BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

Onike T. Lailogo, Tony Basuki dan Yohanes Leki Seran BPTP NTT

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

SKRIPSI KASEH LESTARI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

PRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

PERSUASI : LANDASAN KEGIATAN KAMPANYE

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Di sektor pertanian, kemajuan yang dicapai dalam meningkatkan

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

MODUL KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP)

Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan BAB VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN AGENDA KE DEPAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah para petani di Desa Poncowarno Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENGANTAR. Presiden Joko Widodo, yaitu 'meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii. I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 5 Tujuan... 6 Manfaat...

II. TINJAUAN PUSTAKA

Alang-alang dan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

INOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Perspektif Manajemen Kepala Sekolah)

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan

PENGERTIAN PENYULUHAN

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran terkait pengembangan pada aspek keilmuan dan pengembangan pada aspek praktis pelaksanaan program pembangunan pertanian di lahan rawa pasang surut. 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan lokal petani terbentuk dari proses interaksi dan adaptasi petani dengan lingkungan biofisik dan sistem sosial masyarakat. Identifikasi pengetahuan lokal petani padi dan inovasi teknologi yang telah didiseminasikan kepada petani dapat memberikan gambaran dalam mengembangkan inovasi padi sawah, karena masih ditemukan petani yang melakukan reinvensi/modifikasi inovasi padi. Bentuk-bentuk pengetahuan lokal petani meliputi: a) pengetahuan lokal dalam hal pengolahan lahan (seperti teknik pembuatan saluran air/handil, teknik pembuatan pola tanam padi sistem surjan, lahan yang cocok dijadikan sebagai lahan sawah, dan pengetahuan tentang hubungan vegetasi yang tumbuh dengan kesuburan lahan), 2) pengetahuan lokal mengenai peralatan usahatani (seperti, peralatan pengolahan lahan/tajak, peralatan pascapanen/gumbaan), dan 3) 359

360 pengetahuan lokal mengenai budidaya padi di lahan pasang surut. Dengan mengintegrasikan antara inovasi dengan pengetahuan lokal petani, maka diperoleh inovasi pertanian yang berbasis pada kebutuhan masyarakat, yaitu inovasi yang didalamnya terdapat proses modifikasi inovasi oleh petani. 2. Persepsi petani terhadap komunikasi partisipatif, karakteristik inovasi padi, penyuluhan pertanian inovasi padi, pemanfaatan media informasi komunikasi, sikap petani, dan modifikasi inovasi disajikan sebagai berikut : 2.1. Komunikasi partisipatif petani dengan penyuluh dalam menerapkan inovasi padi sawah diukur dari empat indikator yang meliputi komunikasi pada tahap penumbuhan ide, komunikasi pada tahap perencanaan inovasi, komunikasi pada pelaksanaan inovasi, dan komunikasi pada tahapan pemantauan-evaluasi. Tingkat komunikasi partisipatif antara petani dengan penyuluh dalam menerapkan inovasi padi termasuk dalam kategori sedang (63.30%). Hal ini artinya kadang-kadang berlangsung komunikasi dimana terjadi interaksi antara petani dengan penyuluh dalam suasana komunikasi pribadi ataupun komunikasi kelompok dan berupaya terjadinya pengertian bersama untuk petani menerapkan inovasi, atau dengan kata lain bahwa petani dalam menentukan keputusan inovasi padi sawah tidak selalu melakukan komunikasi timbal balik dengan penyuluh baik dalam hal menentukan kebutuhan inovasi, bagaimana mengatasi permasalahan usahatani padi, menyusun perencanaan program inovasi, bagaimana menerapkan dan memanfaatkan inovasi

361 padi serta melakukan penilaian terhadap hasil dari pelaksanaan program inovasi padi di lahan rawa pasang surut. 2.2. Karakteristik inovasi padi cenderung dipersepsikan petani pada kategori sedang atau cukup baik (64. 87%). Hal ini menunjukkan bahwa petani kadang-kadang mempertimbangkan sebelum mengadopsi inovasi padi sawah dengan menilai sejauhmana inovasi tersebut dapat memberikan keuntungan dari segi ekonomis, memiliki kesesuaian dengan kondisi sosial masyarakat tani di lahan pasang surut, sejaumana inovasi memiliki kerumitan bila diterapkan, dan kemudahan untuk dicoba dan diamati petani dalam skala kecil. 2.3. Penyuluhan pertanian cenderung dipersepsikan sedang oleh petani (67.41%) hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan tidak selalu mampu mengubah perilaku petani untuk menerapkan inovasi dan diperlukan usaha lagi dari penyuluh untuk dapat meningkatkan pengetahuan, sikap maupun keterampilan petani melalui penyajian materi dan metode penyuluhan yang tepat serta intensitas penyuluhan yang dilaksanakan secara berkesinambungan. 2.4. Pemanfaatan informasi pertanian dengan menggunakan media komunikasi (antarpribadi, media ceta,k dan media elektronik) cenderung dipersepsikan petani rendah (42.41%). Kondisi ini menunjukkan bahwa petani jarang atau tidak pernah mengakses informasi petanian dengan menggunakan media komunikasi tersebut. Media komunikasi yang sering digunakan petani untuk memperoleh

362 informasi adalah media komunikasi antarpribadi (interpersonal) dan melalui komunikasi kelompok, seperti pertemuan dengan penyuluh. 2.5. Sikap petani terhadap inovasi padi sawah lebih didominasi pada sikap ragu-ragu (54.11%) atau kadang -kadang menerapkan inovasi atau sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa petani pada tataran pengetahuan (kognitif) masih menyakini dan memahami serta dapat menyatakan perasaannya bahwa dengan menerapkan inovasi sesuai anjuran masih dimungkinkan produktivitas padi di lahan pasang surut dapat ditingkatkan dan mempunyai kecenderungan akan menerapkan inovasi, namun petani juga sering berpandangan tidak mau meninggalkan begitu saja sistem usahatani tradisional padi lokal yang selama dilakukan. 2.6. Persepsi petani terhadap modifikasi inovasi padi sawah (meliputi pengolahan lahan, pemilihan varietas, persemaian/penanaman, penyiangan, pemupukan, PHT, panen, dan pascapanen) termasuk dalam kategori sedang (82.59%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum petani kadang-kadang melakukan modifikasi inovasi cara bertani padi dari teknologi anjuran yang disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat serta sistem budidaya padi lokal yang selama ini dilakukan, terutama yang berkaitan dengan penggunaan alat mesin pertanian dan pemupukan yang dipersepsikan tinggi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan petani untuk melakukan modifikasi inovasi padi adalah karakteristik inovasi (yaitu inovasi padi

363 sawah yang berkesesuaian dengan kondisi biofisik, sosial, dan budaya masyarakat tani di lahan rawa pasang surut) dan komunikasi partisipatif. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh, tetapi memberikan kontribusi terhadap perilaku petani untuk melakukan modifikasi inovasi padi adalah penyuluhan pertanian dan sikap. Hal ini disebabkan oleh faktor keyakinan diri (beliefs) petani yang tidak menyakini keuntungan dari suatu inovasi. 4. Faktor karakteristik inovasi dan komunikasi partisipatif memberikan pengaruh nyata terhadap modifikasi inovasi budidaya padi, sehingga hal ini dapat dijadikan strategi dalam kegiatan penyuluhan di lahan pasang surut, yaitu melalui pengembangan inovasi spesifik lokasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara penyuluh dan petani melalui komunikasi yang berorientasi pada pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman. 7.2. Implikasi Penelitian Implikasi dari penelitian ini adalah berupa saran-saran yang bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut sebagai acuan bagi pengambil kebijakan dalam merumuskan pembangunan pertanian di lahan rawa pasang surut. 7.2.1. Kontribusi dalam Keilmuan Komunikasi partisipatif merupakan pendekatan baru dalam strategi komunikasi pembangunan yang melihat unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi (sumber-penerima) memiliki kesetaraan posisi dan peran. Pendekatan partisipatif yang diimplentasikan pada program pembangunan pertanian di lahan rawa pasang surut menunjukkan bahwa komunikasi partisipatif berperan dalam

364 mendorong keterlibatan petani dalam pembangunan wilayah terutama pada komunikasi antara petani bersama penyuluh yang sifatnya pada komunikasi praktis, teknis ataupun komunikasi tindakan seperti komunikasi pada tahapan perencanaan program inovasi, pelaksanaan inovasi, dan komunikasi pada tahap pemantauan evaluasi yang dipersepsikan cenderung sedang sampai tinggi oleh petani yang ditunjukkan dari nilai skor capaian pada Tabel 6.4 sampai Tabel 6.6. Namun komunikasi partisipatif pada tahap penumbuhan ide yang meliputi komunikasi petani dengan penyuluh untuk menentukan kebutuhan inovasi dan bagaimana mengatasi permasalahan usahatani padi sawah justru menunjukan nilai sebaliknya. Padahal dalam kegiatan modifikasi inovasi diperlukan komunikasi ide atau gagasan untuk membangun sikap keinovatifan petani, karena menumbuhkan sikap petani terhadap inovasi diawali dengan menyampaikan ide atau gagasan sedemikian rupa agar petani mau dan mampu menerapkan inovasi. Berdasarkan temuan penelitian tersebut, maka implementasi membangun komunikasi pada tataran ide atau gagasan ini perlu diupayakan dan ditingkatkan dalam kegiatan penyuluhan pembangunan pertanian di lahan rawa pasang surut. Penelitian ini memberikan kontribusi pemikiran dan memperkuat pada penerapan model komunikasi pembangunan yang selama masih bertumpu pada paradigma dominan, yaitu pada proses penyebaran atau difusi inovasi yang cenderung dilakukan dengan pendekatan top down bergeser kepada paradigma pemberdayaan petani, yaitu meningkatkan peran serta petani dalam pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembangunan pertanian. Hal ini juga mendukung pendapat Rogers sebagai tokoh teori difusi

365 inovasi yang menyatakan bahwa paradigma dominan ternyata tidak memberikan dampak pada keberhasilan pembangunan perlu mempertimbangkan konsep alternatif mengenai peran komunikasi dalam pembangunan. Teori Difusi Inovasi Rogers (1995) pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran -saluran tertentu sepanjang waktu tertentu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru atau dalam istilah Rogers difusi adalah telaah mengenai pesan-pesan yang bersifat inovatif. Sesuai dengan pemikiran Rogers dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu : (1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan petani yang menerimanya. (2) Saluran komunikasi; alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari penyuluh kepada petani. Dalam memilih saluran komunikasi, penyuluh paling tidak harus memperhatikan tujuan diadakannya komunikasi dan karakteristik petani sasaran. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku petani secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

366 (3) Jangka waktu; merupakan proses keputusan inovasi dari mulai petani mengetahui sampai memutuskan untuk menerima/menolak dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan petani: relatif lebih awal atau lebih lambat menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial masyarakat. (4) Sistem sosial; merupakan sekumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Sistem sosial merupakan sasaran dari seorang inovator untuk mendifusikan gagasan atau ide-ide baru. Teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dengan hasil temuan penelitian disertasi ini, khususnya memperkuat salah satu elemen dari proses difusi inovasi, yaitu bagaimana pentingnya memperhatikan saluran komunikasi yang tepat dalam menyebarluaskan inovasi kepada masyarakat. Disertasi ini menunjukkan bahwa pemilihan saluran interpersonal berupa komunikasi bersifat partisipatif antara penyuluh dan petani pada tataran komunikasi ide dan gagasan dapat mendorong terjadinya perubahan sikap atau perilaku petani dalam menerima, menerapkan, dan melakukan modifikasi inovasi padi sawah di lahan rawa pasang surut. Implikasi lebih lanjut dari teori ini adalah ditinggalkannya konsep kebijakan pembangunan yang selama ini lebih menitikberatkan pada produktivitas dan pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development) dan telah diintegrasikan dengan paradigma sosial-

367 budaya sebagai keseluruhan proses pembangunan masyarakat. Dimana komunikasi nantinya akan berperan dalam perencanaan pembangunan partisipatif bersamaan dengan menguatnya isu-isu pemerataan, pengentasan kemiskinan, desentralisasi, lingkungan hidup, dan keadilan bagi masyarakat di pedesaan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi partisipatif pada tahap membangun komunikasi ide atau gagasan mutlak diperlukan hal ini lah memberikan pengaruh terhadap terjadinya modifikasi inovasi padi yang dilakukan oleh petani di lahan pasang surut. Selama ini komunikasi yang berlangsung antara petani dan penyuluh pertanian di lahan rawa pasang surut lebih banyak berlangsung pada komunikasi praktis untuk memenuhi target pencapaian peningkatan produktivitas padi sebagai konsekuensi dari paradigma dominan pembangunan yang lebih menekankan pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat. Artinya, semakin tinggi tingkat modifikasi inovasi yang dilakukan petani, maka akan semakin terlihat bahwa sebenarnya komunikasi yang berlangsung secara dua arah dengan penyuluh telah sering dilakukan, karena pada modifikasi inovasi terdapat makna adanya proses mengkombinasikan, merubah, dan menambah antara inovasi dengan pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat, dan proses tersebut memerlukan tambahan input informasi berupa pengetahuan dan keterampilan dari luar sistem sosial petani. Semakin sering hal ini dilakukan, maka dalam konteks komunikasi pembangunan partisipatif akan semakin baik. Masuknya inovasi teknologi pertanian ke dalam sistem sosial masyarakat tani mengakibatkan terjadinya proses adaptasi dan integrasi antara inovasi dengan pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat, pada tingkat komunikasi

368 pembangunan partisipatif berperan sebagai sarana mengarahkan dan membangun dialog dengan petani untuk bebas menentukan keputusan inovasi tanpa adanya intervensi dari agent pembangunan. Komunikasi yang dibangun oleh agent pembangunan lebih diarahkan pada proses-proses yang memungkinkan pihak penerima manfaat ( beneficiaries) lebih aktif dilibatkan dan proses pembangunan itu sendiri harus dimulai dari masyarakat (putting people first). 7.2.2. Implikasi Kebijakan Penelitian ini memiliki implikasi praktis terutama bagi petani di lahan pasang surut dalam menjalankan profesinya sebagai petani padi dalam menerima inovasi. Penelitian ini ternyata menunjukkan bahwa pengambilan keputusan untuk menerapkan inovasi atau modifikasi inovasi padi sawah sangat penting mempertimbangkan: 1) karakteristik dari suatu inovasi yang berbasis pada kondisi lokal dan petani, sehingga dapat menilai inovasi dari keuntungan yang diperoleh secara ekonomi/sosial, kesesuaian dengan teknologi petani, kerumitan dan kemudahan untuk dilaksanakan; 2) membangun sikap mental dan motivasi yang kuat terhadap inovasi, yaitu petani diharapkan dapat menerima dan memanfaatkan inovasi serta mampu mengitegrasikannya dengan pengetahuan lokal yang ada; 3) kegiatan penyuluhan pertanian sebagai sarana mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik karena dalam penyuluhan dikembangkan bagaimana membangun komunikasi ide atau gagasan, cara-cara baru pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat; 4) pemanfaatan informasi pertanian dengan menggunakan media komunikasi interpersonal, media cetak, dan media elektronik, yaitu petani diharapkan dapat memanfaatkan sarana

369 media informasi pertanian yang tersedia di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam meningkatkan usahataninya. Bagi pengambil kebijakan pembangunan di Kalimantan Tengah, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam proses penyuluhan dan pembangunan pertanian yang berbasis pada pengembangan pengetahuan lokal masyarakat, karena pada temuan penelitian menunjukkan bahwa variabel penyuluhan pertanian tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani (β= 0.021, p > 0.05) dan modifikasi inovasi (β= 0.010, p > 0.05), sehingga kegiatan penyuluhan perlu dievaluasi lagi dengan mengintegrasikan pada pendekatan partisipatif mengutamakan pada proses dialog, interaktif, dan membangun komunikasi ide atau gagasan dari petani Kondisi yang menyebabkan penyuluhan pertanian tidak berpengaruh terhadap modifikasi inovasi diduga disebabkan oleh komunikasi partisipatif yang dibangun oleh penyuluh dan petani lebih berlangsung pada tahapan komunikasi praktis, seperti pada tahap pelaksanaan dimana petani sudah terbiasa mendapatkan petunjuk dari kegiatan usahatani sebelumnya mengenai apa yang semestinya dilakukan, tetapi pada saat penumbuhan ide hal ini yang menjadi titik kritis dari keseluruhan proses penyuluhan pertanian yang perlu ditingkatkan lagi, dimana seorang penyuluh dapat membantu petani untuk bagaimana menyampaikan gagasannya. Komunikasi gagasan inilah yang perlu diperkuat dalam kegiatan penyuluhan, sehingga temuan dari penelitian ini adalah membangun komunikasi gagasan antara penyuluh dan petani melalui kegiatan penyuluhan pertanian.

370 Berdasarkan keseluruhan uraian dan analisis mengenai penelitian ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini mengandung kelemahan-kelemahan yang masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang lebih baik. Adapun kelemahan-kelemahan yang dirasakan penulis antara lain: pendalaman obyek penelitian yang dirasakan masih kurang konfrehensif, hal ini dikarenakan kondisi petani sebagai responden penelitian baik secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi obyektifitas hasil penelitian di lapangan; serta penggunaan metode penelitian untuk memahami, mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan permasalahan dirasakan belum maksimal, sehingga permasalahan yang dirumuskan belum menjawab permasalahan pembangunan pertanian di lahan rawa pasang surut secara keseluruhan. Walaupun demikian, penelitian ini memperkuat perspektif komunikasi pembangunan yang mengutamakan pada komunikasi gagasan dan berasumsi bahwa petani adalah sumber informasi yang perlu didengarkan, sehingga akan terjadi pertukaran informasi, pengalaman, dan pengetahuan. Oleh karena itu, model komunikasi partisipatif yang berdasarkan pada komunikasi gagasan ini perlu diterapkan oleh Pemerintah Daerah didalam mengembangkan pembangunan pertanian di lahan pasang surut yang berbasis pada pengetahuan lokal masyarakat.