II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA WANITA MENIKAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA WANITA MENIKAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

ANALISIS PARTISIPASI KERJA PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH UPAH PER BULAN, UMUR, JENIS KELAMIN, DAN JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA TERHADAP CURAHAN JAM KERJA SEKTOR INFORMAL DI KABUPATEN TEGAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

Pengantar Ekonomi Mikro

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

I. PENDAHULUAN. berkembang terutama di Indonesia, Pertumbuhan angkatan kerja saat ini lebih

TEORI PILIHAN KONSUMEN

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA MASYARAKAT MISKIN DI RT.01 RW.06 DESA TEGAL GEDE KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA WANITA MENIKAH DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KABUPATEN BREBES

Pengantar Ekonomi Mikro

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Teori Barang Publik (I)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PENAWARAN AGREGAT. Minggu 14

MATERI II: TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MODERN

Fungsi produksi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan hubungan antara output (jumlah produksi barang/jasa) dan faktor-faktor produksi (input).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA MASYARAKAT MISKIN DI RT.01 RW.06 DESA TEGAL GEDE KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

Pengantar Ekonomi Mikro

TEORI PERILAKU KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

ANALISIS TENTANG SETENGAH PENGANGGUR DI INDONESIA: ANTARA SUKARELA DAN KETERPAKSAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

Teori Ekonomi Mikro Review 1-6

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

PERMINTAAN DAN TERBENTUKNYA HARGA PASAR

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Penawaran Agregat

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

Template Standar Powerpoint

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian umum mengenai tenaga kerja telah tercantum dalam Undang-Undang

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KULIAH KE - 4 TEORI PERILAKU INDIVIDUAL

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L


KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Household Behavior and Customer Choice

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Swalayan Menurut Kotler dan Keller (2007), pasar swalayan adalah satu toko yang cukup besar yang menyediakan seluruh kebutuhan rumah tangga, barang-barang kosmetik, bahkan obat-obatan. Suatu toko dapat dikatan sebagai swalayan jika berukuran paling kecil 100m 2. Pasar Swalayan dikelompokkan menjadi empat jenis, diantaranya: a. Minimarket Minimarket merupakan toko kelontong atau toko berukuran 100m 2 hingga 999m 2 yang menjual segala macam barang dan makanan. Minimarket menerapkan sebuah sistem mesin kasir point of sale untuk penjualannya, namun tidak sebesaar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong,minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang-barang yang dibutuhkan di rak yang tersedia dan membawanya ke meja kasir untuk membayar. b. Supermarket Supermarket juga merupakan toko menjual segala macam barang dan makanan, namun supermarket menjual lebih banyak barang dibandingkan minimarket.

12 Supermarket juga berukuran lebih luas dari minimarket, yaitu sekitar 1000m 2 hingga 4999m 2, namun ukuran ini masih lbih kecil jika dibandingkan dengan hypermarket. c. Hypermarket Sama seperti minimarket dan supermarket, hypermarket toko yang menjual segala macam barang dan makanan. Namun hypermarket memiliki ukuran yang lebih luas, yaitu sekitar 5000m 2 atau lebih. Hypermartket dibangun di lahan yang luas dan dilengkapi dengan sarana yang lebih lengkap, seperti arena bermain anak, bioskop, dan lahan parkir yang lebih luas. 2. Definisi Tenaga Kerja Menurut Simanjuntak (1998), tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain. Seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai enduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

13 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tenaga kerja berarti orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu. Misalnya pekerja, pegawai, atau orang yang melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur dalam batas usia kerja. Tenaga kerja dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan penduduk usia kerja yang terlibat atau berusaha terlibat dalam kegiatan produktif. Angkatan kerja kemudian dibagi lagi menjadi golongan pekerja dan penganggur. Pekerja adalah orang-orang yang bekerja Golongan ini mencakup orang yang memiliki pekerjaan dan sedang bekerja dan golongan orang yang memiliki pekerjaan namun untuk sementara waktu sedang tidak bekerja. Seseorang dapat dikategorikan sebagai pekerja apabila memiliki waktu untuk melakukan kegiatan produktif setidaknya satu jam selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan dilakukan. Sedangkan penganggur adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan atau berusaha mencari pekerjaan minimal satu jam selama seminggu yang lalu sebelum dilakukan pencacahan. Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan, dan sedang mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja dibagi menjadi golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, atau golongan lain yang menerima pendapatan. Ketiga golongan ini sewaktu-waktu bisa saja menawarkan jasanya untuk bekerja, sehingga ketiganya sering disebut sebagai angkatan kerja potensial.

14 3. Penawaran Tenaga Kerja Menurut T. Froyen (1990), tingkat kepuasan individu dipengauhi secara positif oleh pendapatan riil yang, yang mmberikan kemampuan bagi individu untuk memperoleh barang dan jasa ataupun waktu luang. Namun salah satu di antara waktu luang dan kemampuan individu untuk membeli barang dan jasa harus dikorbankan, karena pendapatan meningkat dengan bekerja, yang berarti mengurangi waktu luang yang dapat dinikmati oleh individu. Income A B U 3 U 2 C N 1 N 2 N 3 U 1 N Gambar 2. Keputusan Penawaran Tenaga Kerja Sumber: Richard T. Froyen 1990 Gambar 2 mengilustrasikan pilihan yang dihadapi individu. Sumbu horizontal mengukur jumlah jam kerja per hari. Jumlah jam kerja diukur dari sisi kanan ke sisi kiri pada titik maksimum 24 jam, sehingga waktu luang sama dengan 24 jam dikurangi jam kerja yang ditawarkan. Sedangkan pendapatan riil diukur diukur pada sumbu vertikal dan sama dengan tingkat upah W/P dikalikan jumlah jam kerja yang ditawarkan (N S ). Garis kurva pada grafik (yang dinamai U 1, U 2, U 3 )

15 adalah kurva indiferens. Titik-titik di sepanjang masing-masing garis ini adalah kombinasi dari pendapatan dan waktu luang yang memberikan kepuasan sama. Kecuraman kurva indiferens menentukan tingkat kesediaan untuk menukarkan waktu luang dengan pendapatan. Pengorbanan satu unit waktu luang akan meningkatkan satu unit jam kerja (N S ). Kurva di posisi yang lebih tinggi dan lebih kanan menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih besar. Garis yang berasal dari titik nol pada sumbu horizontal menggambarkan garis anggaran yang dihadapi. Dimulai dari titik nol, individu dapat menukarkan waktu luangnya untuk mendapatkan pendapatan pada tingkat sama dengan upah riil per jam (W/P). Lereng garis anggaran mencerminkan tingkat upah riil. Semakin tinggi tingkat upah riil, semakin curam garis anggaran yang merefleksikan fakta bahwa jika kita meningkatkan satu unit jam kerja pada tingkat upah yang lebih tinggi kita akan menerima peningkatan pendapatan yang lebih tinggi daripada di saat tingkat upah lebih rendah. W/P W 1 A B W 2 C W 3 N 1 N 2 N 3 N Gambar 3. Kurva Penawaran Tenaga Kerja Sumber: Richard T. Froyen, 1990

16 Pada Gambar 3, kita membangun kurva penawaran tenaga kerja individu. Kurva penawaran ini terdiri dari titik A,B, dan C yang berasal dari Gambar 2 yang mencerminkan jumlah penawaran jam kerja individu pada setiap tingkat upah. Kurva penawaran tenaga kerja agregat diperoleh dari penjumlahan seluruh kurva penawaran tenaga kerja yang akan menghasilkan penawaran tenaga kerja total pada setiap tingkat upah riil. Kurva penawaran tenaga kerja agregat dapat ditulis: N S = g Dua ciri dari teori penawaran tenaga kerja klasik ini membutuhkan ulasan lebih lanjut. Pertama, perhatikan bahwa variabel tingkat upah adalah tingkat upah riil. Kepuasan akhir yang diterima oleh pekerja adalah konsumsinya atas barang dan jasa, dan dalam menentukan pilihan untuk bekerja atau mendapat waktu luang ia akan mempertimbangkan jumlah barang dan jasa yang akan diterima dari satu unit tenaga kerja yang ia tawarkan. Jika tingkat upah naik dua kali lipat namun harga semua produk juga naik dua kali lipat, ia tidak akan merubah jumlah jam kerja yang akan ia tawarkan. Yang kedua, berdasarkan Gambar 3, kurva penawaran tenaga kerja memiliki lereng positif, semakin tinggi tingkat upah riil maka semakin banyak jumlah tenga kerja yang ditawarkan. Hal ini mencerminkan bahwa harga waktu luang semakin tinggi jika tingkat upah riil tinggi. Pada tingkat harga yang tinggi para pekerja akan memilih untuk mengurangi waktu luangnya. Efek ini adalah analogi untuk efek substitusi di dalam teori permintaan konsumen. Ada efek lain yang setara dari efek pendapatan di dalam teori permintaan konsumen. Saat tingkat upah riil meningkat, pekerja akan menerima tingkat upah yang lebih tinggi. Pada tingkat upah riil yang lebih tinggi, waktu luang akan semakin diinginkan. Jika tingkat

17 upah riil terus meningkat, mungkin akan dicapai satu titik dimana pekerja lebih memilih untuk menguranngi jam kerja mengkonsumsi lebih banyak waktu luang. Pada titik ini efek pendapatan lebih besar daripada efek substitusi. Kurva penawaran tenaga kerja akan menjadi negatif dan berbalik ke sumbu vertikal. Kurva penawaran tenaga kerja yang berbalik arah ini akan terjadi pada tingkat upah yang sangat tinggi. 4. Pendekatan Penawaran Tenaga Kerja a. Leisure Choice Setiap individu memiliki pilihan untuk menggunakan waktunya selama 168 jam per minggu dengan variasi pilihan yang berbeda apakah untuk bekerja atau untuk beristirahat, yang pasti setiap individu membutuhkan waktu biologis yang tetap untuk tetap tidur, makan, dan lain sebagainya. Dengan asumsi bahwa untuk kebutuhan yang tetap tersebt adalah 68 jam per minggu (atau paling sedikit 10 jam per hari), maka waktu yang tersisa sebanyak 100 jam per minggu dapat dilakukan pilihan yang berbeda (Kaufman & Hotchkiss, 1999). Ada dua hal yang mungkin dilakukan yaitu bekerja atau leisure. Bekerja adalah melakukan kegiatan yang akan memperoleh pendapatan, sedangkan leisure adalah kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan non pasar. Definisi waktu yang digunakan untuk leisure atau permintaan untuk leisure sama perlakuannya dengan penawaran tenaga kerja. Pilihan antara leisure dan bekerja dalam penawaran tenaga kerja dapat ditentukan dari total jam yang tersedia atau waktu endowment. Permintaan konsumen terhadap barang dan jasa tergantung dari harga dan jasa, jumlah pendapatan yang dimiliki pembeli potensial dan selera terhadap barang dan jasa. Leisure dianggap

18 sama dengan harga normal. Preferensi individu dipengaruhi oleh faktor etnis, kelas sosial ekonomi, jabatan, dan lain sebagainya. b. Jam Kerja dan Perubahan Tingkat Upah Seseorang memiliki dua pilihan, untuk bekerja ataupun menggunakan waktu luangnya (leisure). Bekerja merupakan suatu kegiatan yang membuat seseorang menghasilkan pendapatan, sedangkan leisure merupakan kegiatan non pasar. Preferensi individu terhadap pilihan untuk bekerja atau leisure ditunjukkan oleh kurva indiferens yang menggambarkan kombinasi antara income dan leisure yang memberikan tingkat kepuasan sama. Kurva indiferens memiliki empat ciri, yang pertama kurva indiferens memiliki slope negatif atau menurun ke kanan. Kedua, kurva indiferens berbentuk konvex menunjukkan adanya kaitan diminishing marginal rate of subtitution (MRS) antara leisure dan income. Ketiga, setiap kurva indiferens menunjukkan tingkat kepuasan yang berbeda, semakin ke kanan semakin besar kepuasan yang diperoleh. Keempat, kurva indiferens tidak pernah berpotongan, jika terjadi perpotongan berarti terjadi ketidakkonsistenan preferensi individu. Income/Wage IC 3 IC 2 IC 1 Leisure Gambar 4. Kurfa Indiferens Sumber : Kaufman & Hotckiss, 1999

19 Menurut Sumartoyo (2002) kesediaan untuk mengganti waktu non pasar dengan barang setiap individu berbeda. Perbedaan ini tergantung dari citarasa atau preferensi masing-masing individu. Sejumlah individu mempunya preferensi yang tinggi terhadap barang-barang pasar daripada non pasar, serta ada juga yang sebaliknya. Semakin curam kurva indiferens, maka semakin lemah peranan pendapatan untuk mengkompensasi berkurangnya waktu senggang karena keharusan memperoleh pendapatan disebut leisure prefer yang artinya individu tersebut memiliki preferensi yang kuat terhadap waktu non pasar dan apabila sebaliknya disebut income / work prefer. Selain dipengaruhi oleh preferensi, permintaan barang dan jasa juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti harga dan perbedaan pendapatan. Waktu yang digunakan sesorang untuk leisure akan mengurangi waktu yang dapat ia gunakan untuk bekerja. Karena opportunity cost dari leisure sama dengn tingkat upah per jam kerja. Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin besar pula harga leisure. Pengaruh perubahan tingkat upah terhadap jam kerja individu menimbulkan dua pengaruh yang berbeda (Kaufman & Hotchkis, 1999, Ehrenberg & Smith). Yang pertama tingkat upah naik jika seseorang bekerja dengan jam kerja yang sama sebelumnya tetapi pendapatannya lebih tinggi. Kenaikan upah akan mendorong orang untuk meningkatkan permintaan leisure dan mengurangi bekerja dan inilah yang disebut dengan efek pendapatan (income effect). Kedua, kenaikan tingkat upah akan membuat waktu luang menjadi lebih mahal, waktu yang lebih tinggi cenderung membuat orang mensubstitusian waktu luangnya dengan lebih banyak bekerja inilah yang disebut dengan efek substitusi dari kenaikan tingkat upah.

20 Perilaku penawaran dalam suatu agregat (Danim, 2003) : 1. Penduduk dan tenaga kerja Sumber utama penawaran tenaga kerja adalah penduduk. Tidak semua penduduk menawarkan tenaganya untuk bekerja di pasar tenaga kerja. Pertimbangan utamanya adalah kelayakan dari segi umur. Penduduk yang bekerja ditinjau dari umur disebut penduduk usia kerja, inilah yang disebut sebagai tenaga kerja yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan produksi. Sumber daya ini yang sering disebut sebagai manpower. 2. Angkatan Kerja Tenaga kerja mempunyai perilaku yang bermacam macam. Perilaku tersebut dibagi ke dalam dua golongan yang aktif secara ekonomis. Golongan ini terdiri dari penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya dan berhasil memperolehnya (employed) dan penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya tetapi belum berhasil memperolehnya (unemployed). a. Bekerja (employed) Merupakan penduduk yang telah mendapatkan pekerjaan tetap. b. Pencari kerja (unemployed) Secara konsepsional penganggur harus memenuhi syarat bahwa mereka juga aktif mncari pekerjaan. c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Seringkali untuk analisis penawaran tenaga kerja menggunakan TPAK dan bukan angkatan kerja absolut. d. Profil angkatan kerja

21 Untuk mempermudah pembahasan penawaran tenaga kerja biasanya perlu dibedakan berdasarkan tolak ukur tertentu, diantaranya : - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan c. Partisipasi Angkatan Kerja (Labour Force Participation) Menurut Simanjuntak (1998) terdapat beberapa faktor yang memperbarui tingkat partisipasi angkatan kerja, antara lain : 1. Jumlah penduduk 2. Jumlah penduduk dalam usia kerja atau produktif 3. Jumlah penduduk yang bersekolah dan mengurus rumah tangga 4. Struktur umur 5. Tingkat penghasilan keluarga relatif terhadap kebutuhan 6. Tingkat upah 7. Tingkat pendidikan 8. Kegiatan ekonomi pada umumnya Sedangkan menurut Hastuti (2004), tingkat partisipasi angkatan kerja dipengaruhi beberapa faktor baik secara sosial maupun demografi serta ekonomi. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Umur 2. Status perkawinan 3. Tingkat pendidikan 4. Daerah tempat tinggal

22 5. Pendapatan 6. Agama Pengaruh dari masing-masing faktor tersebut terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja bebeda antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Oleh karena itu angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja dan mencari pekerjaan, maka perkembangan angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja dipengaruhi oleh tingkat bekerja, yaitu mereka yang bekerja dan oleh tingkat pengangguran. d. Partisipasi Angkatan Kerja Wanita Dalam Hastuti (2004) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita banyak yang dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur ekonomi yang terjadi dalam proses pembangunan. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli. Sekaran (2000) mengatakan dalam pembangunan ekonomi perubahan partisipasi wanita akan mengikuti pola bentuk U. Pada tahap pertama dalam pembangunan, lapangan kerja di sektor pertanian dan sektor-sektor tradisional lainnya akan berkurang lebih cepat dari pada peningkatan lapangan kerja di sektor modern, karena menurutnya kesempatan kerja di sektor pertanian dan sektor-sektor tradisional lainnya terutama bagi wanita, di samping meningkatnya penghasilan keluarga yang menurunkan tekanan ekonomi yang sebelumnya memaksa wanita untuk bekerja. Setelah pembangunan mencapai tahapan tertentu, hubungan menjadi sebaliknya karena terjadi peningkatan pndidikan dan upah serta terdapatnya keinginan untuk menikmati kemewahan sebagai hasil dari pembangunan, mendorong wanita untuk memasuki angkatan kerja kembali.

23 Menurut Henry (2002) pola perkembangan partisipasi selama proses pembangunan tidak selalu mengikuti pola berbentuk huruf U. Apakah pembangunan ekonomi akan meningkatkan atau menurunkan TPAK wanita dalam angkatan kerja tergatung dari besarnya proporsi pekerja wanita di sektor-sektor yang mengalami kemajuan atau kemunduran selama proses pembangunan (Hastuti, 2004). Reynolds (2000) mengemukakan bahwa ada dua alasan pokok yang melatarbelakangi keterlibatan wanita dalam angkatan kerja. Pertama adalah harus, yang merefleksikan kondisi ekonomi rumah tangga yang rendah, sehingga mereka perlu bekerja untuk meringankan beban rumah tangga. Kedua adalah memilih untuk bekerja, yang merefleksikan kondisi sosial ekonomi pada tingkat menengah ke atas. Pendapatan kepala rumah tangga sudah cukup, sehingga masuknya wanita pada pasar kerja dikarenakan motivasi tertentu, seperti mencari kesibukan. Oleh karena itu semakin rendah tingkat sosial ekonomi masyarakat, maka tingkat partisipasi angkatan kerja wanita cenderung makin meningkat juga. B. Tinjauan Empiris Tabel 5. Ringkasan Hasil Penelitian Empiris No Penulis Judul Variabel Hasil 1. Riyani (2001) Bersambung Kontribusi Wanita Dalam Aktivitas Ekonomi dan Rumah Tangga Terhadap Ibu Rumah Tangga di Perkotaan Variabel Terikat : Keputusan wanita ibu rumah tangga untuk bekerja Variabel Bebas : Umur Variabel umur responden merupakan variabel yang tidak signifikan secara statistik, variabel

24 Sambungan Tabel 5. No Penulis Judul Variabel Hasil Kabupaten Purworejo 2. Rosmiyati Chodijah (2006) Bersambung Nilai-Nilai Ekonomi Rumah Tangga dalam Mempengaruhi Keputusan Wanita di Perkotaan untuk Masuk Pasar Kerja di Sumatera Selatan Responden Pendidikan responden Pendapatan suami Jumlah anak terkecil Variabel Terikat : Keputusan wanita di perkotaan untuk masuk ke dalam pasar kerja Variabel Bebas : Labor income Non labor income Umur Pendidikan Status pekerjaan Pengalaman kerja Jumlah anggota rumah tangga Jumlah anak Pekerjaan suami Opportunity cost pendapatan suami berpengaruh negatif terhadap keputusan bekerja bagi wanita ibu rumah tangga, variabel pendidikan responden berpengaruh positif terhadap keputusan bekerja bagi wanita ibu rumah tangga. Keputusan wanita menikah untuk menambah atau mengurangi jam kerja dipengaruhi oleh nilai-nilai ekonomi rumah tangga.

25 Sambungan Tabel 5. No Penulis Judul Variabel Hasil 3. Novita (2007) 4 Sony Sumarsono (2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja Wanita Pada PT.AGRICINAL Kelurahan Bentuas Kecamatan Palaran Kota Samarinda Kelurahan Bentuas Kecamatan Palaran Kota Samarinda Profil dan Keterlibatan Pekerja Wanita Pada Industri Rumah Tangga Pengolahan Pangan di Kabupaten Jember Variabel Terikat: Curahan waktu kerja Variabel Bebas : Umur Jumlah tanggungan Keluarga Tingkat pendidikan Pendapatan keluarga Upah Variabel Terikat : Curahan jam kerja Variabel Bebas : Motivasi kerja Pemilikan anak balita Pendapatan kepala rumah tangga Variabel umur, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, dan pendapatan perkapita tidak berpengaruh nyata terhadap curahan waktu tenaga kerja wanita dalam mencari nafkah. Variabel upah mempengaruhi curahan waktu tenaga kerja wanita. Variabel umur, jumlah tanggungan keluarga, pedidikan, dan pendapatan perkapita keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap curahan waktu tenaga kerja wanita dalam mencari nafkah. Sedangkan variabel upah berpengaruh positif terhadap curahan waktu tenaga kerja wanita. 5. Ariska Analisis Variabel Terikat: Variabel Bersambung

26 Sambungan Tabel 5. No Penulis Judul Variabel Hasil Damayanti (2011) Penawaran Tenaga Kerja Wanita Menikah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Penawaran jam kerja wanita menikah Variabel Bebas : Tingkat upah Pendapatan suami Jumlah tanggungan keluaga Umur Pendidikan jumlah tanggungan keluarga, umur, dan pendidikan berpengaruh positif terhadap penawaran jam kerja wanita menikah. Sedangkan variabel tingkat upah, pendapatan, pendapatan suami berpengaruh negatif terhadap penawaran jam kerja wanita menikah.