berkategori halitosis kurang, dan 9 orang (30%) memiliki kategori halitosis sedang. Sumbu Y : Frekuensi Sampel 50 45 40 35 30 25 20 Tidak Ada Bau 15 10 5 0 Pretest Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8% Sumbu X : Konsentrasi Larutan Kumur Gambar 5.2 Distribusi kategori halitosis yaitu tidak ada bau pada masing-masing konsentrasi larutan Gambar 5.2 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu tidak ada bau pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel tdak mengalami kategori tidak ada bau. Setelah intervensi 35

larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 13 orang (43,3%) yang memiliki kategori tidak ada bau, pada konsentrasi 4% terdapat 8 orang (26,7%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 1 orang (3,3%) dengan kategori tidak ada bau. Sumbu Y : Frekuensi Sampel 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Pretest Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8% Bau Normal Sumbu X : Konsentrasi Larutan Kumur Gambar 5.3 Distribusi kategori halitosis yaitu bau normal pada masing-masing konsentrasi larutan Gambar 5.3 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu bau normal pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel tdak mengalami kategori bau normal. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 11 orang (36,7%) yang memiliki kategori 36

bau normal, pada konsentrasi 4% terdapat 13 orang (43,3%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 10 orang (33,3%) dengan kategori bau normal. 120 Sumbu Y : Frekuensi Sampel 100 80 60 40 Halitosis Kurang 20 0 Pretest Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8% Sumbu X : Konsentrasi Larutan Gambar 5.4 Distribusi kategori halitosis yaitu halitosis kurang pada masing-masing konsentrasi larutan Gambar 5.4 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu halitosis kurang pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel mengalami kategori halitosis kurang. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 6 orang (20%) yang memiliki kategori halitosis kurang, pada konsentrasi 4% terdapat 6 orang (20%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 10 orang (33,3%) dengan kategori halitosis kurang. 37

Sumbu Y : Frekuensi Sampel 12 10 8 6 4 Halitosis Sedang 2 0 Pretest Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8% Sumbu X : Konsentrasi Larutan Gambar 5.5 Distribusi kategori halitosis yaitu halitosis sedang pada masing-masing konsentrasi larutan Gambar 5.5 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu halitosis sedang pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel tidak mengalami kategori halitosis sedang. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, tidak terdapat kategori halitosis sedang. Pada konsentrasi 4% terdapat 3 orang (10%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 9 orang (30%) dengan kategori halitosis sedang. 38

Tabel 5.2. Distribusi kategori halitosis pada tiap konsentrasi larutan kumur berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian Jenis kelamin Konsentrasi Larutan dan Total Laki-laki Perempuan Kategori Halitosis n (%) n (%) n (%) Pretest Halitosis Kurang 9 (30%) 21 (70%) 30 (100%) Posttest Konsentrasi 2% Tidak ada bau 2 (6.7%) 11 (36.7%) 13 (43.3%) Bau normal 5 (16.7%) 6 (20%) 11 (36.7%) Halitosis kurang 2 (6.7%) 4 (13.3%) 6 (20%) Posttest Konsentrasi 4% Tidak ada bau 0 (0%) 8 (26.7%) 8 (26.7%) Bau normal 6 (20%) 7 (23.3%) 13 (43.3%) Halitosis kurang 3 (10%) 3 (10%) 6 (20%) Halitosis sedang 0 (0%) 3 (10%) 3 (10%) Posttest Konsentrasi 8% Tidak ada bau 0 (0%) 1 (3.3%) 1 (3.3%) Bau normal 1 (3.3%) 9 (30%) 10 (33.3%) Halitosis kurang 5 (16.7%) 5 (16.7%) 10 (33.3%) Halitosis sedang 3 (10%) 6 (20%) 9 (30%) Total 9 (30%) 21 (70%) 30 (100%) Tabel 2 memperlihatkan distribusi kategori halitosis pada tiap konsentrasi larutan kumur berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, terdapat 9 laki-laki (30%) dan 21 perempuan (70%) yang memiliki kategori halitosis kurang. Setelah berkumur larutan kumur konsentrasi 2%, laki-laki paling banyak memiliki kategori bau normal (5 orang) dan untuk perempuan paling banyak memiliki kategori tidak ada bau (11 orang). Setelah berkumur larutan 4%, pada kategori bau normal, terjadi peningkatan pada kelompok laki-laki menjadi 6 orang (20%), sedangkan untuk kategori tidak ada bau pada kelompok perempuan, terjadi penurunan menjadi delapan orang (26.7%). Adapun, setelah berkumur dengan larutan konsentrasi 8%, jumlah laki-laki paling banyak 39

terdapat pada kategori halitosis kurang, yaitu sebanyak 5 orang (16.7%) dan untuk perempuan, paling banyak pada kelompok kategori bau normal, yaitu sebanyak 9 orang (30%). Tabel 5.3. Perbedaan nilai rata-rata halitosis (skala breath checker) sebelum dan sesudah berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8% Variabel Pretest Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8% p- Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD value Nilai halitosis (skala breath checker) 2.00 0.00 0.77 0.774 1.13 0.937 1.90 0.885 0.000* *Repeated ANOVA test: p<0.05; significant Tabel 3 memperlihatkan perbedaan nilai rata-rata halitosis dalam skala breath checker secara keseluruhan sebelum dan setelah intervensi, yaitu berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8%. Seperti yang telah dijelaskan pada tabel sebelumnya, nilai halitosis sebelum intervensi rata-rata sebesar 2.00. Adapun, setelah diberikan intervensi larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, nilai rata-rata halitosis secara keseluruhan menurun menjadi 0.77. Setelah diberikan larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 4%, nilai rata-rata halitosis meningkat menjadi 1.13. Peningkatan kembali terjadi setelah diberikan larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 8%. Nilai rata-rata halitosis meningkat mencapai 1.90. Berdasarkan hasil uji statistik, Repeated ANOVA test, diperoleh nilai p:0.000 (p<0.05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai halitosis yang signifikan antara sebelum berkumur, larutan kumur konsentrasi 2%, larutan kumur konsentrasi 4%, dan konsentrasi 8% (minimal diantara dua kelompok). Untuk 40

mengetahui perbedaan secara lebih spesifik (antara kelompok mana yang memiliki perbedaan yang signifikan), maka uji beda lanjut dilakukan (tabel 4). Tabel 5.4. Hasil uji beda lanjut nilai rata-rata halitosis (skala breath checker) antara kelompok sebelum dan setelah berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8% Intervensi (i) Pembanding (j) Mean Difference (i-j) p-value Pretest Posttest 2% 1.233 0.000* Posttest 4% 0.867 0.000* Posttest 8% 0.100 0.541 Posttest 2% Posttest 4% -0.367 0.046* Posttest 8% 1.133 0.000* Posttest 4% Posttest 8% -0.767 0.000* *Pos hoc test: Least Significant Difference (LSD) test: p<0.05: significant Tabel 4 menunjukkan hasil uji beda lanjut nilai rata-rata halitosis dalam skala breath checker antara kelompok sebelum dan setelah berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8%. Terlihat bahwa nilai sebelum berkumur dan setelah berkumur larutan kumur konsentrasi 2% memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai pretest lebih besar dan beda rata-rata mencapai 1.233. Perbedaan yang signifikan juga ditemukan antara sebelum berkumur dan setelah berkumur larutan kumur konsentrasi 4% dengan beda rata-rata sedikit lebih rendah, yaitu sebesar 0.867. Tidak ditemukan perbedaan nilai halitosis yang signifikan antara sebelum dan setelah berkumur 8%. Bila kelompok konsentrasi 2% dibandingkan dengan 4%, diperoleh perbedaan nilai halitosis yang signifikan, namun nilai rata-rata halitosis pada konsentrasi 2% lebih rendah dibandingkan konsentrasi 4%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2% yang paling 41

efektif dalam menurunkan halitosis. Konsentrasi 8%. tidak efektif dalam menurunkan halitosis. 42