VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PT. FLORIBUNDA

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM PT. FLORIBUNDA

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL USAHA TANAMAN HIAS PAKIS PT. FLORIBUNDA

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat dikarenakan dampak globalisasi

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB 14 SUMBER DAYA DAN KEMAMPUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Produk Tanaman Hias di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

JUDUL KEGIATAN WIRAUSAHA PENJUALAN TANAMAN OBAT SEBAGAI ORNAMENTAL HERBS

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

Transkripsi:

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PT. FLORIBUNDA Lingkungan bisnis perusahaan akan mempengaruhi bisnis yang dijalankan perusahaan. Perubahan lingkungan, baik lingkungan makro seperti adanya globalisasi, perkembangan teknologi, dan kepedulian masyarakat maupun lingkungan persaingan turut menentukan dalam pengambilan kebijakan. Keselarasan antara kompetensi perusahaan dengan lingkungan diperlukan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Bentuk keselarasan tersebut akan terlihat dalam pengambilan keputusan strategis. Analisis terhadap lingkungan bisnis tanaman Pakis PT. Floribunda akan menghasilkan faktor-faktor strategis yang digunakan dalam menyusun strategi pengembangan usaha. Analisis tersebut terbagi menjadi dua aspek, yakni lingkungan bisnis internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut terdiri atas kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman. 6.1 Analisis Internal PT. Floribunda Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi itu sendiri dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Kajian mengenai lingkungan internal PT. Floribunda meliputi analisis mengenai sumberdaya, kapabilitas dan kompetensi inti yang dimiliki perusahaan. 6.1.1 Sumberdaya (resource) Sumberdaya PT. Floribunda dapat diklasifikasikn menjadi 3 jenis, yakni sumber daya terukur (tangible), sumber daya yang tidak dapat terukur (intangible), dan sumberdaya manusia (SDM). 6.1.1.1 Sumberdaya Terukur (Tangible) Sumberdaya terukur merupakan sumberdaya yang terlihat atau berwujud serta mudah diidentifikasi dan dievaluasi. Sebagai sebuah perusahaan, PT. Floribunda memiliki sumberdaya untuk menunjang kegiatan usaha. Sumberdaya tersebut antara lain: 59

a. Lahan Lahan didefinisikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan usaha. Saat ini PT. Floribunda mengusahakan total lahan seluas 2 ha yang keseluruhannya telah dimanfaatkan. Dari total luas lahan tersebut, luasan lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya 82 jenis tanaman hias adalah 70 persen atau seluas 1,4 Ha. Lahan seluas 0,6 Ha atau sebesar 30 persen luas total digunakan untuk budidaya enam jenis Pakis saja. Bila dibandingkan dengan total luas lahan budidaya 76 jenis tanaman hias lain, maka tanaman Pakis mendapat proporsi yang lebih besar untuk luas lahan. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengembangkan bisnis Pakis, terutama untuk meraih peluang permintaan ekspor dan potensi permintaan dalam negeri. Lahan seluas 0,6 Ha yang digunakan untuk budidaya Pakis dirasakan tidak mendukung pengembangan bisnis perusahaan. Keterbatasan lahan merupakan salah satu penyebab terbatasnya kapasitas produksi enam jenis Pakis yang diusahakan PT. Floribunda. Selain itu, lahan juga salah satu penghambat bagi pengembangan produksi varietas Pakis potensial lainnya. Tabel 16. Pemanfaatan Lahan Pada PT. Floribunda No Keterangan Luas Lahan Persentase (Ha) (%) 1 Lahan Budidaya Tanaman Hias (Selain Pakis) 0,8 40 2 Lahan Budidaya Tanaman Pakis 0,6 30 3 Penyimpanan Koleksi Plasma Nutfah 0,1 5 4 Lahan Kegiatan Agrowisata 0,4 20 5 Show Room dan Administrasi 0,1 5 TOTAL 2 100 b. Sarana dan Prasarana Untuk menunjang usaha, PT. Floribunda memiliki beberapa sarana dan prasarana. Berdasarkan fungsinya, maka sarana dan prasarana yang dimiliki PT. Floribunda dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain sarana dan prasarana produksi, distribusi dan administrasi. Sarana dan Prasarana yang dimiliki PT. Floribunda terlihat pada Tabel 17. 60

Kegiatan produksi didukung oleh sarana dan prasarana yang berkondisi baik. Namun demikian, sarana dan prasarana yang ada saat ini belum menunjang bagi pengembangan usaha. Pertama, untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan ekspor yang berjumlah besar, dibutuhkan sarana dan prasarana dengan jumlah besar. Ketidakmampuan PT. Floribunda dalam berproduksi sejumlah permintaan juga disebabkan jumlah sarana dan prasarana yang kurang menunjang. Kedua, kegiatan produksi masih menggunakan peralatan sederhana yang kurang menunjang perbanyakan bibit secara masal dan menjadi penghambat bagi PT. Floribunda mengembangkan jenis baru tanaman Pakis yang potensial diterima pasar. Ketiga, perusahaan perlu mengetahui kondisi tumbuh yang paling sesuai untuk Pakis. Pakis tumbuh opimal dengan 45 persen cahaya masuk, namun saat ini perusahaan menggunakan paranet yang menutup 60 persen cahaya masuk. Tabel 17. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki PT. Floribunda Tahun 2010 No Bidang Jenis 1. Produksi Spesialisasi Ruang Produksi (ruang pembuatan pupuk dan media, ruang pembibitan, ruang pembesaran (kantong 10 cm) 20 unit saung dengan paranet 60 persen Peralatan pertanian sederhana (cangkul, arit, ember) Instalasi listik dan irigasi 2. Usaha Non produksi Ruang pelatihan dan seminar Penginapan Perlengkapan bisnis agrowisata (meja, kursi, white board, dan alat tulis) Dapur 3. Distribusi 1 unit mobil dengan cold storage 4. Administrasi Bangunan kantor Peralatan dan perlengkapan kantor Instalasi listrik, telepon dan faximile Kegiatan administrasi dan keuangan terpusat pada kantor PT. Floribunda yang terletak di wilayah Jakarta. Pemilihan lokasi kantor dilakukan secara sengaja untuk memudahkan transaksi dan komunikasi dengan konsumen yang mayoritas berasal dari Jakarta dan daerah sekitarnya. Sarana dan Prasarana administrasi 61

berada pada kondisi baik dan mampu menunjang pengembangan bisnis Pakisnya. Sarana dan prasarana distribusi berada dalam kondisi baik dan mampu menunjang usaha. Mobil yang dilengkapi cool storage dapat menjaga kesegaran dan kualitas tanaman hingga sampai ke tangan konsumen. 6.1.1.2 Sumberdaya Tidak Terukur (Intangible) Sumberdaya tidak terukur merupakan sumberdaya yang tidak terlihat dan sulit diidentifikasi atau dievaluasi. Sumberdaya tidak terukur yang dimiliki PT. Floribunda, antara lain: a. Daya Kreatifitas Untuk Memproduksi Jenis Pakis Baru Kreatif berkaitan dengan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan yang berbeda dengan produk yang selama ini ada. Kemampuan dan keberanian untuk memfokuskan produksi pada tanaman lokal yang bukan merupakan tren pasar merupakan hasil daya kreatif yang dimiliki PT. Floribunda. Prinsip usaha tanaman hias yang dianut PT. Floribunda adalah menciptakan pangsa pasar baru dengan produk yang selama ini belum ada di pasar, salah satunya adalah tanaman Pakis jenis Kadaka. b. Reputasi (Performance) Dalam industri tanaman hias nasional, nama PT. Floribunda telah dikenal karena kemampuan dan konsistensinya. PT. Floribunda adalah salah satu pioneer pengembangan daun potong Pakis Kadaka di Indonesia. Reputasi baik yang didapatkan PT. Floribunda merupakan hasil konsistensi dalam produksi, pelayanan dan harga produk. Kegiatan produksi bertujuan mendapatkan produk yang berkualitas untuk menjaga kepercayaan konsumen. Kontinuitas produksi selalu dilakukan untuk dapat memenuhi permintaan. Perusahaan juga selalu menjaga konsistensi harga, untuk menjaga agar harga produk tidak jatuh di pasaran. 6.1.1.3 Sumberdaya Manusia (Human Resources) Sumberdaya manusia yang dimiliki Floribunda terdiri atas tiga level. Level pertama adalah pemilik sekaligus pengelola. Pemilik adalah pemegang kekuasaan mutlak sekaligus merupakan pengambil keputusan tunggal. Pemilik merupakan 62

memiliki wawasan luas dalam bidang tanaman hias dan memiliki keterampilan dalam bisnis. Pengalaman dalam memimpin juga telah teruji dengan menjadi ketua Asosiasi Pengusaha Bunga Indonesia (Asbindo). Level kedua adalah kepala bidang fungsional, yakni orang yang mengkoordinasikan pekerjaan dan bertanggung jawab terhadap bidang tertentu. PT. Floribunda membagi fungsi manajemennya ke dalam tiga bidang, yakni produksi, keuangan dan pemasaran. Tidak ada penunjukkan secara resmi untuk jabatan kepala bidang. Pemilihan dilakukan atas dasar kepercayaan pemilik dan kecakapan yang dimiliki. Ketiadaan supervisi ataupun manajer yang secara resmi memimpin fungsi manajemen merupakan pertimbangan pemilik yang masih sanggup menangani keseluruhan bisnis dan organisasi PT. Floribunda. Struktur perusahaan seperti ini lebih menghemat biaya, terutama terkait keterbatasan modal yang dimiliki oleh pemilik. Level terakhir adalah teknisi pelaksana kegiatan operasional. Teknisi keuangan berjumlah empat orang, dan pemasaran berjumlah empat orang. Bidang produksi membutuhkan paling banyak tenaga kerja, yakni 20 orang karyawan tetap dan enam orang tenaga kerja honorer. Tenaga kerja bidang keuangan dan pemasaran memiliki kualifikasi dalam bidang pertanian dan manajemen. Keseluruhan tenaga kerja keuangan dan pemasaran adalah lulusan perguruan tinggi. Tenaga kerja bidang produksi merupakan penduduk sekitar yang rata-rata merupakan lulusan SD dan SMP. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga kerja produksi masih rendah. Saat perekrutan, tenaga kerja belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk bekerja. Keterampilan dan pengetahuan pekerja akan meningkat seiring pengalaman dan latihan selama kerja. Perusahaan tidak memberikan pelatihan khusus kepada karyawan baru. Bentuk pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan tidak resmi, berupa arahan dan bimbingan dari karyawan senior kepada karyawan junior. Rendahnya tingkat kompetensi tenaga kerja level teknis produksi menjadi salah satu penyebab mengapa teknologi belum diterapkan pada perusahaan. Tenaga kerja PT. Floribunda mendapatkan beberapa insentif. Tenaga kerja keuangan dan pemasaran mendapat gaji tetap tiap bulan, sedangkan tenaga kerja 63

produksi menerima gaji tiap dua minggu. Bonus diberikan pada tenaga kerja produksi yang bekerja penuh selama satu minggu, yakni berupa gaji sebesar 2 hari kerja. Selain itu, terdapat beberapa tunjangan yang diberikan pemilik terhadap tenaga kerja produksi, antara lain tunjangan berupa sembako yang diberikan tiap bulan, tunjangan pendidikan bagi karyawan yang memiliki anak usia sekolah (hanya satu orang anak yang diberikan tunjangan), tunjangan kesehatan bila karyawan sakit, tunjangan hari raya (pada saat Lebaran), dan penyelenggaraan lomba saat hari kemerdekaan Republik Indonesia yang dilaksanakan khusus bagi tenaga kerja. Prinsip kerja yang dianut oleh PT. Floribunda adalah kekeluargaan dan keakraban. Situasi tersebut kemudian menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga para pekerja dapat bekerja secara optimal dan dapat mendukung pengembangan usaha. Komunikasi terjalin baik antara level pemilik, kepala bidang, dan anggotanya. Setiap dua minggu diadakan pertemuan pada lokasi bidang produksi, dan diadakan lomba-lomba pada 17 Agustus untuk mengakrabkan tiap pekerja. Komunikasi baik terkait dengan penyampaian informasi dari level atas pada tiap level di bawahnya. Saat informasi diterima dengan sempurna, maka organisasi bergerak pada arah yang disepakati bersama, sehingga dapat meminimalkan kesalahan pekerjaan. 6.1.2 Kapabilitas Analisis kapabilitas perusahaan dilakukan dengan pendekatan fungsional, yakni analisis terhadap fungsi-fungsi manajemen utama perusahaan, antara lain produksi, pemasaran, SDM dan keuangan. Fungsi manajemen PT. Floribunda terbagi menjadi tiga bidang, yakni produksi, keuangan dan pemasaran. Pembagian tiga bidang fungsional tersebut didasarkan atas pandangan pemilik mengenai apa yang paling dibutuhkan PT. Floribunda. 6.1.2.1 Produksi Kegiatan budidaya Pakis dilaksanakan secara sederhana tanpa menggunakan teknologi tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam manajemen produksi antara lain: 64

a. Bahan baku dan peralatan Budidaya tanaman Pakis membutuhkan input berupa media tanam, benih Pakis, pupuk dan obat-obatan. Selain itu diperlukan peralatan pertanian sederhana (cangkul, arit dan penyemprot obat-obatan), pot, dan kantong tanam. 1. Media tanam Media tanam untuk budidaya tanaman Pakis merupakan campuran antara kompos bambu, humus andam, limbah jamur, sekam dan cacahan sisa tanaman Pakis. Kompos bambu, humus andam dan sekam diperoleh melalui satu pemasok langganan di wilayah Cianjur. Sedangkan limbah jamur diperoleh melalui satu pemasok langganan wilayah Cipanas. Media tanam berupa cacahan sisa tanaman Pakis dihasilkan sendiri, dari limbah panen Pakis yang tidak dijual. Cacahan tanaman Pakis terdiri atas batang dan daun Pakis. Dengan demikian seluruh bagian tanaman Pakis dapat dimanfaatkan (konsep zero waste). Pembuatan media tanam dilakukan sendiri oleh PT. Floribunda. Bahanbahan pembuatan media tanam dicampur dan disterilkan pada ruangan khusus yang dikerjakan oleh satu orang. Pembuatan media tanam secara mandiri akan menghemat biaya bahan baku dan menjamin media dalam keadaan baik sesuai kebutuhan produksi. Gambar 10. Ruang Pembuatan Media Pemasok input PT. Floribunda berjumlah banyak dan tersebar di wilayah yang berdekatan, namun demikian terdapat satu pemasok langganan untuk tiap input yang diperlukan. Selama ini kebutuhan input dapat dipenuhi melalui pemasok langganan. Bila jumlahnya kurang mencukupi, maka perusahaan dapat 65

beralih pemasok dengan mudah. Biaya beralih pemasok murah karena tidak ada sistem perjanjian khusus antara PT. Floribunda dan pemasok. Karena telah menjadi langganan, maka PT. Floribunda mendapat beberapa kemudahan, antara lain potongan harga untuk pembelian dan prioritas pemenuhan permintaan oleh pemasok. 2. Benih Benih Pakis pertama didapatkan dari habitat asli tanaman melalui kegiatan observasi dari habitat asli di lapangan. Selanjutnya benih dihasilkan sendiri oleh PT. Floribunda dari indukan tanaman Pakis melalui anakan/spora, sehingga tidak ada ketergantungan terhadap pemasok. Benih yang diproduksi sendiri bertujuan mengurangi biaya pembelian benih. Selain itu, panen dilakukan secara bertahap tanpa membuat tanaman mati dan tanaman dapat terus berproduksi. Sistem tersebut membuat kebutuhan benih untuk lahan yang saat ini ada tidak terlalu besar. Dalam pengembangan usaha, benih dibutuhkan dalam jumlah besar, terutama memenuhi permintaan ekspor dan potensi permintaan dalam negeri. Kegiatan pembenihan dilakukan dengan cara sederhana tanpa menggunakan teknologi perbanyakan benih. Ketiadaan teknologi merupakan akibat dari rendahnya SDM level pelaksana produksi serta keterbatasan modal yang dimiliki pemilik. Saat ini telah ada lembaga yang menangani kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman hias, di dekat lokasi produksi PT. Floribunda. Hal ini menjadi peluang bagi PT. Floribunda untuk menjalin kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak. Gambar 11. Pembenihan Melalui Spora 66

Teknologi pembenihan yang ada saat ini memungkinkan bagi perbanyakan benih secara masal, yakni kultur jaringan. Tanaman baru dapat dihasilkan dengan mengisolasi bagian tanaman seperti daun dan mata tunas yang ditumbuhkan dalam media buatan aseptik dan kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh sehingga dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Melalui teknik ini bibit dihasilkan dengan jumlah banyak, mutu yang seragam dalam waktu yang singkat. Teknik ini sesuai dengan kondisi PT. Floribunda yang memerlukan perbanyakan tanaman secara masal untuk meraih peluang permintaan ekspor dan potensi permintaan dalam negeri. 3. Pupuk dan Obat-obatan Budidaya tanaman Pakis membutuhkan pupuk dan obat-obatan. Pupuk yang digunakan antara lain pupuk kompos, NPK, Uragron dan Decis. Pupuk kompos merupakan hasil produksi sendiri. Bahan baku kotoran sapi berasal dari satu pemasok langganan di wilayah Cipanas. Bahan baku lainnya, yakni cacahan bahan Pakis didapat dari kebun Floribunda sendiri. Selain menggunakan pupuk kompos, budidaya Pakis pada PT. Floribunda juga menggunakan pupuk sintetis, yakni NPK dan obat-obatan berupa Uragron dan Decis. Pupuk sintesis dan obat-obatan merupakan tanggung jawab bagian pengadaan yang berada di daerah Jakarta. Pemasok untuk pupuk dan obat-obatan merupakan langganan dan hanya berjumlah satu pemasok, namun tidak ada perjanjian khusus dengan pemasok tersebut. Pengiriman pupuk dan obat-obatan dilakukan secara berkala setiap dua minggu sekali atau apabila bagian produksi memerlukan. 4. Pot dan Kantong Input untuk tanaman Pakis berupa pot dan kantong juga didatangkan dari wilayah Jakarta. Pemasok untuk pot dan kantong berjumlah satu pemasok dan bersifat langganan. Pot digunakan untuk menghasilkan Pakis dalam pemanfaatannya sebagai tanaman pot. Kantong 10 cm digunakan dalam tahap pembesaran hingga umur tanaman 6 bulan. Setelah itu, tanaman Pakis untuk daun potong dipindahkan ke lahan, sedangkan tanaman Pakis untuk tanaman pot dipindahkan ke pot. 67

b. Tenaga Kerja Tenaga kerja bidang produksi adalah masyarakat asli daerah Cibodas. Rata-rata pekerja telah mengenal kegiatan pertanian, mengingat mayoritas penduduk Cibodas bekerja pada sektor pertanian, khususnya pertanian sayur dan tanaman hias. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi berjumlah 20 orang. Masing-masing tenaga kerja telah memiliki spesialisasi kerja yang disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki pekerja. Spesialisasi kerja PT. Floribunda terlihat pada Tabel 18. Adanya spesialisasi kerja dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas berkali-kali lipat. Pembagian spesialisasi pekerjaan didasari oleh kemampuan yang dimiliki masing-masing pekerja. Pada kasus PT. Floribunda, meskipun terdapat spesialisasi kerja, namun pada kenyataannya sistem kerja bersifat fleksibel. Pekerja dapat membantu pos lain bila tanggung jawabnya telah dikerjakan. Tabel 18. Tenaga Kerja Bidang Produksi PT. Floribunda (Orang) No Spesialisasi Kerja Bidang Produksi Jumlah Pekerja (Orang) 1. Pembibitan dan Ruang Koleksi 3 2. Perbanyakan Tanaman 2 3. Penjaga Show Area 2 4. Pengatur Taman 2 5. Penanggung Jawab Villa 2 6. Pemotongan dan Panen 8 7. Pembakaran dan Sterilisasi Media 1 c. Proses Produksi Proses produksi Pakis Kadaka membutuhkan waktu 6-7 bulan hingga tanaman siap dipanen. Waktu tanam yang lama menyebabkan pentingnya kuantitas dan perawatan secara berkala untuk menjaga pasokan dan kualitas. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menjaga pasokan. Pertama, panen dibatasi hanya 3-4 daun per minggu, sedangkan sisanya dibiarkan tumbuh. Tiap rumpun Pakis terdiri atas 20 daun. Daun yang belum siap panen akan terus berproduksi untuk menghasilkan daun baru, dan dipanen dalam waktu yang bertahap. Tiap 68

minggu terdapat tiga kali waktu panen, yakni Selasa, Kamis, dan Minggu. Tahapan dalam budidaya Pakis Kadaka terlihat dalam Tabel 19. Tanaman Pakis dapat terus tumbuh dan dipanen. Meskipun demikian, media tanam perlu diganti setiap 3-6 bulan sekali, hal ini untuk menjaga tanaman dapat tumbuh optimal sehingga menghasilkan kualitas yang baik. Pakis Kadaka ditaman pada jarak tanam 30-40 cm. Pada tiap bedengan lahan seluas 1,2 m terdapat 9 tanaman Pakis. Tiap bedengan menghasilkan 18 tangkai Pakis per minggu. Dengan demikian, total kapasitas produksi dari lahan seluas 6000 m 2 yang ditanami Pakis akan menghasilkan 9000 tangkai (900 ikat) tanaman per minggu. Tabel 19. Tahapan Siklus Produksi Tanaman Pakis Kadaka (Bulan) Tahap Siklus Produksi Waktu yang Dibutuhkan (Bulan) 1. Penyemaian spora hingga menjadi tanaman 1 muda 2. Pertumbuhan tanaman muda hingga siap 1 dipindahkan pada kantong ukuran 10 cm 3. Pertumbuhan pada kantong 10 cm hingga 1 tanaman dipindahkan ke lahan 4. Pemindahan tanaman ke lahan hingga 6 tanaman siap panen 5. Panen - Tanaman Pakis merupakan jenis tanaman perenial, dengan kata lain tanaman dapat terus tumbuh dan dipanen tiap waktu tanpa harus mematikan tanaman. Risiko produksi rendah, karena kondisi tanah, iklim dan air hampir sesuai standar, kecuali penggunaan paranet yang yang membiarkan 40 persen cahaya masuk, sementara literatur menyebutkan cahaya masuk 45 persen. Perusahaan juga dapat memproduksi benih secara mandiri, meskipun jumlahnya terbatas karena teknologi sederhana sehingga tidak ada ketergantungan benih terhadap pemasok. Hama dan penyakit jarang menyerang tanaman karena pertahanan alami Pakis yang berdaun tebal dan adaptif terhadap lingkungan. 69

d. Standar Mutu Grading dan Sortasi dilakukan dengan standar kualitas. Produk yang dijual harus memiliki kualitas yang sama. Produk dijual berdasarkan ukuran yang seragam, Tingkat ketegaran dan kesegaran daun potong juga lebih tahan lama. Susunan daun terlihat kompak dan serasi. Selain itu, daun Pakis berwarna cerah dan tidak terdapat noda akibat hama ataupun penyakit yang menyerang tanaman. Trade off yang terjadi adalah bahwa harga produk yang ditetapkan lebih mahal bila dibandingkan produk substitusi Pakis Kadaka. PT. Floribunda menerapkan konsistensi dalam penetapan harga untuk menjaga harga produk agar tidak jatuh. Hal ini berbeda dengan pesaing yang menurunkan harga produknya saat tanaman hampir layu namun belum laku terjual. Pemilik PT. Floribunda mengaku hanya akan memproduksi tanaman yang belum/jarang ada di pasaran. Hal ini adalah salah satu siasat Floribunda untuk menghindari persaingan dengan produsen lain. Salah satunya adalah dengan menjual tanaman Pakis daun potong jenis Kadaka. Karena jarang ada di pasaran, harga ditentukan oleh keunikan tanaman, sehingga harganya tinggi. Keunikan yang dimaksud adalah dari bentuk serta motif yang terdapat pada daun yang tidak dimiliki daun potong jenis lain. Selain itu permintaan untuk keenam jenis Pakis Kadaka hanya dapat dipenuhi oleh PT. Floribunda, sehingga harga tanaman dapat ditentukan perusahaan. 6.1.2.2 Pemasaran Pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder. Aspek pemasaran untuk usaha Pakis mengenal empat aspek yang perlu dikaji, antara lain produk, harga, tempat, dan promosi. a. Produk Sebagai produsen tanaman hias, PT. Floribunda memiliki ratusan koleksi tanaman hias. Varietas tanaman hias yang dikomersialkan adalah 82 jenis yang terdiri atas 56 jenis tanaman hias daun dan 25 jenis tanaman hias bunga. Koleksi tanaman Pakis berjumlah lebih kurang 20 jenis yang dikumpulkan dari berbagai 70

wilayah Indonesia. Dari 20 koleksi tanaman Pakis, hanya 6 jenis yang dimanfaatkan sebagai daun potong. Daun potong digunakan sebagai pelengkap maupun inti elemen rangkaian bunga. Permintaan daun potong terus meningkat seiring perubahan tren rangkaian bunga yang berubah. Daun kini tak hanya dipandang sebagai pelengkap rangkaian. Daun yang berwarna-warni juga telah digunakan sebagai pengganti warna bunga. Kadaka Tegak (Microsorum Scolopendrium) Kadaka Silver (Phlebodium Pseudoaureum) Kadaka Prisklet (Asplenium Nidus Plicatum) Kadaka Udang (Drynaria Ridigula) Kadaka Keriting (Microsorum Puntatum) Kadaka Ular (Microsorum Musifolium) Gambar 12. Pakis yang Diproduksi PT. Floribunda 71

Tanaman Pakis daun potong dijual per ikat, dimana satu ikat terdiri atas 10 tangkai daun. Jenis tanaman Pakis daun potong yang diproduksi antara lain: 1. Kadaka Keriting (Microsorum Puntatum) 2. Kadaka Tegak (Microsorum Scolopendrium) 3. Kadaka Silver (Phlebodium Pseudoaureum) 4. Kadaka Ular (Microsorum Musifolium) 5. Kadaka Udang (Drynaria Ridigula) 6. Kadaka Prisklet (Asplenium Nidus Plicatum) Tiap jenis daun potong yang dijual dikelompokkan ke dalam kategori ukuran yang sama. Daun dengan ukuran S memiliki tinggi 30-35 cm. Daun yang dikategorikan berukuran M memiliki tinggi 36-45 cm. Ukuran L merupakan ukuran terbesar dengan tinggi 46-60 cm. Tiap ukuran tanaman dibedakan atas harga yang ditetapkan. Seluruh jenis produk Pakis dan ukurannya memiliki standar kualitas yang sama. Grading dan sortasi dilakukan atas dasar ukuran, dan bukan berdasarkan kualitas. b. Harga Harga tiap jenis Pakis Kadaka berbeda, tergantung dari lama waktu jenis tersebut ada di pasar. Kadaka tegak yang cukup lama ada di pasar dan telah memiliki pesaing yakni PT Kebun Ciputri dijual dengan harga yang lebih murah dibanding harga Pakis Kadaka yang lain. Kadaka Ular dijual dengan harga paling mahal dari Pakis lain yang diproduksi PT. Floribunda. Hal ini disebabkan produk tersebut masih baru sehingga belum banyak ada di pasaran. Selain itu permintaan untuk produk ini tinggi, dan masih belum dapat dipenuhi PT. Floribunda. Saat ini belum ada standar harga pasar untuk enam jenis Pakis Kadaka yang diproduksi PT. Floribunda. Penetapan harga ditentukan oleh pemilik berdasarkan nilai produk tersebut di mata konsumen. 72

Tabel 20. Harga Daun Potong Pakis Kadaka PT. Floribunda (Rp) Produk Harga Per Ikat Produk (Rp) Ukuran S Ukuran M Ukuran L Kadaka Keriting (Microsorum Puntatum) 12.500 15.000 17.500 Kadaka Tegak (Microsorum Scolopendrium) 7.500 10.000 12.500 Kadaka Silver (Phlebodium Pseudoaureum) 12.500 15.000 17.500 Kadaka Ular (Microsorum Musifolium) 22.500 25.000 17.500 Kadaka Udang (Drynaria Ridigula) 17.500 20.000 22.500 Kadaka Prisklet (Asplenium Nidus Plicatum) 17.500 20.000 22.500 c. Distribusi Permintaan daun potong Pakis yang diproduksi PT. Floribunda datang dari dalam negeri dan mancanegara. Namun, keterbatasan kapasitas produksi membuat PT. Floribunda saat ini hanya mampu memenuhi sebagian dari permintaan Pakis dari dalam negeri. Perusahaan mendistribusikan sendiri produknya ke tangan konsumen. Kegiatan penjualan dilakukan secara langsung tanpa melalui distributor. Cara ini dipandang lebih efisien oleh perusahaan dan dapat menjaga harga produknya di pasar. Konsumen PT. Floribunda yang ada saat ini terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang rutin membeli Pakis Kadaka, dengan frekuensi pembelian tiap minggu 1-3 kali pembelian dan rutin tiap minggunya. Konsumen ini terdiri atas 17 pelanggan atau 77,2 persen dari total pembeli yang terdiri atas floris, perangkai bunga, hotel maupun tempat pelatihan merangkai bunga. Ratarata konsumen melakukan pembelian secara rutin. Namun demikian, juga terdapat beberapa konsumen yang tidak rutin melakukan pembelian. Konsumen berasal dari daerah Jakarta dan Bandung. Pengiriman barang untuk konsumen di daerah Jakarta dilakukan sendiri oleh PT. Floribunda, sedangkan untuk konsumen di daerah Bandung, pengiriman dilakukan melalui jasa pengiriman paket. Sebanyak 17 pelanggan PT. Floribunda memenuhi kriteria sebagai pelanggan loyal. Pelanggan tersebut melakukan pembelian secara teratur, minimal sekali tiap minggunya, dan berulang tiap waktu. Konsumen ini menyadari daya tarik yang dimiliki Pakis Kadaka dibandingkan daun potong jenis lain, sehingga 73

timbul loyalitas pelanggan terhadap PT. Floribunda. Jumlah pembelian konsumen loyal adalah 94,5 persen dari total penjualan atau rata-rata senilai Rp 32.640.000,00 per bulan pada periode April-Juni 2010. Adanya pelanggan loyal dapat menurunkan biaya dalam mempertahankan pelanggan atau meraih pelanggan baru. Selain itu, perusahaan mendapat peluang yang lebih tinggi untuk kepastian penjualan dan meraih konsumen baru berdasarkan informasi positif yang disebarkan pelanggan loyal. Daftar konsumen serta jumlah pembelian Pakis Kadaka terlihat pada Tabel 21. Tabel 21. Daftar Konsumen dan Jumlah Pembelian Pakis Kadaka PT. Floribunda Selama Periode April-Juni 2010 No Pembeli Kapasitas Frekuensi Pembelian Per Bulan Total Pembelian Per Bulan (Rp) Persen Pembelian (%) 1 Floe Perangkai bunga 12 3.600.000 10,4 2 Kemang Orchid Perangkai bunga 12 5.400.000 15,6 3 Alamanda Floris 12 1.920.000 5,56 4 Puksia Perangkai bunga 12 1.920.000 5,56 5 Ira Sukses Perangkai bunga 12 3.600.000 10,4 6 Pondok Lily Floris 8 1.600.000 4,63 7 Eldadi Floris 4 2.000.000 5,79 8 Lima Benua Floris 12 1.920.000 5,56 9 Trisadika Perangkai bunga 12 480.000 1,39 10 Yansi Floris 8 1.200.000 3,47 11 Sekar Asri Floris 4 600.000 (Cipete) 1,74 12 Sekar Asri Floris 12 1.200.000 (Barito) 3,47 13 Sagita Flora Floris 4 600.000 1,74 14 Cineraria (Lotus) Floris 12 2.400.000 6,95 15 Daman Floris Floris 12 1.200.000 3,47 16 Newline Kursus Merangkai 12 1.800.000 Bunga 5,21 17 Blossom Hotel 12 1.200.000 3,47 18 Ny. Teted Perangkai bunga 1 200.000 0,58 19 Ny. Tanti Perangkai bunga 3 600.000 1,74 20 Ny. Maya Perangkai bunga 2 400.000 1,16 21 Ny. Santi Perangkai bunga 2 300.000 0,87 22 Ny. Yanti Perangkai bunga 2 400.000 1,16 Total Nilai Pembelian Per Bulan 34.540.000 74

Proses pengiriman dilakukan sendiri oleh perusahaan. Sarana yang digunakan adalah mobil pengangkut dan cold storage yang akan membawa produk menuju konsumen. Sebelum dikirim, daun potong Pakis Kadaka mengalami tindakan pengawetan, yakni dengan menyemprotkan campuran 10 liter air, satu sendok makan gula dan satu sendok makan pemutih pakaian. Hal ini akan menjaga kesegaran tanaman selama perjalanan. d. Promosi Kegiatan promosi tanaman Pakis bertujuan mengenalkan tanaman Pakis jenis baru pada konsumen. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti pameran tanaman hias di berbagai daerah dan negara. Selain itu, guna mengenalkan produk Pakis Kadaka, PT. Floribunda menyebarkan brosur mengenai tanaman hias Pakis yang diroduksi ke konsumen potensial, yakni hotel, event organizer, floris dll. Tabel 22. Penjualan Pakis Kadaka PT. Floribunda (Ikat) Jenis Tanaman Tahun Bulan Kadaka Udang Kadaka Ular 2) Kadaka Tegak Kadaka Keriting Kadaka Silver Kadaka Prisklet 3) 2009 Juni 460-700 1810 260-2009 Juli 150-1060 950 100-2009 Agust 1250-150 4300 460-2009 Sep 420-310 916 220-2009 Okt 551-431 2611 164-2009 Nov 61-402 2041 212-2009 Des 50-460 700 430-2010 Jan 130-560 910 210-2010 Feb 564-440 1330 474 80 2010 Mar 540 30 110 590 100 150 2010 Apr 1) 200-200 - - 50 Keterangan : 1. Data Penjualan Bulan April Sampai dengan Tanggal 4 April 2. Kadaka Ular Mulai dikomersialkan bulan Maret 2010 3. Kadaka Prisklet mulai dikomersialkan bulan Februari 2010 Sebagai tanaman hias yang masih baru di pasar tanaman hias nasional dan internasional, kegiatan promosi sangat menentukan kesuksesan. Sayangnya, kegiatan promosi masih kurang efektif. Brosur dan kegiatan mengikuti pameran belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Ketidakefektifan promosi 75

terlihat dari jumlah penjualan perusahaan yang tidak meningkat. Hal ini menjadi kelemahan perusahaan yang perlu diperbaiki, terutama terkait dengan tujuan meraih peluang permintaan yang ada. Minimnya kegiatan publikasi juga menjadi penghambat bagi perusahaan untuk mencapai visi, yakni menjadi perusahaan tanaman hias tropis terdepan di Indonesia. e. Segmenting, Targeting, Positioning PT. Floribunda Pasar PT. Floribunda mencakup pasar domestik dan ekspor. Permintaan Pakis Kadaka untuk ekspor telah ada, namun belum dapat dipenuhi. Selain permasalahan kapasitas produksi, PT. Floribunda juga menghadapi ancaman berupa penguasaan paten Pakis oleh negara lain, dan rumitnya persyaratan ekspor mulai dari kualifikasi produk ekspor hingga masalah perizinan yang rumit. Permintaan di pasar domestik saat ini lebih rendah daripada permintaan ekspor. Meskipun demikian, pasar domestik masih menyimpan potensi, terutama terkait dengan pelanggan loyal dan konsumen Pakis potensial. Untuk menciptakan permintaan dalam negeri, diperlukan perbaikan sistem promosi perusahaan, dan kegiatan penelitian serta pengembangan untuk menciptakan jenis Pakis baru. Pasar yang menjadi prioritas dalam jangka waktu dekat adalah pasar domestik. Setelah perusahaan mapan dan mampu, maka PT. Floribunda juga akan berfokus pada pemenuhan permintaan ekspor. 1. Segmentasi Segmentasi PT. Floribunda adalah konsumen tanaman tropis nasional dan internasional, khususnya Pakis dalam pemanfaatannya sebagai daun potong. Segmentasi ini dipilih berdasarkan cakupan wilayah konsumen. 2. Targeting Target konsumen tanaman Pakis untuk pemanfaatan sebagai daun potong PT. Floribunda adalah pembeli dengan jumlah pembelian besar, yakni keperluan ekspor, pihak hotel, floris dan perangkai bunga. Daun potong digunakan sebagai unsur dalam rangkaian. Selain itu, daun potong juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan ruangan. 76

3. Positioning PT. Floribunda memposisikan dirinya sebagai perusahaan penghasil tanaman hias tropis, khususnya Pakis berbasis sumberdaya genetik nasional yang selalu memproduksi jenis baru untuk menciptakan pasar dan mengatasi kejenuhan terhadap produk yang telah ada. f. Penentuan grading dan sortasi Grading dan sortasi dilakukan berdasarkan ukuran produk. Produk yang dijual memiliki variasi berdasarkan ukuran, yakni ukuran S, M, dan L. Perusahaan menetapkan manajemen mutu untuk menciptakan produk yang berkualitas dan seragam mutunya, sehingga perusahaan tidak menetapkan grading berdasarkan kualitas. Tiap ukuran produk dibedakan berdasarkan harga. Untuk tanaman Pakis, harga yang ditetapkan berbeda, yaitu dengan selisih Rp 2.500,00 pada tiap ukuran. 6.1.2.3 Keuangan dan Akuntansi a. Modal Modal yang digunakan sepenuhnya merupakan dana pribadi dan bukan merupakan pinjaman pada lembaga keuangan. Suku bunga pinjaman saat ini dirasakan sangat memberatkan sehingga pemilik memutuskan tidak melakukan pinjaman untuk mengembangkan usahanya. Modal tersebut digunakan untuk beberapa keperluan. Pertama, keperluan investasi awal berupa lahan, bangunan, perlengkapan dan peralatan. Sebagian penerimaan yang didapat tiap bulannya dikeluarkan kembali tiap kali masa produksi, meliputi bahan baku dan gaji karyawan. Pemilik juga mengeluarkan biaya untuk regulasi dan perpajakan. b. Sistem administrasi dan pembukuan perusahaan Perusahaan memiliki sistem pembukuan dan keuangan pada masingmasing bagian. Tahap pertama pembukuan dilakukan pada bidang produksi. Pembukuan yang dilakukan antara lain stok tanaman, jumlah penjualan dan pembuatan bon penjualan. Pembukuan tersebut kemudian diserahkan ke bagian keuangan perusahaan yang akan merekapitulasi data penjualan serta mengukur posisi kemampulabaan PT. Floribunda saat ini. 77

c. Kemampulabaan usaha tanaman Pakis Kajian kelayakan ekonomi yang telah dilakukan PT. Floribunda menunjukkan posisi laba positif untuk usaha daun potong Pakis Kadaka. Tiap m 2 lahan yang ditanami Pakis menghasilkan 20 daun potong per bulan. Luas lahan efektif yang ditanami tanaman Pakis pada PT. Floribunda adalah 0,5 ha atau 5000 m 2, sehingga tiap bulannya tanaman Pakis yang dapat dipanen adalah 100.000 tangkai. Tanaman Pakis dijual dalam bentuk ikatan, dimana satu ikat tanaman terdiri atas 10 tangkai daun potong dengan harga rata-rata tiap ikat Rp 17.500,00. Penerimaan perusahaan untuk lahan seluas 5000 m 2 adalah Rp 175.000.000,00 per bulan. Laba bersih berjumlah 20 persen dari total penerimaan atau senilai Rp 35.000.000,00 per bulan. Berdasarkan kajian kelayakan finansial tersebut, maka usaha tanaman Pakis PT. Floribunda layak dijalankan, karena menghasilkan laba positif tiap tahunnya. 6.1.2.4 Penelitian dan pengembangan Kegiatan penelitian dan pengembangan merupakan sebuah tindakan kreatif yang didasarkan pada sebuah dasar yang sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai manusia, sosial dan budaya. Pengetahuan tersebut kemudian digunakan untuk menemukan dan mengembangkan aplikasi baru. Tujuan kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut antara lain untuk mengembangkan produk baru sebelum pesaing memikirkannya, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan proses manufaktur atau fabrikasi untuk menurunkan biaya. Kegiatan penelitian dan pengembangan bukan merupakan fokus PT. Floribunda. Hingga saat ini perusahaan belum melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan. Perusahaan hanya melakukan kegiatan perbanyakan produk yang telah ada dengan cara sederhana. Kekuatan perusahaan adalah kemampuan melihat potensi tanaman hias untuk dapat diterima pasar. Potensi tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah bisnis. Ketiadaan kegiatan penelitian dan pengembangan menjadi salah satu kelemahan perusahaan. Pencapaian tujuan perusahaan yakni pengembangan berbagai varietas baru tanaman Pakis Indonesia membutuhkan penelitian dan 78

pengembangan. Keterbatasan modal, dan rendahnya kualitas SDM pada tingkat pelaksana produksi menjadi salah satu penyebab mengapa perusahaan belum dapat mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan. 6.1.3 Kompetensi Inti (Core Competence) Kompetensi inti PT. Floribunda adalah pengetahuan dan keterampilan bidang tanaman hias tropis. PT. Floribunda memiliki koleksi berbagai macam plasma nutfah untuk dikembangkan. Dari kompetensi inti tersebut, PT. Floribunda mengembangkan beberapa bisnis yang berbasis tanaman hias. Bisnis pertama adalah produksi berbagai jenis tanaman hias, dan berencana memfokuskan bisnis pada tanaman Pakis. Tujuannya adalah meraih peluang ekspor dan menggali potensi permintaan dari dalam negeri. Keterbatasan modal dan lahan menjadi penghambat utama dalam meraih peluang. PT. Floribunda juga mengembangkan koleksi plasma nutfah asli Indonesia. Bisnis kedua adalah agrowisata tanaman hias, dengan kegiatan berupa pengetahuan mengenai plasma nutfah tanaman hias Indonesia, pelatihan budidaya dan pelatihan merangkai bunga. Pengembangan kompetensi inti menjadi beberapa bisnis dimungkinkan karena PT. Floribunda memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup dalam bisnis. Pengembangan bisnis juga ditunjang oleh sarana dan prasarana yang dimiliki. Reputasi baik yang dimiliki PT. Floribunda juga menjadi modal dasar dalam pengembangan bisnis. 6.2 Analisis Eksternal PT. Floribunda Lingkungan eksternal terdiri atas komponen dan variabel peluang dan ancaman yang berada di luar organisasi sehingga sulit dikendalikan oleh pengusaha. Perusahaan tidak dapat melalukan intervensi terhadap komponen eksternal. Kesuksesan jangka panjang diraih saat tindakan organisasi seirama dengan lingkungan eksternal. Strategi bisnis yang baik terlihat saat ada kesesuaian antara keinginan dan kondisi lingkungan dengan apa yang ditawarkan perusahaan, demikian juga antara kebutuhan organisasi dengan apa yang disediakan oleh lingkungan. 79

Ketidakpastian lingkungan merupakan ancaman bagi bisnis, khususnya PT. Floribunda karena menghambat kemampuan organisasi untuk mengembangkan rencana jangka panjang dan untuk membuat keputusan strategis untuk menjaga lingkungan internal seimbang dengan lingkungan eksternal. Kajian mengenai lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni lingkungan makro dan industri. Lingkungan makro yang menaungi usaha antara lain kekuatan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Lingkungan Industri yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah industri tanaman hias di Jawa Barat. 6.2.1 Lingkungan Makro Lingkungan makro atau lingkungan jauh merupakan faktor-faktor diluar organisasi yang mempengaruhi usaha. Lingkungan makro tidak dapat dikendalikan organisasi, sehingga organisasi hanya dapat merespon apa dampak lingkungan jauh terhadap usaha dengan kekuatan yang dimilikinya. a. Politik dan hukum Kondisi politik domestik dan internasional secara langsung maupun tidak langsung, memiliki pengaruh terhadap kondisi ekonomi dan iklim bisnis dalam negeri, termasuk kondisi bisnis PT. Floribunda. Hal ini terutama terkait dengan situasi keamanan usaha. Labilnya kondisi politik juga akan berpengaruh pada bidang ekonomi, moneter, fiskal, perdagangan dan investasi. Usaha tanaman hias secara umum digolongkan ke dalam kategori A, yakni pertanian, perburuan dan kehutanan. Usaha tanaman hias pertama, adalah pertanian bunga-bungaan yang khusus dipanen bunganya, termasuk pasca panen. Usaha tanaman hias kedua mencakup budidaya tanaman hias yang dipanen selain bunganya, yakni daun, batang, dan seluruh bagian tanaman tersebut. Usaha ketiga adalah usaha pembenihan hortikultura sayuran dan bunga-bungaan, mencakup bibit bunga, bibit buah-buahan dan bibit sayuran termasuk cangkokan, stek, umbi, dan akar umbi. 10 Usaha tanaman hias Pakis Kadaka pada PT Florbunda digolongkan ke dalam usaha tanaman hias yang dipanen selain bunganya, yakni daun potong. Pajak yang dikenakan pada PT. Floribunda antara lain PPN (Pajak Pertambahan 10 www.pajakonline.com diakses tanggal 30 April 2010 80

Nilai), PPH (Pajak Penghasilkan), retribusi transportasi antar daerah, pajak tanah, PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), dan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). Pajak tersebut dirasa memberatkan bagi PT. Floribunda. Nilai pajak tersebut kurang mendukung bagi tumbuhnya industri tanaman hias di Indonesia. NJOP PT. Floribunda disamakan dengan NJOP hotel, sehingga nilainya sangat besar dan memberatkan. Kebijakan pertanian pemerintah lebih berfokus pada tanaman pangan sebagai komoditas politis. Pengembangan tanaman hias Indonesia hingga saat ini belum mendapat perhatian pemerintah. b. Ekonomi Kondisi pasar tanaman hias secara umum menunjukkan tren permintaan yang meningkat. Tanaman hias yang diproduksi antara lain jenis tanaman hias tropis dan subtropis. Plasma nutfah Indonesia sangat banyak, namun hanya sebagian yang dikembangkan. Sisanya masih terdapat di habitat aslinya dan belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Permintaan untuk tanaman Pakis terus meningkat. Permintaan tersebut datang dari dalam dan luar negeri. Adanya permintaan dan kurangnya supply dalam negeri merupakan peluang bagi perusahaan domestik. Karena keterbatasan modal dan investasi, maka potensi tersebut belum dapat diraih sepenuhnya. Syarat-syarat bagi tanaman hias untuk diekspor berbeda tiap negara. Syarat pertama bagi penyelenggaraan kegiatan ekspor adalah produksi tanaman sesuai dengan apa yang diminta oleh negara pengimpor. Masing-masing negara memiliki persyaratan yang berbeda. Selain itu, tidak boleh ada media tanam berupa tanah yang diikutkan dalam ekspor. Tanah dikhawatirkan membawa patogen yang dapat mengancam tanaman di negara pengimpor. Alternatif yang dilakukan adalah mengirim tanaman dengan media tanam lain selain tanah, seperti sekam bakar atau cocopit. Selain memenuhi persyaratan kualitas dan jenis tanaman, maka perusahaan pengekspor perlu mengurus izin dan legalitas. Di Indonesia sendiri, tanaman yang diekspor akan melalui masa karantina untuk menjamin tanaman bebas patogen. Tanaman yang akan diekspor juga harus memiliki sertifikat sanitary dan phytosanitary untuk menjamin tanaman bebas hama. Rumitnya 81

perizinan merupakan salah satu alasan masih sedikitnya perusahaan yang melakukan ekspor. Alasan pertama adalah kesulitan memenuhi kualifikasi produk yang diekspor dan permasalahan keterbatasan produksi. Setelah mengurus perizinan, maka perusahaan akan menegosiasikan masalah perkapalan dan pembayaran dengan negara pengekspor. Menghadapi kondisi ini, maka pemilik menganggap bahwa saat ini belum tepat bagi PT. Floribunda untuk menggarap peluang ekspor. Prioritas pertama adalah menggali potensi dalam negeri untuk memperkuat posisi PT. Floribunda di dalam negeri yang akan digunakan sebagai modal meraih pasar ekspor. Peluang ekspor dapat diraih dalam jangka panjang, dimana perusahaan telah memiliki skala usaha yang cukup besar untuk mengatasi ancaman yang ada dalam pelaksanaan ekspor. Strategi yang dirumuskan bertujuan memenuhi peluang ekspor dan menggali potensi permintaan dalam negeri. Namun demikian, melihat prioritas yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka waktu singkat adalah potensi dalam negeri, maka strategi prioritas juga akan bertujuan mengembangkan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam negeri terlebih dahulu. Dalam aspek ekonomi, juga terdapat ancaman kenaikan harga barangbarang berpengaruh pada usaha yang dilaksanakan PT. Floribunda. Namun demikian, dampak tersebut dirasakan tidak terlalu besar. Bahan baku yang digunakan Floribunda adalah kotoran hewan, limbah jamur dan media tanam. Kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap kekayaan alam khas Indonesia mengakibatkan mudahnya pengakuan kepemilikan sumber daya tersebut oleh negara lain. tanpa kita sadari, banyak tanaman asli Indonesia yang telah dipatenkan oleh negara lain. Sebagai contoh, Polypodhium Silver asli dari daerah Cianjur Selatan telah dipatenkan negara Australia. Hal ini menjadi ancaman bagi pengembangan usaha tanaman hias dalam negeri. Dengan adanya paten, maka pengusaha wajib membayar royalti kepada negara pematen untuk perbanyakan tanaman hias asli Indonesia untuk tujuan ekspor. Perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Pada tahun 2009, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,0-4,5 persen atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5-4,0 persen. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi meningkat ditopang oleh pendapatan ekspor yang 82

meningkat, keyakinan konsumen yang lebih kuat, serta faktor musiman. Kinerja investasi diperkirakan sedikit membaik, meski masih tumbuh rendah. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan ekonomi negara mitra dagang yang semakin membaik, serta harga komoditas global yang meningkat (Bank Indonesia 2010). Meningkatknya perekonomian juga ditandai dengan maraknya bisnis. Perbaikan kinerja perekonomian menjadi peluang bagi bisnis daun potong tanaman Pakis Kadaka PT. Floribunda, terutama peluang munculnya bisnis yang membutuhkan tanaman hias sebagai komponen bisnisnya, misalnya bisnis hotel, real estate, dan floris. c. Sosial PT. Floribunda terletak di daeah Cibodas, Cianjur, Jawa Barat. Masyarakat di daerah ini mayoritas merupakan petani sayuran dan tanaman hias. Adanya bisnis tanaman hias PT. Floribunda ditanggapi baik oleh warga. PT. Floribunda memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat Cibodas. Kontribusi tersebut dilihat melalui penciptaan lapangan perkerjaan bagi masyarakat. Tenaga kerja bidang produksi yang digunakan seluruhnya merupakan penduduk asli Cibodas. Adanya lapangan pekerjaan akan mengurangi tingkat pengangguran penduduk Cibodas. Berkurangnya pengangguran juga terkait dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Daerah Cibodas, Cianjur memiliki lingkungan usaha yang kondusif bagi bisnis tanaman hias, khususnya Pakis. Pemasok yang menjamin kontinuitas usaha banyak jumlahnya. Selain itu petani sekitar menanggapi positif bisnis PT. Floribunda. Di daerah Cipanas juga terdapat lembaga khusus yang menangani masalah penelitian dan pengembangan tanaman hias. Ketiga hal ini merupakan peluang bagi PT. Floribunda untuk mengembangkan usaha Pakisnya dengan menjalin sistem kemitraan. d. Teknologi Perubahan teknologi akan menghadirkan peluang dan sebaliknya adanya alternatif teknologi baru juga akan menghadirkan ancaman. Terdapat beberapa teknologi dalam bidang produksi yang sesuai dengan kondisi yang saat ini dialami PT. Floribunda. Teknik dan teknologi kultur jaringan dapat membantu PT. Floribunda dalam perbanyakan benih secara masal dan meningkatkan kapasitas 83

produksi. Terkait proses budidaya, teknologi springkle dapat mengefisienkan kerja karena dapat mengairi Pakis dalam waktu bersamaan. Adanya perubahan teknologi dalam bidang produksi saat ini tidak memiliki banyak pengaruh karena PT. Floribunda belum berencana untuk menggunakan teknologi, terkait dengan kapasitas SDM level pelaksana produksi, dan modal yang dimiliki. Rendahnya tingkat penggunaan teknologi dapat menurunkan daya saing saat perusahaan lain menggunakan teknologi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. 6.2.2 Lingkungan Industri Secara luas, tanaman hias dikenal dengan sebutan florikultura. Florikultura termasuk ke dalam subsektor hortikultura. Di Indonesia, telah terdapat lembaga khusus yang menangani industri dan permasalahan florikultura, yakni Direktorat Tanaman Hias. Industri Florikultura Indonesia mengenal delapan kelompok komoditas yang dikomersialkan. Kelompok tersebut antara lain tanaman lanskap, tanaman hias pot, tanaman tahunan dan musiman, ornamen kering, tanaman air, bunga potong, daun potong, dan umbi, rimpang, bibit, pembibitan dan kultur jaringan. Jenis tanaman yang diproduksi antara lain tanaman tropis dan subtropis (Asbindo, 2010). Industri tanaman hias bersifat high value product, artinya produk tanaman hias merupakan produk yang bernilai tinggi, dan harga produk ditetapkan berdasarkan nilai keunikan tanaman hias tersebut. Fokus produksi tanaman hias cepat berubah, karena megikuti tren dalam industri tanaman hias yang juga cepat berubah. Seperti sebagian besar produk pertanian lain, tanaman hias juga mudah rusak (fragile), sehingga diperlukan penanganan pasca panen dan pengemasan yang baik. Varietas tanaman hias sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah tanah air. Tanaman hias juga bersifat rapid developing, atau cepat berubah, terutama bila dilakukan persilangan antar varietas sehingga dapat ditemui jenis baru yang belum ada di daerah manapun. Selama ini, tren pasar tanaman hias Indonesia mengikuti tren dunia. Akibatnya, tanaman hias yang mendominasi adalah tanaman hias subtropis yang 84

kurang sesuai dengan iklim dan kondisi dalam negeri. Namun demikian, tren tersebut mulai bergerak ke arah tanaman tropis, seiring dengan kesadaran pebisnis dan masyarakat untuk mengembangkan komoditas lokal. Persaingan PT. Floribunda ada pada Industri tanaman hias Pakis di Jawa Barat. Kondisi persaingan dapat ditinjau dari Lima Kekuatan Persaingan Porter (1996) yang terdiri dari persaingan industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar pemasok dan kekuatan tawar pembeli. a. Persaingan Industri Tanaman Hias Pakis Produsen tanaman hias yang memproduksi Pakis jenis Kadaka selain PT. Floribunda hanya sedikit dan skala usahanya kecil. Untuk jenis Kadaka Tegak, hanya ada 1 pesaing, yakni CV Ciputri di daerah Sarongge (Cianjur). Untuk jenis Kadaka lain, PT. Floribunda belum memiliki pesaing. Meskipun demikian, mudah saja bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Dalam hal pemilihan fokus tanaman hias yang diproduksi, PT. Floribunda sengaja memilih tanaman yang masih baru dikenal dengan tujuan menghindari persaingan. Namun demikian, PT. Floribunda tidak hanya menghadapi persaingan secara langsung dengan produsen tanaman Pakis Kadaka. Persaingan juga terjadi dengan produsen produk substitusi tanaman Pakis Kadaka, yakni berbagai jenis daun potong yang berguna sebagai komponen dalam rangkaian bunga. Di Jawa Barat, banyak produsen yang telah memproduksi Pakis jenis Leather Leaf, antara lain PT Pakis Inti Raya (Jakarta Pusat), PT Daun Mas Asri (Kabupaten Bogor), PT Ijo Asri (Jakarta Barat), PT Tropical Greeneries (Karawang), PT Benara (Karawang), Wijaya Nursery (Bogor), PT Bina Usaha Flora (Cianjur), Pesona Daun Mas Asri (Depok), Saung Mirwan (Cibinong), dan lain-lain. Pada daerah Cibodas, PT. Floribunda adalah satu-satunya produsen dengan skala menengah. Adapun produsen lain, adalah petani tanaman hias dengan skala kecil. Jenis tanaman yang diproduksi umumnya merupakan tanaman hias pot, dan bunga potong. Melihat kecenderungan tren yang ada, maka produksi tanaman hias Pakis jenis Kadaka akan meningkat. Petani kecil secara berangsur turut memproduksi Pakis sebagai daun potong. Kondisi persaingan yang terjadi dengan produk substitusi Pakis Kadaka juga menjadi alasan mengapa strategi pengembangan usaha diperlukan, terutama 85