Ben Anderson dan Kudeta Militer 1 Oktober 1965

dokumen-dokumen yang mirip
Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965

Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit

Surat-Surat Buat Dewi

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965

Berbagai Kisah G30S Oleh Asvi Warman Adam

G30S dan Kejahatan Negara

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

"Buku Putih" Versus White Paper

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Bersikap Masih Seperti 1965

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

Gerwani dan Tragedi 1965

Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

G 30 S PKI. DISUSUN OLEH Aina Aqila Rahma (03) Akhlis Suhada (04) Fachrotun Nisa (14) Mabda Al-Ahkam (21) Shafira Nurul Rachma (28) Widiyaningrum (32)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka.

G 30 S/PKI, Gestapu. dan Penyelesaian Peristiwa G 30 S Secara Beradab

Pelajaran 09: KATA KOTOR YANG TERKUTUK Hati-hati dengan Kata-katamu! 31 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini

50 Tahun Mempelajari Pembunuhan Massal 1965

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Ketika Bung Karno Didemo Tentara

REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara tak perlu dan tak akan pernah minta maaf ke PKI

Kebohongan Tari Harum Bunga Gerwani di Lubangbuaya

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah

Buku Letjen (Pur) Sintong Panjaitan yang membikin heboh

P U T U S A N NOMOR : 37/PID.SUS-ANAK/2017/PT.MDN

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB III DATA PERANCANGAN

P U T U S A N. Nomor : 654/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN

Soeharto Dan Peristiwa G30S 1965

P U T U S A N NOMOR : 91/PID/2013/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dark tourism memang berbeda dari jenis wisata lainnya, ketika wisata lain

PUTUSAN. Nomor 1406/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu

BEN ANDERSON: Menilai G30S

Fakta Dibalik Peristiwa G 30 S PKI

Pendidikan 97. Bab 9. Pendidikan

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0049/Pdt.P/2012/PA.Pas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

P U T U S A N. Nomor :534/PID.SUS/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 266/PID.SUS/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 494/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 339/Pdt.G/2010/PA Prg.

Identitas bangsa Indonesia berubah total sesudah 1965

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia

P U T U S A N. Nomor 350/Pid.Sus/KDRT/2014/PT.BDG.

P U T U S A N Nomor : 103/Pid.Sus/2013/PT.Bdg.

P U T U S A N NOMOR : 448 /PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. sebagaimana tertera di bawah ini dalam perkara Cerai Gugat antara;

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, khususnya terhadap media massa semakin kritis dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN. Nomor 0844/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N Nomor : 106/Pdt.G/2013/PA.Blu.

REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DALAM FILM PENGKHIANATAN G30S (Analisis Semiotik dalam Perspektif PPKn)

NOMOR : 200 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1570/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 444/PID/2011/PT-MDN.- PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ; Telah membaca... DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 646/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 076/Pdt.G/2011/PA.Blu BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Laporan akhir IPT, 8 Juni, 2016

PEMBERONTAKAN GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI 1965

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

P U T U S A N NOMOR 310/ PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 24/Pdt.G/2011/PA.Pts. Bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N. Nomor : 571/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

P U T U S A N. Nomor : 485/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tanggal lahir : 49 tahun / 29 Juni 1962.

PENGADILAN TINGGI BANDUNG DI BANDUNG

Mengenang Malam Jahanam (1)

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

P U T U S A N Nomor : 0052/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 322 /PID.SUS/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pelajaran 06: LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Bagian 1) Allah Berbicara dalam Bahasa kedua-duanya 10 Agustus 2013

PUTUSAN. Nomor : 1137/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Catherine, Svetlana, dan Pancasila

Salinan P E N E T A P A N NOMOR.../Pdt.G/2011/PA.Pso

tugasnya masing-masing, wartawan-wartawan dilarang keras mendekat, memotret maupun masuk kedalam apartemen. Korban tewas kira-kira pukul sebelas

P U T U S A N Nomor : 1745/Pdt.G/2010/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Ben Anderson dan Kudeta Militer 1 Oktober 1965 Hasan Kurniawan http://daerah.sindonews.com/read/1070825/29/ben-anderson-dan-kudeta-militer-1-oktober-1965-1450531588 Minggu, 20 Desember 2015 05:05 WIB Ben Anderson (foto: Hasan) BEN ANDERSON merupakan salah satu pakar sejarah dan politik Indonesia paling berpengaruh pada abad 20. Kini, Ben telah meninggal dunia. Tetapi karyanya tentang Indonesia bagaikan sumber mata air yang tidak ada habisnya direguk. Sebut saja penelitiannya yang berjudul A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia atau Analisis Awal Kudeta 1 Oktober 1965 di Indonesia. Sejak pertama dipublikasikan pada 10 Januari 1966, karya ini masih dipelajari. Melalui penelitian bersama Ruth Mcvey dan Frederick Burnell itu, pria yang bernama lengkap Benedict Richard O'Gorman (ROG) Anderson ini menjungkir balikkan sejarah resmi versi Orde Baru tentang Gerakan 30 September (G30S) 1965. Dalam suatu wawancara, pria kelahiran Kunming pada 26 Agustus 1936 ini pernah menyatakan, logika yang dibangun Orde Baru mengenai G30S 1965 dengan menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalangnya sangat tidak masuk diakal. Dengan menggunakan sumber-sumber media pada masa itu yang masuk ke Cornell University di Ithaca, Amerika Serikat, Ben Anderson yang masih kuliah mengajak seniornya Ruth Mcvey dan adik kelasnya Frederick Burnell melakukan penelitian singkat. 1

Sumber-sumber media yang digunakan adalah yang terbit di daerah-daerah dan belum dikuasai tentara Orde Baru di Jakarta, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Medan, dan lainnya. Hingga tiga minggu setelah G30S, media-media itu belum dilarang. Selain menggunakan sumber koran dan majalah yang terbit di masa itu, Ben Anderson juga menggunakan dokumen-dokumen tentara yang masuk ke Cornell University, dan pengamatan langsung di lapangan oleh sejumlah kenalan yang ada di daerah itu. Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian adalah sumber media dan dokumen yang terbit hingga pertengahan Desember 1965. Setelah itu, media sudah dikendalikan atau dilarang terbit oleh tentara Orde Baru secara keseluruhan di Indonesia. Selama tiga minggu waktu penulisan, akhirnya Analisis Awal Kudeta 1 Oktober 1965 rampung dikerjakan pada 10 Januari 1966. Dari hasil penelitian yang singkat itu diketahui banyak terjadi ketidak cocokan sejarah versi Orde Baru di lapangan. Sedikitnya ada beberapa poin penting yang berhasil dipetik dari analisis awal itu. Pertama, Bung Karno tidak terlibat G30S dan sama sekali tidak mendapatkan keuntungan dari peristiwa berdarah ini. Sebaliknya, G30S membahayakan dirinya. Poin kedua mengenai PKI sebagai dalang G30S tidak benar. Tudingan ini sangat tidak masuk logika, karena PKI pada waktu itu sedang berada di atas angin dan pengaruhnya terhadap Bung Karno cukup besar. Hal ini jelas menguntungkan posisi PKI. Ketiga adanya perselisihan atau masalah dalam tubuh Angkatan Darat (AD). Menurut mereka, sudah lama berkembang sikap kritis di kalangan para perwira di Kodam Diponegoro, Jawa Tengah terhadap para perwira Diponegoro di Jakarta. Para perwira di Semarang melihat senior mereka di Jakarta telah bertindak korup, suka bermain perempuan, dan bermewah-mewahan. Mereka dianggap telah mengkhianati prinsip-prinsip kerakyatan, serta kesederhanaan seorang tentara rakyat. Selain mengungkap adanya konflik antara bawahan dengan atasan, pada kesimpulannya itu Ben Anderson dan Ruth Mcvey juga mengungkap kedekatan para pemimpin G30S, yakni Untung dan Latif dengan Jenderal Soeharto. Kedekatan Soeharto dengan Untung tampak pada 1964. Saat itu, Soeharto rela pergi 2

jauh-jauh ke salah satu desa di Jawa Tengah untuk menghadiri perkawinan Untung. Saat menikah, usia Untung sudah cukup tua. Dia sering diejek perjaka tua. Begitupun dengan Latief. Soeharto dikenal sangat dekat dengan Latif. Bahkan Istri Soeharto, Ibu Tien juga berhubungan erat dengan Istri Latief. Ben Anderson menduga, Ibu Tien yang meminta Soeharto membebaskan Latif dari hukuman mati. Analisis awal Ben Anderson dan Ruth Mcvey yang kemudian terkenal dengan Cornell Paper menimbulkan kegemparan di Jakarta. Di kalangan aktivis mahasiswa dan kaum intelektual Indonesia, tesis Ben Anderson ini sempat hangat diperbincangkan. Pada tahun 1967, Ben Anderson sempat berkunjung ke rumah sahabatnya Soe Hok Gie, di Jalan Kebon Jeruk, Jakarta. Saat itu, dia sempat mendiskusikan tesisnya tersebut dengan sejumlah teman-temannya. Di antara yang hadir tampak Salim Said. Selain mengunjungi para sahabatnya, kedatangan Ben Anderson ke Indonesia saat itu adalah untuk mengikuti sidang Mahmilub. Saat mengikuti sidang pengadilan Letkol AURI Atmodjo, dia menerima salinan fotokopi rekaman stenografis pengadilan. Rekaman itu berisi dokumen-dokumen penting tentang lampiran-lampiran pada berkas sidang pengadilan. Di dalamnya ternyata ada laporan yang disusun lima orang ahli kedokteran forensik yang memeriksa mayat-mayat enam orang jendral yang dibunuh. Keenam jenderal itu adalah Yani, Suprapto, Parman, Sutojo, Harjono, dan Pandjaitan, serta seorang letnan muda Tendean yang terbunuh pada pagi-pagi buta tanggal 1 Oktober 1965. Hal ini sangat mengejutkan Ben Anderson sekaligus membuatnya senang. Laporan mereka yang lugas merupakan lukisan paling obyektif dan tepat yang pernah dimiliki tentang bagaimana tujuh orang itu mati. Mengingat berita-berita yang disajikan oleh surat kabar dan majalah umum berlain-lainan dan sarat kontroversi. Dokumen penting itu kemudian dia terjemahkan. Disebutkan pada bagian atas setiap visum et repertum (Autopsi) menunjukkan bahwa tim tersebut bekerja pada hari Senin 4 Oktober 1965 atas perintah Mayjen Soeharto selaku Komandan KOSTRAD. Tim terdiri dari dua orang dokter tentara, termasuk Brigjen Roebono Kertopati yang terkenal, dan tiga orang sipil ahli kedokteran forensik pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) yang salah satunya adalah Dr Sutomo Tjokronegoro. 3

Sejak mayat diangkat dari Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965 siang, tim langsung bekerja selama 8 jam dari pukul 4.30 sore pada 4 Oktober 1965 sampai 12.30 lewat tengah malam pada 5 Oktober, di Kamar Bedah RSPAD. Siang harinya, pada Selasa 5 Oktober 1965, mayat-mayat itu langsung dimakamkan dengan upacara militer di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta. Satu hal yang pasti patut diperhatikan, autopsi dilakukan atas perintah langsung Mayjen Soeharto. Hal itu berarti bahwa setelah tim dokter bekerja, laporan hasi autopsi segera disampaikan kepadanya. Tim dokter melaporkan bahwa jenderal-jenderal yang mati itu karena diberondong dan ada sebagian yang badannya rusak karena dilempar dalam sumur. "Tapi dua hari setelah itu Ali Murtopo bikin keterangan di televisi dan di koran bahwa betapa kejamnya PKI sehingga kemaluan si jenderal dipotong, matanya dicongkel, dan sebagainya. Mereka tahu betul bahwa itu bohong!" kata Ben Anderson. Temuan dokumen-dokumen yang mengejutkan itu semakin meneguhkan pendirian Ben Anderson dan Ruth Mcvey tentang analisa awal mereka bahwa PKI tidak terlibat secara langsung dalam G30S, dan ada upaya untuk menghancurkan PKI secara sistematis. Saat laporan Ben Anderson tentang hasil autopsi kembali dibuka ke publik, reaksi Jakarta semakin marah. Keputusan untuk melarang Ben Anderson datang ke Indonesia pun akhirnya dikeluarkan. Pada 1972, secara resmi Ben Anderson dicekal Soeharto. Setelah Soeharto lengser, pada Desember 1998 Ben Anderson kembali menginjakkan kakinya di Indonesia. Saat itu Ben terlihat sangat senang. Tampak pada wajahnya suatu kerinduan yang mendalam bagai terpisah dari Tanah Kelahiran sendiri. Ben Anderson memang dikenal sebagai peneliti asing yang sangat mencintai Indonesia dengan seluruh kehidupan yang ada di dalamnya. Sejak kunjungannya yang pertama kali lagi itu, dia terus melakukan kunjungan rutinnya ke Indonesia. Dalam setahun, sedikitnya dua kali Ben Anderson datang ke Indonesia. Terakhir, Ben Anderson datang ke Indonesia untuk menghadiri acara diskusi tentang buku terbarunya yang berjudul Di Bawah Tiga Bendera, diterbitkan oleh Marjin Kiri. Beberapa hari kemudian, Anderson meninggal pada Minggu 12 Desember 2015, di Batu, 4

Malang, Jawa Timur, dalam usia 79 tahun. Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi mengenang wafatnya Ben Anderson diakhiri. Semoga memberikan bermanfaat. Sumber Tulisan *Salim Haji Said, Gestapu 65, Mizan, 2015. *Pambudi, Supersemar Palsu, Kesaksian Tiga Jenderal, Media Pressindo, 2007. *Ben Anderson: Politisi Indonesia Main Duit, dikutip dalam wawancara Tamu Kita, Majalah D&R, No31/XXX/15-20 Maret 1999. *Profesor Ben Anderson tentang G30S, dikutip dalam laman Arus Bawah arusbawah20.wordpress.com. *Joss Wibisono, Cornell Paper: Penentang Pertama G30S versi Soeharto, seperti dikutip dalam http://archief.wereldomroep.nl. *Ben Anderson, Tentang Matinya Para Jendral, dikutip dalam laman newhistorian.wordpress.com. PILIHAN Menyingkap Rahasia Pembantaian Massal 1965-1966 Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965? Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965 Kebohongan Tari Harum Bunga Gerwani di Lubangbuaya (san) 5