BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam Alquran tidak sedikit terdapat ayat yang memuat tentang lakilaki

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan!

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

DILEMATIKA PERIJINAN POLIGAMI. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Diskursus tentang poligami selalu menjadi kajian aktual.

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

Implikasi Pendidikan Al-Qur an Surat An-Nisa Ayat 34 tentang Bagaimana Sikap Suami terhadap Isteri di Kala Terjadi Perselisihan

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. keotentikannya telah dijamin oleh Allah, dan al-qur an juga merupakan kitab

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

Membahas Kitab Tafsir

BAB I PENDAHULUAN. perilakunya terhadap Tuhan dan implikasinya dalam interaksi sosial. 1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB V PENUTUP. kesetaraan gender dalam organisasi Muhammadiyah. Kedudukan ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pengaruh kesetaraan jender, disiplin kerja, dan pengalaman kerja secara simultan

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB IV ANALISIS PANDANGAN PARA ULAMA TERHADAP HADIS TENTANG PENCIPTAAN WANITA DARI TULANG RUSUK

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB IV ANALISIS. selama manusia ada, maka selama itu pula persoalan pendidikan ditelaah dan

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sehari -hari. Masalah ini sering muncul karena adanya salah satu pihak yang

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

BAB VI ANALISIS PEREMPUAN MENURUT HAMKA. perempuan dalam al-quran telah banyak, disebutlah dalam surat an-nisa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan bisnis di suatu negara telah tumbuh. berkembang dengan ditandai oleh masuknya para pelaku bisnis baru dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah.

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB V PENUTUP. mengambil kesimpulan bahwa:

Tidak Menghadiri Kebatilan

BAB III METODE PENELITIAN

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HASANAH DAN SAYYI AH SECARA UMUM. sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan kata سیي ھ yang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam adalah Agama yang ditetapkan Allah SWT untuk manusia, segala

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PENGANTAR KULIAH GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

kalah dengan adanya perubahan zaman itu. Manusia harus mulai sekarang aktif dalam segala hal, terutama dalam aktif belajar. Baik itu belajar di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis isi (content

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

Memahami Radikalisme Secara Utuh

PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK TUGAS AKHIR

BAB II KONSEPTUALISASI TAFSIR DAN KEPEMIMPINAN KELUARGA. diturunkannya ayat-ayat al-qur an pada masa hidup Rasulullah SAW sampai

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

Mendidik Anak di Zaman Yang Sulit

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

BAB IV. Refleksi Teologis

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

PERAN AYAH DALAM MEMBANGUN KELUARGA ISLAMI MENURUT MUFASSIR INDONESIA (Telaah QS. an-nisa: 34 dan QS. Luqman: 13)

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

DEKONSTRUKSI PENAFSIRAN AYAT-AYAT AL-QUR AN TENTANG WARISAN PEREMPUAN MENUJU KEADILAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia. Adanya komunikasi mengisyaratkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HAMSTER DAN TIKUS PUTIH DI PASAR HEWAN BRATANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka setidaknya telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: 1. Kelebihan laki-laki atas perempuan yang terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 34 memiliki ragam penafsiran, menurut para ulama tafsir (mufassir), dari zaman ke zaman mengalami perbedaan. Hal itu terbukti dengan penafisiran dari para mufasir empat zaman (Ath-Thabari, Ar-Razi, Muhammad Abduh dan Quraish Shihab). Misalnya ath-thabari, ia menyatakan bahwa kelebihan laki-laki atas perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang ditafsirkan sebagai kewajiban untuk membayar mahar dan memberi nafkah. Selain itu, dalam memahami kalimat bimaa fadhdhala Allaahu ba dhahum alaa ba adh (oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)), ath-thabari mengatakan bahwa kelebihan laki-laki atas perempuan itu adalah berupa kelebihan akal dan kekuatan fisik. Ar-Razi menyatakan bahwa, kelebihan laki-laki atas perempuan itu berdasarkan pada dua aspek, yaitu sifat-sifat hakiki dan hukum syara. Sifatsifat hakiki yang menjadi kelebihan laki-laki atas perempuan tersebut dibagi dua, yaitu ilmu dan kekuatan. Ar-Razi meyakini bahwa akal dan ilmu laki-laki lebih banyak, begitu juga dengan kemampuan laki-laki dianggap lebih 75

76 sempurna dari perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memahami kelebihan laki-laki atas perempuan,ar-razi hampir sependapat dengan Ath- Thabari, hanya saja ar-razi lebih luas pembahasannya. Berbeda dengan Muhammad Abduh dan Quraish Shihab. Abduh mengatakan bahwa kelebihan laki-laki atas perempuan dalam ayat tersebut adalah kepemimpinan laki-laki atas perempuan. Ia merujuk pada ayat sebelumnya, menurutnya ayat ini merupakan gambaran tentang kekhususan yang dimiliki laki-laki atas perempuan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kepemimpinan laki-laki atas perempuan adalah bentuk dari kelebihan yang diberikan Allah kepada laki-laki sebagai anugerah, dan Allah melarang keduanya (laki-lak dan perempuan) saling iri atas anugerah tersebut. Tidak jauh berbeda dengan Quraish Shihab, menurutnya, yang dimaksud kelebihan laki-laki atas perempuan adalah keistimewaan laki-laki yang sangat menunjang tugas kepemimpinan daripada keistimewaan yang dimiliki oleh perempuan. Di sisi lain keistimewaan yang dimiliki perempuan lebih menunjang tugasnya sebagai pemberi rasa damai kepada laki-laki serta potensi besar dalam mendidik dan membesarkan anaka-anaknya. Artinya secara tidak langsung penjelasan ayat ini bermuara pada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa sesuatu diciptakan berdasarkan fungsinya masing-masing. Berdasarkan contoh dari penjelasan para mufassir tersebut, walaupun terdapat perbedaan, setidaknya kelebihan laki-laki atas perempuan terdapat pada dua bagian, fisik dan non fisik.

77 a. Fisik, Meurut mereka secara fisik laki-laki cenderung lebih kuat dan besar dibanding perempuan. b. Non fisik Kelebihan laki-laki yang termasuk non fisik menurut sebagian mufasir terdapat pada akal, akal laki-laki lebih kuat daripada perempuan. Selain itu, bentuk kelebihan laki-laki non fisik yang lain adalah implikasi dari kelebihan yang bersifat fisik, yaitu laki-laki laki-laki memiliki peran sebagai pemimpin dalam keluarga dan dapat menikmati berbagai macam profesi. Dengan demikian, terlepas dari perbedaan pendapat mereka (para mufassir) mengenai bentuk kelebihan laki-laki atas perempuan, mereka sepakat bahwa kelebihan laki-laki tersebut sangat menopang pada potensi laki-laki sebagai pelindung dan pemimpin bagi perempuan dalam konteks keluarga. 2. Relevansi makna kelebihan laki-laki atas perempuan yang terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 34 terhadap peran perempuan dalam kehidupan sosial ketika dihadapkan pada prinsip kesetaraan gender secara umum menurut syariat Islam setidaknya terdapat pada dua wilayah, yakni domestik dan publik.

78 a. Wilayah Domestik Berdasarkan ayat tersebut, perempuan tidak bisa lepas dari perannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus melaksanakan tugas-tugas rumah tangga seperti memelihara kesejahteraan keluarga, kesehatan, hubungan keluarga yang simetris dan lain-lain. b. Wilayah Publik Adanya perbedaan pemahaman para mufassir mengenai kelebihan laki-laki atas peremmpuan dalam QS. An-Nisaa ayat 34, jika dihadapkan pada prinsip kesetaraan jender menurut Islam, yakni pada ayat-ayat yang lain yang menjelaskan tentang sisi persamaan laki-laki dan perempuan, maka perempuan tidak hanya berperan dalam di wilayah domestik saja. Perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki sebagaimana yang tercantum dalam QS. 4:32 dan QS. 16:97, persamaan hak yang ada di antara laki-dan perempuan antara lain adalah: Hak-hak Kewarganegaraan, Hak menuntut ilmu, hak berpendapat dan lain-lain. Di samping itu, perempuan dan laki-laki dalam hukum Islam juga mendapat sanksi yang sama. Hal itu menunjukkan bahwa kelebihan laki-laki yang terdapat dalam QS.An-Nisaa ayat 34 tidak relevan lagi ketika dipahami sebagai firman Tuhan yang lebih meninggikan laki-laki dari pada perempuan. B. Saran

79 Seperti yang telah dijabarkan dalam kesimpulan di atas, maka dalam memahami Alquran, seseorang hendaknya tidak memaknai atau menafsirkan ayat secara parsial agar tidak terjadi ketimpangan dalam memahami isinya, sebab betapa pun kompleksnya pembahasan masalah dalam Alquran, keseluruhan isinya merupakan satua kesatuan dari Alquran. Misalnya, telah terdapat penafsiran suatu ayat memihak salah satu gender, maka tidak mustahil akan terjadi ketimpangan di dalamnya, bisa jadi salah satu gender tersebut akan merasa diuntungkan dan gender yang lain dirugikan. Hal itu menunjukkan bahwa Alquran antara satu ayat dengan ayat yang lain bertentangan, selain itu penafsiran tersebut seolah-olah mengatakan bahwa Allah memihak kepada salah satu jenis dari hambanya. Penafsiran yang demikian itu jelas tidak sesuai dengan prinsip keadilan yang ada dalam Islam. Oleh karena itu, jika terdapat penafsiran yang lebih cenderung memihak pada salah satu gender, maka hal tersebut tidak harus diterima begitu saja tanpa ada penelusuran lebih lanjut. Hendaknya penafsiran tersebut ditelaah lagi dengan menggunakan berbagai pendekatan untuk mendapatkan makna yang lebih relevan dan mendekati kebenaran. Sebab hasil sebuah karya tafsir bukanlah Alquran. Ia hanya merupakan interpretasi yang sifatnya tentatif dan tidak lepas dari subjektifitas penafsirnya. Dengan demikian, hendaknhya seseorang tertarik untuk mengkaji ulang hasil penafsiran tersebut dengan melakukan reinterpretasi dan melakukakan rekonstruksi pemahaman terhadap suatu teks yang dinilai tidak relevan dengan realitas.

80