RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

SILENT REVOLUTION : KAMPANYE, KOMPETISI CALEG, DAN KEKUATAN PARTAI MENJELANG PEMILU Lembaga Survei Indonesia (LSI) Oktober 2008

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

AKUNTABILITAS POLITIK: EVALUASI PUBLIK ATAS PEMERINTAHAN. Temuan Survei Nasional

ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

EFEK KAMPANYE DAN EFEK JOKOWI: ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU LEGISLATIF 2014

Mencari Calon Presiden 2014

KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO SEBUAH EVALUASI PUBLIK

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

KECENDERUNGAN SENTIMEN EKONOMI- POLITIK 2008

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

PROTES MASSA DAN KEPEMIMPINAN NASIONAL SEBUAH EVALUASI PUBLIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

ARAH BARU PERILAKU PEMILIH

MEDIA SURVEI NASIONAL

Metodologi Quick Count

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK ATAS KINERJA PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007

SPLIT-TICKET VOTING, KARAKTERISTIK PERSONAL, DAN ELEKTABILITAS BAKAL CALON PRESIDEN

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

EXIT POLL PILGUB DKI JAKARTA 11 Juli 2012

ISU AGAMA KALAHKAN AHOK?

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

Jokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014

INTERNET, APATISME, DAN ALIENASI POLITIK

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax

POPULARITAS DAN PELUANG TOKOH LOKAL

BERITA RESMI STATISTIK

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

PELUANG CALON-CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI JAWA BARAT

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

Tiga Isu Menanti Kabinet Jokowi. LSI DENNY JA Oktober 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

Jakarta, 3 Desember 2009 Divisi Monitoring & Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

Flow chart penarikan sampel exit poll

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Temuan Survei: Januari 2015

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POLITICAL OUTLOOK 2014 : EFEK JOKOWI DAN KINERJA PARPOL TIGA BULAN SEBELUM PILEG 2014

Transkripsi:

RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009 Trend Sikap Elektoral Jakarta, Januari 2009 Jl. Lembang Terusan D 57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp.+62-21 3919582, Fax +62-21 3919528 www.lsi.or.id

Rasionalkah pemilih kita? Mengapa pemilih memilih partai politik tertentu, bukan partai yang lain? Mengapa memilih Golkar bukan PDIP misalnya? Dua model perilaku pemilih dapat menjawab pertanyaan tersebut, dan saling terkait: Model psikologis dan model pilihan rasional atau ekonomi-politik. Model psikologis berkaitan sebagian dengan persepsi atas partai atau citra partai dan preferensi terhadap pemimpin atau tokoh partai. Model pilihan rasional berkaitan dengan kepentingan praktis dari pemilih. Pada dasarnya, sebuah partai politik lebih dipilih karena partai tersebut dinilai lebih mampu menjawab secara lebih meyakinkan masalah-masalah yang dipandang paling mendesak oleh pemilih. Rasionalitas ini secara lebih khusus terutama berkaitan dengan partai pemerintah versus partai oposisi. Partai pendukung utama pemerintah akan mendapat ganjaran dengan mendukungnya bila pemerintah yang didukungnya dinilai pemilih berkinerja baik, dan sebaliknya akan ditinggalkan pemilih bila kinerja pemerintahnya dinilai buruk. Rasionalitas pemilih secara lebih khusus berkaitan dengan evaluasi pemilih terhadap kondisi ekonomi nasional secara umum. Bila pemilih menilai keadaan ekonomi lebih baik maka ia cenderung akan memilih partai yang berkuasa, dan sebaliknya akan memilih partai oposisi. 2

METODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah sampel 2200. Dengan sampel tersebut margin of error +/- 2,2% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Wawancara terakhir dilakukan 10-22 Desember 2008. 3

Metodologi Survei Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional Prop.1 Ds 1 Ds n Prop.k Ds 1 Ds m Desa/kelurahan di tingkat Propinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional RT1 RT2 RT3. RT5 Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random KK1 KK2 Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Laki-laki Perempuan Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan 4

DEMOGRAFI NASIONAL: Perbandingan Sampel Survei dengan Data BPS KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS JENIS KELAMIN KELOMPOK PENDIDIKAN LAKI-LAKI 50.0 50.0 <= SD 59.0 60.0 PEREMPUAN 50.0 50.0 SLTP 17.0 19.0 DESA-KOTA SLTA 15.4 18.0 DESA 59.0 59.0 Universitas 7.6 4.0 KOTA 41.0 41.0 AGAMA PENDAPATAN Islam 87.5 87.0 < 400 ribu 38.0 42.0 Kristen 9.6 10.0 400-999 ribu 35.3 38.0 Hindu 1.8 2.0 >= 1juta 26.7 20.0 Lainnya 1.1 1 ETNIS Jawa 42.2 41.6 Sunda 17.0 15.4 Melayu 3.9 3.4 Madura 3.9 3.4 Bugis 4.1 2.5 Betawi 2.0 2.5 Minang 2.9 2.7 Lainnya 23.6 28.5 5

DEMOGRAFI NASIONAL: Perbandingan Sampel Survei dengan Data BPS KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS PROPINSI PROPINSI NAD 1.8 1.9 BALI 1.4 1.5 SUMUT 5.5 5.3 NTB 1.8 2.0 SUMBAR 2.3 2.1 NTT 1.8 2.0 RIAU 2.3 2.2 KALBAR 1.8 1.9 JAMBI 1.4 1.3 KALTENG 0.9 0.9 SUMSEL 3.2 3.2 KALSEL 1.4 1.5 BENGKULU 0.9 0.8 KALTIM 1.4 1.4 LAMPUNG 3.2 3.4 SULUT 0.9 1.0 BABEL 0.5 0.5 SULTENG 0.9 1.1 KEPRI 0.5 0.6 SULSEL 3.6 3.5 DKI 3.6 3.5 SULTRA 0.9 0.9 JABAR 17.3 17.4 GORONTALO 0.5 0.4 JATENG 15.0 15.2 SULBAR 0.5 0.5 DIY 1.8 1.6 MALUKU 0.5 0.6 JATIM 16.8 16.7 MALUKU UTARA 0.5 0.4 BANTEN 4.1 4.1 PUPUA 0.9 0.9 IRJABAR 0.3 0.3 6

TEMUAN SURVEI

SIKAP ELEKTORAL PADA PARTAI POLITIK

Partai yang dipilih bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang (%) 10-22 Des 2008; N = 4100 Demokrat 23.0 PDIP 17.1 Golkar 13.3 PKB PKS Gerindra PAN PPP 4.8 4.0 3.9 3.4 3.1 Hanura 1.3 Lain-lain 7.0 Belum tahu 20.0 Partai-partai lain masing-masing: <1%. 9

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 24 22 19 16 15 14 12 7 14 13 13 12 11 11 12 12 11 19 18 18 18 13 14 14 18 15 13 20 21 16 17 16 14 20 18 18 17 17 16 18 18 18 15 13 14 13 10 12 20 10 20 21 21 24 20 9 9 19 17 16 12 14 15 19 23 17 13 PD PDIP Golkar 5.0 0.0 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Des'07 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Okt'08 Nov'08* Des'08 *Bulan Nov 2008 CIRUS SURVEYOR GROUP: N = 2500 10

12 10 8 6 4 2 0 11 8 7 6 Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 9 7 6 6 6 6 3 2 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 2 7 7 7 6 5 5 4 4 3 5 4 3 3 7 7 7 6 6 6 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 8 7.6 7 6 4 5 5.1 5 4.5 3 2 5 5 4 3 3 PKB PPP PKS PAN 11 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Des'07 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08 Des'08

4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 4 4 3 1 1 1 1 1 Gerindra Hanura 12 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Jan' 08 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08 Des'08

TEMUAN Dalam survei Desember 2008, posisi Demokrat teratas dengan 23% pemilih. Posisi ini merupakan kenaikan yang berlanjut sejak september 2008. PDIP pada survei Desember mengalami rebound menjadi 17%, setelah tiga bulan sebelumnya menurun hingga 14%. Golkar dalam survei Desember berada pada posisi ketiga dengan perolehan 13%. Posisi ini merupakan kelanjutan penurunan dalam tiga bulan terakhir, dan dalam survei LSI posisi ini merupakan yang terrendah dalam tiga tahun terakhir. Partai-partai lain belum mengalami kemajuan berarti. Mengapa Demokrat hingga survei terakhir mengalami kenaikan dan unggul untuk sementara atas partai-partai yang lain? 13

MENGAPA DEMOKRAT TERUS NAIK DALAM ENAM BULAN TERAKHIR?

FAKTOR-FAKTOR TERKAIT Citra partai Kepemimpinan Evaluasi atas kondisi makro Evaluasi atas kebijakan-kebijakan pemerintah Kampanye lewat media 15

CITRA PARTAI POLITIK

Partai paling bersih dari korupsi (%) DEMOKRAT 10.8 26 PKS 7 9 PDIP 6 8 GOLKAR PAN 2 2.9 3.7 5 Okt'08 Des'08 PPP PKB GERINDRA 1 2.4 2 2.4 3 2 HANURA 0.9 1 17

Partai paling bagus program-programnya untuk rakyat (%) DEMOKRAT 14.6 25 GOLKAR 9 12 PDIP 11.2 13 GERINDRA 6.9 8 PKS 4 4.7 Okt'08 PKB PAN PPP HANURA 2.6 3 2.4 2 2 2 1.1 1 Des'08 18

Partai paling mampu memecahkan masalah-masalah bangsa (%) DEMOKRAT 15.7 26 GOLKAR PDIP 12 10.5 12 13.8 PKS GERINDRA PKB PAN 3.3 3 2.7 3 2.6 3 2.1 3 Okt'08 Des'08 PPP 1 1.9 HANURA 0.9 1 19

Partai paling peduli pada keinginan rakyat (%) DEMOKRAT 15.2 25 PDIP 12 14 GOLKAR 9 11.2 GERINDRA PKS PKB 3 3 4 5.4 6.7 8 Okt'08 Des'08 PAN 2.2 2 PPP 1.7 2 HANURA 1.2 2 20

Rata-rata citra positif partai (%) DEMOKRAT 14 25 PDIP 10 12 GOLKAR 9 9 GERINDRA 5 6 Okt'08 PKS PKB 3 3 4 6 Des'08 PAN PPP 2 2 2 2 HANURA 1 1 21

TEMUAN Indeks Citra positif partai paling tinggi dicapai Partai Demokrat dalam survei Oktober, dan posisi Demokrat ini semakin kuat dalam survei Desember 2008. Survei Oktober 2008 pertama kali dalam empat tahun menempatkan Demokrat pada urutan pertama sebagai partai yang tidak korup. Sebelumnya selalu PKS yang berada pada posisi pertama. Posisi demokrat tersebut makin kuat di survei Desember 2008. Dalam survei Desember 2008, Demokrat juga unggul untuk semua kategori paling penting untuk citra partai: paling peduli, dan paling kompeten. 22

KEPEMIMPINAN Efek pemimpin partai: Memilih pemimpin partai sebagai presiden diharapkan memilih partai dari tokoh tersebut. Siapa yang akan dipilih sebagai presiden bila pemilihan presiden diadakan sekarang? 20 nama disodorkan: SBY, Mega, JK, Amin, Hidayat Nurwahid, Wiranto, Prabowo, Sultan, dll. 23

Jika pemilihan presiden diadakan hari ini, siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut? (semi terbuka dengan 20 nama, Des 08 (%) SBY Mega Prabowo Sultan Wiranto Hidayat N JK Amin Akbar Nama lain Belum tahu 3 2 2 1 1 5 4 5 15 19 43 0 10 20 30 40 50 24

Jika pemilihan presiden diadakan hari ini, siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut? 55 (semi terbuka lebih dari 20 nama) (%) 50 45 40 48 39 38 43 SBY 35 30 25 20 15 17 26 32 20 33 25 33 23 21 31 30 25 32 24 18 19 Mega Des'06 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des' 07 Apr'08 Juni'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 25

Jika pemilihan presiden diadakan hari ini, siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut? (semi terbuka lebih dari 20 nama) (%) 10 9 9 8 7 6 5 4 3 2 4 4 6 3 6 4 3 5 4 6 4 2 7 6 2 2 5 3 2 6 5 3 2 8 6 5 4 3 2 2 Wiranto Sultan Prabowo JK 1 0 0 0 0 0 1 Des'06 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des' 07 Apr'08 Juni'08 Sep'08 Okt'08 Des' 08 26

elektoral pada SBY vs. Megawati (%) 100 80 60 55 59 40 20 27 25 18 16 0 SBY Megawati Belum tahu Okt'08 Des'08 27

Trend sikap elektoral pada SBY vs. Megawati (%) 75 65 63 64 55 55 52 54 45 49 55 59 SBY 45 35 25 15 5 23 14 24 12 36 10 34 15 34 12 43 12 36 16 27 18 25 16 Mega Belum tahu Sep' 06 Des'06 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun' 08 Sep'08 Okt'08 Des'08 28

Paralel memilih SBY dan memilih Demokrat (%) r =.76 55 50 45 40 35 48 39 33 32 33 32 31 38 43 Memilih SBY dari 20 lebih calon 30 25 25 20 15 10 16 10 12 14 13 9 9 12 17 23 Memilih Demokrat 5 Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 29

Paralel pilihan pada Mega dan pada PDI Perjuangan (%) 40 35 30 25 20 15 10 17 17 18 26 16 20 25 20 23 21 21 21 24 30 20 24 18 14 19 17 Mega Pilih PDIP Des'06 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des' 07 Apr'08 Juni'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 30

Distribusi pilihan pada pemimpin/tokoh partai pada pilihan partai (%) Sultan Wiranto 22 23 33 Hanura Prabowo 45 Gerindra Amin Hidayat N. 47 58 PAN PKS Golkar JK 59 PDIP Mega 65 Demokrat SBY 15 47 0 10 20 30 40 50 60 70 31

Distribusi pilihan pada partai pada pilihan atas calon presiden (%) Hanura 47 Gerindra 62 Wiranto PAN PKS 18 26 30 42 Prabowo Amin Hidayat JK Golkar 8 49 Mega Sby PDIP 74 Demokrat 0 20 40 60 80 100 89 32

TEMUAN Hubungan antara pilihan atas pemimpin partai dan pilihan atas partai sangat kuat. Semakin tinggi pilihan terhadap pemimpin sebuah partai untuk menjadi presiden maka semakin kuat pula kecenderungan memilih partai bersangkutan. Yang memilih SBY jauh lebih tinggi (43%) dari yang memilih Demokrat (23%), dan akibatnya pemilih SBY tersebar juga pada partai lain, terutama Golkar. Efek Mega terhadap PDIP lebih tinggi karena gap antara pemilih Mega dan PDIP sangat kecil. Efek JK terhadap Golkar juga kuat, Cuma masalahnya yang memilih JK terlalu sedikit (2%). Pola seperti JK ini terjadi juga pada Nur Wahid, Prabowo, Amin, dan Wiranto. Sementara Sultan masih kabur hubungannya dengan partai. Hanya sedikit terlihat hubungannya dengan Golkar. 33

KEBIJAKAN DAN KINERJA PRESIDEN DAN PEMERINTAH Kepuasan atas kinerja Presiden Kondisi politik, kemanan, penegakan hukum, dan ekonomi nasional Kinerja pemerintah dalam penguarangan tingkat kemiskinan dan pengangguran, dalam bidang pendidikan dan kesehatan, penyelesaian konflik horizontal, dan pemberantasan korupsi. Program-program sosial: BLT, PNPM Mandiri, BOS, penurunan harga BBM. Kinerja dalam merespon krisis global 34

TINGKAT KEPUASAN DENGAN KINERJA PRESIDEN SBY

Evaluasi atas kinerja Presiden: Puas dengan kinerja Presiden dan Wakil Presiden (%) 80 75 70 65 60 55 80 77 71 69 65 63 64 65 56 56 59 58 50 52 53 67 67 63 64 61 62 58 55 54 54 50 45 49 49 56 55 50 58 56 53 54 51 51 48 40 35 39 30 56 45 63 49 55 69 58 36 Nov'04 Des'004 Mar'05 Jun'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Jun'06 Sep'06 Nov' 06 Des'06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 SBY JK

Paralel antara Kepuasan dengan dan Pilihan atas SBY sebagai Presiden bila Pemilu sekarang (%) 75 65 67 63 69 55 45 35 25 48 50 39 55.5 58 53 54 32 33 33 31 45 25 56 32 38 43 Kepuasan atas kinerja SBY Memilih SBY dari 20 lebih calon presiden 15 Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 De'08 37

TEMUAN Dalam empat tahun menjabat sebagai presiden tingkat kepuasan publik pada kinerja SBY sangat fluktuatif. Kepuasan tertinggi dicapai ketika bulan madu, tahun ketika SBY baru terpilih (Akhir 2004). Penurunan terdalam ditemukan pada Juni 2008, di mana kepuasan pada SBY di bawah 50%, yakni 45%. Tapi pada bulan September-Desember 2008, kepuasan publik pada kinerja Presiden SBY kembali naik secara signifikan,kembali berada di atas tingkat psikologis 50%, dan berada di angka paling sering muncul dalam survei selama empat tahun terakhir, yakni 50-60%. Kepuasan pada kinerja Presiden pada Desember sebesar 69%, mendekati angka awal Presiden menjabat. Yang sangat penting dari variabel tingkat kepuasan atas kinerja SBY ini adalah bahwa ia sangat paralel dengan dukungan terhadap SBY sebagai presiden bila pemilihan dilakukan pada saat itu. Bila kepuasan pada kinerja SBY naik, maka angka dukungan terhadapnya sebagai presiden juga naik, dan bila turun maka juga turun, dan bila stagnan maka juga stagnan. Jadi ketidakpuasan publik pada kinerja SBY dapat menjatuhkannya untuk tidak dipilih kembali sebagai presiden. Apa yang membuat naik atau turun kepuasan pemilih pada SBY? 38

Kondisi Indonesia secara umum Keaadaan politik nasional, keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, keadaan ekonomi nasional, dan Krisis Keuangan Global

Keadaan politik dan pemerintahan nasional sekarang (%) 50 40 30 20 10 39 30 20 11 34 34 31 27 28 24 13 8 37 35 22 7 40 38 37 29 29 29 25 23 21 10 9 9 39 32 19 10 Baik Sedang Buruk Tidak tahu 0 April' 04 Sep'04 Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Yang mengatakan buruk menurun. 40

Keadaan penegakan hukum secara nasional sekarang (%) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 46 43 41 30 18 46 41 37 34 34 33 28 26 22 23 22 18 14 Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Yang mengatakan buruk menurun Baik Sedang Buruk Tidak tahu 41

Keadaan keamanan dan ketertiban secara nasional sekarang (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 52 59 58 55 57 57 30 31 28 29 24 25 18 14 11 10 12 10 6 3 2 4 3 5 Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Baik Sedang Buruk Tidak tahu Tidak ada perubahan berarti. Yang mengatakan baik jauh lebih banyak dari yang mengatakan buruk. 42

Politik, keamanan, dan hukum Ada sejumlah kecenderungan menarik dari evaluasi publik atas kondisi politik dan pemerintahan, kemanan, dan penegakan hukum. Pada bulan April 2004, ketika Megawati menjabat sebagai presiden, dan ketika pemilu presiden akan dilaksanakan, yang menilai kondisi politik dan pemerintahan secara negatif (buruk) sebesar 39%, kemudian pada bulan September menurun pada 31%. Setelah setahun SBY menjadi presiden, penilian negatif ini kembali turin menjadi 24%. Angka ini tidak banyak berubah hingga September 2008. Setelah itu pada Oktober hingga Desember kembali turun, dari 25% (Sept 08) menjadi 19% (Des 08). Pada masa Presiden SBY yang mengatakan kondisi politik dan pemerintahan baik selalu di atas yang mengatakan sebaliknya meskipun selisihnya tidak terlalu besar. Yang mengatakan baik dan sedang selalu di atas 60%. Pada masa setahun terakhir Megawati berkuasa, penilaian itu rata-rata di bawah 60%. Dengan kata lain, pada masa SBY sekarang kondisi politik dan pemerintahan cukup baik, sedangkan pada masa Mega cukup. 43

Lanjutan Dalam penegakan hukum sepanjang empat tahun pemerintahan SBY, yang mengatakan buruk relatif stabil di angka antara 18-22%. Yang mengatakan baik selalu dua kali lipat dari yang mengatakan sebaliknya. Dan yang mengatakan sedang juga cukup jauh dari yang mengatakan buruk dan relatif stabil. Jadi secara umum kondisi penegakan hukum secara nasional dinilai publik cukup baik. Yang terbaik pada masa SBY adalah kondisi keamanan nasional. Dalam empat tahun terakhir yang mengatakan bahwa kondisi keamanan nasional buruk hanya sekitar 10-20%, dan kecenderungannya semakin menurun. Sebaliknya, yang mengatan baik selalu di atas 50%. Yang mengatakan sedang selalu dua kali lebih besar dari yang mengatakan buruk, dan cenderung meningkat. Jadi, secara umum, publik menilai bahwa kondisi keamanan nasional di bawah Presiden SBY baik atau bahkan sangat baik. 44

Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 41 36 Sep'03 2328 0 38 29 Okt' 04 Des'04 31 35 29 26 32 37 5 5 5 32 37 24 24 24 7 47 5 22 15 A pr' 05 Jun'05 Sept' 05 Des'05 53 10 Sept' 06 Des'06 50 43 38 29 33 22 23 23 22 42 28 25 7 6 5 5 4 32 31 33 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 45 27 22 6 49 24 19 8 A pr'08 Jun'08 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu 58 21 17 44 25 26 40 37 31 32 24 25 4 5 6 6 Sep' 08 Okt'08 Des'08 45

Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 60 58 50 40 30 20 41 31 32 29 37 37 26 23 28 29 53 47 24 22 43 29 50 38 33 23 42 32 28 31 45 27 49 24 17 44 25 40 37 31 32 10 Sep'03 Okt' 04 Des'04 Apr' 05 Jun'05 Sept' 05 Des'05 Sept' 06 Des'06 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Apr'08 Jun'08 Sep' 08 Okt'08 Des'08 Lebih baik Lebih buruk 46

Trend Net kondisi ekonomi nasional: lebih baik lebih buruk (%) 50 25 0-25 -50 Sep'03-18 1 2 Des'04-11 5-23 Des'05-31 -14-5 Des'06-27 -14-1 -18 Des'07-25 -41-9 -19 Des'08-5 Yang mengatakan keadaan ekonomi lebih buruk lebih banyak dari yang mengatakan lebih baik, tapi dalam empat bulan terakhir sentimen negatif cenderung menurun. 47

Trend inflasi dalam empat bulan terakhir, Sep-Des 2008 (%) Sumber: BPS 1 0.97 0.5 0.45 0.12 0-0.10 Sep'08 Okt'08 Nov'08 Des'08-0.5 48

Kerja pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah berikut: Baik atau Sangat Baik, (%) 50 45 40 35 30 25 20 15 40 33 27 29 38 43 32 24 20 24 29 36 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 10 5 0 Mengurangi kemiskinan Mengurangi pengangguran Kinerja pemerintah dalam untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran secara umum dinilai buruk, tapi dalam emapt bulan terakhir penilaian negatif ini semakin menurun. 49

Kinerja pemerintah dalam menggulangi masalah : Baik atau sangat baik (%) 90 80 82 Konflik di daerah 70 60 50 58 65 62 55 57 58 56 63 61 77 Korupsi 45 40 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Yang mengatakan baik semakin besar. 50

Kinerja pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan: Baik atau sangat baik (%) 85 80 75 70 65 60 55 50 75 79 79 80 80 76 77 74 69 70 70 67 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 45 40 Pendidikan Kesehatan Dalam empat tahun yang mengatakan baik adalah mayoritas, dan dalam empat bulan terakhir semakin besar jumlahnya. 51

Temuan Penilaian berbeda ditemukan pada ekonomi. Sepanjang pemerintahan SBY yang mengatakan bahwa kondisi ekonomi nasional lebih baik sekarang selalu di bawah yang mengatakan sebaliknya. Tapi dalam enam bulan terakhir gap itu semakin mengecil: Jumlah yang menilai negatif menurun, dan yang sebaliknya meningkat. Penilain positif publik pada kinerja pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan pengangguran selalu rendah, tapi ada kecenderungan membaik pada September hingga Desember ini meskipun masih negatif. Yang selalu mendapat penilaian postif dari rakyat atas kinerja pemerintah SBY, selain masalah politik dan hukum, adalah masalah sosial yang berkaitan dengan pendidikan dan 52

Tahu ada krisis keuangan global (%) 70 60 56 62 50 40 44 38 Okt'08 30 Des'08 20 10 0 Tahu Tidak tahu 53

Mulai merasa pengaruh negatif krisis itu pada ekonomi nasional (%) 90 80 70 60 81 84 50 40 Okt'08 Des'08 30 20 10 19 16 0 Ya Tidak 54

Melihat pemerintah bekerja keras mencegah pengaruh negatif krisis itu (%) 90 80 70 60 80 81 50 40 Okt'08 Des'08 30 20 10 20 19 0 Ya Tidak 55

Benar atau tidak benar langkah-langkah pemerintah mencegah pengaruh negatif krisis itu (%) 90 80 70 60 77 85 50 40 Okt'08 Des'08 30 20 10 23 15 0 Benar Tidak benar 56

Yakin atau tidak yakin pemerintah akan mampu mengatasi pengaruh negatif tersebut (%) 90 80 70 60 76 80 50 40 Okt'08 Des'08 30 20 10 24 20 0 Yakin Tidak yakin 57

Bila tidak yakin mampu bisa dimaklumi atau tidak bisa dimaklumi karena pengaruh dari luar bukan karena pemerintah sendiri (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 78 93 Bisa dimaklumi 22 7 Tidak bisa dimaklumi Okt'08 Des'08 58

TEMUAN Publik umumnya aware dengan krisis keuangan global, dan melihat pengaruh buruk pada ekonomi nasional. Namun demikian publik masih percaya, dan makin percaya, dengan kemampuan pemerintah dan langkah-langkah yang ditempuh sejauh ini untuk menghadapi krisis tersebut. Bila efek negatif krisis itu semakin buruk dan nyata di tingkat massa yang luas maka tingkat keyakinan atas kemampuan pemerintah dapat merosot, dan kemudian berdampak negatif terhadap Demokrat dan Presiden. 59

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN KHUSUS: AWARENESS (TAHU) DAN EVALUASI (BERARTI) BLT BOS PNPM MANDIRI PENURUNAN HARGA BBM Berarti: Seberapa berarti atau tak berarti BLT bagi warga yang membutuhkan bantuan langsung? Seberapa berarti atau tidak berarti BOS untuk membantu warga mampu menjangkau pendidkan? Seberapa berarti atau tak berarti PNPM Mandiri bagi penanggulangan kemiskinan warga? Seberapa berarti atau tak berarti penurunan harga BBM dari Rp 6000 menjadi Rp 5500 bagi warga umumnya? Berarti = Sangat atau cukup berarti. 60

Tahu dan berarti program/keputusan pemerintah berikut (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 95 83 81 94 BLT BOS PNPM Penurunan harga BBM 62 90 89 80 Tahu Berarti 61

TEMUAN Umumnya warga aware dengan empat program sosial dari pemerintah. Hampir semua yang aware menilai program-program sosial tersebut berarti atau bahkan sangat berarti bagi masyarakat. 62

RASIONALITAS PEMILIH

Paralel antara pilihan pada presiden, pada Demokrat, penilian atas kinerja presiden, penilaian atas kondisi ekonominasional(%). 75 65 55 45 35 25 15 5 67 48 33 16 10 50 39 23 58 55.5 32 33 31 28 14 12 53 33 27 54 31 24 45 25 17 56 32 25 13 13 9 9 63 38 31 17 69 43 32 23 Kepuasan atas kinerja SBY Memilih SBY dari 20 lebih calon Keadaan ekonomi nasional lebih baik Memilih Demokrat Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 64

Korelasi komponen-komponen ekonomipolitik (r-pearson) Pilih SBY Pilih Demokrat Kinerja SBY Ekonomi Nasional Pilih SBY 1.76.79.72 Pilih Demokrat 1.89.79 Kinerja SBY 1.91 Ekonomi nasional 1 Semua Korelasi signifikan pada P-value.05 65

TEMUAN Koreasi antara pilihan terhadap Demokrat dan pilihan terhadap Presiden sangat kuat. Pilihan terhadap presiden punya kaitan sangat kuat dengan kepuasan atas kinerja SBY. Kepuasan atas kinerja SBY terkait dengan evaluasi positif terhadap kondisi makro nasional (keamanan, pelaksanaan pemerintahan, penegakan hukum, dan kondisi ekonomi nasional). Kepuasan juga terkait dengan kebijakan-kebijakan populer pemerintah. Pilihan pada Demokrat meningkat karena preferensi terhadap SBY untuk menjadi presiden juga meningkat. Meningkatnya preferensi terhadap SBY untuk menjadi presiden terkait dengan meningkatnya kepuasan atas kinerja SBY sebagai presiden. Meningkatnya kepuasan tersebut terkait dengan meningkatnya penilaian positif publik atas kondisi makro nasional dan juga penilaian sangat positif publik terhadap kebijakan-kebijakan populer pemerintah (BLT, BOS, PNPM, penurunan BBM). 66

TEMUAN Publik juga aware dengan krisis global dan dampaknya terhadap kondisi ekonomi nasional, tapi kebijakan-kebijakan populer tersebut menumbuhkan keyakinan publik pada pemerintah untuk menghadapi dampak krisis global tersebut. Pola-pola hubungan di atas menunjukan perilaku rasional pemilih di tanah air. Karena pemilih secara umum bersikap dan berperilaku rasional, maka Demokrat akan terancam merosot perolehan suaranya bila preferensi pada SBY juga merosot. Preferensi pada SBY akan merosot apabila kinerjanya juga merosot, dan bila kondisi makro nasional memburuk, bila kondisi ekonomi memburuk dan tanpa langkah-langkah kebijakan yang mampu meringankan beban hidup rakyat. 67

KAMPANYE DAN SOSIALISASI

Rasionalitas dan informasi Perilaku rasional pemilih sangat terkait dengan informasi yang diperoleh pemilih, dan informasi ini sangat berkaitan dengan penyebaran informasi. Informasi tersebut dapat menyebar ke pemilih lewat berbagai media, terutama televisi. Iklan politik oleh partai bisa menjadi informasi yang bisa dipercaya bila iklan tersebut memuat substansi yang sesuai dengan akal sehat, misalnya didukung oleh fakta. 69

ISI IKLAN-IKLAN DEMOKRAT Iklan-iklan Demokrat terutama berkaitan dengan capaian-capaian pemerintah SBY dalam pemberantasan korupsi, penegakan keamanan dan ketertiban, kesatuan bangsa atau penanganan konflik daerah, swasmbada beras, programprogram kesejahteraan seperti peningkatan anggaran pendidikan, pelayanan kesehatan yang terjangkau, BOS, PNPM Mandiri, dan penurunan harga BBM, dan swasambada beras. Iklan-iklan tersebut dilawan oleh iklan Gerindra dan Hanura bahwa hidup rakyat makin susah, atau oleh PDIP bahwa harga sembako semakin tidak terjangkau. Persoalannya, di antara dua isi iklan tersebut mana yang paling massif sampai ke pemilih, dan mana yang lebih meyakinkan? 70

Sering melihat spanduk, baliho, stiker, poster dari partai (%) GOLKAR PDIP 62 66 69 69 DEMOKRAT 52 62 PAN PPP PKB 43 45 49 50 49 50 Okt'08 Des'08 PKS 36 41 GERINDRA 31 40 HANURA 21 27 71

Sering melihat iklan dari partai dan tokohnya di TV (%) GERINDRA 62 73 DEMOKRAT 61 65 PDIP 45 Okt'08 GOLKAR 40 46 Sep'08 PAN HANURA 29 35 33 35 72

Suka terhadap pesan/isi iklan dari partai dan tokohnya di TV (%) Demokrat 65 70 Gerindra 63 66 Okt'08 PDIP 59 Des'08 Golkar 54 54 PAN 49 48 73

Ekspos pada iklan Demokrat dan PDIP di TV (%) 100 86 80 60 63 72 40 39 20 0 Demokrat versi pemberantasan korupsi PDIP versi Sembako pernah melihat Suka 74

TEMUAN Sosialisasi partai lewat spanduk, stiker, dll, tidak punya pengaruh berarti. Iklan Demokrat lewat TV sama massif dengan Iklan Gerindra, tapi kesan publik lebih positif pada iklan Demokrat. Iklan Demokrat lebih massif dibanding iklan PDIP, dan kesan di publik Iklan Demokrat juga lebih positif. Perbedaan-perbedaan daya jangkau dan kesan positif pemilih itu yang membuat Demokrat lebih kuat untuk sementara ini dibanding partai-partai yang lain. Sementara Golkar sampai hari ini belum keluar dengan iklan-iklan yang massif dan dengan subsansi yang meyakinkan pemilih. Akibatnya Golkar tertinggal oleh Demokrat dan PDIP. Ada kesenjangan iklan dan informasi di antara Demokrat dan Golkar. 75

KESIMPULAN Pemilih Indonesia rasional. Karena itu, Demokrat dan SBY hanya dapat dikalahkan bila kinerja pemerintah dinilai gagal oleh pemilih pada umumnya. Dan bila kegagalan itu disampaikan secara lebih massif dan lebih meyakinkan ke pemilih. Sampai Desember 2008, publik lebih menerima secara lebih massif informasi tentang sukses pemerintah SBY dibanding pemerintah sebelumnya, dan informasi ini nampaknya cukup meyakinkan publik pada umumnya. Akibatnya, Demokrat, untuk sementara, lebih unggul dibanding partai-partai lain, termasuk PDIP dan Golkar. 76

KESIMPULAN Tapi, banyak pengamat dan pelaku ekonomi yang memperkirakan bahwa dampak negatif krisis global akan sampai ke tingkat massa secara lebih dalam dalam seratus hari ke depan. Karena pemilih kita pada umumnya rasional, bila keadaan tersebut benar-benar terjadi, Demokrat dan SBY akan ditinggalkan pemilih dalam pemilu nanti. Dan ini terutama bila pemerintah SBY tidak cukup berhasil dalam program-program sosial untuk mencegah pemilih umumnya tidak jatuh dalam kondisi sosial-ekonomi yang buruk. Demokrat dan SBY akan gagal bila, akibat krisis global itu, tingkat pengangguran meningkat secara cukup tajam, daya beli untuk kebutuhan pokok menurun, dan biaya pendidikan dan kesehatan makin tidak terjangkau. 77

Jl. Lembang Terusan D 57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp.+62-21 3919582, Fax +62-21 3919528 www.lsi.or.id