TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PENYARADAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus


Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

PERANCANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET RENCANA KERJA TAHUNAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI PT

KODEFIKASI RPI 20. Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

Pengertian, Konsep & Tahapan

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh/By: Sukadaryati ABSTRACT. The extraction of pine logs of thinning activity in plantation forest area is

PERENCANAAN PEMANENAN KAYU

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PERHITUNGAN RD, RS, PERSEN PWH, JARAK SARAD RATA RATA DI PETA BERDASARKAN METODE SACHS (1968)

DAMPAK PEMANENAN KAYU TERHADAP TERJADINYA KETERBUKAAN LANTAI HUTAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Komponen Biaya Standar. Bahan Baku Langsung. Tenaga Kerja Langsung. Overhead. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Tenaga Kerja Borongan

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dengan tepat. Sumber daya hutan dapat menghasilkan hasil hutan yang merupakan

PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

Bab IX ORGANISASI PEMANENAN KAYU

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan

bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan

seluas Ha yang seluruhnya terletak di kelompok B. KONFIGURASI LAPANGAN, TANAH DAN IKLIM Kiani Lestari di kelompok Hutan Jele-Beliwit

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

a. Biaya tetap Perhitungan biaya tetap menggunakan rumus-rumus menurut FAO (1992) dalam Mujetahid (2009) berikut: M R Biaya penyusutan: D = N x t

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

LAPORAN PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI VCORR DAN TCORR

PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG P3HH24 DI HUTAN TANAMAN KPH SUKABUMI

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

LAPORAN PERSEN PWH : JONIGIUS DONUATA NIM : : KETEKNIKAN KEHUTANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR

KISI KISI SOAL UKG 2015 PAKET KEAHLIAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB )

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

B. BIDANG PEMANFAATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

BAB III METODOLOGI Data Data-data yang didapat dalam proyek gedung Ditjen Dikti Jakarta merupakan data-data umum dan teknis berupa :

BAB I PENDAHULUAN. potensi kayu dan prasarana pemanenan kayu dari hutan tergolong memadai

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil

PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

Pengeluaran Limbah Penebangan Hutan Tanaman Industri dengan Sistem Pemikulan Manual (Penilaian Performansi Kualitatif)

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

ANALISIS PRODUKTIVITAS, BIAYA OPERASI DAN PAMADATAN TANAH PADA PENYARADAN TRAKTOR VALMET FORWARDER

Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB III LANDASAN TEORI

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang dikaruniakan oleh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

: 1. Prof. Dr. Ir. Iswara Gautama, MP 2. Prof. Dr. Ir. Muh. Dassir, MSi 3. Dr. Ir. A. Mujetahid, MP 4. Nurdin, S.Hut.,M.Hut.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan hasil hutan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang dapat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu, pemanenan hasil hutan dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan. Pemanenan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan karena dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Apabila pemanenan dilakukan dengan cara yang tepat maka akan menguntungkan, baik dari segi ekonomis maupun ekologis ataupun untuk kegiatan selanjutnya seperti kegiatan persiapan lahan dan kegiatan penanaman. Menurut (Budiaman, 1996), kegiatan pemanenan dapat dibedakan atas empat komponen utama, yaitu : 1. Penebangan, yaitu mempersiapkan pohon yang akan ditebang, serta memotong kayu sebelum disarad. 2. Penyaradan, yaitu pemindahan kayu dari tempat penebangan ke tepi jalan angkutan. 3. Pengangkutan, yaitu pengangkutan kayu dari hutan ke tempat pegumpulan kayu atau tempat pengolahan 4. Penimbunan, yaitu penyimpanan kayu dalam keadaan baik sebelum digunakan atau dipasarkan serta pemotongan ujung-ujung kayu yang pecah dan kurang rata sebelum ditimbun.

Pelaksanaan pengelolaan hutan produksi alam yang berkelanjutan memerlukan penerapan sistem pemanenan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan pemanenan kayu sebagai bagian dari sistem silvikultur, hendaknya diusahakan semaksimalnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan dapat diminalmisasikan. Sistem pemanenan kayu umumnya didefinisikan sebagai bentuk atau cara pengangkutan kayu yang sesuai, serta metode dan alat yang digunakan, ataupun kombinasi dari keduanya yang digunakan dalam kegiatan pemanenan kayu (Endom et al, 2003). Elias, (1999) menyatakan tugas dari sistem pemanenan adalah dapat memenuhi kebutuhan saat sekarang yang bersifat konsumtif. Sistem pemanenan berdasarkan sistem silvikulturnya dapat dibagi menjadi sistem THPA (Tebang Habis dengan Permudaan Alam), sistem THPB (Tebang Habis dengan Permudaan Buatan), dan TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia). Pertimbangan utama dalam kebijakan sistem ini adalah produksi kayu yang berkesinambungan secara lestari. Pertimbangan perlindungan terhadap lingkungan secara khusus belum begitu tampak pada sistem-sistem tersebut. Selain sistem-sistem tersebut terdapat sistem yang hakekatnya meniru gejala alam, seperti sistem Tebang Rumpang, Tebang Jalur Tanam, dan Tebang Jalur Tanam Progresif. Sistem-sistem yang berwawasan lingkungan ini diharapakan dapat mengurangi dampak negatif jangka panjang dari operasi pemanenan, agar dapat diterapkan pada hutan Tanaman Industri. Penyaradan Kayu Penyaradan diperlukan untuk membawa kayu keluar dari tempat penebangannya ke tepi jalan angkutan sehingga dapat diangkut oleh kendaraan

pengangkut ke tempat pengumpulan kayu (TPk) atau langsung ke tempat pengolahan. Menurut Dulsalam dan Sukardaryati (2002), kegiatan penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat pohon ditebang ke tempat pengumpulan sementara melalui jalan sarad yang telah disiapkan secara maksimal. Penyaradan kayu dapat dilakukan secara manual ataupun mekanis. Penyaradan kayu secara manual dapat dilakukan dengan cara pemikulan atau penarikan kayu oleh tenaga manusia dan hewan. Sedangkan penyaradan secara mekanis dilakukan dengan penyaradan gaya berat gravitasi, dengan traktor, dengan kabel, dengan balon udara, ataupun penyaradan dengan pesawat terbang. Penyaradan kayu gelondongan hasil penebangan dilakukan setelah bagian tajuk pohon dipotong. Penyaradan kayu gelondongan harus dilaksanakan melalui jalan sarad yang telah direncanakan dan dibuat terlebih dahulu, biasanya pembukaan jalan sarad dilakukan sebelum penebangan dimulai dan lebar jalan sarad maksimal 4,5 meter dengan kemiringan memanjang jalan sarad pada umumnya tidak melebihi 25 0 (46%), kecuali untuk jarak pendek saja (<25 m) dan persyaratan drainase memadai. Adapun prinsip mendesain jalan sarad adalah dibuat selurus mungkin mengikuti kontur dan jalan sarad tersebut harus dapat dipergunakan seintesif mungkin. Belokan hanya diperlukan untuk mencapai batang yang akan disarad dan menghindari daerah curam, lembah, dan tanahnya labil (Elias, 1997). Pembuatan jalan sarad berkaitan erat dengan besarnya kerusakan dan pemadatan tanah yang diakibatkan oleh alat sarad yang dipakai, yang berdampak pada pertumbuhan tanaman selanjutnya. Oleh karena itu, hal-hal yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jalan sarad antara lain topografi dengan

tanjakan yang tajam, jarak dengan TPn, sehingga perlu diperhatikan letak TPn terhadap jarak sarad, menghindari belokan yang tajam, dan tidak melintasi sungai. Perencanaan jalan sarad yang tepat akan mengakibatkan areal yang terbuka tidak terlalu besar sehingga erosi tanah dapat dikurangi (Departemen Kehutanan, 1999). Dalam kegiatan penyaradan ini diupayakan sedikit mungkin terjadinya kerusakan pada pohon tinggal lainnya serta kerusakan tanah hutan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang ditimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyaradan seharusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad biasanya dilakukan satu tahun sebelum kegiatan penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai di lapangan sebagai acuan bagi pengemudi atau penyarad kayu (Muhdi et al, 2004). Sesuai dengan pendapat Elias (2002), yang menyatakan agar kegiatan penyaradan kayu dapat dilakukan secara sistematis, efisien, dan dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi, penyaradan dilakukan dengan terkontrol maksudnya penyaradan yang dilakukan diatas jaringan jalan sarad yang sudah direncanakan yang dibuat sebelum penebangan dan winching. Penyaradan terkontrol ini umumya terdiri dari tahapan kegiatan seperti perencanaan jaringan jalan sarad, konstruksi jalan sarad, teknik winching, dan teknik penyaradan. Umumnya tahap awal dalam transportasi minor ini dinilai penyebab biaya tunggal terbesar dalam logging. Ini terutama mengandung kebenaran apabila medan areal yang bersangkutan rata-rata curam atau berbukit, seperti halnya di sebagian besar areal HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Dimana, makin besar

tingkat kecuraman, makin tinggi pula biaya penyaradan karena makin kecil produktivitas yang dihasilkannya (Elias, 1999). Penyaradan Kayu Menggunakan Eskavator Komatsu PC 200-5 dengan Bantuan Ponton Darat Extraction (Penyaradan kayu) adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (Tpn) atau ke pinggir jalan angkutan. Extraction dapat dilakukan dengan beberapa jenis traktor berdasarkan areal hutan yang akan ditebang dan disarad seperti Forwader yang biasanya digunakan pada areal yang cenderung datar dan tidak curam, Skidder, alat sarad yang biasanya digunakan di areal topografi curam, dan Eskavator. Jenis traktor yang umum digunakan di Indonesia adalah traktor beroda ban (wheel skidder) dan traktor berban ulat/rantai (crawler skidder). Wheel skidder adalah traktor yang dirancang khusus untuk penyaradan kayu. Sedangkan crawler skidder disamping dapat digunakan untuk menyarad kayu, alat ini juga digunakan untuk membuat jalan atau membongkar tunggak, karena alat ini dilengkapi dengan pisau (blade). Pada umumnya traktor yang digunakan untuk menyarad kayu dilengkapi dengan winch di belakangnya, yaitu alat yang berfungsi menarik kayu dengan cara menggulung kawat baja diikatkan pada kayu. Tetapi terdapat juga traktor yang tidak dilengkapi dengan winch, seperti crawler skidder (Eskavator) yang menggunakan grapple untuk menyarad kayu dengan menjepit kayu (Muhdi, 2004). Eskavator dengan Ponton Darat yang merupakan salah satu alat untuk menyarad kayu, Ponton Darat ini terbuat dari rangka besi dengan panjang 5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 1,5 meter. Ponton Darat ini disambungkan di belakang

Eskavator dengan sebuah besi penghubung berbentuk leher angsa dengan panjang kayu yang dibawa 4 m dan kapasitas 11 ton. Penarikan kayu dengan Ponton Darat dapat memuat 8 10 ton kayu, dengan panjang kayu ± 4 meter. Sistem ini dapat dikombinasikan dengan sistem tarik panjang (shovel logger) dimana saat menarik Ponton Darat, Eskavator dapat juga menggendong kayu panjang dengan grapple (Anonim,2006) Biasanya alat sarad ini digunakan di areal yang datar, yang diletakkan di atas jalan sarad yang telah direncanakan. Menarik kayu tanpa jalan sarad, akan mengakibatkan kerusakan pada tanah seperti pemadatan tanah, pembuatan cekungan, dan drainase tidak baik. Inilah yang akan terjadi apabila penarikan kayu dengan Ponton Darat tanpa jalan sarad yang tidak di skid track dari ranting dan dahan kayu (Anonim,2006). Menurut Elias (1997), adapun proses penyaradan kayu dengan menggunakan traktor beroda ban (wheel skidder) yaitu : 1. Operasi penyaradan dimulai setelah pembuatan jalan sarad selesai. 2. Penyaradan dimulai dari batang kayu atau log terdekat. 3. Pembantu memasang kabel choker/hook pada ujung log (0,5-1,0 m). 4. Pembantu memberi tanda kepada operator traktor untuk mengambil posisi untuk melakukan winching. 5. Traktor tidak bermuatan berhenti di atas jalan sarad, ditempat yang tepat untuk melakukan winching dengan posisi yang baik. 6. Pembantu menarik kabel winch dan mengaitkannya pada kabel choker/hook yang telah dipasang pada log yang di winching

7. Pembantu pindah ketempat yang aman dan memberi kode bahwa winching dapat dimulai. 8. Pada waktu winching, traktor harus dalam posisi diam dan tetap berada di jalan sarad dan operator traktor harus berada di dalam traktor atau di tempat duduknya. 9. Setelah winching selesai, penyaradan dilakukan di atas jalan sarad menuju ke TPn (tempat penimbunan kayu). 10. Pembantu mencari log lain dengan bantuan Peta Rencana Pemanenan Kayu. Selama kegiatan penyaradan traktor dibatasi hanya bergerak pada jalanjalan sarad dan blade atau pisau traktor tidak memotong atau mengupas permukaan tanah dan mengadakan pemotongan samping, serta tidak boleh menyentuh pohon pada tegakan tinggal. Pemotongan samping hanya boleh dilakukan apabila tidak terelakkan atau terpaksa dilakukan. Agar jalan sarad yang dibuat tidak terlalu banyak maka dalam melakukan winching diusahakan sejauh mungkin (Elias, 1997). Waktu Kerja Penyaradan Salah satu kriteria pengukuran waktu kerja adalah pengukuran waktu (time study). Purnomo (2003) mendefinisikan pengertian umum dari pengukuran waktu kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Pengukuran waktu kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar atau waktu baku.

Siklus kegiatan produksi penyaradan dengan traktor dapat digolongkan atas komponen tetap dan tidak tetap. Komponen tetap terdiri atas menjepit kayu di dalam hutan dan melepaskan kayu yang disarad di Tpn. Sedangkan komponen tidak tetap adalah waktu perjalanan pulang pergi penyaradan. Penyaradan merupakan pengangkutan minor (jarak pendek), sehingga komponen waktu tetap sangat penting dalam kegiatannya (Elias, 1997). Waktu kerja penyaradan adalah waktu yang dibutuhkan oleh regu penyarad untuk mengeluarkan kayu dari petak tebangan sampai kayu diatur di betou (TPn). Menurut Muhdi et al. (2004), dalam kegiatan penyaradan komponen waktu kerja yang biasa diukur adalah waktu yang berhubungan langsung dengan kegiatan penyaradan seperti : 1. Waktu berjalan kosong menuju kayu yang akan disarad, yakni alat sarad (Eskavator) berjalan menuju kayu yang akan disarad. 2. Memuat, yakni kegiatan memuat kayu ke atas alat (Ponton Darat) sampai Ponton terisi penuh. 3. Berjalan dengan muatan menuju tempat penimbunan kayu (TPn). 4. Membongkar dan mengatur kayu di Tpn. Dulsalam dan Sukadaryati (2002) mengemukakan bahwa waktu kerja yang dibutuhkan di dalam penyaradan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh jarak sarad yang ditempuh (dalam arti semakin jauh jarak sarad maka waktu kerja yang dibutuhkan akan semakin lama). Akan tetapi, waktu kerja yang dibutuhkan juga dipengaruhi oleh assesibilitas lokasi penyaradan (daya jangkau atau mudah tidaknya lokasi tersebut dijangkau). Lokasi penyaradan yang mudah dijangkau (topografi tidak sulit) memerlukan waktu penyaradan yang lebih ekonomis

dibanding dengan lokasi yang sulit dijangkau pada jarak sarad yang sama. Oleh karena itu keterampilan operator sangat diperlukan dalam pengoperasian alat penyaradan dan dalam pemilihan jalur yang baik sehingga waktu yang diperlukan dalam penyaradan kayu lebih efisien. Dengan demikian produktivitas penyaradan kayu yang dihasilkan akan lebih tinggi dan biaya penyaradan yang dikeluarkan akan relatif lebih murah. Proses pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secara tidak langsung. Pengukuran waktu secara langsung yaitu pengamat berada di tempat dimana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran. Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan perumusan serta berdasarkan data-data waktu yang telah tersedia (Purnomo, 2003). Menurut Wignjosoebroto (2000), ada dua metode pengukuran waktu kerja secara langsung yaitu : 1. Pengukuran waktu kerja jam henti (stopwach time study), pada dasarnya metode ini diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). 2. Pengukuran metode sampling kerja (work sampling), pengukuran ini dilakukan untuk pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses, atau pekerja/operator. Pengamatanya tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh

(populasi) melainkan cukup dilaksanakan dengan menggunakan contoh (sample) yang diambil secara acak (random). Pada dasarnya prosedur pelaksanaannya cukup sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktivitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin/operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (idle). Ada dua metode yang dapat digunakan untuk pengukuran waktu kerja dalam kegiatan penyaradan yaitu : 1. Metode berulang kembali (nullstop method), yaitu waktu kerja yang sesungguhnya dari tiap elemen kerja dibaca seketika menurut stopwach yang pada permulaan selalu dikembalikan ke nol untuk tiap elemen. Dalam metode ini biasanya digunakan dua stopwach. 2. Metode berturut-turut (cummulatife method) yaitu dalam metode ini waktu yang sesungguhnya dihitung dengan cara mengurangi dua pengukuran yang berurutan. Biaya Penyaradan Kayu Menurut Kartadinata (2000), biaya haruslah didasarkan pada fakta yang bersangkutan, dan cukup terukur sehingga memungkinkan perusahaan mengambil keputusan yang tepat. Biaya dinyatakan sebagai harga penukaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu manfaat. Biaya harus kita artikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan penggunaannya. Bilamana biaya kita gunakan secara spesifik, haruslah istilah tersebut kita lengkapi dengan menunjuk objek yang bersangkutan, misalnya biaya langsung,

biaya konversi, biaya tetap, biaya variabel, biaya standar, biaya differensial, dan biaya kesempatan. Biasanya untuk keperluan perencanaan, analisa, dan pengambilan keputusan, harus berhadapan dengan masa depan dan berusaha menghitung biaya terselubung (imputed cost), biaya differensial, dan biaya kesempatan (opportunity cost) yang harus didasarkan pada sesuatu yang lain dari biaya masa lampau (Kartadinata, 2000). Biaya tetap adalah biaya yang pada umumnya tidak berubah walaupun produksi meningkat atau menurun. Meliputi biaya penyusutan, bunga modal, biaya asuransi, dan biaya yang bersifat tetap. Biaya penyusutan yaitu perbandingan selisih harga pembelian alat dengan harga rongsokan dengan umur pakai alat dikalikan dengan jumlah jam kerja. Sedangkan biaya asuransi dapat diperoleh dengan cara membagi biaya asuransi per tahun dibagi dua belas bulan (Nasution, 2004). Biaya bahan bakar, oli, dan ban yang biasanya dinyatakan secara sederhana dalam rupiah per km merupakan biaya variabel yaitu biaya-biaya yang berubah bilamana produksi berubah. Biaya bahan bakar yaitu biaya yang dikeluarkan untuk setiap penggunaan bahan bakar per liter. Sedangkan biaya oli yaitu biaya untuk pemakaian oli yang terkait dengan jam kerja alat setahun. Selain biaya bahan bakar, oli, dan ban, biaya pemeliharaan dan perbaikan juga termasuk kedalam biaya variabel. Biaya ini dihitung atas dasar km kendaraan beroperasi, karena pekerjaan pemeliharaan kendaraan dilakukan atas dasar jumlah km kendaraan beroperasi atau 10% dari harga alat dengan jumlah jam kerja per tahun. Selain penggolonggan biaya tetap dan biaya variabel perlu juga diketahui biaya operator dan helper dalam pengoperasian dimana upah operator dapat

digolongkan ke dalam biaya tetap apabila operator tersebut digaji tetap, tetapi apabila operator atau helper digaji berdasarkan prestasi kerjanya, maka biaya operator tersebut termasuk biaya operasi (Nasution, 2004). Kegiatan penyaradan kayu dengan sistem mekanis mutlak menggunakan alat-alat berat sehingga memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga dalam hal ini diperlukan suatu analisis terhadap biaya tersebut agar dapat diperoleh biaya yang serendah-rendahnya. Untuk keperluan tersebut maka biaya penyaradan digolongkan sebagai berikut : a. Biaya usaha adalah biaya mesin ditambah biaya operator b. Biaya operator adalah upah untuk operator [sopir, kenek, atau orang yang menjalankan alat produksi (Rp/jam)]. c. Biaya mesin adalah biaya tetap ditambah biaya operasi (Rp/jam). d. Biaya tetap adalah biaya yang berjalan terus sesuai dengan masa pakai alat (depresiasi ditambah bunga). e. Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan apabila alat tersebut digunakan, meliputi biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, dan biaya bahan bakar (Rp/jam atau Rp/unit). f. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan selama menjalankan produksi. Biaya total ini biasanya dinyatakan dalam rupiah per unit produksi (Rp/unit). Seperti halnya menurut Muhdi et al, (2004), biaya penyaradan kayu adalah biaya total kegiatan penyaradan ditambah biaya pembuatan jalan sarad. Semakin besar volume yang disarad dari dalam hutan mengakibatkan biaya penyaradan (Rp/m 3 ) menjadi lebih kecil. Jarak sarad juga mempengaruhi biaya penyaradan,

semakin jauh jarak kayu yang dikeluarkan akan meningkatkan waktu kegiatan penyaradan sehingga produksi per satuan waktu menjadi menurun. Produktivitas Penyaradan Kayu Secara umum produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif yang merupakan suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output dibandingkan dengan input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai. Menurut Sinungan (2000), produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber secara efesien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup. Menurut Dulsalam dan Sukadaryati (2002), produktivitas penyaradan kayu adalah prestasi kerja atau hasil pemuatan kayu yang dihasilkan dalam kegiatan penyaradan kayu dengan menggunakan alat penyaradan. Produktivitas ini menyangkut jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan penyaradan dan jumlah jam. Produktivitas penyaradan juga sangat tergantung pada kemampuan dan pengalaman kerja. Sesuai dengan pendapat Muhdi et al (2004), tingkat produktivitas juga dipengaruhi oleh keterampilan dan kekompakkan dari regu penyarad. Sebagai contoh pada saat pemberian aba-aba ada yang belum siap, serta ada anggota yang sudah tua. Begitu juga keadaan cuaca pada saat melakukan penyaradan dapat

mempengaruhi kegiatan penyaradan, bila saat penyaradan terjadi hujan maka sabun sebagai pelicin jalan akan tercuci, sehingga terjadi gesekan antara alat dengan landasan jalan sarad. Produktivitas penyaradan akan meningkat apabila volume log yang disarad lebih besar, dan sebaliknya apabila volume log yang disarad rendah maka produktivitas rendah. Pengaruh jarak sarad juga dapat mempengaruhi, semakin jauh jarak yang ditempuh oleh penyarad maka produktivitas penyaradan akan semakin rendah dan sebaliknya semakin pendek akan memperbesar produktivitas penyaradan (Muhdi et al, 2004).