BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

GAMBARAN PERUBAHAN POLA HAID AKSEPTOR KON

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

PENGARUH EFEK SAMPING KB HORMONAL DENGAN KELANGSUNGAN PEMAKAIANNYA DI DESA CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

HUBUNGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DENGAN GANGGUAN HAID DI PUSKESMAS KALASAN SLEMAN DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari tahun 1897 ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi. Fellmer pada tahun 1912 mempelajari pengaruh korpus luteum terhadap payudara dan uterus. Moore and Price mengetahui fungsi kelenjar hipofisis dan estrogen serta progesterone dapat memberikan rangsangan balik. Corquodale, Thayer dan Doisy antara tahun 1930 dan 1936 mengisolasi estrogen dan progesterone (Manuaba, 2010). Pada akhir tahun 1960-an diketahui dengan jelas bahwa efek samping, baik yang berat maupun ringan, kebanyakan mempunyai hubungan dengan dosis estrogen (Hartanto, 2012). Peranan kadar progesteron semakin mendapat perhatian pada tahun 1980-an. Efek kurang menguntungkan dari progesteron terhadap kadar lemak darah, menyebabkan kadar progesteron semakin dikurangi dengan harapan akan mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler yang berhubungan dengan pemakaian pil. Pengetahuan tentang daya kerja kontrasepstif dari progesteron menghasilkan sejumlah penemuan baru yang hanya berisikan progesteron saja misalnya mini pil, suntikan, IUD yang mengandung progesteron, implant, dan vaginal-ring yang mengandung progesteron (Hartanto, 2012). 1

2 Indonesia merupakan salah satu peserta dari pertemuan di Alma Ata pada tahun 1978 yang diselenggarakan oleh WHO dan UNICEF. Dalam pertemuan tersebut disepakati upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan menetapkan konsep Primary Health Care yang termasuk didalamnya adalah upaya penerimaan keluarga berencana. Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam mensukseskan program KB di Indonesia dengan berbagai kebijakan yang dilakukan secara bertahap. Tahapan dimulai dari Management For the People ( tahun 1970-1980) berubah menjadi Management with the People (1989-1990) kemudian berkembang menjadi program lingkaran biru (1985-1988) dan pada tahun 1988 menjadi program KB lingkaran emas (Handayani, 2010). Gerakan KB diperkirakan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penurunan pertumbuhan penduduk, yaitu sebesar 2,1 % pada tahun 1961-1971 menjadi 1,49 % pada tahun 1990-2000. Penurunan laju pertumbuhan terutama karena tingginya penurunan angka fertilitas total atau Total Fertility Rate (TFR) dari 5,6 pada tahun 1967-1970 menjadi 2,3 tahun 2007. Sementara itu hasil survei nasional pada wanita kawin menunjukkan bahwa pasangan usia subur yang memakai alat/cara KB meningkat dari 60 % pada tahun 2002/2003 menjadi 62 % pada tahun 2007 (BKKBN, 2009) Peserta KB Nasional periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231 orang, yang memilih menggunakan IUD 7,46%, MOW 1,41%, MOP 0,28%, Kondom 7,51%, Implant 5,58%, Suntik 47,94%, Pil 26,81%. Berdasarkan

3 data KB Nasional diketahui bahwa masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek (Statistik Indonesia, 2012). Menurut data BKKBN sampai bulan Oktober 2012 jumlah pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif di D.I Yogyakarta berjumlah 551.873 pasangan. Kecenderungan masyarakat lebih menyukai alat kontrasepsi yang sifatnya hormonal. Untuk Wilayah Bantul jumlah PUS ada 152.127 PUS dengan rincian pengguna implant ada 5,12 %, suntik ada 48,52 %, pil ada 10,88 %. Untuk wilayah Sleman jumlah PUS ada 152.167 PUS dengan rincian pengguna implant 3,86 %, suntik 48,11 %, pil 9,67 %. Wilayah Gunung Kidul jumlah PUS ada 132.143 PUS dengan rincian pengguna implant 7,32 %, suntik 48,56 %, pil 16,85 %. Wilayah Kulonprogo jumlah PUS ada 68.123 PUS dengan rincian pengguna implant 12,8 %, suntik 42,72 %, pil 9,11 %. Wilayah kota Yogya jumlah PUS ada 47.313 PUS dengan rincian pengguna implant 29,64 %, suntik 31,92 %, pil 10,69 %. Pada masyarakat, kontrasepsi hormonal tidaklah asing lagi. Hampir 70% akseptor KB menggunakan metode kontrasepsi hormonal. Namun demikian banyak juga efek samping yang dikeluhkan oleh akseptor KB berkenaan dengan metode kontrasepsi yang dipakainya. Akhirnya banyak kejadian akseptor KB yang drop out karena belum memahami dengan baik bagaimana metode kontrasepsi hormonal tersebut (Handayani, 2010). Efek samping yang sering ditimbulkan pada akseptor KB hormonal adalah antara lain mual-mual, sakit kepala, pertambahan berat badan,

4 pembengkakan payudara dan perubahan di dalam menstruasi. Efek-efek ini tidak berbahaya, tetapi sering kali tidak terasa nyaman (Klein, 2010). Menurut Baziad (2008) kadang-kadang yang menjadi alasan wanita untuk tidak ingin melanjutkan lagi penggunaan kontrasepsi hormonal adalah salah satunya karena terjadi perdarahan sela seperti perdarahan bercak (spotting). Timbulnya berbagai jenis efek samping merupakan alasan yang dipakai oleh kebanyakan wanita untuk menghentikan penggunaan kontrasepsi hormonal. Materi wawancara yang ditanyakan pada saat studi pendahuluan yaitu nama, umur, jumlah anak, alamat, KB apa yang ibu gunakan, sudah berapa lama ibu menggunakan KB, ada efek samping atau tidak (jika ya efek sampingnya apa) dan apakah ibu tetap lanjut menggunakan KB atau tidak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 responden didapatkan hasil 4 orang mengalami efek samping dan tetap lanjut untuk menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penulisan yang berjudul Pengaruh Efek Samping KB Hormonal dengan Kelangsungan Pemakaiannya Di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta?

5 C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman,Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan) pengguna KB hormonal di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. b. Untuk mengetahui efek samping KB hormonal di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. c. Untuk mengetahui kelangsungan pemakaian KB hormonal di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pemerintah dan tenaga kesehatan dalam usaha membentuk generasi yang cerdas dan berguna bagi nusa dan bangsa.

6 2. Manfaat Praktis a. Bagi Desa Caturtunggal Untuk semakin meningkatkan penyuluhan tentang efek samping KB hormonal. b. Bagi Institusi Universitas Respati Yogyakarta Khususnya untuk perpustakan dapat menambah referensi penulisan yang berkaitan dengan pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya. c. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah d. Bagi Penulis selanjutnya Sebagai acuan dan referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan dalam meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya.

No Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Perbedaan 1. Alawiyah (2011) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Efek Samping Kontrasepsi Hormonal dengan alat Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta Dengan rumusan masalah : Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping kontrasepsi hormonal dengan penggunaan alat kontrasepsi Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta? Variabel bebas : tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping kontrasepsi hormonal Variabel terikat : penggunaan kontrasepsi hormonal Cross Sectional Dengan jumlah responden 55 orang Uji statistik menggunakan chi kuadrat didapatkan hasil bahwa nilai P= 0,416. Berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang efek samping kontrasepsi hormonal dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Yang diteliti tentang tingkat pengetahuan efek samping kontrasepsi Hormonal sedangkan saya tentang ada tidaknya efek samping. Teknik sampling yang digunakan cluster sampling sedangkan saya menggunakan accidental sampling. 2. Sudarwati (2010) Hubungan Lama Pemakaian KB Implant Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Implant di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta Tahun 2010 Dengan rumusan masalah : apakah ada hubungan lama pemakaian KB Variabel bebas : lama pemakaian KB implant Variabel terikat : gangguan menstruasi Cross Sectional Dengan jumlah responden 48 orang Uji statistik dengan chi kuadrat didapatkan hasil bahwa nilai p value 0,018<0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan lama pemakaian KB implant dengan gangguan menstruasi. Dan tingkat keeratan hubungan cukup erat yaitu 0,380. Yang diteliti lama pemakaian KB implant dengan gangguan menstruasi sedangkan saya yang diteliti pengaruh efek samping dengan kelangsungan pemakaiannya. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling sedangkan saya menggunakan 7

3. Marianti (2011) implant dengan gangguan menstruasi ada akseptor KB implant di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta tahun 2010? Hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan pada akseptor KB Di BPS Mei Suwarsono Depok, Sleman, Yogyakarta Dengan rumusan masalah apakah ada hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan pada akseptor KB Di BPS Mei Suwarsono Depok, Sleman, Yogyakarta? Variabel bebas : Lama pemakaian KB suntik DMPA Variabel terikat : kenaikan berat badan pada akseptor KB Kohort Retrospective Dengan jumlah responden 47 orang Hasil uji hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan diperoleh nilai p= 0,000 (< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan. Relative Risk (RR) = 1,923 dan Confidence Interval (CI) = 1,320-2,803. Kekuatan hubungan sebesar 0,481 yang artinya cukup kuat accidental sampling. Yang diteliti lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan sedangkan saya pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sedangkan saya accidental sampling F. Keaslian Penelitian 8