TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih bayak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit, bahkan saat ini telah menempati posisi kedua di dunia. Indonesia adalah negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata kelapa sawit Indonesia tahun tercatat sebesar 75,54 juta ton tandan buah segar (TBS) atau 40,26% dari total produksi kelapa sawit dunia. A. Sekilah Sejarah Kelapa Sawit Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. 5

2 Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkat perekonomian negara asing termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai ton pada tahun 1948/1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor ton minyak sawit. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. 6

3 Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL (buruh militer) yang merupakan wadah kerjasama antara buruh perkebunan dengan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia. Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai ha dengan produksi CPO sebesar ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Dalam pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat di sekitarnya yang menjadi plasma. Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang tersebar di berbagai sentra produksi, seperti Sumatera dan Kalimantan. (Yan Fauzi,2004) 7

4 B. Jenis Jenis Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Palm Oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu: Tanaman kelapa sawit dari ordo Palmaes, famili Palmae, sub-famili Cocoidae, genus Elaeis, spesies Elaeis guineensis jacg ( kelapa sawit Afrika), dan spesies Elaesis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin). Tanaman kelapa sawit juga dapat digolongkan berdasarkan ketebalan tempurung atau cangkang dan warna buah. 1) Berdasarkan ketebalan cangkang Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi tiga jenis atau varietas, yaitu sebagai berikut. a. Dura Ciri-cirinya: tebal cangkangnya 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang, daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah, banyak digunakan sebagai induk betina dan program pemuliaan. b. Pisifera Ciri-cirinya: tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada), daging buah lebih tebal daripada daging buah jenis Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain, dengan 8

5 persilangan diperoleh tipe tenera. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk pertanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan. c. Tenera Ciri-cirinya: tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung, daging buah sangat tebal, tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya relatif lebih kecil), merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis ini merupakan jenis paling banyak ditanam pada perkebunan dengan skala besar. Umumnya menghasilkan lebih banyak tandan buah dari pada jenis Dura, meskipun ukuran tandannya lebih kecil. 2) Berdasarkan warna buah Berdasarkan warna buahnya, kelapa sawit dapat dibagi menjadi 3 jenis atau varietas, yaitu: a. Nigrescens Ciri-cirinya: buah muda berwarna ungu kehitam-hitaman, sedang buah masak berwarna jingga kehitam-hitaman. b. Virescens Ciri-cirinya: buah muda berwarna hijau, sedang buah masak berwarna jingga kemerahan (tetapi ujung buah tetap hijau). 9

6 c. Albescens Ciri-cirinya: buah muda berwarna keputih-putihan, sedang buah masak berwarna kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman. C. Sifat-sifat Botani Tanaman Kelapa Sawit Sama halnya dengan tanaman dari famili Palmae lainnya, tanaman kelapa sawit memiliki dua bagian penting, yaitu: bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan meliputi bunga dan buah. 1) Bagian Vegetatif a. Akar (Radix) Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut, perakarannya sangat kuat yang keluar dari pangkal batang, tumbuh ke bawah dan ke samping. Berfungsi sebagai penyerap unsur-unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akarnya juga berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman. Sistem perakaran pada tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut. Akar primer : yaitu akar yang tumbuh pada pangkal batang tanaman, tumbuh secara vertikal atau mendatar, dalam jumlah besar yang hidup maupun mati untuk menunjang tanaman dan mengabsorbsi air serta hara organik. Pada tanaman dewasa, akar primer berdiameter antara 4-10 mm, panjangnya antara meter ke arah horizontal, dan bisa mencapai 3 meter ke arah vertikal. Umunya akar membentuk sudut kecil dengan batang. 10

7 Akar sekunder yaitu akar yang tumbuh dari akar primer yang lebih halus dengan diameter antara 2-4 mm dan panjangnya dapat mencapai sekitar 120 cm, tumbuhnya datar mengarah ke atas dan mengarah ke bawah. Sebagian besar akar sekunder ini menuju ke arah atas hampir mencapai permukaan tanah. Akar tertier yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder berdiameter antara 1-2 mm, arah tumbuhnya mendatar dengan panjang antara cm. Sangat banyak terdapat di dekat permukaan tanah. Akar kuarter yaitu akar yang tumbuh dari akar tertier berdiameter antara0,2-0,5 mm dengan panjangnya rata-rata 3 cm. Akar tertier dan akar kuarter merupakan akar yang banyak memadati atau saling bertindih pada sekitar permukaan tanah, tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Kedua jenis akar ini merupakan bagian perakaran yang paling dekat dengan permukaan tanah, banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar. Bulu-bulu tersebut paling efektif dalam menyerap air, udara, dan unsur hara dari dalam tanah. Penyebaran akar bergantung pada kondisi tanah. Sistem perakaran cenderung tumbuh ke arah bawah, tetapi pertumbuhan selanjutnya dibatasi oleh dalamnya permukaan air tanah. Pada tanah yang bertekstur halus, akar sangat rapat, kurang baik bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang memiliki aerasi baik dan bertekstur longgar. Praktik budidaya tanaman kelapa sawit juga mempengaruhi penyebaran akar, terutama akar-akar tertier dan kuarter yang berfungsi untuk mengabsorbsi zat hara dari dalam tanah. 11

8 b. Batang (Caulis) Tanaman kelapa sawit mempunyai batang yang tumbuh tegak lurus ke atas berbentuk silinder dengan diameter antara cm, tetapi pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya batang adalah tunggal (tidak bercabang) dan batang pada tanaman yang masih muda tidak terlihat karena masih ditutupi oleh pelepah daun. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang. Titik tumbuh selama empat tahun pertama tumbuh membentuk daun-daun yang pelepahnya membungkus batang, sehingga batang tidak terlihat. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun,pada umumnya sekitar cm per tahun. Kecepatan tumbuh meninggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda, bergantung pada tipe atau varietasnya. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan batang kelapa sawit adalah kondisi di sekitar tanaman seperti jenis tanaman, kesuburan lahan, iklim, pemeliharaan tanaman, jarak tanam, umur, dan lain sebagainya. c. Daun (Folium) Daun pada tanaman kelapa sawit terdiri atas pangkal pelepah daun, yaitu bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun, tangkai daun, duri-duri, helaian anak daun, ujung daun, lidi, tepi daun, dan daging daun. Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya dapat 12

9 mencapai 9 meter, bergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun merupakan helai daun yang terpanjang. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pohon kelapa sawit yang tumbuh normal dan sehat, pada satu batang terdapat pelepah daun. Apabila tidak dilakukan pemangkasan sewaktu panen, maka jumlah pelepah daun dapat melebihi 60 batang. Pada tanah yang subur, kuncup daun cepat membuka, sehingga semakin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk, sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun meningkat sampai dengan umur 6-7 tahun, kemudian menurun pada umur 12 tahun, seharusnya produksi daun tetap berkisar daun per tahun. Saat ini sedang dipelajari kemungkinan jumlah anak daun sebagai perkiraan hasil produksi. Ada peneliti yang mengatakan bahwa panjang anak daun berkorelasi langsung dengan hasil tandan, sedang jumlah anak daun berkorelasi tidak langsung dengan hasil tandan. 2) Bagian Generatif a. Bunga (Flos) Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, yang berarti bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu tanaman yang letaknya terpisah. Tandan bunga terletak pada ketiak pelepah daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur bulan, tetapi baru bisa dipanen pada umur 2,5 tahun. 13

10 Bakal bunga terbentuk sekitar bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan). Tumbuhan bunga sangat bergantung pada kesuburan tanah, tanaman yang tumbuh kerdil pertumbuhan bunganya pun lebih lambat daripada tanaman yang tumbuh subur. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun masing-masing terangkai. Bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina dapat dibedakan berdasarkan bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar. Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika bunga tersebut menjelang matang. Tandan bunga jantan yang masak memiliki bau khas. Pada tanaman kelapa sawit yang masih muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit daripada bunga betina, tetapi perbandingan ini akan berubah sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Pada tanaman kelapa sawit kadang-kadang dijumpai juga bentuk rangkaian bunga yang hermaprodit, terutama pada tanaman yang masih muda. Hal ini dapat terjadi pada masa transisi antara siklus bunga jantan dan betina. Rangkaian bunga terbentuk secara bervariasi, mulai dari bunga betina dengan beberapa cabang bunga jantan atau sebaliknya. Bunga jantan ataupun bunga betina biasanya terbuka selama 3-5 hari pada satu tandan. Tepung sari dapat melakukan penyerbukan selama2-3 hari, tetapi makin lama daya hidupnya makin menurun. Letak bunga betina dan bunga jantan 14

11 pada satu pohon terpisah dan matangnya pun tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit biasanya menyerbuk secara silang. Penyerbukan dilakukan oleh angin atau serangga. b. Buah (Fructus) Diperlukan waktu sekitar 5-6 bulan sejak penyerbukan untuk menjadi buah yang dewasa, matang, dan siap dipanen. Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Lama waktu panen sedikit berfluktuasi sesuai dengan variasi iklim. Iklim kering yang panjang biasanya memperlambat laju pematangan buah. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh, baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah yang siap panen untuk yang pertama kali pada umur 3,5 tahun terhitung sejak dari penanaman biji pada pembibitan. Namun jika dihitung sejak penanaman tanaman di lahan pertanaman, maka umur kelapa sawit berubah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Jumlah buah rata-rata buah per tandan. Ukuran dan bentuknya bervariasi menurut posisinya dalam tandan. Secara botani buah adalah sessile drupe yang tertekan disekitar bijinya. Buah terdiri atas bagian-bagian berikut. 1) Kulit buah (eksokarp): merupakan pelindung buah paling luar yang mulamula berwarna putih kehijau-hijauan, kemudian berubah menjadi warna kuning. 2) Daging buah (mesokarp): bagian buah yang tersusun atas air, serat, klorofil, yang selanjutnya terjadi pembentukan minyak dan karoten. 15

12 3) Cangkang (endokarp): bagian buah pada awalnya tipis dan lembut, tetapi kemudian bertambah tebal dan keras serta warnanya pun berubah dari putih menjadi cokelat. 4) Inti (endosperm): bagian buah yang mula-mula cair, kemudian lunak, dan akhirnya berubah menjadi padat dan agak keras. (Tim Bina Karya Tani, 2009) D. Prosedur Pengolahan Prosedur pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel sebagai berikut: 1) Penerimaan Bahan Baku a. Penimbangan Tandan Buah Segar (TBS) TBS yang masuk ke pabrik mula-mula ditimbang di jembatan timbang untuk mengetahui jumlah berat TBS yang diterima oleh pabrik. b. Penimbunan TBS Setelah ditimbang, TBS dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan ke dalam lori rebusan. Untuk mengetahui mutu TBS yang akan diolah perlu dilakukan sortasi di loading ramp. Pada pengolahan yang diinginkan ialah buah dengan fraksi 1,2, dan 3. Hal ini ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal (Tabel 1). 16

13 Tabel 1. Standar kematangan buah Fraksi buah Persyaratan Sifat-sifat fraksi Jumlah brondolan Fraksi 00 (F-00) (0.0%) Sangat mentah ( Afkir) Tidak ada Fraksi 0 (F-0) Maks. 3.0 % Mentah % buah luar Fraksi 1 (F-1) Kurang Matang % buah luar Fraksi 2 (F-2) 85.0 % Matang 25%-50% buah luar Fraksi 3 (F-3) Matang 50-75% buah luar Fraksi 4 (F-4) Maks % Lewat matang % buah luar Fraksi 5 (F-5) Maks. 2.0 % Terlalu matang Buah dalam ikut membrondol Brondolan 9.5% Tandan kosong 0.0 % Panjang tangkai Maks. 2.5 cm TBS Sumber: Naibaho, (1996) c. Pengisian buah ke dalam lori Lori diisi penuh dengan buah yang akan diolah. Pengisian yang baik jika lori dapat memuat tandan buah sebanyak kapasitas nominal. Pengisian yang tidak penuh akan menyebabkan penurunan kapasitas oleh sterilizer atau sebaliknya pengisian yang terlalu penuh akan mengakibatkan pintu, maupun pelat (water plate) rusak atau buah terjatuh dalam rebusan. d. Pengisian lori ke dalam sterilizer Lori yang telah penuh berisi buah dimasukkan ke dalam sterilizer menggunakan capstand. Kemudian, pintu sterilizer ditutup dan dikunci 17

14 menggunakan handle, sehingga kemungkinan terbuka pada saat proses perebusan tidak terjadi. 2) Perebusan Pola perebusan yang umumnya digunakan ada dua yaitu double peak (dua puncak) atau triple peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama proses perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau otomatis. a. Daerasi Pipa uap masuk dibuka, katup daerasi dan atau katup kondensat dibuka, udara dibuang dengan cara memasukkan uap. Karena lebih berat, udara akan berada di lapisan bawah dan dibuang melalui katup daerasi atau melalui pipa kondensat. Daerasi akan berlangsung pada saat pembuangan air kondensat selama sistem perebusan berlangsung. b. Pemasukan uap dan pembuangan puncak I dan II frekuensi pembuangan air kondensat dan pembuangan uap bekas selama perebusan tergantung pada pola perebusan. Puncak pertama dicapai dengan membuka pipa uap masuk selama 7 menit (umumnya tekanan mencapai 1,5 kg/cm²), kemudian pipa uap masuk ditutup dan pipa kondensat, pipa buang (exhaust pipe) dibuka dengan tiba-tiba sehingga tekanan turun hingga 0,5 kg/cm² 18

15 (sekitar 3 menit), kemudian pipa kondensat ditutup. Pipa uap masuk dibuka setelah 10 menit puncak kedua dicapai (tekanan 2-2,5 kg/cm²), kemudian pipa uap masuk ditutup dan pipa kondensat dan exhaust pipe dibuka hingga tekanan 1 kg/cm² (sekitar 3 menit). c. Penahanan tekanan Setelah melalui satu puncak atau dua puncak awal, pemasakan dapat dilanjutkan dengan membuka pipa uap masuk dan pipa kondensat by pass untuk membuang air kondensat. Masa penahanan tekanan dihitung setelah mencapai puncak tertinggi hingga awal pembuangan uap terakhir. d. Pembuangan uap air Setelah penahanan tekanan uap selesai, uap yang berada dalam sterilizer dibuang dengan membuka katup pipa kondensat, kemudian setelah tekanan menjadi 2,5 kg/cm² pipa pembuangan uap yang berada di atas sterilizer dibuka dengan tiba-tiba. Setelah tekanan sama dengan tekanan atmosfer, pintu rebusan dibuka. e. Tujuan Keberhasilan dalam proses perebusan akan mendukung kemudahankemudahan dalam proses selanjutnya, baik di stasiun Threshing, Press, Digester dan lain-lain. Fungsi dari Sterilizer untuk melakukan proses perebusan buah TBS sebelum diproses menjadi minyak, dengan tujuan adalah: 19

16 1) Menghentikan aktifitas enzim Buah yang dipanen mengandung enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja didalam buah sebelum enzim tersebut dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang yang dapat mendegradasi protein. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan asam lemak bebas (ALB) sedangkan enzim oksidase berperan dalam pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugus aldehide dan kation. Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi asam lemak bebas (ALB) yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase. Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah TBS mengalami kememaran (luka). Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim umumnya tidak aktif lagi, bila dipanaskan sampai suhu 50 C. Oleh karena itu perebusan dengan suhu >120 C akan menghentikan kegiatan enzim. 2) Melepaskan buah dari spiklet Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses ekstraksi minyak, buah perlu dipisahkan dari spikletnya. Pelepasan buah dari tandannya karena adanya hidrolisa pektin yang terjadi dipangkal buah. Hidrolisis dapat terjadi dengan proses kimia, kimia fisika dan reaksi biokimia. Hidrolisis dengan reaksi biokimia telah terjadi sebagian secara alam dilapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah membrondol. 20

17 Hidrolisa pektin dapat terjadi pula didalam Sterilizer, dengan adanya reaksi yang dipercepat oleh pemanasan. Panas dan uap didalam Sterilizer akan meresap ke dalam buah karena adanya tekanan. Hidrolisa pektin dalam tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu perlu dilakukan proses perontokan buah didalam mesin Threshing. 3) Menurunkan kadar air Proses Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik dari dalam saat direbus maupun saat sebelum dimasukkan ke Threshing. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit dari antara sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses pengempaan/proses ekstraksi minyak. 4) Melunakkan buah sawit Mesocarp (daging buah) yang mendapatkan perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat, dimana serat mudah lepas antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan mempermudah proses selanjtnya. 5) Melepaskan serat dan biji Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dari biji dalam Polishing Drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu 21

18 proses pemisahan serat perikarp dan biji, yang dipercepat oleh proses hidrolisis. Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan menahan minyak. Jika biji dipukul dalam alat pemecah biji maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji tidak pecah, dan jika pecah maka akan terjadi adalah pecahan besar yang melekat pada inti. 6) Membantu proses pelepasan inti dari cangkang Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran yang lebih kecil. 7) Pemecah emulsi Minyak didalam mesocarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing-masing terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari mesocarp. Penetrasi uap yang sempurna pada mesocarp, terutama pada buah yang paling dalam, akan mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak. Pemecahan emulsi yang 22

19 tekanan uap kg/cm2 telah dimulai dari perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air dan padatan lainnya pada stasiun klarifikasi. f. Mekanisme Perebusan Buah Pola perebusan yang dipilh harus sesuai dengan kemampuan Boiler memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Sistem perebusan yang lazim dikenal di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah single peak, double peak, triple peak. Sistem perebusan triple peak banyak digunakan, selain berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat. 1. Sterilizer Single Peak waktu Sumber : Naibaho, (1996) Gambar 1. Sistem Perebusan Single Peak (SPSP) Proses perebusan yang dilakukan hanya satu tahap. Uap masuk sesuai dengan waktu yang ditentukan, sampai tercapai tekanan konstan dan kemudian turun, dan uap dibuang dari ruang perebusan. 23

20 tekanan uap kg/cm2 tekanan uap kg/cm2 2. Sterilizer Double Peak waktu Sumber : Naibaho, (1996) Gambar 2. Sistem Perebusan Double Peak (SPDP) Proses perebusan dilakukan dengan dua tahap pemasukan uap, demikian juga dengan dua tahap pembuangan kondensat (uap air). 3. Sterilizer Tripple Peak Proses perebusan dilakukan dengan tiga tahap pemasukan uap, demikian juga dengan tiga tahap pembuangan kondensat (uap air). Proses ini digambarkan sebagai berikut waktu Sumber : Naibaho, (1996) Gambar 3. Sistem Perebusan Tripple Peak (SPTP) 24

21 Dari ketiga sistem diatas, sistem yang paling baik yaitu Sistem Perebusan Tripple Peak (SPTP). Dari pengalaman, diketahui bahwa untuk merebus dengan tekanan uap 3 bar (3,06 kg/cm 2 ) selama 25 menit akan memberikan hasil yang sama seperti merebus dengan tekanan uap 1,5 bar selama 55 menit. Dari pengalaman ini, bisa dilihat bahwa semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat pula waktu perebusan. Tekanan yang tinggi dengan sendirinya memberikan temperatur yang tinggi. Temperatur yang terlalu tinggi dapat dapat merusak kualitas minyak dan inti sawit. Pada minyak sawit juga harus diperhatikan tingkat pemucatannya. Oleh karena itu, inti sawit yang diperoleh harus berwarna putih. Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm 2 dan waktu antara menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan. Selain itu, pada proses perebusan juga perlu dilakukan pengurasan udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Pengurasan udara dilakukan pada saat awal proses perebusan, dimana uap dimasukkan melalui kran pemasukan (inlet valve), sedangkan kran pengeluaran dibiarkan terbuka. Pengurasan lainnya dilakukan saat tekanan mencapai puncak pertama pada tekanan sekitar 2,3 bar dan pada puncak kedua dengan tekanan sekitar 2,5 bar. Setelah pengurasan puncak kedua selesai, uap dimasukkan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 bar dan dipertahankan terus selama beberapa lama sesuai kebutuhan. 25

22 tekanan uap (bar) berikut. Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan normal sebagai 13 menit pemasukan uap pertama dari 0-2,3 bar, termasuk menguras udara 2 menit. 2 menit pembuangan uap pertama sampai tekanan menjadi menit pemasukan uap kedua kali sampai tekanan 2,5 bar. 2 menit pembuangan uap kedua kali sampai tekanan menjadi menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8 bar. 43 menit tekanan uap ditahan pada 2,8 bar. 5 menit pembuangan akhir uap sampai tekanan menjadi waktu (menit) Sumber : Pahan, (2008) Gambar 4. Grafik rebusan dengan sistem tripple peak 26

23 Tabel 2. Posisi valve selama proses perebusan Step Posisi Valve O : Open (buka) S : Stop (tutup) REMARKS Inlet Exhaust Condensate 1 O S O Deaeration 2 O S S Awal Peak 1 3 S O O Akhir Peak 1 4 O S S Awal Peak 2 5 S O O Akhir Peak 2 6 O S S Awal Peak 3 7 S S O Condensate 8 O S S Steaming 9 S S O Condensate 10 O S S Steaming 11 S S O Condensate 12 O S S Steaming 13 S O O Akhir Peak 3 Sumber : Dolok POM PT. PP London Sumatera,Tbk, (2015) Kebutuhan pemakaian uap selama perebusan dan pengolahan dinyatakan sebagai kebutuhan uap rata-rata untuk pengolahan dan perebusan, yaitu 450 kg per ton TBS dengan rincian 270 kg uap untuk perebusan dan 180 kg untuk proses pengolahan lainnya. Kebutuhan uap untuk mencapai puncak setiap siklus jauh lebih tinggi daripada kebutuhan uap rata-rata. Dari hasil percobaan, ternyata untuk mencapai puncak dibutuhkan sekitar 800 kg uap per ton TBS. Namun, kebutuhan uap yang besar ini hanya berlangsung sekitar 3-4 menit saja, tetapi pada saat tertentu bisa mencapai 6-10 menit, tergantung dari tekanan uap yang tersedia. (Pahan, 2008) 27

24 g. Trouble shooting 1. Tekanan rebusan <2,8 bar kemungkinan disebabkan karena : - Jarak terlalu jauh/banyak tahanan antara BPV dan rebusan sehingga selisih tekanan antara BPV dan rebusan >0,2 bar - Banyak kebocoran steam di rebusan atau pada pipa dari BPV menuju instalasi - Terlalu banyak pemakaian steam untuk instalasi diluar rebusan - Tekanan uap dari Boiler <19 bar sehingga tekanan di BPV harus diturunkan 2. Kandungan minyak dalam air kondensat yang lebih tinggi dari norma (>0,50% terhadap contoh) kemungkinan disebabkan karena : - Buah restan dicampur buah segar dalam satu perebusan - Holding time terlalu lama - Buah banyak terluka/memar akibat sering terbanting atau brondolan terlindas kendaraan - Pembuangan air kondensat tidak tuntas 3. Kandungan minyak dalam tandan kosong diatas norma (>0,39% terhadap TBS) karena : - Buah banyak terluka/memar akibat sering terbanting atau brondolan terlindas kendaraan - Waktu perebusan atau holding time yang terlalu lama - Buah terlalu banyak/menumpuk di Auto feeder 28

25 4. Brondolan lekat dalam tandan kosong diatas norma (>0,16% terhadap TBS) kemungkinan akibat : - TBS belum memenuhi kriteria matang panen - Perebusan yang terlalu singkat - Buah masak terlalu lama tidak dituang ke Auto Feeder sehingga kondisinya dingin - Air kondensat masih tersisa dalam rebusan - Proses rebusan yang kurang sempurna 5. Ada air kondensat yang keluar pada saat pintu rebusan dibuka/mengeluarkan buah masak - Strainer kondensat tumpat atau diameter lubang strainer lebih kecil dibandingkan dengan diameter pipa kondensat - Tidak dilakukan pembuangan kondensat pada saat holding time puncak ketiga - Posisi blowdown silencer lebih tinggi dibandingkan rebusan - Diameter pipa buangan kondensat terlalu kecil 6. Buah terlalu lama menunggu untuk dituang ke Auto feeder (maksimum 3 lori/line sebelum keluar buah masak berikutnya) - Pemakaian jumlah rebusan terlalu banyak (untuk kapasitas olah 30 ton/jam >2 buah dan kapasitas 60 ton/jam >4 buah) - Stagnasi setelah instalasi rebusan 29

26 7. Jumlah buah di Auto feeder terlalu banyak/menumpuk - Interval penuangan buah masak ke Auto feeder tidak konsisten setiap 5 menit (PTPN IV, 2010) 3) Pengeluaran lori dari sterilizer Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam sterilizer dengan membuka pintu rebusan secara perlahan-lahan, agar packing door lebih aman. Setelah itu lori ditarik menggunakan tali, bersamaan dengan pemasukan buah yang akan direbus. 4) Penebahan buah Buah rebus dari sterilizer diangkat dengan hoisting crane atau melalui tipper dituangkan ke dalam theresher melalaui hopper yang berfungsi untuk menampung buah rebus, kemudian autofeeder akan mengatur peluncuran buah agar tidak masuk sekaligus. Penebahan buah dilakukan dengan membanting buah dalam drum berputar dengan putaran (23-25 rpm). Buah lepas akan masuk melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit elevator untuk didistribusikan ke setiap unit digester oleh distributing conveyor. Selanjutnya, tandan kosong melalui empty bunch conveyor dibawa ke incenerator atau ke empty bunch hopper. 5) Pelumatan buah Buah yang masuk ke dalam digester disebut dengan material passing to digester (MPD), diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah 30

27 sudah terlepas dari biji. Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efektivitas pelumatan pisau digester. Suhu massa digester harus selalu dipertahankan pada C. 6) Pengempaan buah Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan cone bar manggunakan air pengencer screw press bersuhu C sebanyak 15-20% TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter kemudian dialirkan oil gutter ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan menggunakan cake breaker conveyor untuk mempermudah pemisahan biji dan serat. 7) Klarifikasi minyak sawit a. Pemisahan pasir Minyak yang keluar dari screw press melalui oil gutter dialirkan ke dalam sand tank dengan tujuan untuk mengendapkan pasir. b. Penyaringan bahan padat Crude oil yang telah diencerkan di alirkan ke vibrating screen yang berukuran mesh untuk memisahkan bahan asing seperti pasir, serabut, dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke 31

28 digester. Untuk mengetahui ketepatan penambahan air pengencer, setiap dua jam sekali diambil sampel crude oil sebelum masuk vibrating screen. Selanjutnya, menggunakan hand centrifuge (electric centrifuge) dapat diketahui komposisi, minyak, NOS (non-oily solid), dan air. Komposisi yang tepat diperoleh jika perbandingan minyak dan sludge 1:2 (konvensional) dan jika dengan decanter perbandingan minyak dan sludge 1:1. Minyak kasar yang telah disaring dialirkan ke dalam crude oil tank dan suhu dipertahankan C, selanjutnya crude oil dipompa ke settling tank. c. Pemisahan minyak dengan Sludge Settling Tank/ Clarifier Tank Fungsi settling tank adalah untuk mengendapkan sludge (minyak kotor atau lumpur) yang terkandung dalam crude oil. Temperatur minyak dalam settling tank harus dipertahankan C. Minyak yang berada di lapisan atas dikutip dengan bantuan skimmer ke oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung minyak dialirkan ke sludge tank. Secara periodik, sesuai kondisi masing-masing pabrik, sludge dan pasir di dasar bejana harus dibuang (flushed out) agar pemisahan minyak dapat berjalan dengan baik. d. Pemurnian minyak (Oil Purifier) Fungsi oil purifier adalah untuk memisahkan sludge yang melayang (emulsi) dalam minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak sehingga kadar kotoran minyak produksi menjadi <0,02%. Suhu minyak dalam oil purifier 32

29 90-95 C. Selanjutnya, minyak dari oil purifier dimasukkan ke dalam vacuum oil dryer. e. Pengeringan minyak (Oil dryer) Minyak dari oil purifier dengan suhu C dipompa ditampung dalam float tank untuk seterusnya diisap oleh vacuum dryer. Di bawah pelampung terpasang toper spindle untuk mengatur minyak yang disalurkan ke dalam bejana vacuum dryer sehingga kehampaan dalam vacuum dryer tetap terkendali (<50 TORR). Selanjutnya, melalui nozzle minyak akan disemburkan ke dalam bejana sehingga penguapan air menjadi lebih sempurna. Untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana, digunakan float valve di bagian bawah bejana. f. Penimbunan minyak produksi Minyak yang terkumpul didasar bejana akan disalurkan ke pompa di lantai bawah, selanjutnya di pompakan ke tangki timbun. Pada tangki timbun secara periodik dilakukan pengurasan mengikuti prosedur pencucian tangki. Suhu penyimpanan hendaknya C. 8) Pengolahan sludge a. Sand Cyclone Sludge dari sludge tank sebelum dimasukkan ke sludge separator dipompakan ke sand cyclone. Di tempat ini pasir halus akan terpisah oleh gaya 33

30 sentrifugal. Pasir halus yang berhasil dipisahkan kemudian di blow down secara berkala. Sand cyclone berfungsi dengan baik jika perbedaan tekanan inflow dan outflow sludge 2 bar. Untuk memisahkan atau mengambil minyak yang masih terkandung pada sludge, sludge diproses pada sludge separator. b. Pemisahan lumpur (Sludge Separator) Cairan sludge yang telah melalui precleaner dimasukkan ke dalam sludge separator untuk dikutip minyaknya. Akibat gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju poros dan mendorong keluar melalui sudusudu (disc) ke ruang pertama tangki pisah (settling tank). Cairan dan ampas yang memiliki berat jenis lebih berat dari minyak terdorong ke bagian bowl dan keluar melalui nozzle. Padatan yang menempel pada dinding bowl dicuci secara manual atau otomatis. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan. 1. Suhu sludge dijaga C. 2. Penggunaan air untuk balancing harus menggunakan air panas dengan suhu C dengan besar aliran pada gelas duga (alfa laval) atau berpedoman pada pelampung (westfalia). 3. Pembebanan baru dapat dilaksanakan setelah mesin berputar normal dengan menghitung petunjuk putaran (revolution counter). 4. Pencucian bowl dilakukan secara periodik sesuai dengan kebutuhan. 5. Pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh dilaksanakan setiap hari. 34

31 c. Penampungan limpahan minyak (Preclaim Oil Tank) Endapan-endapan dari clarifier tank, oil tank, dan sludge tank yang di-drain setiap pagi sebelum diolah, ditampung di dalam tangki penampungan limpahan minyak. Demikian juga minyak kutipan dari bak penampungan sludge (fat pit), jika ALB (asam lemak bebas) masih memenuhi syarat. Untuk pemanasan, tangki ini dilengkapi dengan sistem pemanas uap injeksi. Minyak yang terapung di bagian atas dialirkan ke clarifier tank, sedangkan lumpur pekat dibuang ke bak penampung sludge, yaitu fat pit. Pembersihan dan pemeriksaan keseluruhan dilakukan seminggu sekali. d. Pengutipan minyak parit (fat pit) Fat pit dipergunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi. Minyak yang terkutip akan dipompa ke preclaim oil tank. Pembersihan bak dan pemeriksaan dilakukan setiap satu bulan. E. Kehilangan Bahan Baku Proses (losses) Rendemen dengan kehilangan (losses) punya hubungan yang sangat erat, sehingga menimbulkan kesan bahwa bila losses rendah maka rendemen akan tinggi, begitu pula sebaliknya. Sebenarnya ada beberapa kehilangan (losses) yang terdapat pada proses pengolahan di PKS, yaitu : a. Losses minyak (CPO) dan losses inti 35

32 b. Losses kapasitas dan waktu c. Losses daya dan panas d. Losses penggunaan bahan utilitas pendukung, dan e. Losses tenaga kerja Meskipun ada sedemikian banyaknya losses yang terdapat di PKS namun senantiasa yang diamati hanyalah losses minyak (CPO) dan inti saja. Apabila kita tinjau ulang dari pesengertian losses adalah kehilangan yang terjadi selama proses pengolahan. Kehilangan (losses) ini ada yang masih dapat di kutip kembali dan dianalisa persentasenya serta ada yang tidak dapat dikembalikan dan dianalisa persentase kehilangannya. Dibawah ini terdapat beberapa jenis losses yaitu: a. Losses wajar Losses wajar adalah kehilangan yang terjadi karena pengutipan minyak dan inti mungkin dapat dilakukan 100% terkutip secara sempurna, tentunya ada efisiensi pengutipan yang telah ditetapkan. b. Losses tidak wajar Losses tidak wajar adalah kehilangan yang terjadi disebabkan terjadinya sesuatu yang kurang tepat dalam proses pengolahan. Baik itu sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. c. Losses jinak Losses jinak adalah kehilangan yang sudah dikenal dan diketahui dan biasanya dapat dikendalikan, yaitu losses yang sudah dikenal dan terdaftar didalam daftar laporan laboratorium di PKS. 36

33 d. Losses liar Losses liar adalah kehilangan yang tidak dikenal didalam daftar losses tetapi kehilangan ini sering terjadi dan merupakan losses yang tidak dapat diperkirakan. e. Losses insidentil Losses insidentil adalah kehilangan yang terjadi secara tiba tiba pada saat proses pengolahan berjalan dan losses ini tidak berlangsung terus menerus. Pada umumnya hampir semua losses dapat dikendalikan, terutama yang terdaftar dalam daftar laporan jurnal laboratorium dalam pengolahan PKS. Dalam kenyataan dilapangan pengendalian dan minimalisasi terjadinya losses ini dapat dilakukan dengan perbaikan kinerja pada proses pengolahan di PKS yang berkesinambungan dapat dilakukan denga mencari, menemukan, dan menerapkan sistem kinerja proses yang sesuai dengan kondisi PKS tersebut, sehingga akan diperoleh losses yang paling rendah, bahkan jauh lebih rendah dari norma yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen PKS tersebut, sehingga terciptalah suatu pengendalian dan minimalisasi losses yang efektif dan efisien. (sumber: H.Ir. Surya Dharma,2007). F. Pengambilan Sampel Angka Kehilangan (Losses) Minyak Sawit Angka kehilangan/kerugian minyak sawit adalah banyaknya minyak yang tidak terambil pada alir proses pengolahan yang masih terkandung dalam produksi dan terbuang sebagian ke Boiler sebagai bahan bakar sedangkan sebagian lainnya terbawa aliran air buangan keluar dari areal pabrik menuju kolam limbah ataupun ke badan air. 37

34 Analisa kehilangan minyak sawit bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kandungan minyak sawit yang terbuang agar berada dalam batas norma terhadap TBS. 1. Tandan kosong (Empty Bunch) adalah buah sawit yang telah direbus dan dirontokkan brondolannya di stasiun bantingan (Thresher) - Sampel diambil pada transportasi tandan kosong menuju penimbunan tandan kosong. - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 5 tandan dan kumpulkan pada tempat yang telah disediakan. - Kumpulkan sampel tandan kosong dianalisa setiap akhir shift terhadap parameter kadar buah lekat tandan, kadar air, minyak dan NOS. - Hasil setiap shift dirata-ratakan sebagai angka kehilangan minyak sawit dalam tandan kosong dan angka ini juga dipakai untuk penentuan angka kehilangan inti sawit dalam tandan kosong. 2. Ampas presan adalah daging buah (Pericarp) dari brondolan yang telah dikeluarkan minyaknya pada stasiun presan (Press). - Sampel diambil pada corong pengeluaran massa presan (Press cake) menuju ularan pemecahan massa (Cake Breaker Conveyor) - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 1 kg tiap presan yang beroperasi dan kumpulkan pada wadah yang telah disediakan. 38

35 - Kumpulkan sampel tiap presan pada akhir shift diaduk merata dan dibagi menjadi 4 (empat) bagian yang sama (kuartener) 2 (dua) bagian sisi berhadapan disatukan kemudian diaduk kembali agar merata dan dibagi kembali secara kuartener. Demikian seterusnya sampai diperoleh 2 (dua) bagian sisi berhadapan yang disatukan dengan berat 1 kg sebagai sampel untuk selanjutnya dilakukan analisa terhadap parameter kadar biji pecah dalam ampas presan, kadar air, minyak, dan NOS. - Hasil rata-rata setiap shift dirata-ratakan sebagai angka kehilangan/kerugian minyak dalam ampas presan harian. 3. Biji (Nut) adalah biji hasil pemisahan massa ampas presan di Depericarper dan telah dibersihkan dalam drum pengkilat biji (Polishing Drum). - Sampel diambil pada timba biji (Nut Elevator) menuju silo biji (Nut Drier) - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 1 kg dan kumpulkan pada wadah bertutup yang telah disediakan - Kumpulkan sampel pada akhir shift diaduk merata dan dibagi menjadi 4 (empat) bagian yang sama (kuartener) 2 (dua) bagian sisi berhadapan disatukan kemudian diaduk agar merata dan dibagi kembali secara kuartener. Demikian seterusnya sampai diperoleh 2 (dua) bagian sisi berhadapan yang disatukan dengan berat 1 kg sebagai sampel untuk selanjutnya dianalisa terhadap parameter kadar air, minyak dan NOS dalam sampel biji 39

36 - Hasil setiap shift dirata-ratakan sebagai angka kehilangan/kerugian minyak dalam biji harian 4. Sludge buangan adalah cairan yang keluar dari bak pengutipan minyak terakhir menuju kolam unit pengendalian limbah atau langsung dibuang ke aliran badan air. - Sampel diambil pada aliran bak pengutipan minyak terakhir keluar areal pabrik - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 200 ml dan kumpulkan pada wadah botol yang bersih dan tertutup - Kumpulkan sampel pada akhir shift dikocok/diaduk merata untuk dianalisa terhadap parameter kadar air, minyak, dan NOS dalam sampel sludge buangan - Hasil setiap shift dirata-ratakan sebagai angka kehilangan/kerugian minyak dalam sludge buangan harian Catatan : Guna memonitor operasional instalasi dalam proses pengolahan, diperlukan data analisa angka kehilangan minyak sawit dalam sampel namun tidak termasuk dalam perhitungan total kehilangan/kerugian minyak sawit terhadap TBS, yaitu : 5. Sludge CST (Continuous Settling Tank) adalah massa lumpur bercampur minyak yang dihasilkan oleh CST pada proses pemisahan fraksi minyak dan 40

37 lumpur yang akan dikutip kembali minyaknya dengan memakai alat Sludge Separator. - Sampel diambil pada aliran sludge keluar CST menuju Sludge Tank - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 200 ml dan kumpulkan dalam wadah botol yang bersih dan bertutup - Kumpulkan sampel dianalisa setiap akhir shift terhadap kadar air, minyak dan NOS 6. Air rebusan (condensate) adalah cairan yang berasal dari kandungan air di TBS yang menguap karena pemanasan dan pengembunan uap yang dipergunakan saat perebusan buah sawit - Sampel diambil pada aliran air rebusan yang keluar dari rebusan menuju bak pengutipan minyak (fat pit) - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 200 ml dan kumpulkan dalam wadah botol yang bersih dan bertutup - Kumpulkan sampel dianalisa setiap akhir shift terhadap kadar air, minyak dan NOS 7. Sludge ex Sludge Separator adalah massa lumpur bercampur air dari sludge separator - Sampel diambil pada aliran air sludge yang keluar dari separator menuju bak pengtipan minyak (fat pit) 41

38 - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 200 ml dan kumpulkan dalam wadah botol yang bersih dan bertutup - Kumpulkan sampel dianalisa setiap akhir shift terhadap kadar air, minyak dan NOS 8. Sludge Fat pit adalah sludge (massa lumpur bercampur air) keluar dari bak fat pit - Sampel diambil pada aliran air sludge yang keluar dari fat pit menuju kolam pengutipan minyak terakhir (Deoiling Pond) - Frekuensi pengambilan setiap 2 jam sebanyak 200 ml dan kumpulkan dalam wadah botol yang bersih dan bertutup - Kumpulkan sampel dianalisa setiap akhir shift terhadap kadar air, minyak dan NOS 9. Kattekopen (Unstreap Bunch) Yaitu tandan buah yang masih mengandung sedikitnya 5% brondolan lekat dalam tandan kosong dan harus dilakukan rebus ulang - Diamati pada transportasi tandan kosong menuju hopper tandan kosong - Frekuensi perhitungan setiap 3 jam terhadap 200 tandan kosong yang lewat Kattekopen (%) = x jumlah kattekopen, (PTPN IV, 2010) 42

39 Tabel 3. Standard toleransi losses (kehilangan) minyak sawit Parameter Standard Losses Terhadap Sludge akhir Fatfit/Deoiling Pond Ampas kempa Tandan kosong Buah ikut tandan kosong Biji ampas kempa Sludge centrifuge (contoh) Air rebusan (contoh) Kenaikan ALB Pabrik Contoh 0,50 3,90 1,85 2,50 0,80 0,60 maks 0,50 maks 0,30 maks TBS 0,30 0,55 0,39 0,16 0, Total Kehilangan Minyak Terhadap TBS Sumber : PTPN IV, (2009) - 1,50 maks G. Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Pada kondisi tekanan 1,5 2 kg/cm 2 waktu 70 menit dan suhu 130 C terjadi kehilangan minyak di air kondensat <0,7% terhadap contoh. Namun pada kondisi kerja seperti ini perebusan tandan buah segar belum mencapai hasil yang optimal, karena semua brondolan buah belum matang terutama bagian dalamnya sehingga akan menganggu proses pengolahan selanjutnya. Seperti, buah tidak dapat terpipil di stasiun stipper dan proses pengempaan di screw press tidaklah sempurna. Selain itu, pemisahan cangkang dan kernel sangat susah, sehingga mengakibatkan kerugian pada inti sawit karena masih banyak inti yang melekat pada cangkang. Pada kondisi tekanan 3,5 kg/cm 2 waktu 110 menit dan suhu 130 C terjadi kehilangan minyak di air kondensat 1,9%. Pada kondisi kerja seperti ini, minyak banyak terserap dalam tandan kosong dan jumlah minyak yang terikut ke fat pit 43

40 sangatlah besar. Selain itu, minyak menjadi gosong dan sulit untuk dipucatkan (bleached) pada proses berikutnya sehingga akan menurunkan mutu minyak yang dapat dilihat dengan adanya penurunan Deterioration Of Bleachability Index (DOBI). Pada kondisi tekanan 3 kg waktu 90 menit dan suhu 130 C, untuk proses perebusan dengan sistem tiga puncak, kehilangan minyak di air kondensat telah melewati batas normal yaitu sebesar 0,7 % namun perebusan telah mencapai hasil yang optimum dan sempurna yaitu brondolan sudah dilepas dari tandannya. Hal ini dapat dilihat pada proses selanjutnya dimana buah akan mudah terpipil, pengempaan pada screw press sempurna sehingga kehilangan minyak pada stasiun ini semakin kecil. Selain itu minyak dapat mudah dipucatkan dan menghasilkan minyak yang kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) rendah sehingga dapat menghasilkan meningkatnya rendemen minyak. Pada proses pemisahan cangkang dan kernel pada conveyor juga semakin mudah. Dengan demikian keuntungan pada perusahaan semakin besar. Inilah sebabnya pabrik pengolahan kelapa sawit menggunakan tekanan 2,8 3 kg/cm 2, waktu menit pada suhu antara C untuk merebus tandan buah segar. ( Harisandi, 2008) H. Data Kualitatif dan Kuantitatif 1) Data kualitatif Data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka. Data ini biasanya menjelaskan karakteristik atau sifat. Sebagai contoh : 44

41 kondisi barang (jelek,sedang,bagus), pekerjaan (petani,pengusaha,pedagang), tingkat kepuasan ( tidak puas, puas, sangat puas), dll. Data kualitatif terdiri dari data nominal dan ordinal. 2) Data kuantitatif Data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Merupakan hasil dari perhitungan dan pengukuran. Data kuantitatif terdiri dari data interval dan rasio. ( 3) Perbedaan metode kualitatif dan kuantitatif a. Berdasarkan jenis data Berdasarkan jenis datanya metode kulitatif jenis datanya adalah data kualitatif sedangkan metode kuantitatif jenis datanya adalah data kuantitatif. Data (yang bersifat) Kualitatif merupakan data yang dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu obyek (subyek) yang bersangkutan. Berbeda dari data kuantitatif yang bersifat numerik, data kualitatif bersifat nonnumerik (kata-kata deskriptif). b. Berdasarkan tujuan Berdasarkan tujuannya penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Metodologi penelitian yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model 45

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses II.TINJAUAN PUSTAKA A. Perebusan Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kelapa Sawit Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia sekarang ini merupakan tanaman asli Afrika Barat (Geunia) yaitu jenis Elais Geunensis Jacq. Ada jenis tanaman kelapa sawit yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT Istianto Budhi Rahardja Muhammad Sopyan Abstrak Pabrik pengolahan kelapa sawit dalam memperoleh

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit Salah satu dari tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI 3.1 Uraian Proses Tandan buah segar (TBS yang akan diolah menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) dan kernel (kernel palm Oil/ KPO) pada PT. perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan Penanggung Jawab Jenis Kegiatan : PT Arus Putra Maju : Sdr. Dudik Iskandar : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Lokasi Kegiatan : Desa

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Sejarah perkebunan kelapa sawit Kelapa sawit (Elacis guineensis jascg) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan baker (biodisel).

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

2. Memberikan informasi dan masukan mengenai penggunaan suhu dan tekanan

2. Memberikan informasi dan masukan mengenai penggunaan suhu dan tekanan 1. Menerapkan teori yang telah dipelajari selama masa kuliah terhadap masa produksi industri dalam skala besar. 2. Memberikan informasi dan masukan mengenai penggunaan suhu dan tekanan yang efisien pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan diindonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek agroindustri perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari semakin luasnya lahan tanam yang ada. Luas lahan yang sudah ditanami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asal-usul Kelapa Sawit Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun adapula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal

Lebih terperinci

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

!  # $ % % & # ' #  # ( % $ i ! " $ & ' " ( $ i !" ) " " * ' " ' ' ' ' ' ' + ' ", -, - 1 ) ". * $ /0,1234/004- " 356, " /004 "/7 ",8+- 1/3 /0041/4 /009) /010 400 /6 $:, -,) /007- ' ' ",-* " ' '$ " " ;" " " 2 " < ' == ":,'- ',""" "-

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengolahan Hasil Panen Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik.pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. Perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spesifikasi Biji Jarak Pagar Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) dikenal sebagai jarak pagar. Menurut Hambali et al. (2007), tanaman jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan BAB II LANDASAN TEORI II.1 SUHU DAN TEKANAN II.1.1 Pengertian Suhu Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam

Lebih terperinci

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Agus Suandi, Nurul Iman Supardi, Angky Puspawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan serta beberapa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT. Perkebunan Sumatera Utara pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stasiun Kempa Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian Thresher kemudian terjadi pemisahan antara buah dengan tandan. Buah yang keluar dari Thresher

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya dari Brasilia. Di Brasilia tanaman ini tumbuh secara liar atau setengah liar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit Crude Palm Oil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN 39 ANALISIS LOSSES PADA NUT AND KERNEL STATION MELALUI PROSES PENDEKATAN DISETIAP PERALATAN Andryas Meiriska Syam 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Nuraeni Dwi Dharmawati 2)

Lebih terperinci

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN Joto Wahyudi 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Hermantoro 2) Jurusan Teknik Pertanian, Progam Khusus Sarjana Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Digester Digester sering disebut ketel adukan yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa di screw

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN PENGARUH PROSES PENGOLAHAN TERHADAP MUTU CRUDE PALM OIL (CPO) YANG DIHASILKAN DI PTPN IV PKS ADOLINA PERBAUNGAN-MEDAN TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN 052409076 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sawit dan Inti Sawit 2.1.1 Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

Lebih terperinci

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kelapa Sawit Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal perkebunan. Karena Mucuna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit I. PENDAHULUAN I.I Latar belakang Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang pendidikan pada Program Akademik Di Politeknik Pertanian Universitas

Lebih terperinci

4.3.10. Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus:

4.3.10. Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus: 108 4.3.10. Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen Tujuan Intruksional Khusus: Setelah mengikuti course content ini mahasiswa dapat menjelaskan kriteria, komponen dan cara panen tanaman semusim dan tahunan

Lebih terperinci

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM i LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN, BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: SUSI SUGIARTI NIM.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.

TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH ADILLA PRATIWI SIMANJUNTAK 062409039 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak nabati Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci