II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

dokumen-dokumen yang mirip
PEREKONOMIAN REGIONAL PROVINSI JAMBI : ANALISIS MULTISEKTORAL DENGAN METODE INPUT - OUTPUT OLEH : ALIKA SYAHARA H

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

IV METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Input-Output (I-O)

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

INDONESIA OLEH H

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

Economics Development Analysis Journal

KAJIAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI BANTEN EFITA MEY LINA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

APLIKASI INPUT OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi. Menurut Kuznets dalam Priyarsono et al (2007), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan jenis barang dan jasa kepada penduduknya, kemampuan tersebut tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. 1. Teori Smith Adam Smith memaparkan suatu teori klasik yang menentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian yang dikenal dengan laissez-faire yaitu kebijaksanaan yang sifatnya memberi kebebasan yang maksimal kepada para pelaku perekonomian. Menurutnya, faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Spesialisasi, kemudian akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan teknologi. Kenaikan dalam produktivitas yang disebabkan oleh kemajuan teknologi akan meningkatkan tingkat upah dan keuntungan, pada saat yang bersamaan 9

pertumbuhan penduduk juga akan meningkatkan akumulasi kapital dari tabungan. Dengan adanya akumulasi kapital maka stok alat-alat modal dapat ditambah dan mendorong produktivitas dan teknologi yang berkelanjutan sehingga proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumberdaya termanfaatkan (Priyarsono et al, 2007). 2. Teori Harrod-Domar Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output nasional (k). Semakin banyak yang ditabung dan kemudian diinvestasikan, maka laju pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat. Asumsi yang mendasari teori ini adalah perekonomian tertutup, hasrat menabung (MPS = s) konstan, skala hasil tetap (constant return to scale) dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja konstan (Todaro, 2004). 3. Teori Solow Model pertumbuhan Solow yang sering dikenal sebagai model pertumbuhan Neo-Klasik merupakan pengembangan dari formulasi Harrod- Domar dengan menambahkan faktor tenaga kerja dan teknologi. Namun, berbeda dari model Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan Neo-Klasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing return to scale) dari input tenaga kerja. Tingkat pertumbuhan terdiri dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, penawaran tenaga kerja dan kemajuan teknik. Model Neo- Klasik menarik perhatian ahli-ahli teori ekonomi regional karena mengandung 10

teori tentang mobilitas faktor. Implikasi dari persaingan sempurna adalah modal dan tenaga kerja akan berpindah apabila balas jasa faktor-faktor tersebut berbedabeda. Modal akan berarus dari daerah yang mempunyai tingkat biaya tinggi ke daerah yang mempunyai tingkat biaya rendah, karena keadaan yang terakhir itu memberikan suatu penghasilan (returns) yang lebih tinggi. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan akan pindah ke daerah lain yang mempunyai lapangan kerja baru yang merupakan pendorong untuk pembangunan di daerah tersebut (Todaro, 2004). 2.1.2 Perencanaan Pembangunan Daerah Untuk tingkat daerah, perencanaan pembangunan ekonomi bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam rangka menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Dengan demikian diharapkan perekonomian wilayah dapat mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik pada masa yang akan datang dibanding dengan keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan keadaan ekonomi sekarang. Munculnya perencanaan pembangunan daerah, sebenarnya merupakan jawaban terhadap peningkatan kesenjangan pembangunan yang terjadi antardaerah. Kesenjangan ini bisa saja terjadi karena adanya perpindahan modal yang cenderung menambah ketidakmerataan. Di daerah-daerah yang sedang berkembang, permintaan barang/jasa akan mendorong naiknya investasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Sebaliknya di daerah-daerah yang kurang berkembang, permintaan akan investasi rendah karena pendapatan masyarakat yang rendah. Perkembangan yang tidak merata ini pada akhirnya 11

menimbulkan backwash effect yang dikatakan oleh Myrdall (1957) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) sebagai kerugian yang diderita oleh daerahdaerah yang kurang berkembang akibat adanya ekspansi ekonomi dari daerahdaerah yang maju. Seharusnya tindakan pembangunan dari suatu daerah berkembang bisa memberikan keuntungan bagi daerah-daerah disekitarnya, dengan kata lain ekspansi pembangunan ekonomi daerah tersebut bisa memberikan spread effects bagi daerah-daerah lain. Hirschman dalam Adisasmita (2008) menegaskan bahwa jika terjadi perbedaan yang sangat jauh antara perkembangan ekonomi di daerah kaya dengan daerah miskin, akan terjadi proses pengkutuban (polarization effects), sebaliknya jika perbedaan kedua daerah tersebut menyempit, berarti telah terjadi imbas yang baik karena ada proses penetesan kebawah (trickle down effects). 2.1.3 Pendekatan Sektoral dalam Pertumbuhan Wilayah Pendekatan sektoral menekankan pada pertumbuhan pembangunan yang dilakukan di dalam suatu wilayah. Dengan pendekatan ini, pengelompokan sektorsektor dapat dilakukan berdasarkan kegiatan yang seragam yang lazim dipakai dalam literatur atau pengelompokan berdasarkan administrasi pemerintahan yang menangani sektor tersebut. Pendekatan sektoral adalah di mana seluruh kegiatan ekonomi di dalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu per satu. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya, menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan di mana lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut. Caranya adalah masing-masing sektor dipisahkan (break-down) sehingga terdapat kelompok-kelompok yang bersifat homogen. 12

Kelompok yang homogen ini dapat digunakan peralatan analisis yang biasa digunakan untuk kelompok tersebut. 2.1.4 Landasan Metode Input-Output Semenjak dirintis oleh W. W. Leontief pada tahun 1930an, Input-Output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling luas diterima, tidak hanya untuk mendeskripsikan struktur industri suatu perekonomian saja tetapi juga untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Sepanjang baris Tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, selain itu pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Sebagai metode kuantitatif, Tabel Input-Output dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang halhal sebagai berikut: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor. 13

2.1.4.1 Struktur Tabel Input-Output Tabel Input-Output terdiri atas suatu kerangka matriks berukuran n x n dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang mengkorelasikan baris (output) dan kolom (input) (Glasson, 1977). Adapun gambaran lengkap format Tabel Input-Output disajikan pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output Susunan Input Permintaan Antara Sektor Produksi 1 2 N Permintaan Akhir Total Output Input antara Sektor produksi x 11 x 11 x 1n x 21 x 22 x 2n............ x n1 x n2 x nn C 1 C 2... C n X 1 X 2... X n Upah dan Gaji RT Surplus Usaha Input Primer lainnya W 1 W 2 W n S 1 S 2 S n P 1 P 1 P n X 1 X 2 X n Total Input Sumber: Miller and Blair, 1985 dalam Priyarsono, D. S et al, 2007. Dalam tabel 2.1 di atas terdapat empat kuadran dalam Tabel Input- Output. Penjelasan mengenai masing-masing kuadran adalah sebagai berikut. 1. Kuadran I (Intermediate Quadrant) Kuadran I menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian. 14

Kuadran ini berperan penting karena menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2. Kuadran II (Final Demand Quadrant) Kuadran II menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. 3. Kuadran III (Primary Input Quadrant) Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri atas pendapatan rumah tangga (gaji/upah), surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung netto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) Kuadran IV menunjukkan input primer permintaan akhir dari transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Berdasarkan Tabel 2.1 sepanjang baris (horizontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Sepanjang kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk kegiatan produsi suatu sektor. 15

Apabila konsumsi rumah tangga + konsumsi pemerintah + pembentukan modal tetap + perubahan stok + ekspor = F maka Tabel 2.1 dilihat secara horisontal maka alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : x 11 + x 12 + + x 1n + F 1 = X 1 x 21 + x 22 + + x 2n + F 2 = X 2 x n1 + x n2 + + x nn + F n = X n.(1) secara ringkas persamaan tersebut dapat ditulis menjadi: dimana x ij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan F i adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta X i adalah jumlah output sektor i. Sedangkan jika upah dan gaji rumah tangga + surplus usaha + input primer lainnya = V maka Tabel 2.1 dilihat secara vertikal maka itu menunjukkan susunan input suatu sektor dengan persamaan yang dapat ditulis sebagai berikut. x 11 + x 12 + + x 1n + V 1 = X 1 x 21 + x 22 + + x 2n + V 2 = X 2 x n1 + x n2 + + x nn + V n = X n...(2) secara ringkas persamaan tersebut dapat ditulis menjadi: 16

dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j. Berdasarkan persamaan (1) diatas, jika diketahui matriks koefisien teknologi, a ij sebagai berikut: a ij =...(3) dan jika persamaan (3) disubstitusikan ke persamaan (1) maka didapat sebagai berikut: a 11 X 1 + a 12 X 2 + + a 1n X n + F 1 = X 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + + a 2n X n + F 2 = X 2 a n1 X 1 + a n2 X 2 + + a nn X n + F n = X n.. (4) Jika persamaan (4) ditulis dalam bentuk persamaan matriks akan diperoleh sebagai berikut : a a La a a La M M M a a La 11 12 1n 21 22 2n n1 n2 nn X1 X 2 M X n + F1 F 2 M Fn = X1 X 2 M X n A X + F = X AX + F = X atau (I A)X = F X = (I A) -1 F.. (5) Dimana : I = Matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya F X = Permintaan akhir = Jumlah Output ( I - A ) = Matriks Leontif ( I A ) -1 = Matriks kebalikan Leontief 17

2.1.4.2 Asumsi, Kegunaan, dan Keterbatasan Metode Input-Output Data dalam Tabel Input-Output mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian secara rinci mengenai input dan output sektoralnya. Karena bersifat statis dan terbuka, maka ada beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi agar memberikan hasil yang akurat (Priyarsono et al, 2007), yaitu: 1. Keseragaman (Homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (Proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan atau penurunan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan atau penurunan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (Aditivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan produksi tersebut. Metode Input-Output telah banyak dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input- Output antara lain sebagai berikut 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga di berbagai sektor produksi. 18

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian. 4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Meskipun banyak kegunaan dari metode Input-Output ini tapi tetap terdapat beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan metode Input-Output yaitu sebagai berikut: 1. Koefisien Input-Output yang konstan selama periode analisis, sehingga perubahan-perubahan seperti teknologi atau perubahan relatif yang mungkin terjadi selama periode analisis diabaikan. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya penyesuaian terhadap koefisien agar tidak timbul bias terhadap hasil produksi. 2. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan semakin banyak informasi ekonomi yang lebih terperinci tidak terlingkup dalam analisisnya. 3. Keterbatasan yang disebabkan oleh besarnya dana atau biaya dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survei. 19

2.1.4.3 Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini meliputi keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkitan antar sektor / industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Sedangkan untuk keterkaitan ke belakang (backward linkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor / industri dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan 1. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan, menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang, menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 2.1.4.4 Analisis Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang belum cukup memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci, sehingga harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran yang terdiri atas kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran digunakan untuk membandingkan antara keterkaitan 20

langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang. 1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang / Daya Menarik) Konsep ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input, biasanya sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. 2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan / Daya Mendorong) Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output, biasanya sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai output dari sektor ini. 2.1.4.5 Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis ini terdiri atas multiplier output, multiplier pendapatan, multiplier tenaga kerja, dan multiplier tipe I dan II. 1. Multiplier output, dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) α menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan sebagai berikut. α = (I A) -1 = [α ij ] 21

Matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers [α ij ] menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. 2. Multiplier pendapatan, mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan yang dimaksud dalam Tabel Input-Output adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. 3. Multiplier tenaga kerja, menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output, seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen- elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja, sehingga untuk memperolehnya harus ditambahkan dalam Tabel Input-Output baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja (e i ). 4. Multiplier tipe I dan II, digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat dibagi sebagai berikut. a. Dampak awal (initial impact), merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit 22

satuan moneter. Dampak awal dari sisi output diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (h i ), sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (e i ). b. Efek putaran pertama (first round effect), menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Efek putaran pertama dari sisi output ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input output / a ij ), sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan ( i a ij h i ) menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja ( i a ij e i ) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. c. Efek dukungan industri (industrial support effect), dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. d. Efek induksi konsumsi (consumption induced effect), dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah 23

tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dari masingmasing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. e. Efek lanjutan (flow on effect), merupakan efek (dari output, pendapatan, dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal. 2.2 Tinjauan Empiris Samiun (2008) menganalisis perekonomian Provinsi Maluku Utara dengan pendekatan multisektoral. Metode analisis yang digunakan adalah analisis input output dengan memperbarui Tabel Input Output 2001, analisis Location Quotient, analisis Shift Share, dan analisis deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor unggulan Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan, sektor angkutan laut dan sektor bangunan. Indikator keterkaitan, angka pengganda, penggunaan input, kontribusi PDRB dan aspek keberlanjutan menunjukkan bahwa sektor pertanian bukan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara sebagaimana dijabarkan sebelumnya dalam kebijakan perekonomian. Dari aspek keterkaitan, sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi khususnya pada subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan perikanan, namun memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang sangat rendah. Dari aspek angka pengganda, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki angka pengganda terkecil. 24

Penelitian yang dilakukan Indrawati (2009) menganalisis analisis dampak sektor unggulan terhadap perekonomian Kota Pangkalpinang menggunakan Tabel Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007 diperoleh hasil analisis keterkaitan dari nilai total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tertinggi, Kota Pangkalpinang hanya memiliki dua sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan yaitu sektor bangunan dengan total daya penyebaran sebesar 1,27206 dan total derajat kepekaan sebesar 1,27853. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan masing-masing sebesar 1,12038 dan1,03208. Melalui analisis deskriptif dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah terbesar diperoleh bahwa Kota Pangkalpinang memiliki empat sektor kunci (key sectors) atau sektor yang dapat menjadi sektor unggulan yaitu sektor perdagangan (28,54%), bangunan (12,64%), pemerintahan umum & pertahanan (11,05%) dan angkutan jalan raya (8,17%). Penelitian yang dilakukan Anwar (2008) menganalisis tentang penentuan sektor kunci dan dampaknya terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja di Kota Bandung dengan menggunakan Tabel Input-Output Kota Bandung tahun 2000 dan 2003. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan kedepan dan keterkaitan kebelakang dan nilai efek penyebaran kedepan dan kebelakang baik pada periode sebelum otonomi daerah (tahun 2000) maupun sesudahnya (2003) maka beberapa sektor yang perlu diprioritaskan adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, listrik, konstruksi, penginapan (hotel bintang dan non bintang), restoran, komunikasi, keuangan, dan jasa pemerintahan dan pertahanan. Di samping itu, terdapat juga kecenderungan semakin menguatnya peran sektor-sektor jasa pada tahun 2003 dilihat dari multiplier output, pendapatan 25

dan kesempatan kerja, sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan sektor komunikasi perlu mendapat prioritas. 2.3 Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan gambaran dari arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Jambi yaitu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pembangunan wilayah agar dapat mengatasi berbagai isu-isu strategis dalam pembangunan Provinsi Jambi yaitu kemiskinan dan pengangguran. Dengan analisis input-output dapat diidentifikasi sektor-sektor ekonomi di Provinsi Jambi yang dapat meningkatkan output sektor lainnya melalui proses pengganda (multiplier), dampak penyebaran dan keterkaitan (linkage) antar sektor. Peningkatan output beberapa sektor ekonomi melalui suatu proses penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat di suatu wilayah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pembangunan melalui pengembangan multisektoral merupakan strategi pemerintahan Provinsi Jambi untuk mewujudkan perekonomian yang lebih baik. 26

Isu-isu Strategis Pembangunan Daerah Provinsi Jambi Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Penyelengaraan Pembangunan Kewilayahan Menyerasikan Kegiatan Antarsektor dan Pengembangan Wilayah berdasarkan Sektor Prioritas Analisis Input Output Analisis Dampak Penyebaran Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Analisis Keterkaitan Analisis Multiplier Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Multiplier Output Multiplier Pendapatan Strategi Pembangunan Provinsi Jambi melalui Pengembangan Multisektoral Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 27

2.4 Tahap-tahap Analisis Analisis dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pada tabel Input- Output Provinsi Jambi tahun 2007. Data yang dianalisis adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen menunjukkan semua nilai transaksi pada tabel ini hanya mencakup barang dan jasa produksi dalam negeri dan dinilai atas dasar harga produsen. Tabel ini menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya transport. Oleh karena itu, koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri. Dalam penelitian ini mengelompokkan sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi menjadi 9 sektor yang terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa. Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain: 1. Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input Output Provinsi Jambi tahun 2007, agregasi sektor adalah proses penggabungan beberapa sektor 28

Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi sektor harus memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan antarsektor dalam perekonomian Provinsi Jambi. 2. Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2007. 3. Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut. 4. Setelah data selesai diolah selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan data tersebut. 29