FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

TUGAS AKHIR HESTI DORA PERANGIN-ANGIN. Universitas Sumatera Utara

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

PENGARUH UMPAN MINYAKDAN UMPANOLAHANTERHADAP KADARKEHILANGANMINYAKKELAPA SAWIT(LOSSES) PADA UNIT DECANTERDI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

ANALISIS KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR KONDENSAT UNIT PEREBUSAN DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH DEWI LESTARI AGUSTINA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR DALAM INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI STASIUN KERNEL DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

( PERSERO ) PULU RAJA KARYA ILMIAH JUMIRAH PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

TUGAS AKHIR ASTIA BUDI PERDANA PUTRI

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH

Universitas Sumatera Utara

PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU KARYA ILMIAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

KARYA ILMIAH AGUS PURNAMASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Penentuan Kadar Minyak pada Ampas Hasil Pressan. - Sampel ampas yang keluar dari stasiun pressan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENENTUAN KEHILANGAN MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) PADA LIMBAH PADAT DECANTER DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. SOCFINDO KEBUN TANAH GAMBUS KARYA ILMIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

ANALISIS PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK SAWIT YANG TERDAPAT PADA PRESSAN TANDAN KOSONG DI PT MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG TUGAS AKHIR

KARYA ILMIAH PRIYASIN HARDIAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

ANALISA KEHILANGAN MINYAK BERDASARKAN PERBEDAAN TEKANAN PADA AMPAS SCREW PRESS DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PKS RAMBUTAN PTPNIII TEBING TINGGI

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM.

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah TBS (Tandan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit sehingga didapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FRAKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT TERHADAP KADAR MINYAK YANG DIHASILKAN DI PTP.NUSANTARA III SEI SILAU - ASAHAN KARYA ILMIAH

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN CAKE TERHADAP OIL CONTENT PKM (PALM KERNEL MEAL) DI PK CRUSHING PLANT PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG - BATU BARA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

Transkripsi:

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya NELLA NAINGGOLAN PARHUSIP 052409066 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 PERSETUJUAN Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN Kategori : TUGAS AKHIR Nama : NELLA NAINGGOLAN PARHUSIP Nomor Induk Mahasiswa : 052409066 Program Studi : DIPLOMA III (D3) KIMIA INDUSTRI Departemen Fakultas : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di Medan, Mei 2008 Diketahui Program Studi D-3 KIN FMIPA USU Ketua, Pembimbing Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil Dr. Jamaran Kaban, MSc NIP 131 273 466 NIP 130 809 723 Departemen kimia FMIPA USU Ketua, Dr. Rumondang Bulan Nst, MS NIP 131 459 466

3 PERNYATAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Mei 2008 Nella Nainggolan Parhusip 052409066

4 PENGHARGAAN Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan kasih dan karunianya tugas akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV ADOLINA, dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina PTPN IV Perbaungan. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tersayang, J. Nainggolan dan N. Lubis serta abang dan kakak saya; b ucok dan k eleng serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan moril dan material kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Dr. Jamaran Kaban, MSc selaku pembimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 4. Bapak Sugito selaku pembimbing lapangan penulis di PKS Adolina PTPN IV Perbaungan. 5. Ibu Darnety selaku Kepala Laboratorium dan karyawan/karyawati PKS Adolina PTPN IV Perbaungan yang telah banyak memberikan informasi. 6. Rekan-rekan Kimia Industri 2005 yang telah banyak membantu dan memberikan kritik dan saran terutama, Evalina, Derliany, Raisa, Panji, Yolven dan semua rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Warga 106 khususnya: K ninie 106, K adang 106, K eva 106, Lina 106, Lidya 106 n Dewi 106

5 8. Yang terakhir dan tak kalah penting but yang jauh di mata, Budiharjo P. Simanullang, A.Md. atas dukungan dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian tugas akhir ini Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis juga berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Medan, Mei 2008 Penulis Nella Nainggolan Parhusip

6 ABSTRAK Pengamatan terhadap rendemen pada PKS Adolina PTPN IV Perbaungan dilakukan berdasarkan perhitungan produksi CPO dibandingkan dengan TBS yang diolah. Dari hasil yang diperoleh selama 6 hari berturut-turut diperoleh harga rendemen yang memenuhi standart (21-24%) dengan rata-rata 23,50%. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen CPO tersebut antara lain varietas tanaman, umur tanaman, pemeliharaan, mutu panen (derajat kematangan buah), pengangkutan serta proses pengolahan yang berkaitan dengan oil losis. Dari pemeriksaan terhadap air rebusan, janjangan kosong, ampas press, biji dan drap akhir diperoleh oil losis sebesar 0,52%; 2,40%; 4,11%; 0,71%; 0,49%. Ternyata harga oil losis ini masih sesuai dengan standart yang ditetapkan pada PKS. Hal-hal yang mempengaruhi oil losis ini yaitu proses pengolahan pada stasiun perebusan, stasiun penebahan, stasiun pengepresan, polishing drum dan pada drap akhir.

7 THE FACTORS AFFECTING RENDEMEN OF CPO (CRUDE PALM OIL) AT PKS ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN ABSTRACT The determination of rendemen at PKS Adolina PTPN IV Perbaungan is conducted based on the counting of the number of CPO production in comparison with the number of TBS manufactured. During 6 days, the result showing the value of the rendemen obtained has met the standard 21-24% with the average percentage 23,50%. Factors affecting the CPO rendemen are the plants variety, the age, the cultivation, the rippening age, the transporting and the manufacturing process concerning of oil losis. From the observation of boiling water, empty bounches, press waste, seeds and last drap, the value of oil losis was 0.52%, 2.40%, 4.11%, 0.71%, 0.49%. In the fact cost of this oil losis is still according to standard that determining on PKS. The influences of oil losis is the process of manufacturing on boiled station, thresher station, pressing station, polishing drum and at last drap.

8 DAFTAR ISI Halaman Persetujuan... ii Pernyataan... iii Penghargaan... iv Abstrak... vi Abstract...vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 3 1.3 Tujuan... 4 1.4 Manfaat... 4 BAB 2 Tinjauan Pustaka... 5 2.1 Proses Pengolahan TBS Menjadi CPO di Pabrik Kelapa Sawit... 5 2.1.1 Stasiun Penerimaan Buah... 5 2.1.2 Stasiun Perebusan... 7 2.1.3 Stasiun Penebahan (Thresher/Stripper)... 7 2.1.4 Stasiun Pelumatan Buah (Digester) dan Pengempaan Buah (Screw Press)... 8

9 2.1.5 Stasiun Klarifikasi Minyak Sawit... 9 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen CPO Yang Diperoleh Di PKS... 14 2.2.1 Varietas Tanaman... 14 2.2.2 Umur Tanaman... 16 2.2.3 Pemeliharaan Tanaman... 16 2.2.4 Mutu TBS... 17 2.2.5 Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)... 17 2.2.6 Pengangkutan TBS ke Pabrik... 18 2.2.7 Kondisi Proses Pengolahan di PKS... 19 2.3 Cara Mengatasi Kehilangan Minyak Selama Proses Pengolahan... 20 BAB 3 Metodologi Penyelidikan... 23 3.1 Peralatan... 23 3.2 Bahan... 23 3.3 Prosedur Kerja... 24 3.3.1 Penentuan % Minyak Dalam Air Rebusan... 24 3.3.2 Penentuan % Minyak Dalam Janjangan Kosong... 25 3.3.3 Penentuan % Minyak Dalam Ampas Pressan... 25 3.3.4 Penentuan % Minyak Dalam Biji... 26 3.3.5 Penentuan % Minyak Dalam Air Drap Akhir... 27 BAB 4 Hasil dan Pembahasan... 28 4.1 Data Percobaan... 28 4.2 Perhitungan... 30 4.2.1 Penentuan Persentase Produktivitas Rendemen Minyak Sawit.. 30 4.2.2 Penentuan Persentase Losis Terhadap Contoh... 31 4.3 Pembahasan... 33 BAB 5 Kesimpulan dan Saran... 36 5.1 Kesimpulan... 36

10 5.2 Saran... 36 Daftar Pustaka... 38 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kematangan TBS yang akan dipanen... 18 Tabel 2.2 Standart Fisik Kerja pengolahan... 21 Tabel 4.1 Persentase Rendemen CPO... 28 Tabel 4.2 Berat Labu Ekstraksi + Berat Minyak... 28 Tabel 4.3 Berat Labu Ekstraksi... 29 Tabel 4.4 Berat Contoh... 29 Tabel 4.5 Losis Minyak Terhadap Contoh... 29 Tabel 4.6 Standart Oil Losis... 30

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Penampang Buah Kelapa Sawit Varietas Dura, Psifera dan Tenera... 14

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin. Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24 o C 32 o C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30% - 40%. (Tambun. 2006)

13 Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tandannya. Hal ini disebut dengan istilah membrondol. (Tim Penulis PS. 1997) Terdapat beragam jenis tanaman kelapa sawit, mulai dari produk kelapa sawit yang masih tumbuh liar (wild grove) hingga jenis hibrida. Namun, yang paling sering dijumpai diperkebunan ada 3 jenis, yakni Dura, Tenera, dan Psifera. (Anonymous. 1996) Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu Minyak sawit (CPO; Crude Palm Oil), yaitu minyak yang berasal dari serat kelapa sawit (daging buah) dan Minyak inti sawit (CPKO; Crude Palm Kernel Oil), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit. (Tambun. 2006) Produk yang diharapkan mempunyai kualitas dan kuantitas sebaik mungkin. Serta memiliki persentase rendemen yang tinggi. Rendemen minyak sawit yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu varietas tanaman, umur tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu tandan buah segar (TBS), derajat kematangan buah (mutu panen), pengangkutan dan proses pengolahan.

14 Varietas tanaman yang paling banyak dibudidayakan adalah Tenera. Secara komersial jenis ini paling menguntungkan karena mampu menghasilkan minyak lebih banyak. (Anonymous. 1996) Rendemen minyak berkembang menurut umur tanamannya sampai batas umur tertentu. Produksi mencapai batas tertinggi tertentu kemudian makin menurun dengan pertambahan umur tanaman. (Siregar. 1991) Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Pemeliharaan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman, tetapi juga pada tanah. (Fauzi. 2002) Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS. Mutu TBS merupakan derajat kesempurnaan pembuahan pada tandan yang ditentukan oleh kesempurnaan penyerbukan. (Parlindungan. 1995) Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak dan memungut brondolan. Dalam pelaksanaan pemanenan, perlu diperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. (Tim Penulis PS. 1997) Pengangkutan buah sawit adalah pengangkutan buah yang dipanen pada hari itu yang harus habis terangkat ke pabrik pada hari itu juga dan mampu menjamin kontinuitas datangnya buah di pabrik. Dengan cara demikian selama proses pengolahan tidak terjadi delay atau kekurangan buah. Selain itu, proses pengolahan

15 yang tidak sempurna dapat mengakibatkan pengutipan minyak rendah dengan perkataan lain rendemen menurun. (Risza. 1994) 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dijumpai dalam karya ilmiah ini adalah: 1. Apakah rendemen CPO di PKS Adolina PTPN IV Perbaungan telah memenuhi standar? 2. Bagaimana cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan rendemen CPO? 1.3 Tujuan Tujuan dari karya ilmiah ini adalah: 1. Untuk mengetahui persentase rendemen CPO di PKS Adolina PTPN IV Perbaungan 2. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan rendemen CPO. 1.4 Manfaat Dengan Karya Ilmiah ini maka: 1. Dapat meningkatkan rendemen CPO di PKS Adolina PTPN IV Perbaungan

16 2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen CPO 3. Dapat menanggulangi kehilangan minyak pada proses pengolahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Proses Pengolahan TBS menjadi CPO di Pabrik Kelapa Sawit Pengolahan buah kelapa sawit (TBS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit dari daging buah (mesocarp). Proses pembuatan CPO ini terdiri dari rangkaian proses mulai dari penerimaan buah, perebusan (sterilizing), pemipilan/penebahan, pelumatan,

17 pengempaan, pemisahan dan penimbunan. Selengkapnya mengenai proses ini diuraikan sebagai berikut: 2.1.1 Stasiun Penerimaan Buah 2.1.1.1 Penimbangan TBS TBS yang masuk ke pabrik, mula-mula ditimbang di jembatan timbang untuk mengetahui jumlah berat yang diterima pabrik. 2.1.1.2Penimbunan TBS Setelah di timbang, TBS dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat penimbunan sementara sebelum TBS dimasukkan ke dalam lori rebusan. Untuk mengetahui mutu TBS yang akan diolah perlu dilakukan sortasi di loading ramp. 2.1.1.3 Pengisian TBS ke dalam Lori Sebelum disterilisasi, TBS dimasukkan ke dalam lori rebus hingga penuh. Pengisian yang baik jika lori dapat memuat tandan buah sebanyak kapasitas nominal. Pengisian

18 tidak penuh akan menyebabkan penurunan kapasitas olah sterilizer, sebaliknya pengisian terlalu penuh akan mengakibatkan pintu maupun pelat (wear plate) rusak atau buah jatuh dalam rebusan. Umumnya 1 lori memuat 2,5 ton TBS. Di beberapa pabrik yang tidak menggunakan sistem rel lori diganti dengan keranjang buah. 2.1.1.4 Pengisian Lori ke dalam Steriliser Lori yang telah penuh berisi buah dimasukkan ke dalam sterilizer (horizontal sterilizer) yang dapat memuat 3 buah lori dengan menggunakan capstand. Kemudian pintu sterilizer ditutup rapat-rapat dan dikunci dengan menggunakan handle. Sehingga tidak mungkin terbuka saat proses perebusan. 2.1.2 Stasiun Perebusan Pola perebusan yang umum digunakan adalah sistem tiga puncak (triple peak), yaitu: a. Puncak I Kran pemasukan uap dibuka selama 7 menit untuk mencapai tekanan 2 kg/cm 2, kran pemasukan uap ditutup, kran air kondensat dan outlet steam dibuka, diperlukan waktu 3 menit sehingga tekanan turun menjadi 0 kg/cm 2. b. Puncak II

19 Kran pemasukan uap dibuka selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2,5 kg/cm 2, kran pemasukan uap ditutup, kran air kondensat dan outlet steam dibuka, diperlukan waktu 5 menit sehingga tekanan turun menjadi 0 kg/cm 2. c. Puncak III Kran pemasukan uap dibuka selama 15 menit untuk mencapai tekanan 3 kg/cm 2, ditahan selama 60-75 menit, terjadi hentakan, tujuannya untuk mempermudah brondolan lepas dari tandan, selesai masa tahan kran pemasukan uap (inlet steam) ditutup sedangkan outlet steam kran pembuangan udara dan kondensat dibuka, sehingga tekanan turun menjadi 0 kg/cm 2. (Anonymous. 2000) 2.1.3 Penebahan (Thresher/stripper) Buah rebus dari sterilizer diangkut dengan hoisting crane atau melalui tipper dituang ke dalam penebah (thresher) atau pengupas (stripper), tergantung mesin yang digunakan melalui hopper yang berfungsi untuk menampung buah rebus, kemudian autofeeder akan mengatur meluncurnya buah agar tidak masuk sekaligus. Penebahan atau pemipilan buah dari tandan dilakukan dengan membanting buah dalam drum yang berputar dengan kecepatan 23-25 rpm. Buah lepas akan masuk melalui kisi-kisi dan di tampung oleh fruit elevator untuk didistribusikan ke setiap unit digester oleh distribusing conveyor. Sedangkan tandan kosong melalui empty bunch conveyor dibawa ke incinerator untuk dibakar atau ke empty bunch hopper. 2.1.4 Stasiun Pelumatan Buah (digester) dan Pengempaan Buah (screw press)

20 Buah yang masuk ke dalam ketel aduk (digester) yang dilengkapi dengan pisau pencincang dan thermometer disebut sebagai material passing to digester (MPD), diaduk dan dilumatkan pada suhu stabil sedemikian rupa sehingga sebagian daging buah sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik jika isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efektivitas pelumatan. Suhu massa digester harus selalu dipertahankan 90-95 o C. Untuk menjaga suhu pada kondisi ini, digester dilengkapi dengan steam jacket yang dipanaskan dengan uap bebas, tetapi jika steam jacket tidak dapat menaikkan suhu 90-95 o C, dipakai uap baru langsung melalui injector. Massa yang keluar dari digester dibawa ke kempa ulir (screw press) untuk dikempa atau diperas menghasilkan minyak dan ampas. Alat ini bekerja dengan cara putar dan tekan. Alat ini terdiri dari 2 jenis, yakni: single pressing dan double pressing. Pengempaan dilakukan pada tekanan cone 30-50 bar dengan menggunakan air pengencer screw press bersuhu 90-95 o C sebanyak 15-20% dari TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor untuk mempermudah pemisahan biji dan serat. (Anonymous. 1997)

21 2.1.5 Stasiun Klarifikasi Minyak Sawit 2.1.5.1 Pemurnian Minyak 2.1.5.1.1Pemisahan Pasir (Sand Trap Tank) Cairan yang keluar dari pressan dan digester diampung dalam Oil Gutter dan dialirkan kedalam sand trap tank. Alat ini berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keayakan (vibrating screen), dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan ayakan. Alat ini bekerja berdasarkan gravitasi yaitu mengendapkan padatan. (Naibaho. 1998) 2.1.5.1.2 Penyaringan Bahan Padatan (Vibrating Screen) Minyak kasar diencerkan lalu dialirkan ke vibrating screen yang berukuran 20-40 mesh untuk memisahkan bahan asing seperti pasir, serabut, bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak yang dapat dikembalikan ke digester. Untuk mengetahui ketepatan penambahan air pengencer maka setiap 2 jam sekali di ambil sample crude oil sebelum masuk ke vibrating screen untuk selanjutnya dengan hand centrifuge (electric centrifuge) dapat diketahui komposisi minyak, air dan NOS (Non Oily Solid). 2.1.5.1.3 Pemisahan Minyak (Settling Tank / Clarifier Tank)

22 Fungsi settling tank adalah untuk mengendapkan Lumpur (sludge) yang terkandung dalam crude oil. Suhu minyak dalam settling tank harus dipertahankan 90-95 o C. Minyak yang berada pada lapisan atas dikutip dengan bantuan skimmer lalu disalurkan ke oil tank. Sedangkan sludge yang masih mengandung minyak dialirkan ke sludge tank secara periodic sesuai kondisi masing-masing pabrik. Sludge dan pasir di dasar bejana harus dibuang dengan maksud agar pemisahan minyak dapat berjalan dengan baik. Secara konvensional perbandingan minyak dan sludge 1:2 dan jika dengan decanter perbandingan minyak dan sludge 1:1. Minyak kasar yang telah disaring dialirkan ke dalam crude oil tank dan suhu dipertahankan 90-95 o C, selanjutnya crude oil dipompa ke settling tank. Beberapa pemisahan menggunakan decanter untuk memisahkan minyak dan sludge. Pemakaian decanter untuk mengurangi beban nozzle separator dan meminimalkan kehilangan minyak pada pembuangan air dan kotoran. Komposisi minyak, air, dan NOS yang masuk decanter rata-rata adalah 25:76:4. Namun, setelah keluar dari decanter komposisi rata-rata berubah menjadi 99,8:0,1:0,1. 2.1.5.1.4 Pemurnian Minyak (Oil Purifier) Fungsi dari oil purifier adalah untuk memisahkan sludge yang melayang / emulsi dalam minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak sehingga kadar kotoran minyak menjadi < 0,02%. Alat ini bekerja dengan cara pemusingan (centrifuge). Suhu minyak dalam oil purifier 90-95 o C. Akhirnya minyak dari oil purifier dimasukkan ke dalam vacuum dryer.

23 2.1.5.1.5 Pengeringan Minyak (Oil Dryer / Vacuum Dryer) Minyak dari oil purifier dengan suhu 90-95 o C dipompa dan ditampung dalam float tank untuk seterusnya dihisap oleh vacuum dryer. Minyak ini mempunyai kadar minyak 99,9%, air 0,02% dan kotoran 0,01%. Di bawah pelampung terpasang toper spindle untuk mengatur minyak yang disalurkan ke dalam bejana vacuum dryer sehingga kehampaan dalam vacuum dryer tetap terkendali < 50 Torr yang dapat dilihat dari petunjuk manometer. Kemudian melalui nozzle, minyak akan disemburkan ke dalam bejana sehingga penguapan air akan lebih sempurna. Untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana digunakan float valve di bagian bawah bejana. 2.1.5.1.6 Pendinginan Minyak (Oil Cooler) Minyak dari vacuum dryer sudah merupakan minyak sawit kasar (CPO), yang didinginkan sebelum masuk ke tangki penimbunan. 2.1.5.1.7 Penimbunan Minyak Produksi (Crude Oil Storage Tank / Dispatch Tank) CPO yang terkumpul di dasar bejana akan disalurkan ke pompa di lantai bawah, selanjutnya dipompa ke tangki timbun atau disalurkan ke tangki penyaluran jika

24 memiliki instalasi pipa pengiriman ke dermaga. Crude Oil Storage secara periodik dikupas mengikuti standar prosedur pencucian tangki. Suhu penyimpanan ± 40-50 o C. Pengiriman CPO ke tempat penjualan dilakukan dalam bentuk curah artinya dalam mobil tangki / drum. 2.1.5.2 Pengolahan Sludge 2.1.5.2.1 Pemisahan Pasir (Sand Cyclone) Sludge dari sludge tank sebelum dimasukkan ke sludge separator dipompa ke sand cyclone untuk memisahkan pasir halus dari minyak denagn gaya centrifugal. Pasir halus yang berhasil dipisahkan akan ditiup secara berkala. Sand cyclone berfungsi dengan baik jika perbedaan tekanan inflow dan outflow sludge sebesar 2 bar. Untuk memisahkan dan mengambil minyak yang masih terkandung pada sludge, selanjutnya sludge diproses pada sludge separator. 2.1.5.2.2 Pemisahan Lumpur (Sludge Separator) Cairan sludge yang telah melalui sand cyclone selanjutnya melalui saringan (strainer) dimasukkan ke dalam sludge separator untuk diambil minyaknya. Denagn gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut (disc) ke ruang pertama tangki pisah (settling tank). Cairan dan ampas yang mempunyai berat jenis yang lebih berat dari minyak,

25 terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle. Padatan yang menempel pada dinding bowl dibersihkan secara manual maupun secara otomatis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemisahan sludge: a. Suhu sludge dijaga 90-95 o C b. Penggunaan air untuk balancing harus dengan air panas (90-95 o C) dengan besarnya aliran 10-15 pada gelas duga (alfa laval) atau berpedoman pada pelampung (Westphalia) c. Pembebanan, baru dapat dilaksanakan setelah mesin berputar normal dengan menghitung petunjuk putaran (revolution counter) d. Pembersihan bowl dilakukan secara periodik sesuai dengan kebutuhan e. Pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh dilaksanakan setiap hari 2.1.5.2.3 Penampungan Limpahan Minyak (Pre-claim Oil Tank) Endapan-endapan dari clarifier tank, oil tank, sludge tank yang dialirkan setiap pagi sebelum mengolah ditampung di dalam tangki pre-claim oil tank. Demikian juga minyak kutipan dari bak penampungan sludge (fat fit), jika FFA-nya masih memenuhi syarat. Tangki ini dilengkapi dengan sistem pemanas uap injeksi untuk tujuan pemanasan. Minyak yang terapung di bagian atas dialirkan ke clarifier tank, sedangkan Lumpur pekat dibuang ke bak penampung sludge (fat fit). Pembersihan dan pemeriksaan keseluruhan dilakukan seminggu sekali. 2.1.5.2.4 Pengutipan Minyak Parit (Fat Fit)

26 Fat fit dipergunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari condensed dari stasiun klarifikasi. Minyak yang terkutip akan dipompa ke pre-claim oil tank. Pembersihan dan pemeriksaan dilakukan setiap bulan. (Anonymous. 2000) 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO yang diperoleh dari PKS 2.2.1 Varietas Tanaman Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah. Varietas-varietas kelapa sawit itu adalah Dura, Psifera dan Tenera. Penampang dari buah ketiga varietas tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Fairhurst. 2003) Psifera Dura Tenera Gambar 1: Penampang Buah Kelapa Sawit Varietas Dura, Psifera dan Tenera

27 2.2.1.1 Dura Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. 2.2.1.2 Psifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan kernel sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera. 2.2.1.3 Tenera Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4,0 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil. (Tim Penulis PS. 1997)

28 Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah rendemen minyak sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu mencapai 22-24%, sedangkan pada varietas Dura hanya 16-18%. (Fauzi. 2002) 2.2.2 Umur Tanaman Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old) sampai saat-saat menjelang peremajaan (replanting). Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan terdapat 1000-3000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10-20 g. (Pahan. 2006) 2.2.3 Pemeliharaan Tanaman Salah satu tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya tanaman kelapa sawit adalah dengan melakukan pemeliharaan tanaman. Hal ini akan menentukan masa nonproduktifnya. Dengan pemeliharaan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit mempunyai masa non-produktif yang pendek. Dengan demikian, kelapa sawit mampu lebih cepat berproduksi dan tentu saja hal ini akan menguntungkan pihak petani kelapa sawit. Dalam arti yang lebih luas, pemeliharaan bukan hanya

29 ditujukan terhadap tanaman saja, tetapi juga tanahnya. Walaupun tanaman dirawat dengan baik, jika dari segi perawatan tanah diabaikan, maka hal tersebut tidak akan banyak memberikan manfaat. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit meliputi beberapa hal, antara lain penyulaman (pergantian tanaman yang mati atau kurang baik), penanaman tanaman sela (tanaman yang berumur pendek dan tidak mengganggu tanaman induk), pemberantasan gulma (penyiangan), pemangkasan (pembuangan daun-daun tua), pemupukan, kastrasi (pembuangan bunga), penyerbukan buatan. (Tim Penulis PS. 1997) 2.2.4 Mutu TBS Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS, sedangkan mutu TBS dipengaruhi oleh sistem panen. Kesalahan pada langkah pengumpulan hasil dapat mengakibatkan mutu CPO tidak memenuhi syarat. Sebagai akibatnya dapat memperkecil efisiensi pengolahan. Pelaksanaan panen dipengaruhi oleh sistem panen yang ditetapkan di suatu perkebunan. Panen yang tidak terkendali akan menyebabkan kehilangan CPO serta penurunan mutu produksi. (Anonymous. 2000) 2.2.5 Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen) Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah

30 mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dhasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada 5 fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1, 2 dan 3. (Fauzi. 2002) Tabel 2.1 Kematangan TBS yang akan dipanen Fase Fraksi Buah Jumlah Brondolan yang Telah Tingkat Buah Jatuh Kematangan Mentah 00 Tidak ada buah yang berwarna hijau atau hitam. Sangat mentah 0 1-12,5% buah luar atau 0-1 Mentah brondolan / kg tandan membrondol. Matang 1 12,5-25% buah luar atau 2 Kurang matang 2 3 brondolan / kg tandan 25% dari buah luar membrondol. 25-50% buah luar membrondol 50-75% buah luar membrondol Matang Matang Lewat 4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang matang (ranum) 5 100% buah luar membrondol dan Lewat matang sebagian berbau busuk (busuk) Sumber: Diolah ICBS (PT. International Contact Business System, Inc.) 2.2.6 Pengangkutan TBS ke Pabrik

31 TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan asam lemak bebas (ALB) nya semakin meningkat dan dapat memperkecil kadar rendemen. (Tim Penyusun PS. 1997) Pengangkutan buah dilakukan oleh pihak kebun atau pihak lain yang ditunjuk. Pengawasan pengangkutan yang dikontrakkan kepada pihak lain sangat sulit diajak ikut berperan dalam pengendalian kualitas karena mereka sering terlambat mengangkut buah. Sering kali, buah bermalam di atas truk sehingga kualitasnya menurun. Pengawasan pengangkutan oleh kebun yang kurang mendapat perhatian sering mengakibatkan buah tercampur dengan pasir yang berbahaya bagi operasional PKS. Pengangkutan yang menempuh jarak terlalu jauh akan mempertinggi derajat kelukaan buah yang dapat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. (Pahan. 2006) 2.2.7 Kondisi Proses Pengolahan di PKS Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat berperan dengan baik jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik yang baik. Untuk mengendalikan proses pengolahan diperlukan pengetahuan dan penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat serta memadukan

32 setiap proses pengolahan dan kemampuan untuk mengoperasikan serta mendiagnosa suatu penyimpangan. (Anonymous. 2000) Pada stasiun penerimaan buah, buah yang diterima ditimbang dengan teliti agar didapat perhitungan rendemen yang tepat. Kemudian langsung diolah agar tidak terjadi pelukaan pada buah yang dapat meningkatkan ALB dan menurunkan rendemen. Stasiun perebusan menggunakan sistem triple peak. Dimana tekanan yang digunakan adalah 2-3 kg/cm 2. Apabila tekanan < 2 kg/cm 2, maka waktu perebusan akan semakin lama. Hal ini akan menyebabkan kehilangan minyak pada tandan kosong dan pada air kondensat akan meningkat. Pada stasiun penebahan, thresher berputar dengan kecepatan 23-25 rpm. Bila putaran dibawah 23 rpm maka brondolan buah tidak terlepas sempurna dari tandannya sehingga dapat menurunkan rendemen minyak. Pada stasiun kempa, tekanan berkisar antara 30-50 bar. Bila tekanan kempa terlalu rendah dapat mengakibatkan ampas masih basah (mengandung minyak) sehingga kehilangan minyak pada ampas tinggi. Dan apabila tekanan kempa terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar biji pecah tinggi dan kehilangan minyak pada biji juga tinggi. Selain itu, kinerja mesin pada stasiun klarifikasi yang kurang baik dapat mengakibatkan minyak terikut bersama sludge maupun air. (Anonymous. 1999) 2.3 Cara Mengatasi Kehilangan Minyak Selama Proses Pengolahan

33 Kehilangan minyak selama proses dapat ditanggulangi dengan angka kerja pengolahan (Standar Fisik Kerja Pengolahan) yang diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel 2.2 Standar Fisik Kerja Pengolahan No. Uraian Satuan Standar Fisik 01. Tekanan Rebusan kg/cm 2 2,8-3 02. Masa Rebusan Menit 85-90 03. Pola Rebusan Puncak 2 atau 3 04. Suhu Massa dalam Digester o C 90-95 05. Tekanan kerja Single Pressing Bar 30-50 06. Tekanan kerja Double Pressing First Pressing Second Pressing Bar Bar 30-40 40-50 07. Suhu Kerja Stasiun Klarifikasi o C 90-95 08. Tekanan Vacuum Dryer Torr 50 09. Suhu Hot Water Tank o C 90-95 10. Pemakaian Air Pengencer di Screw Press terhadap TBS % 15-20 11. Kebutuhan Air Stasiun klarifikasi terhadap TBS % 5-10 12. Kebutuhan AirPabrik per ton TBS M 3 1,2-1,5 13. Kebutuhan Listrik per ton TBS KwH 15-17 14. Kebutuhan Uap per ton TBS Kg 500-600 Sumber: ICBS Selain pengaruh standart fisik kerja pengolahan di atas, kualitas minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh sistem panen yang diberlakukan. Kriteria matang panen yang bervariasi akan menyebabkan perbedaan kualitas minyak kelapa sawit. Pemanenan yang sesuai dengan norma-norma panen tidak akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kualitas. Namun, penyimpangan akan selalu terjadi sehingga menyebabkan penurunan kualitas seperti pengutipan brondolan yang kotor serta pemotongan buah mentah. (Pahan. 2006)

34 Operasi pengangkutan buah, operasi panen dan operasi pengolahan hendaknya saling mendukung satu sama lain. Ketiga kegiatan ini merupakan subsistem-subsistem dari satu tujuan sistem induk yaitu objektif PAO (Panen Angkut Olah). Untuk mendukung suksesnya tujuan pengangkutan perlu diperhatikan tersedianya buah di TPH mulai jam 9.00 WIB, jumlah armada angkutan yang cukup, sarana jalan yang baik dan sistem komunikasi yang lancer. (Risza. 1994)

35 BAB 3 METODOLOGI PENYELIDIKAN 3.1 Peralatan 1. Oven 2. Timbangan Analitik 3. Desikator 4. Tang Penjepit 5. Cawan Porselen 6. Beaker Glass 7. Kertas Thimble 8. Labu Ekstraksi 9. Satu Set Alat Ekstraksi

36 3.2 Bahan 1. Air Rebusan 2. Janjangan Kosong 3. Ampas Press 4. Biji 5. Air dari drap akhir 6. Shelsol 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Penentuan % Minyak dalam Air Rebusan 1. Ditimbang sampel sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya 2. Dipanaskan sampel dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105 o C 3. Didinginkan dalam desikator selama 1 jam 4. Ditimbang kembali untuk mengetahui kadar airnya 5. Dimasukkan ke dalam kertas thimbel yang telah diketahui beratnya dan ditutup dengan kapas 6. Ditimbang labu ekstraksi 7. Dimasukkan 150 ml shelsol ke dalam labu ekstraksi 8. Dimasukkan kertas thimbel ke dalam alat soklet yang telah dirangkai 9. Diekstraksi selama ± 5 jam

37 10. Dilepaskan labu ekstraksi dari alat soklet 11. Dipanaskan dalam oven selama ± 30 menit untuk menghilangkan sisa pelarut yang masih terdapat dalam minyak 12. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 13. Ditimbang labu ekstraksi untuk mengetahui kadar minyak yang terdapat dalam sampel 3.3.2 Penentuan % Minyak dalam Janjangan Kosong 1. Ditimbang sampel yang telah dirajang halus sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam kertas thimbel yang telah diketahui beratnya. 2. Dipanaskan sampel dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105 o C 3. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 4. Ditimbang kembali untuk mengetahui kadar airnya 5. Ditimbang labu ekstraksi 6. Dimasukkan 150 ml shelsol ke dalam labu ekstraksi 7. Dimasukkan kertas thimbel ke dalam alat soklet yang telah dirangkai 8. Diekstraksi selama ± 5 jam 9. Dilepaskan labu ekstraksi dari alat soklet 10. Dipanaskan dalam oven selama ± 30 menit untuk menghilangkan sisa pelarut yang masih terdapat dalam minyak 11. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 12. Ditimbang labu ekstraksi untuk mengetahui kadar minyak yang terdapat dalam sampel.

38 3.3.3 Penentuan % Minyak dalam Ampas Press 1. Ditimbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam kertas thimbel yang telah diketahui beratnya 2. Dipanaskan sampel dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105 o C 3. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 4. Ditimbang kembali untuk mengetahui kadar airnya 5. Ditimbang labu ekstraksi 6. Ddimasukkan 150 ml shelsol ke dalam labu ekstraksi 7. Dimasukkan kertas thimbel ke dalam alat soklet yang telah dirangkai 8. Diekstraksi selama ± 5 jam 9. Dilepaskan labu ekstraksi dari alat soklet 10. Dipanaskan dalam oven selama ± 30 menit untuk menghilangkan sisa pelarut yang masih terdapat dalam minyak 11. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 12. Ditimbang labu ekstraksi untuk mengetahui kadar minyak yang terdapat dalam sampel 3.3.4 Penentuan % Minyak dalam Biji 1. Ditimbang 10 g biji yang berasal dari polishing drum lalu dimasukkan ke dalam kertas thimbel yang telah diketahui beratnya 2. Dipanaskan sampel dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105 o C

39 3. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 4. Ditimbang kembali untuk mengetahui kadar airnya 5. Ditimbang labu ekstraksi 6. Dimasukkan 150 ml shelsol ke dalam labu ekstraksi 7. Dimasukkan kertas thimbel ke dalam alat soklet yang telah dirangkai 8. Diekstraksi selama ± 5 jam 9. Dilepaskan labu ekstraksi dari alat soklet 10. Dipanaskan dalam oven selama ± 30 menit untuk menghilangkan sisa pelarut yang masih terdapat dalam minyak 11. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 12. Ditimbang labu ekstraksi untuk mengetahui kadar minyak yang terdapat dalam sampel 3.3.5 Penentuan % Minyak dalam Air Drap Akhir 1. Ditimbang sampel dari vat vit yang telah diaduk sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya 2. Ddipanaskan sampel dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105 o C 3. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 4. Ditimbang kembali untuk mengetahui kadar airnya 5. Ddimasukkan ke dalam kertas thimbel yang telah diketahui beratnya kemudian ditutup dengan kapas 6. Ditimbang labu ekstraksi 7. Dimasukkan 150 ml shelsol ke dalam labu ekstraksi

40 8. Dimasukkan kertas thimbel ke dalam alat soklet yang telah dirangkai 9. Diekstraksi selama ± 5 jam 10. Dilepaskan labu ekstraksi dari alat soklet 11. Dipanaskan dalam oven selama ± 30 menit untuk menghilangkan sisa pelarut yang masih terdapat dalam minyak 12. Didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit 13. Ditimbang labu ekstraksi untuk mengetahui kadar minyak yang terdapat dalam sampel. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Percobaan Tabel 4.1 Persentase Rendemen CPO No. Tanggal TBS diolah (kg) Produksi Minyak Sawit (kg) 01. 21 April 2008 560.041 130.514 23,30 02. 22 April 2008 436.174 100.634 23,07 03. 23 April 2008 366.836 86.889 23,69 04. 24 April 2008 337.458 80.000 23,71 05. 25 April 2008 632.883 149.321 23,59 06. 26 April 2008 657.427 155.179 23,60 Rata-rata 23,50 Sumber: PKS Adolina PTPN IV Perbaungan Rendemen CPO (%)

41 Tabel 4.2 Berat Labu Ekstraksi + Berat Minyak Berat Labu Ekstraksi + Berat Minyak (g) No. Tanggal Air Janjangan Ampas Drap Biji Rebusan Kosong Press Akhir 01. 21 April 2008 92,4018 108,6670 104,6670 150,5051 103,5055 02. 22 April2008 92,4054 118,4470 104,6714 150,5242 103,8324 03. 23 April 2008 92,4022 118,4332 104,6982 150,5221 103,8145 04. 24 April 2008 92,4106 118,4200 109,9590 150,5065 103,8236 05 25 April 2008 101,5430 110,4774 104,6993 150,5103 103,8273 06. 26 April 2008 101,5341 109,3866 109,1198 150,4918 104,9575 Sumber: PKS Adolina PTPN IV Perbaungan Tabel 4.3 Berat Labu Ekstraksi Berat Labu Ekstraksi (g) No. Tanggal Air Janjangan Ampas Drap Biji Rebusan Kosong Press Akhir 01. 21 April 2008 92,3116 107,9507 104,1346 150,3697 103,4172 02. 22 April2008 92,3136 117,9540 104,1376 150,3740 103,7386 03. 23 April 2008 92,3135 117,9542 104,1347 150,3741 103,7385 04. 24 April 2008 92,3136 117,9540 109,3712 150,3742 103,8236 05 25 April 2008 101,4342 109,9964 104,1336 150,3727 103,8273 06. 26 April 2008 101,4330 109,9546 108,6082 150,3726 104,8706 Sumber: PKS Adolina PTPN IV Perbaungan Tabel 4.4 Berat Contoh Berat Contoh (g) No. Tanggal Air Janjangan Ampas Drap Biji Rebusan Kosong Press AKhir 01. 21 April 2008 18,4182 20,1241 12,7990 19,6235 18,3871 02. 22 April2008 18,3547 20,1241 13,1152 21,1547 18,3862 03. 23 April 2008 17,3864 20,1246 13,6782 21,1462 15,8371 04. 24 April 2008 18,2960 19,4180 14,1949 18,3728 17,3962 05 25 April 2008 20,1472 20,1237 13,6965 19,6241 17,4162 06. 26 April 2008 18,3864 18,2260 12,4182 17,4175 18,3860

42 Sumber: PKS Adolina PTPN IV Perbaungan Tabel 4.5 Losis Minyak Terhadap Contoh No. Tanggal Air Rebusan (%) Janjangan Kosong (%) Ampas Press (%) Biji (%) Drap Akhir (%) 01. 21 April 2008 0,49 2,42 4,16 0,69 0,48 02. 22 April 2008 0,50 2,43 4,07 0,77 0,51 03. 23 April 2008 0,51 2,38 4,10 0,70 0,48 04. 24 April 2008 0,53 2,40 4,12 0,72 0,49 05. 25 April 2008 0,54 2,39 4,13 0,70 0,52 06. 26 April 2008 0,55 2,37 4,12 0,69 0,50 Rata-rata 0,52 2,40 4,11 0,71 0,49 Sumber: PKS Adolina PTPN IV Perbaungan Tabel 4.6 Standart Oil Losses Losis Standart (%) Air Rebusan 0,50 Janjangan Kosong 2,55 Ampas Press 4-4,5 Biji 0,77 Drap Akhir 0,50 Sumber: PKS Adolina PTPN IV Perbaungan 4.2 Perhitungan 4.2.1 Penentuan Persentase Produktivitas Rendemen Minyak Sawit Rendemen Minyak Sawit = G1 x 100% G 2 Dimana:

43 G 1 G 2 = CPO yang diproduksi (g) = TBS yang diolah (g) Hari I (21 April 2008) 130514 Rendemen Minyak Sawit = x 100% = 23,30% 560041 Dilakukan perhitungan yang sama pada hari berikutnya, sehingga didapat rata-rata sebesar 23,50% (dapat dilihat pada tabel 4.1) 4.2.2 Penentuan Persentase Losis Terhadap Contoh G G0 % Kadar Minyak = G 1 x 100% Dimana: G G o G 1 = Berat Contoh (g) = Berat Labu Ekstraksi (g) = Berat Labu Ekstraksi + Berat Minyak (g) a. Pada Air Rebusan

44 % Kadar Minyak = 92,4018 92,3116 18,4182 x 100% = 0,49% Dilakukan perhitungan yang sama pada hari berikutnya, sehingga didapat rata-rata sebesar 0,52% (dapat dilihat pada tabel 4.5) b. Pada Janjangan Kosong % Kadar Minyak = 108,4377 107,9507 20,1241 x 100% = 2,42% Dilakukan perhitungan yang sama pada hari berikutnya, sehingga didapat rata-rata sebesar 2,40% (dapat dilihat pada tabel 4.5) c. Pada Ampas Press % Kadar Minyak = 104,6670 104,1346 12,7990 x 100% = 4,16% Dilakukan perhitungan yang sama pada hari berikutnya, sehingga didapat rata-rata sebesar 4,11% (dapat dilihat pada tabel 4.5) d. Pada Biji

45 % Kadar Minyak = 150,5051 150,3697 19,6235 x 100% = 0,69% Dilakukan perhitungan yang sama pada hari berikutnya, sehingga didapat rata-rata sebesar 0,71% (dapat dilihat pada tabel 4.5) e. Pada Drap Akhir % Kadar Minyak = 103,5055 103,4172 18,3871 x 100% = 0,48% Dilakukan perhitungan yang sama pada hari berikutnya, sehingga didapat rata-rata sebesar 0,49% (dapat dilihat pada tabel 4.5) 4.3 Pembahasan Dari data hasil penentuan persentase produktivitas rendemen CPO (Tabel 4.1), dapat kita lihat bahwa rata-rata persen rendemen CPO yang diperoleh selama 6 hari berturut-turut adalah 23,50%. Dimana angka ini telah memenuhi standart pengolahan yaitu antara 21-24%.

46 Dalam hal ini, terdapat perbedaan perolehan persentase rendemen CPO yang cukup besar. Pada tanggal 24 April 2008 rendemen CPO mencapai 23,71% dan pada tanggal 22 April 2008 hanya 23,07%, walaupun jumlah TBS yang diolah dan produksi minyak sawit yang dihasilkan jauh lebih besar pada tanggal 22 April 2008. Perbedaan perolehan persen rendemen CPO ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya varietas tanaman, umur tanaman, perawatan tanaman, mutu TBS, derajat kematangan buah (mutu panen), pengangkutan dan proses pengolahan. Buah yang paling banyak menghasilkan minyak (memiliki rendemen tertinggi) adalah pada saat umur tanaman 10-20 tahun lalu menurun pada umur 20 tahun ke atas. TBS yang dipanen hendaknya pada fraksi 1, 2 dan 3 karena pada fraksi ini buah dalam keadaan matang dan kandungan minyaknya tinggi. Buah yang baru dipanen harus langsung diangkut ke pabrik agar diolah, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pelukaan pada buah yang dapat menyebabkan peningkatan asam lemak bebas. (Tim Penulis PS. 1997) Peningkatan asam lemak bebas ini dapat terjadi karena pecahnya membran vacuola (yang memisahkan minyak dari komponen sel) sehingga minyak bercampur dengan air sel, dan dengan dikatalisis oleh enzim lipase, lemak terhidrolisa membentuk asam lemak bebas dan gliserol. Selain itu, kehilangan minyak pada saat proses pengolahan juga sangat berpengaruh. Pada tabel 4.5 dapat kita lihat persen losis pada air rebusan, janjangan kosong, ampas press, biji dan pada drap akhir masih dibawah standart yang ditentukan.

47 Dengan kata lain, losis minyak pada PKS Adolina PTPN IV Perbaungan masih memenuhi standart pengolahan (dapat dilihat pada tabel 4.6). Kehilangan minyak selama proses pengolahan TBS untuk menghasilkan CPO tidak dapat dihindari dalam setiap PKS. Hal ini disebabkan oleh alat yang tidak bekerja pada kondisi optimum karena kesalahan dalam pengoperasian unit-unit produksi. Misalnya, pada stasiun perebusan, apabila tekanan dan waktu perebusan terlalu tinggi akan mengakibatkan losis minyak pada air rebusan bertambah, tetapi apabila tekanan dan waktu perebusan terlalu rendah akan mengakibatkan pelumatan dalam digester tidak sempurna, sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga losis minyak pada ampas dan biji bertambah. Pada stasiun penebahan, kerusakan pada mesin penebah akan mengakibatkan kerja bantingan tidak sempurna sehingga losis minyak pada janjangan tinggi karena masih banyak brondolan yang tertinggal pada janjangan. (Sipayung. 1997) Pada stasiun pengepresan, rendahnya tekanan pada pressan akan mengakibatkan losis minyak pada ampas pressan tinggi dan pada stasiun klarifikasi, kondisi dari mesin-mesin pada stasiun pemurnian ini harus selalu diperhatikan agar minyak tidak terikut saat proses pemurnian berlangsung, sebagai contoh saat pemisahan minyak dengan sludge dalam sludge separator, ukuran lubang nozzle mempengaruhi pemisahan fraksi ringan dan berat. Semakin kecil ukuran nozzle maka daya pisah semakin baik yaitu kadar minyak dalam air buangan relatif kecil, akan tetapi nozzle sangat cepat rusak, yang diakibatkan gesekan pasir halus (jumlah pasir halus lebih banyak dari pada pasir kasar). Nozzle yang berukuran besar menyebabkan kehilangan minyak yang relatif tinggi pada air buangan. Umumnya umur nozzle yang

48 yang berlubang kecil lebih pendek dibandingkan dengan yang berukuran besar. (Naibaho. 1998) Kesalahan ini harus ditekan seminim mungkin agar diperoleh rendemen yang maksimal. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk memperkecil kehilangan minyak yang terjadi selama proses pengolahan. Salah satunya adalah memperhatikan angka kerja pengolahan saat mengoperasikan unit-unit produksi pada PKS. Angka ini sebaiknya sesuai dengan Standar Fisik Kerja Pengolahan (dapat dilihat pada tabel 2.2). Selain itu, para karyawan sebagai operator unit-unit produksi diberikan suatu pelatihan khusus mengenai pengoperasiannya secara benar, sehingga unit-unit produksi dapat dioperasikan semaksimal mungkin. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

49 5.1 Kesimpulan 1. Dari hasil pengamatan rendemen CPO pada PKS Adolina PTPN IV Perbaungan mulai tanggal 21 April 2008 26 April 2008 didapat harga yang memenuhi standart (21-24%) dengan rata-rata 23,50%. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen CPO adalah varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu dan cara panen TBS, pengangkutan serta proses pengolahan. 3. Kehilangan minyak pada air rebusan, janjangan kosong, ampas pressan, biji dan drap akhir pada PKS Adolina PTPN IV Perbaungan mulai tanggal 21 April 2008 26 April 2008 (tabel 4.5) berada pada standart yang ditetapkan (tabel 4.6). Losis minyak ini sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, dimulai dari stasiun perebusan sampai stasiun klarifikasi. 4.2 Saran Walaupun harga rendemen CPO dan losis minyak pada PKS Adolina PTPN IV Perbaungan telah memenuhi standart, tetapi pihak PKS hendaknya tetap memperhatikan efisiensi kerja alat atau mesin pengolahan dan keterampilan para karyawan dalam mengoperasikan alat sesuai dengan standart kerja fisik pengolahan, karena besar kecilnya rendemen CPO dan kehilangan minyak tergantung pada kemampuan operator dalam menjalankan fungsi dari masing-masing unit pengolahan

50 tersebut. Selain itu, juga perlu diperhatikan perlakuan di lapangan (perkebunan) dimulai dari penanaman buah, pemeliharaan buah hingga sortasi panen agar didapat bahan baku (TBS) yang layak olah. DAFTAR PUSTAKA

51 Anonymous. 1990. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Riau: Direktorat Jenderal Perkebunan. Anonymous. 1996. Kumpulan Bahan-Bahan Pelatihan Untuk Karyawan Industri Hilir Kelapa Sawit. Batam: PTP Agrintara Industri Hilir Kelapa Sawit. Anonymous. 1997. Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Direktorat Jenderal Perkebunan. Anonymous. 1999. Bidang Teknik dan Teknologi Kelapa Sawit. P.Siantar: PTPN IV Bahjambi. Anonymous. 2000. Studi Tentang Produksi, Pemasaran, Konsumsi dan Investasi Minyak Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta: PT. ICBS (International Contact Business System, Inc.) Darnoko, D. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Fairhurst, T. dan Hardter, R. 2003. Oil Palm: Management For Large and Sustainable Yields. Germany. Fauzi, Ir. Yan. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya. Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Cetakan 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Parlindungan. 1995. Upaya Mempertahankan Rendemen CPO Minimal 22%. Medan: LPP.

52 Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Jilid I. Yogyakarta: Kanisius. Sipayung, T. V., Gultom, M., Meliala, R. I. 1997. Pedoman Kerja PTPN III. Buku II: Bidang Teknik dan Pengolahan. Siregar, I. M. 1991. Pengelolaan dan Pengendalian Pengolahan. P.Siantar: Sarana Empati Nusa Indah. Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: USU Press. Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.