BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB VI PENUTUP. Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAHASA INDONESIA PENULISAN KARYA ILMIAH. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang wajib

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB 1 Pendahuluan. Metafora pengungkapan..., Eko Prasetyo Rahardjo, FIB UI, Universitas Indonesia

BENTUK-BENTUK METAFORA MUSIK DALAM BAHASA INDONESIA (TINJAUAN AWAL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan

2015 KOLOKASI LEKSIKON PADA RANAH PEMILU: KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam mengakses informasi dalam pelbagai hal. Kita semakin dimudahkan

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

darah tidak berfungsi dengan baik.

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pet station

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sejumlah verba yang bermakna dasar AMBIL

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditulis oleh sastrawan terdahulu, namun dewasa ini penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang ada dalam pikiran manusia agar dapat dipahami dengan cara

PARADIGMA SASTRA, SEMAKIN MEMUDARKAH...? tentang tanggapannya mengenai dunia sastra. Sastra dianggapnya suatu pekerjaan yang

ANALITIK (1) Analitik:

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang, dari setiap golongan, selalu mendambakan tubuh yang sehat.

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

Transkripsi:

(2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep tersebut berkaitan dengan topik penelitian ini, yaitu, metafora, penyakit, kategorisasi, makna, ranah sumber, ranah sasaran. 2.1.1 Metafora Menurut Lakoff dan Johnson (dalam Mulyadi, 2010:19), metafora adalah mekanisme kognitif dalam memahami satu ranah pengalaman, berdasarkan struktur konseptual dari ranah pengalaman lain yang bertalian secara sistematis. Metafora dalam penelitian ini merupakan mekanisme yang dituliskan penulis untuuk mengungkapkan jenis-jenis peristiwa, khususnya peristiewa-peristiwa yang berbeda. Dalam Lakoff dan Johnson (1980) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan prinsip antara pemakaian bahasa harfiah dan pemakaian bahasa metaforis. Menurut kedua ahli tersebut, hal itu

terjadi karena sebagian besar proses pikiran manusia adalah metaforis dan sistem konseptual manusia dibangun dan dibatasi secara metaforis. 2.1.2 Penyakit Pengertian penyakit dalam KBBI (2010), penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup; gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem fatal atau jaringan pada organ tubuh (pada makhluk hidup). Penyakit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyakit yang menyerang tubuh, bukan menyerang pikiran atau jiwa. Tubuh mengalami rasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (penyakit). 2.1.3 Kategorisasi Lakoff (dalam Siregar 2013), mengatakan bahwa kategorisasi merupakan wadah abstrak, dan benda-benda terletak di dalam atau di luar kategori. Benda-benda dianggap sebagai kategorisasi yang sama jika hanya memiliki ciri-ciri tertentu secara umum, ciri-ciri tersebut akan digunakan untuk membatasi kategorinya. Kategorisasi adalah proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam ketegori-kategori tertentu yang bermakna (Turner, dkk dalam Hanifa, 2013). Contohnya enam kategori penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung, kanker, tumor, demam berdarah, stroke, dan batu ginjal. 2.1.4 Makna Menurut KBBI makna merupakan arti, atau maksud pembicara atau penulis terhadap pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Adapun makna yang digunakan

dalam penelitian ini adalah makna konotatif. Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. 2.1.5 Skema-Citra Johnson dan Kovecses (dalam Siregar 2013), mengatakan bahwa skema-citra adalah pola-pola dinamis yang berulang dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita. Dalam kaitan dengan defenisi skema-citra, Kovecses (dalam Siregar 2013), menegaskan bahwa skema-itra pada dasarnya adalah imajistik dan tidak proposisional dan kedua, skema-citra sangat skematik atau abstrak. 2.1.6 Ranah Sumber dan Ranah Sasaran Konvecses (dalam Siregar 2013) mengatakan bahwa ranah sumber ialah jenis ranah yang lebih konkrit, sedangkan ranah sasaran adalah jenis ranah yang lebih abstrak. Ranah Sumber yang lebih konkrit digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran. 2.2 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual. Menurut Lakoff dan Johnson (dalam Mulyadi, 2010:17) metafora sebagai ekspresi bahasa terdapat dalam sistem konseptual manusia. Mereka menyatakan bahwa pencipta metafora sesungguhnya merupakan satu aspek dari kecenderungan manusia dalam menggolongkan pengalamannya. Dalam kalimat lain, cara manusia menata pikirannya, menerapkan pengalamannya, ataupun melakukan tindakannya sehari-hari, sebagian besar berdimensi metaforis.

Konsep metafora mulai berkembang sejak terbitnya buku Metaphors We Live By (1980) yang ditulis oleh George Lakoff bersama koleganya, Mark Johnson. Buku ini menginspirasi pengembangan paradigma liguistik kognitif (Siregar, 2013:15). Lakoff (dalam Silalahi, 2005:2) menyatakan bahwa metafora adalah penyamaan yang bersifat lintas ranah konseptual di dalam sistem konseptual yang memiliki hakikat dan struktur metafora. Dalam penelitian ini diterapkan teori Metapora Konseptual yang bersumber dari ancangan linguistik kognitif. Siregar (2013) dalam tesisnya, menjelaskan bahwa ciri penting dari teori ini adalah pemanfaatan aspek tertentu dari ranah sumber atau ranah sasaran yang berperan pada metafora. Artinya, jika disarankan bahwa metafora konseptual dapat dinyatakan dengan A adalah B, ini tidak berarti bahwa seluruh konsep A atau B tercakup, yang dipilih hanyalah konsep tertentu. Teori metafora konseptual bukanlah teori yang asing lagi bagi literatur bahasa Indonesia. Telah banyak ahli yang menerapkan teori metafora konseptual di dalam penelitian mereka. Silalahi (2005) memakai teori metafora konseptual pada kajiannya Metafora dalam Bahasa Batak Toba. Silalahi menjelaskan delapan jenis metafora dalam bahasa Batak Toba yang memiliki struktur/pola, seperti X adalah Y, atau X sebagai Y. Siregar (2013) juga menerapkan teori metafora konseptual pada tesisnya, Metafora CINTA dalam Bahasa Angkola. Pemetaan konseptual mampu menjelaskan konsep dan makna dari leksikal PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Proses dalam langkah yang dilakukan pemetaan konseptual adalah mengelompokkan konsep-konsep yang mengonseptualisasikan metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan ciri semantisnya. Pada tahap analisis, teori metafora konseptual dimuat dalam bentuk pemetaan konseptual dalam ranah sasaran ke ranah sumber.

Dalam penelitian ini, metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia dianalisis memakai skema-citra. Menurut Kovecses (dalam Mulyadi, 2010:19), skema-citra ialah pola-pola yang berulang, pola-pola dinamis dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita. Skema-citra berperan penting dalam struktur konseptual. Tanpa penggunaan skema-citra, sukar bagi siapa pun untuk memahami pengalaman. Alasannya, karena pengalaman fisik manusia hadir dan bertindak pada dunia, karena mencerap pengalaman, memindahkan tubuh, mengerahkan dan mengalami daya, dan lain-lain, manusia membentuk struktur konseptual dasar yang kemudian digunakan untuk menata pikiran melintasi rentang ranah yang lebih abstrak. Johnson (dalam Siregar, 2013:18), skema-citra sebagai suatu level struktur kognitif yang lebih primitif yang mendasari metafora dan menyajikan hubungan sistematis antara pengalaman badani dan ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa. Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN memiliki elemen struktural sumber, jalur, dan arah. Berdasarkan logika dasarnya, apabila seseorang pergi dari A ke B dia harus melewati setiap titik persimpangan yang menghubungkan A dengan B. Metafora hidup sebagai PERJALANAN mengasumsikan skema SUMBER-JALUR-TUJUAN. Pemetaan dan submetafora pada metafora kompleks ini adalah MAKSUD sebagai TUJUAN. Peristiwa kompleks juga pada umumnya melibatkan keadaan awal (SUMBER), tahap tengahan (JALUR) dan tahap akhir (TUJUAN). Hal tersebut menjelaskan bahwa skema-citra menyediakan pemahaman tentang dunia, baik secara harfiah maunpun secara figuratif (Adapun penjelasan tentang skema-citra, dikutip dari kovecses dalam Siregar (2013) dan Mulyadi(2010)).

2.3 Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pada bagian ini peneliti meninjau secara ringkas penelitian sebelumnya yang saling berhubungan dengan penelitian ini. Pertama, Siregar (2013) dalam penelitian yang berjudul Metafora Cinta dalam Bahasa Angkola membahas kategorisasi makna metafora cinta dengan menggunakan teori Metafora Konseptual. Data penelitian diperoleh dari sejumlah narasumber melalui wawancara dan juga melalui penyebaran angket. Menurur Siregar metafora cinta dalam bahasa Angkola terdiri atas sembilan kategori, yaitu (1) CINTA sebagai CAIRAN DALAM WADAH, (2) CINTA sebagai DAYA, (3) CINTA sebagai BINATANG BUAS, (4) CINTA sebagai PASIEN, (5) CINTA sebagai PERJALANAN, (6) CINTA sebagai PERANG, (7) CINTA sebagai BENDA, (8) CINTA sebagai KESATUAN, dan (9) CINTA sebagai PERMAINAN. Pemetaan dalam penelitian Siregar terdapat lima skema, yaitu (1) skema WADAH, (2) skema DAYA, (3) skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, (4) skema RUANG, (5) skema HUBUNGAN. Penelitian ini banyak memakai model penelitian yang digunakan oleh Siregar. Analisis yang digunakan sangat menginspirasi untuk melakukan penelitian ini, khususnya cara untuk penetapan kategorisasi dan pemetaan pada ranah sumber dan ranah sasaran. Kedua, Mulyadi (2010a) dalam artikel yang berjudul Metafora Emosi dalam Bahasa Indonesia membahas tipe-tipe metafora emosi dalam bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh verba gerakan. Teori yang digunakan adalah teori metafora konseptul. Data bersumber dari surat kabar dan majalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseptualisasi emosi dalam bahasa Indonesia terdiri atas sembilan tipe metaforis, yaitu (1) CAIRAN, (2) BENDA, (3) LAWAN, (4) BINATANG BUAS, (5) MUSUH TERSEMBUNYI, (6) BEBAN, (7) TEMPAT, (8) DAYA

ALAMI, (9) DAYA FISIK. Penelitian Mulyadi menghasilkan dua pemetaan ranah pengalaman gerakan dan emosi pada metafora emosi, yaitu skema WADAH dan skema RUANG. Pemetaan tersebut merupakan susunan sistematis antara ranah sumber dan ranah sasaran melibatkan gagasan kendali. Penelitian Mulyadi memberi kontribusi dalam penelitian ini untuk lebih memahami batasan-batasan citra metaforis serta pemetaan yang dilakukan sangat bermanfaat dalam penelitian ini. Ketiga, Rajeg (2009) meliputi metafora konseptual dan metonimi yang berjudul Cintanya Bertepuk Sebelah Tangan : Metaphoric and Metonymic Conceptualisation of Love in Indonesia. Konsep emosi cinta dalam bahasa Indonesia dipahami dalam konsep metafora dan metonimi. Rajeg menghasilkan empat belas tipe metafora konseptual yang membangun struktur konsep cinta, yaitu (1) CINTA adalah CAIRAN PADA SUATU WADAH, (2) CINTA adalah KESATUAAN BAGIAN, (3) CINTA adalah IKATAN, (4) CINTA adalah API, (5) CINTA adalah KEGILAAN, (6) CINTA adalah MABUK, (7) CINTA adalah KEKUATAN, (8) CINTA adalah ATASAN, (9) CINTA adalah LAWAN, (10) CINTA adalah PERJALANAN, (11) OBJEK CINTA adalah DEWA/DEWI, (12) OBJEK CINTA KEPEMILIKAN, (13) RASIONAL adalah (ke) ATAS, EMOSIONAL adalah (ke) BAWAH, (14) SADAR adalah (ke) ATAS, TIDAK SADAR adalah (ke) BAWAH. Keempat, Silalahi (2005), dalam artikel yang berjudul Metafora dalam Bahasa Batak Toba, membahas metafora KATA dalam bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori metafora konseptual. Datanya berasal dari masyarakat yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kabupaten Toba Samosir.Dalam penelitiannya terdapat delapan tipe semantis metafora KATA dalam bahasa Batak Toba, yaitu (1) KATA sebagai BENDA, (2) KATA sebagai

CAIRAN, (3) KATA sebagai HEWAN, (4) KATA sebagai MAKANAN, (5) KATA sebagai MANUSIA, (6) KATA sebagai PERJALANAN, (7) KATA sebagai SENJATA, (8) KATA sebagai TUMBUHAN. Hasil penelitian Silalahi sangat bermanfaat untuk menjadi acuan penelitian ini karena memakai analisis dan konsep metafora dalam kerangka semantik kognitif. Kelima, Siregar (2004), dalam penelitiannya yang berjudul Metafora Kekuasaan dan Metafora melalui Kekuasaan: Melacak Perubahan Kemasyarakatan melalui Perilaku Bahasa. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual. Data penelitiannya adalah data tulis, dengan korpus yang kaya, luas, serta variatif. Hasil penelitiannya mengungkapkan beberapa kategorisasi, yaitu (1) POLITIK sebagai CAIRAN, (2) POLITIK sebagai API, dan (3) POLITIK sebagai PERANG, dan sebagainya. Penelitian Siregar dalam penelitian ini sangat penting khususnya analisa yang digunakan bermanfaat untuk penggunaan dalam penelitian ini yang juga menerapkan penetapan kategorisasi serta pemetaan pada ranah sumber dan ranah sasaran.