BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dark tourism memang berbeda dari jenis wisata lainnya, ketika wisata lain
|
|
- Hadi Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dark tourism masih terdengar asing dan belum populer di Indonesia, meskipun secara tidak disadari wisata ini sudah dilakukan oleh banyak wisatawan. Dark tourism memang berbeda dari jenis wisata lainnya, ketika wisata lain menunjukkan dan menawarkan kegembiraan, keriangan dan kesenangan, dark tourism memberikan hal-hal yang berhubungan tragedi manusia, kematian dengan kekerasan, bencana alam dan pembantaian. Ada banyak daya tarik wisata yang berhubungan dengan kematian dan tragedi kemanusiaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Daya tarik wisata tersebut misalnya adalah tugu peringatan perang, museum perang, medan perang, penjara, kamp pengungsi, tempat-tempat bencana, wisata horor dan sebagainya. Orang-orang datang ke tempat-tempat tersebut untuk mendapatkan kilas balik tentang apa yang telah terjadi di masa lalu dan melihat sisa-sisa atau bekas-bekas suatu peristiwa tragedi yang memilukan dan mengenaskan. Di dunia, banyak tempat yang merupakan lokasi dark tourism di antaranya yang paling terkenal yaitu Holocaust di Polandia, Killing Field di Kamboja dan Ground Zero di Amerika Serikat. Holocaust merupakan sebuah peristiwa pembantaian jutaan bangsa Yahudi yang dilakukan oleh Nazi pada masa sekitar Perang Dunia II. Salah satu kamp pembantaian yang paling terkenal adalah di Auschwitz-Birkenau, Polandia. Killing Field atau dalam Bahasa Indonesia adalah ladang pembunuhan merupakan nama sebuah tempat di Desa Cheoung Ek, 1
2 2 di Kota Phnom Pen, Kamboja dimana para penduduk Kamboja dibunuh secara masal saat rezim Pol Pot berkuasa sekitar tahun Ground Zero merupakan lokasi bekas menara kembar World Trade Centre di New York, Amerika Serikat yang hancur setelah ditabrak 2 pesawat yang dikuasai teroris. Kini, ketiga lokasi tersebut banyak dikunjungi wisatawan untuk mengenang peristiwa memilukan yang terjadi di masa lalu. Saat ini, terdapat fenomena baru terkait dark tourism yang mulai berkembang di banyak negara, yaitu Death Café. Ini adalah sebuah tempat dimana orang-orang datang ke sana untuk makan, minum dan membicarakan tentang kematian. Café ini didirikan pertama kali di London, Inggris pada bulan September 2011 dan akhirnya terus berkembang di banyak negara di Eropa, Amerika Utara, Asia dan Australia. Di café ini, perlengkapan minum dan makan pun dihiasi dengan lambang kematian yaitu kepala tengkorak (sumber: Di Indonesia, sumber daya pariwisata yang berhubungan dengan peristiwaperistiwa yang kematian, sebagaimana ditemukan dalam dark tourism, belum banyak diteliti apalagi dalam lingkup yang formal. Walaupun Indonesia memiliki semua sumber daya tersebut, tetapi potensinya belum teridentifikasi karena terbatasnya penelitian tentang dark tourism ini. Beberapa tempat terkait dengan wisata ini yang sudah banyak dikenal di antaranya adalah Lubang Buaya di Jakarta tempat dibuangnya 7 jenazah jenderal yang dibantai oleh Partai Komunis Indonesia, Pulau Galang di Kepulauan Riau lokasi penampungan pengungsi Vietnam, dan Museum Tsunami di Banda Aceh yang memberikan gambaran betapa mengerikannya peristiwa tsunami yang terjadi pada bulan Desember 2004 silam.
3 3 Gambar 1.1 Piring di Death Café (Diunduh dari tanggal 17 Desember 2014). Gambar 1.2 Cangkir di Death Café (Diunduh dari tanggal 17 Desember 2014). Dalam penelitian ini, penulis meneliti wisata horor atau ghost tour di Bandung. Wisata ini dianggap sebagai salah satu bentuk dark tourism yang paling ringan karena berfokus pada hiburan serta menyajikan peristiwa-peristiwa kematian baik yang bersifat nyata maupun hanya fiksi belaka (Stone, 2006). Di beberapa negara seperti di Inggris, Spanyol dan Amerika Serikat, wisata horor sudah dikembangkan dengan adanya paket-paket wisata horor yang ditawarkan oleh perusahaan penyelenggara wisata. Berdasarkan pengamatan penulis, Kota Bandung memiliki potensi untuk wisata horor karena memiliki banyak gedung tua, tempat yang dianggap menakutkan serta cerita-cerita seram dan mitos. Saat ini, wisata horor masih merupakan sebuah kegiatan jalan-jalan yang dilakukan oleh sebuah komunitas pecinta horor, bernama Komunitas Wisata Mistis, ke tempat-tempat seram di malam hari. Lokasi yang dikunjungi di antaranya yaitu gedung-gedung tua peninggalan Belanda seperti rumah sakit dan sekolah, patung-patung yang memiliki nilai sejarah yang ada di taman kota seperti patung pastor Belanda H.C.
4 4 Verbraak di Taman Maluku, goa seperti Goa Belanda, makam keramat yang memiliki nilai sejarah, dan lokasi-lokasi terjadinya kecelakaan yang kemudian memunculkan cerita seram seperti Jalan Siliwangi Bandung. Kegiatan yang dilakukan dalam wisata horor ini adalah penelusuran cerita mitos yang beredar di masyarakat baik yang berada di sekitar lokasi peristiwa maupun yang beredar luas dan cerita sejarah lokasi. Meskipun masih merupakan sebuah kegiatan hobi jalan-jalan malam ke tempat-tempat seram, namun perjalanan ini sudah diikuti oleh sekitar 30 orang pada setiap jadwal perjalanannya. Dengan demikian kegiatan perjalanan ini memiliki potensi untuk menjadi wisata baru karena wisata alam, kuliner dan taman-taman hiburan sudah menjadi tujuan wisata yang biasa dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Bandung. Wisata horor merupakan wisata baru yang berbeda dari wisata lainnya di Bandung karena menyuguhkan suasana seram yang sebenarnya, berbeda dengan permainan rumah hantu yang ditemui di taman-taman hiburan dengan suasana seram yang dikondisikan. Kegiatan wisata ini dilakukan 2 kali dalam 1 bulan pada hari Sabtu di minggu ke-2 dan ke-4 pada malam hari. Lokasi yang dikunjungi pada setiap jadwal wisatanya berbeda-beda. Wisata ini memiliki peraturan khusus yang wajib dipatuhi oleh para peserta agar kegiatan wisata berjalan dengan lancar dan aman. Komunitas Wisata Mistis yang menyelenggarakan wisata ini melibatkan beberapa orang dengan kemampuan supernatural yang dinamai tim metafisik dalam perjalanan wisatanya untuk menyajikan atraksi terkait aktivitas paranormal dan berjaga-jaga jikalau terjadi kerasukan pada wisatawan wisata horor.
5 5 Gambar 1.3 Goa Belanda di Tahura Juanda, Bandung (Sumber: diakses 29 Oktober 2014). Gambar 1.4 Rumah Ambulance Jalan Bahureksa, Bandung (Sumber: diakses 29 Oktober 2014). Tesis ini mencakup penelitian tentang wisata horor yang mengeksplorasi potensi atraksi, mengidentifikasi wisatawan yang sudah ada dilihat dari karakteristik dan jenis wisatawan, motivasi dan pengalaman wisatawan. Hal tersebut diteliti agar wisata horor ini dapat dikelola lebih baik lagi dan dikembangkan menjadi sebuah kegiatan wisata komersial karena melihat kegiatan ini telah menarik datangnya wisatawan. Dengan demikian, penyelenggara dapat mewujudkan keinginan-keinginan wisatawan yang ingin memperoleh pengalaman sesuai dengan harapannya. Penelitian wisata horor dilakukan di Goa Belanda di Kota Bandung. Goa tersebut merupakan goa peninggalan penjajahan Belanda dan terletak di kawasan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda atau orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan Dago Pakar. 1.2 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana bentuk atraksi wisata horor di Bandung? 2. Bagaimana karakteristik dan jenis wisatawan wisata horor? 3. Apa motivasi wisatawan mengikuti wisata horor?
6 6 4. Harapan dan pengalaman apa yang diperoleh wisatawan ketika mengikuti wisata horor? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi atraksi wisata horor. 2. Mengidentifikasi karakteristik dan jenis wisatawan wisata horor. 3. Mengetahui motivasi wisatawan yang mengikuti wisata horor. 4. Mengetahui pengalaman yang diharapkan dan diperoleh wisatawan selama mengikuti wisata horor. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan dark tourism, khususnya wisata horor dan wisatawannya 2. Manfaat Praktis a. Menjadi bahan masukan dan inspirasi untuk mengemas dan mengembangkan wisata horor sebagai wisata alternatif untuk meningkatkan kegiatan wisata di Bandung. b. Menjadi bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
7 7 1.5 Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang wisata horor di Bandung belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan lebih banyak bertema wisata alam, wisata belanja dan wisata kuliner. Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya bertema ghost tour atau wisata horor yang berlokasi di luar Indonesia. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Joy Fraser (2005) di Edinburgh terhadap 3 penyelenggara wisata horor. Ia mengeksplorasi tentang perilaku, nilai dan estetika ke 3 perusahaan penyelenggara wisata horor yaitu Mercat Tours, Wichery Tours dan City of Dead dalam penyelenggaraan wisata mereka. Temuannya adalah (1) wisata yang diselenggarakan oleh Mercat Tours menyajikan konstruksi keaslian cerita-cerita dalam wisata horor sehingga memberikan contoh model wisata modern yaitu pencarian otentisitas; (2) wisata yang diselenggarakan oleh Wichery Tours menunjukkan bahwa wisata ini dinilai hanya sebagai sebuah permainan untuk bersenang-senang dan bukanlah sesuatu yang serius; (3) wisata yang diselenggarakan oleh City of Dead menunjukkan bahwa perasaan takut menjadi faktor motivasi wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata dalam wisata horor. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Glenn W. Gentry (2007) tentang penyelenggaraan wisata horor yang disajikan oleh sebuah tour operator untuk memberikan pengalaman yang berbeda dari wisata horor lain pada wisatawan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sebuah wisata horor dimana dalam satu program wisata horor, tour operator mengajak wisatawannya ke beberapa tempat seram yang berbeda dengan berjalan kaki. Ia menemukan bahwa tour
8 8 operator memberikan kebebasan terhadap wisatawan untuk menentukan tempattempat yang ingin dikunjungi dan lamanya waktu berkunjung. Hal ini menyebabkan cerita yang disajikan berbeda-beda kepada tiap kelompok wisatawan wisata horor ini sehingga mereka memperoleh pengalaman yang berbeda-beda pula.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata dapat diartikan sebagai seluruh kejadian dan hubungan yang timbul dari atraksi para wisatawan, penyalur jasa, pemerintah setempat, dan komunitas setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor penentu suksesnya sebuah perjalanan wisata adalah Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata tidak akan lengkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut: a. Kesimpulan Bentuk Implementasi Fisik Program Pengembangan Wisata Ziarah di
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK. : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia
31 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Nama Proyek Nama Proyek Lokasi : : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia Gambar 3.1 Site Sumber : Dokumentasi pribadi Luas lahan Pemilik Sumber dana Sifat proyek Sub-wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun
Lebih terperincii-cilacap: Sebuah Strategi Promosi Wisata Bahari Kabupaten Cilacap oleh: Nabilla Desyalika Putri
i-cilacap: Sebuah Strategi Promosi Wisata Bahari Kabupaten Cilacap oleh: Nabilla Desyalika Putri Kamu tahu, nduk, kemana orang-orang jahat itu dibuang? kemana memangnya, Yah? Ke suatu pulau di selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan penghasil devisa yang cukup besar untuk negara disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam meningkatkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih
Lebih terperinciPENGEMBANGAN WISATA KOTA SEBAGAI PARIWISATA MASA DEPAN INDONESIA
PENGEMBANGAN WISATA KOTA SEBAGAI PARIWISATA MASA DEPAN INDONESIA Pendahuluan Penduduk kota, sejak tahun 2000, ada 41% meningkat menjadi 50% pada tahun 2005. (The Comparative Urban Studies Project di Woldrow
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya adalah wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata belanja, dan masih banyak lagi. Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata di berbagai penjuru dunia semakin berkembang dan menjadi salah satu pemasukan bagi negara. Menurut Bappenas (2010) pada awalnya pariwisata hanya dinikmati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sudah diakui sebagai industri terbesar abad ini, dilihat dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk
Lebih terperinci1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan pariwisata dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang berkontribusi cukup besar di suatu negara. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PERSAMAAN... xv DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Survey di facebook oleh Disbudpar Kota bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mempunyai minimal dua identitas kota yang bertaraf internasional, yaitu Gedung Sate dan Kawasan Braga. Kawasan ini sudah dikenal para wisatawan asing sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman memiliki beberapa bidang yang dijadikan sebagai kegiatan penggerak perekonomiannya, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan sektor penting dalam upaya penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial, di Indonesia sendiri sektor pariwisata sudah mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun Keterangan Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 1. Jumlah pengun jung melalui gerban.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar dan menarik bagi para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain itu pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari masyarakat maupun pihak pemerintah pada periode delapan sampai sembilan puluhan. Sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi Ibu Kota provinsi Jawa Barat. Kota yang terletak di 140 km sebelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepariwisataan dunia telah mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sektor pariwisata merupakan alternatif pemasukan bagi pendapatan
Lebih terperinciOLAHRAGA REKREASI
OLAHRAGA REKREASI mansur@uny.ac.id Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan wisata dan industri pariwisata. 2. Menggambarkan hubungan antara olahraga dan pariwisata. 3. Membedakan antara ketiga jenis olahraga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Surabaya semakin agresif membangun sektor pariwisatanya, hal ini terkait dengan perubahan visi-misi kota yang ditetapkan sejak 2005. Menyadari tentang arah
Lebih terperinci1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME
1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki begitu banyak potensi pariwisata sudah menjadi salah satu destinasi pariwisata dunia. Hanya saja, dari wisatawan mancanegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata yang memiliki daya tarik bagi wisatawan dan yang paling penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Dalam merencanakan suatu produk paket wisata setiap Biro Perjalanan Wisata akan selalu memperhatikan segala aspek mulai dari akomodasi, transportasi, objekobjek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Keadaan sumber daya alam yang melimpah inilah yang menjadi keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang tentunya memiliki
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perancangan Seiring perkembangan manusia yang semakin pesat, maka kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia menjadi bertambah dan bervariasi. Terlebih lagi di industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dengan adanya pemekaran Propinsi Riau, maka pada tahun 1999 terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat pemerintahan. Sebagai kabupaten yang sedang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Sejarah Lanskap sejarah (historical landscape) menurut Harris dan Dines (1988), dapat dinyatakan sebagai suatu bentukan lanskap pada masa lalu yang terdiri dari bukti-bukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu industri yang saat ini sedang berkembang didunia, hal ini dirasakan pula di Indonesia. Dibuktikan dengan pariwisata menjadi urutan ketiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lokasi wisata di kota Bandung semakin lama semakin pesat dan meluas. Bandung memiliki banyak jenis wisata unik dan menarik yang ditawarkan, mulai dari
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana
Lebih terperinciPerkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus 2017
Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus No. 65/10/35/Th. XV, 2 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus Jumlah Wisman di Jawa Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota wisata yang banyak diminati oleh para wisatawan baik domestik, maupun internasional. Banyaknya tempat wisata dan hiburan yang ditawarkan kota
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan memiliki beragam budaya, seni serta wisata yang telah dikenal keindahannya di Indonesia. Ibukota Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat
Lebih terperinciBAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005
BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005 Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu destinasi pariwisata paling diminati di dunia. Perekonomian Bali didukung
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D
IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D 301 542 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAKSI Kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu daya tarik bagi setiap negara maupun daerahnya masing-masing. Pariwisata adalah industri jasa yang menanggani mulai dari transportasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 2006 bertepatan dengan hari. Shopping Center di jalan Panembahan Senopati Yogyakarta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taman Pintar adalah tempat wisata berbasis pengetahuan dan sains yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 2006 bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional dengan bangunan
Lebih terperinciBAB I INTRODUCING. revitalisasi kawasan yang berlokasi di Blok bekas fungsi bangunan: Gedung
5 BAB I INTRODUCING Sesuai dengan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 (enam) yaitu revitalisasi berbasis pengembangan kawasan multifungsi terpadu dengan tema besar Sustainability
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism Organization memperkirakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kepariwisataan merupakan salah satu industri yang dapat memberikan kontribusi sebagai pemasukan devisa bagi negara. Pariwisata diandalkan oleh banyak negara di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam buku Penghargaan Konservasi Bangunan Cagar Budaya karya Dr.Dibyo Hartono tahun 2104, sejarah sebuah kota adalah sejarah kehidupan manusia yang tercermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat
Lebih terperinciWisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.
Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata berkembang pesat seiring dengan kebutuhan manusia yang kian meningkat. Dahulu masyarakat berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, terlihat dari bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Pariwisata
Lebih terperinciTabel VIII.2.1. Table Kamar Unit Bed Unit Room
Perhotelan Hotels Tabel VIII.2.1. Banyaknya Unit Penginapan, Kamar Dan Tempat Tidur Dirinci Per Kecamatan Di Kabupaten Ende Number of Hotel/Lodgings Room and Beds by District in Ende Regency 2012-2013
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Nama Usaha : Siete Cafe & Garden Tahun Berdiri : Mei 2012 Alamat : Jalan Sumur Bandung No. 20 Telepon : 022-2500453 Jam Operasi :
Lebih terperinci2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Wisata belanja merupakan salah satu sektor industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan yang signifikan di dunia. Berbelanja sudah menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. merupakan salah satu tujuan wisata yang cukup terkenal di Indonesia. Kekayaan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya. Masing-masing provinsi di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang beda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan manusia terutama pada dunia usaha saat ini. Di samping itu, banyaknya usaha bermunculan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di suatu negara. Bagi negara negara
Lebih terperincibagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya
BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata alam dewasa ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan hayati dan non hayati yang sangat
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Sekilas Tentang Kota Tarakan Pantai Amal Indah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sekilas Tentang Kota Tarakan Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa tidung Tarak (bertemu) dan Ngakan (makan) yang secara harfiah dapat diartikan Tempat para nelayan untuk
Lebih terperinciMedan Culinary Center Arsitektur Rekreatif
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia kuliner semakin lama semakin berkembang. Banyaknya media cetak, media elektronik yang menyajikan informasi kuliner semakin lama semakin berkembang
Lebih terperinciIni Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI
Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal dan dapat menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal dan dapat menarik perhatian dunia. Bahkan Indonesia berada di peringkat ke-4 dari negara-negara ASEAN yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring waktu, perkembangan pariwisata di Indonesia semakin pesat dan cepat. Sekarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring waktu, perkembangan pariwisata di Indonesia semakin pesat dan cepat. Sekarang di Indonesia banyak berkembang hotel-hotel dan restoran yang lebih modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia pasti membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pariwisata kini telah berkembang secara global dan berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan. Hal inilah yang menjadikan setiap negara mulai berlombalomba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kreatif (Kemenparekraf) mempromosikan wisata Indonesia ke luar negeri dan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan slogan Pesona Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI No. 32/01/21/Th. III, 2 Januari 2008 PERKEMBANGAN PARIWISATA PROVINSI KEPULAUAN RIAU OKTOBER Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Provinsi Kepri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup menunjukkan bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan, yaitu makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya selain kebutuhan sandang dan papan. Hal ini berarti merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri penting bagi perekonomian Indonesia. Usaha jasa pariwisata terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya pengoptimalan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian Industri pariwisata merupakan sektor terpenting untuk setiap Negara karena dapat meningkatkan perekonomian dan devisa negara. Banyaknya penduduk disuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian suatu daerah. Kota Bandung melalui Dinas Pariwisata dan Budaya berupaya untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Namun demikian tonggak-tonggak sejarah dalam pariwisata sebagai fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Alasan Pemilihan Judul Sesungguhnya pariwisata dimulai sejak dimulainya peradaban manusia, yang ditandai oleh adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah atau
Lebih terperinci