TINGKAT ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

1 Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENCINTA ALAM SMA NEGERI 1 MAJENANG SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG ANAK BADUTA (12-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E-journal boga, volume 3 nomor 3 yudisium Oktober tahun 2014 hal. 1-7

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKARAN KOTA SEMARANG

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE. n = Z 2 P (1- P)

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang masih belum bergizi-seimbang. Hasil Riskesdas (2007) anak balita yang

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

FORMULASI BISKUIT PADAT SIAP-SANTAP UNTUK MAKANAN DARURAT (READY-TO-EAT-BISCUIT BARS FORMULATION FOR DISASTER-RELATED EMERGENCY SITUATION)

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

MEDIA DARI KULIT SINGKONG UNTUK PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae DAN APLIKASI PADA ROTI Mochammad Wachid (1), Diana Ayu Ningrum (2)

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah *

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Nisa khoiriah INTISARI

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Dalam Upaya Mengontrol Gula Darah Di Poliklinik RS. Immanuel Bandung Srihesty Manan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Transkripsi:

TINGKAT ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-4 BULAN Arimina Hartati Pontoh* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no. Surabaya Email :admin@akbid-riyahusada.ac.id ABSTRAK Pendahuluan : Kekuranan izi bayi dan balita dapat menyebabkan terhambatnya petumbuhan dan perkembanan fisik, mental, serta dapat menyebabkan kekuranan sel otak sebesar 5 % hina %. Studi pendahuluan yan dilakukan pada bulan Februari 5 di Kelurahan Asemrowo menunjukkan terdapat 5 bayi pada kelompok umur 6-4 bulan. Status izi bayi berdasarkan BB/U yan menalami izi buruk sebanyak 8 bayi (,7, izi kuran sebanyak 47 bayi (,5, izi baik sebanyak 9 bayi (8,95 dan izi lebih sebanyak 5 bayi (,4. Tujuan dari penelitian ini adalah Menetahui hubunan tinkat asupan eneri dan protein denan status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya Tahun 5. Metode : RRancanan Penelitian yan diunakan adalah analitik observasional denan rancanan penelitian cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh bayi yan berusia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo yan berjumlah 676 bayi. Penambilan sampel dilakukan denan proportionate stratified random samplin sebanyak responden. Data yan dikumpulkan denan menunakan instrument penelitian berupa kuesioner dan from food recall 4 hour. Teknik analisa data yan diunakan adalah analisa data univariat denan menunakan distribusi frekuensi dan analisa data bivariate denan uji statistik korelasi spearman. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4,7% bayi mendapat asupan eneri yan baik, 7,6% bayi mendapat asupan protein baik, 77% status izi bayi baik (,4% status izi lebih, 4,9% kuran dan 4,6% buruk. Terdapat hubunan yan sinifikan antara asupan eneri denan status izi bayi denan pvalue =, < =,5. Tidak terdapat hubunan antara asupan protein denan ststus izi bayi diperoleh nilai p=,8 > =,5. Terdapat faktor perancu yan tidak teliti yan bisa turut mempenaruhi asupan eneri dan protein terhadap status izi yaitu anuan pada metabolisme atau riwayat penyakit infeksi kronis. Diskusi : Semakin baik asupan eneri maka status izi bayi semakin baik. Untuk mencapai status izi yan baik, perlu dilakukan penyediaan makanan denan jumlah kalori yan cukup sesuai denan usia bayi dan frekuensi makanan yan tepat Kata kunci : Eneri dan protein, status izi, bayi 6-4 bulan. PENDAHULUAN Kuran izi menyebabkan lebih dari setenah kematian anak-anak di Neara berkemban. Indonesia sebaai salah satu neara berkemban menhadapi tantanan dalam menanani kekuranan izi yan masih serin terjadi, terutama pada bayi dan balita (Suhelda,. Kuran terpenuhinya izi pada balita dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembanan fisik, mental, serta dapat menyebabkan kekuranan sel otak sebesar 5% hina %. Gaal tumbuh yan terjadi akibat kuran izi pada masa bayi atau balita dapat berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yan sulit diperbaiki. Hal ini menjadi salah satu masalah utama kesehatan masyarakat yan dapat menancam kualitas sumber daya manusia di masa mendatan (Widodo,. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun, secara nasional prevalensi kuran izi menurut indikator berat badan/umur (BB/U adalah sebesar 9,6% yan menunjukkan peninkatan dari tahun 7 maupun (Kemenkes RI,. Surabaya memiliki persentase kuran izi di atas rata-rata Provinsi Jawa Timur pada tahun yaitu sebesar,%. Hal tersebut menunjukkan masih banyaknya balita di kota Surabaya yan menalami kekuranan izi (Dinkes Kota Surabaya,. 6

United Nations Children s Fund (Unicef dalam Wijono (9 menunkapkan bahwa kekuranan izi pada anak balita dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara lansun kuran izi disebabkan oleh kekuranan konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedankan secara tidak lansun disebabkan oleh ketahanan panan di keluara, pola asuh anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan linkunan. Eneri dan protein didapatkan bayi dalam ASI maupun makanan pendampin ASI (MP- ASI, dimana pada periode 6-4 bulan pemberian makanan harus memperhatikan jumlah dan macam makanan disesuaikan denan kebutuhan untuk menambah dan melenkapi nutrien bayi. Pemberian makanan pendampin ASI adalah sebaai komplemen terhadap ASI aar anak memperoleh cukup eneri, protein dan zat izi lain untuk tumbuh dan berkemban secara optimal (Muchtadi,. Puskesmas Asemrowo tercatat memiliki anka kekuranan izi tertini tahun 4. Terjadi peninkatan prevalensi kuran izi di Puskesmas Asemrowo tahun 4 berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Surabaya yaitu sebesar 6,5%. Studi pendahuluan yan dilakukan pada bulan Februari 5 di Kelurahan Asemrowo menunjukkan terdapat 5 bayi pada kelompok umur 6-4 bulan. Status izi bayi berdasarkan BB/U yan menalami izi buruk sebanyak 8 bayi (,7, izi kuran sebanyak 47 bayi (,5, izi baik sebanyak 9 bayi (8,95 dan izi lebih sebanyak 5 bayi (,4. Data tersebut menunjukkan masih terdapat anka izi kuran dan izi buruk yan cukup banyak dan terjadi peninkatan dari tahun sebelumnya, berdasarkan wawancara denan salah satu petuas izi bahwa rata-rata keluara di wilayah Asemrowo berpenhasilan menenah kebawah. Kurannya penhasilan dapat berdampak pada penyediaan makanan terhadap anak, sehina perlu diteliti asupan eneri dan protein dalam makanan yan diberikan pada bayi karena asupan merupakan faktor lansun dan berperan pentin terhadap status izi. Berdasarkan uraian latar belakan, maka perlu dilakukan penelitian menenai hubunan tinkat asupan eneri dan protein denan status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya Tahun 5. METODE PENELITIAN Penelitian ini menunakan metode analitik observasional yan bertujuan untuk menanalisis hubunan tinkat asupan eneri dan protein denan status izi bayi usia 6-4 bulan. Populasi penelitian adalah seluruh bayi berusia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja puskesmas Asemrowo Surabaya yan terdafatar melakukan penimbanan pada bulan februari 5 sebanyak 676 bayi yan berusia 6-4 bulan. Sampel yan diunakan adalah sebaian dari populasi yan memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi sebanyak bayi. Waktu dilaksanakan penelitian bulan april-mei 5. Variabel yan diunakan tinkat asupan eneri dan protein dan status izi bayi. Analisa data menunakan uji korelasi Spearman s. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden berdasarkan tinkat pendidikan dapat dijelaskan bahwa karakteristik responden berdasarkan tinkat pendidikan ibu sebaian besar didominasi oleh pendidikan SMA yaitu ibu (6,8. Terdapat ibu yan tidak sekolah sebanyak ibu (, dan yan hanya berpendidikan SD sebanyak ibu (. Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan dapat dijelaskan bahwa sebaian besar responden tidak bekerja atau sebaai ibu rumah tana yaitu sebanyak 65 ibu (74,7. Dalam hal ini diketahui bahwa hampir sebaian besar bayi diasuh lansun oleh ibunya sendiri karena sebaian besar ibu tidak bekerja. Dari ibu yan bekerja, ibu bekerja sebaai peawai swasta, 9 ibu bekerja sebaai buruh, ibu bekerja sebaai pedaan, dan ibu bekerja sebaai penyanyi. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tana dapat dijelaskan bahwa sebaian besar responden memiliki penhasilan dibawah UMR kota Surabaya yaitu kuran dari, juta rupiah sebanyak 45 responden (5,7. Karakteristik sampel berdasarkan riwayat pemberian ASI dapat diketahui bahwa sebaian besar responden tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi dalam 6 bulan pertama masa hidupnya yaitu sebanyak 65 oran (74,7. Bayi tidak mendapat ASI secara eksklusif karena kebanyakan pada usia kuran dari 6 bulan telah diberi susu formula maupun makan tambahan. Karakteristik sampel berdasarkan usia bayi dapat diketahui bahwa sebaian besar bayi 7

berusia antara -4 bulan yaitu sebanyak 46 bayi (5,9. Pembaian tersebut berdasarkan jenis makanan yan diberikan pada bayi, pada usia 6- bulan adalah masa awal bayi mulai diperkenalkan denan MP-ASI, makanan yan diberikan pertama bertekstur lumat dan lembek. Setelah berusia tahun makanan yan diberikan sudah seperti makanan keluara Karakteristik sampel berdasarkan usia bayi dapat dijelaskan bahwa sebaian besar jenis asupan makanan yan diberikan kepada bayi 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo yaitu dari susu formula dan makanan pendampin ASI (MP- ASI sebesar 5%. Distribusi Frekuensi Tinkat Asupan Eneri dan Protein Bayi tampak bahwa dari bayi sebaian besar memiliki asupan eneri yan baik yaitu sebanyak 8 bayi (4,7. Berdasarkan tinkat asupan protein, sebaian besar bayi jua memiliki asupan protein yan baik sebanyak 64 bayi (7,6. Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi usia 6-4 bulan dapat diketahui bahwa dari bayi berusia 6-4 bulan yan diambil sebaai sampel penelitian sebaian besar bayi memiliki status izi baik yaitu sebanyak 67 bayi (77. Tabel. Tabulasi silan (4x4 hubunan antara asupan eneri denan status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya Tahun 5 Asupa n Eneri Defisi t Kuran Sedan Buru k (7.% (7.7% (9.% ( Total 4 (4.6% Status Gizi Kuran Lebih Total 7 6 4 (5 (4.9% ( (% (7.7 ( 4 (84.6% (% (8.% ( 6 (7.7% (7.9% (% (.6 4 8 (89.5% (% (4.9% 67 (77 (.4% (% Tabel di atas menunjukkan bahwa bayi yan mendapatkan asupan enery defisit palin banyak berada pada kateori status izi kuran yaitu 7 bayi (5. Bayi yan mendapatkan asupan eneri kuran palin banyak berada pada status izi baik yaitu sebanyak bayi (84,6. Bayi yan memperoleh asupan enery sedan palin banyak memiliki status izi yan baik yaitu sebanyak 6 bayi (7,7. Bayi yan memperoleh asupan eneri baik palin banyak berada pada status izi baik yaitu sebanyak 4 bayi (89,5. Penujian analisa bivariat antara variabel asupan eneri denan status izi menunakan uji korelasi rank Spearman karena kedua variabel memiliki skala data ordinal Tabel Hasil uji korelasi rank Spearman Eneri Status Spearman s rho Eneri Status izi Correlation Coefficient Si. (- tailed N Correlation Coefficient Si. (- tailed N,,447, izi,447,, Diperoleh hasil nilai p-value =, pada p-value lebih kecil dari taraf sinifikansi berarti Ho ditolak, jadi terdapat korelasi yan sinifikan antara asupan eneri denan status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya tahun 5. Asupan nutrisi pada penelitian ini selain dinilai dari tinkat asupan enery jua dilihat dari asupan proteinnya untuk menetahui apakah terdapat hubunan antara asupan protein denan status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya. Tabulasi silan (crosstab hubunan antara asupan protein denan status izi bayi disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel. Tabulasi silan (4x4 hubunan antara asupan protein denan status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya Tahun 5 Asupa n protei n Defisi t Kuran Sedan Buru k ( ( (% (4.7% Total 4 (4.6% Status Gizi Kuran Lebih Total 6 9 (.% (66.7% ( (% ( 4 (5 (5 (% 8 ( ( (8 7 5 (4.7% (% (.9% (79.7% 64 (% (4.9% 67 (77 (.4% (% 8

Tabel di atas menunjukkan bahwa bayi yan mendapatkan asupan protein defisit palin banyak berada pada kateori status izi baik yaitu sebanyak 6 bayi (66,7. Bayi yan mendapatkan asupan protein kuran sebaian berada pada status izi kuran yaitu sebanyak bayi (5 dan setenahnya lai berada pada status izi baik yaitu sebanyak bayi (5. Bayi yan memperoleh asupan protein sedan palin banyak memiliki status izi yan baik yaitu sebanyak 8 bayi (8. Bayi yan memperoleh asupan protein baik palin banyak berada pada status izi baik yaitu sebanyak 5 bayi (79,7. Penujian analisa bivariat antara variabel asupan protein denan status izi menunakan uji korelasi rank Spearman karena kedua variabel jua memiliki skala data ordinal. Tabel 4 Hasil uji korelasi rank Spearman asupan protein denan status izi Protein Status Spearman s rho Eneri Status izi Correlation Coefficient Si. (- tailed N Correlation Coefficient Si. (- tailed,..8 izi..8, N Diperoleh hasil nilai p-value =,8 pada p-value lebih besar dari taraf sinifikansi berarti Ho diterima, jadi tidak terdapat korelasi yan sinifikan antara asupan protein denan status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Tabel 5.4. Puskesmas Asemrowo Surabaya tahun 5. Tinkat asupan eneri dan protein yan ada pada sampel dapat ditampilkan sesuai denan status izi bayi aar terlihat jelas keadaan eneri dan proteinnya. Hasil tabulasi antara asupan eneri denan protein bayi dapat dilihat pada table berikut ini : Tabulasi silan tinkat asupan eneri denan protein bayi pada status izi buruk Tinkat asupan eneri dan protein bayi pada status izi buruk dapat di hubunkan untuk melihat perbandinan keadaan eneri dan proteinnya melalui tabel silan berikut ini: Tabel 5 Hubunan tinkat asupan eneri dan protein pada bayi denan status izi buruk Tinkat Asupan Protein Defi Kura Seda Tota Tin kat Asup an Ener i Defis it Kura n Seda n sit (% (% (% (% Total (% n ( ( ( ( ( n ( ( ( ( (5% ( ( ( ( (75% l ( ( ( ( 4 ( Pada tabel 5 dapat dijelaskan bahwa dari 4 bayi yan memiliki status izi buruk, palin banyak terdapat sampel denan asupan protein baik, sampel diantaranya memiliki asupan eneri sedan dan sampel denan asupan eneri kuran. a Tabulasi silan tinkat asupan eneri dan protein bayi pada status izi kuran Tinkat asupan eneri dan protein bayi pada status izi kuran dapat di hubunkan untuk melihat perbandinannya melalui tabel silan berikut : Tabel 6 Hubunan tinkat asupan eneri dan protein pada bayi denan status izi kuran Tinkat Asupan Protein Tink at Asup an Ener i Defis it Kura n Seda n Defisi t (4.8 ( ( ( Total (. Kura n (4. ( (5% ( (5.4 Sedan (4. ( ( ( (7.7% (8.6 ( (75% ( 7 (5.8 Total 7 ( ( 4 ( ( ( 9

Pada tabel 6 dapat dijelaskan bahwa dari bayi yan memiliki status izi kuran, palin banyak 7 sampel memiliki asupan eneri deficit denan sampel diantaranya memiliki asupan protein defisit pula, serta terdapat 4 sampel denan asupan eneri sedan, sampel diantaranya memiliki asupan protein baik. Tabulasi silan tinkat asupan eneri denan protein bayi pada status izi baik Tinkat asupan eneri dan protein bayi pada status izi baik dapat di hubunkan untuk melihat perbandinannya melalui tabel silan berikut : Tabel 7 Hubunan tinkat asupan eneri dan protein pada bayi denan status izi baik Tink at Asupa n Eneri Defisi t Kuran Sedan Defisit (5 (9 (.5 ( Total 6 (9 Tinkat Asupan Protein Kuran Sedan ( (. (6.7 ( 5 5 (45.5 (45.5 (.5 (6. (68.7 ( ( 4 (% ( 8 (.9 5 (76. Total 6 ( ( 6 ( 4 ( 67 ( Pada tabel 7 dapat dijelaskan bahwa dari 67 bayi yan memiliki status izi baik, terdapat palin banyak 5 sampel memiliki asupan protein baik dan 4 sampel diantaranya memiliki asupan enery yan baik. Tabulasi silan tinkat asupan eneri denan protein bayi pada status izi lebih Tinkat asupan eneri dan protein bayi pada status izi lebih dapat di hubunkan untuk melihat perbandinannya melalui tabel silan berikut : Tabel 8 Hubunan tinkat asupan eneri dan protein pada bayi denan status izi lebih Tinkat Asupan Protein Tinkat Asupan Eneri Defisit Kuran Sedan Total ( Defisit Kuran Sedan Total ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( Pada tabel 8 dapat dijelaskan bahwa dari bayi yan memiliki status izi lebih, semua berada pada tinkat asupan enery baik dan protein yan baik PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 5 di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya denan sampel sebanyak responden yan memiliki bayi usia 6-4 bulan yan diambil secara Proportionate Stratified Random Samplin berdasarkan status izi bayi (BB/U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaian besar bayi berusia antara -4 bulan yaitu sebanyak 46 bayi (5,9, pada usia tersebut jenis makanan pendampin ASI yan diberikan pada bayi sudah seperti oran dewasa (makanan padat. Sebaian besar jenis asupan yan diperoleh bayi berasal dari susu formula dan MP-ASI yaitu sebesar 5%. Sebaian besar responden yaitu sebanyak 65 oran (74,7 tidak memberikan ASI secara eksklusif pada 6 bulan pertama usia bayi. Pemberian ASI eksklusif dapat berpenaruh pada status izi bayi. Menurut hasil penelitian Endan ( yan menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif mempunyai hubunan bermakna denan status izi bayi. Bayi yan tidak mendapat ASI eksklusif memiliki resiko lebih besar menalami status izi kuran atau buruk dibandinkan denan bayi yan mendapat ASI eksklusif. Kebiasaan menyusui pada bayi terutama ASI eksklusif akan meninkatkan daya tahan tubuh serta membantu pertumbuhan bayi dan balita (Syair, 9. Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian sebaian besar memiliki tinkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 6,8%. Status pekerjaan sebaian besar tidak bekerja sebesar 74,7% dan pendapatan rumah tana hamper setenahnya yaitu sebesar 5,7% berada di bawah upah minimum kota Surabaya Hubunan Antara Asupan Eneri dan Protein denan Status Gizi Bayi Usia 6-4 Bulan di Kelurahan Asemrowo

Status Gizi Bayi Usia 6-4 Bulan di Kelurahan Asemrowo Hasil penelitian berdasarkan penukuran BB/U menunjukkan bahwa sebaian besar bayi yan berusia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo Wilayah Kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya memiliki status izi baik yaitu sebanyak 67 bayi (77. Sisanya terdapat,4% bayi berstatus izi lebih, 4,9% bayi berstatus izi kuran, dan 4,6% bayi berstatus izi buruk. Status izi merupakan keadaan tubuh sebaai akibat dari menkonsumsi makanan dan penunaan zat-zat izi. Makanan yan dikonsumsi akan melalui proses diesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan peneluaran zat-zat yan tidak diunakan, untuk menhasilkan eneri, memelihara jarinan tubuh, mempertahankan kehidupan, serta untuk pertumbuhan (Marmi,. Pada penelitian ini, penentuan status izi yan diunakan adalah indeks BB/U. Menurut Depkes (4, berat badan merupakan salah satu ukuran yan memberikan ambaran massa jarinan termasuk cairan tubuh. Berat badan sanat peka terhadap perubahan yan mendadak karena konsumsi makanan yan menurun maupun penyakit infeksi. Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik dan keseimbanan antara konsumsi dan kebutuhan izi terjamin, maka berat badan berkemban menikuti pertambahan umur, maka indeks BB/U lebih menambarkan status izi seseoran saat ini. Status izi yan baik pada bayi dapat terjadi jika tubuh dalam keadaan normal (sehat dan menkonsumsi makanan denan kebutuhan akan zat-zat izinya terjamin. Gizi baik ditandai denan pertumbuhan berat badan anak sesuai denan umur. Apabila pertumbuhan berat badan berlebih dari umur anak, maka dapat dikatakan anak menalami izi lebih. Bayi jua dapat menalami izi kuran apabila tidak memperoleh cukup makan atau konsumsi eneri dan protein yan kuran dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yan cukup lama. (Cakrawati dan Mustika,. Asupan Eneri dan Protein Bayi Usia 6-4 Bulan di Kelurahan Asemrowo Hasil penelitian yan diperoleh dari wawancara recall 4 jam kepada responden yan memiliki bayi berusia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya menunjukkan bahwa sebaian besar bayi memperoleh asupan eneri yan baik yaitu sebesar 4,7%. Asupan eneri dikatakan baik, bila eneri yan diperoleh dari makanan % dari anka kecukupan izi. Asupan nutrisi yan baik adalah salah satu unsur pentin untuk pertumbuhan dan perkembanan anak, sehina pemenuhan zat izi harus diperhatikan sedini munkin sejak bayi. Hasil penelitian jua menunjukkan bahwa sebaian besar bayi memperoleh asupan protein yan baik yaitu sebesar 7,6%. Asupan protein dikatakan baik bila protein yan diperoleh dari makanan % dari anka kecukupan izi. Protein adalah baian dari sel hidup dan merupakan baian terbesar sesudah air. Funsi utama protein adalah untuk pertumbuhan dan mempertahankan jarinan, membentuk senyawa-senyawa esensial tubuh, menatur keseimbanan air, membentuk antibodi dan mentranspor zat izi. Kebutuhan protein diperlukan lebih banyak bai anak-anak yan sedan tumbuh (Hasdianah,. Menurut Marmi (, unsur zat izi yan terkandun dalam makanan memberikan manfaat bai kesehatan dan memiliki kandunan yan berbeda dalam setiap makanan. Sebaai sumber eneri, zat izi bermanfaat untuk menerakkan tubuh dan proses metabolisme di dalam tubuh. Zat izi yan terolon zat yan memberikan eneri adalah karbohidrat, lemak dan protein. Sumber dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein, sedankan penyumban eneri terbesar dari ketia unsur tersebut adalah lemak. Kelompok usia 6-4 bulan merupakan kelompok umur yan sedan menalami

pertumbuhan kritis. Oleh karena itu, perlu asupan eneri dan protein yan cukup untuk masa tumbuh kemban anak. Asupan makanan bayi pada usia 6-4 bulan berasal dari Air Susu Ibu (ASI, susu formula (baik sebaai penanti ASI maupun sebaai tambahan ASI, serta Makanan Pendampin ASI (MP ASI. Untuk menhindari anak menalami kekuranan satu atau lebih zat izi, maka makanan yan diberikan harus lebih variatif dan cukup izinya Hubunan Asupan Eneri dan Protein denan Status Gizi Bayi Usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo Hasil analisis menunakan uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa ada hubunan yan bermakna antara asupan eneri denan status izi bayi berdasarkan indikator BB/U diperoleh hasil p-value =,. Nilai koefisien korelasi sebesar,447 menunjukkan bahwa arah korelasi positif denan kekuatan korelasi sedan, berarti semakin baik tinkat asupan eneri maka status izi bayi semakin baik pula. Hasil penelitian ini sejalan denan hasil penelitian Handono ( yan jua menemukan adanya hubunan positif yan sinifikan antara asupan eneri denan status izi balita di wilayah kerja Puskesmas Seloiri. Konsumsi makanan berpenaruh terhadap status izi seseoran. Status izi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat izi yan cukup yan diunakan secara efisien, sehina memunkinkan pertumbuhan fisik, perkembanan otak dan kesehatan secara umum pada tinkat setini munkin. Ganuan izi dapat disebabkan oleh faktor primer maupun sekunder. Faktor primer yan dimaksud adalah apabila susunan makanan seseoran salah dalam kuantitas maupun kualitas yan disebabkan oleh kurannya penyediaan panan, kuran baiknya distribusi panan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yan salah dan sebaainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yan menyebabkan zat-zat izi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier, 6. Tubuh manusia membutuhkan pasokan eneri atau kalori yan terus menerus Tanpa adanya eneri, funsi tubuh yan pentin tidak munkin dapat berjalan. Eneri diartikan sebaai suatu kapasitas untuk melakukan suatu pekerjaan. Eneri dalam tubuh manusia timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah eneri yan dibutuhkan seseoran terantun pada usia, jenis kelamin, berat badan dan bentuk tubuh. Aar kebutuhan eneri dapat terpenuhi, maka diperlukan intake zat-zat makanan yan cukup pula ke dalam tubuh (Nursalam, 5. Data penelitian menunjukkan bahwa bayi denan asupan eneri yan baik, sebaian besar (89,5 memiliki status izi yan baik. Bayi denan asupan enery defisit cenderun untuk menalami status izi kuran. Dari data hasil penelitian bayi denan asupan eneri defisit sebanyak 5% memiliki status izi kuran. Hal ini sejalan denan pendapat Moehji ( yan menatakan bahwa asupan enery yan kuran dari kebutuhan berpotensi terhadap terjadinya penurunan status izi. Studi epidemioloi menyatakan bahwa asupan eneri kuran dari kebutuhan dalam janka waktu tertentu akan menyebabkan terjadi penurunan status izi, bila asupan eneri seimban akan membantu memelihara status izi yan normal, jika asupan eneri berlebih atau berkurannya peneluaran eneri berpotensi terjadinya keemukan. Terdapat bayi (,6 denan asupan eneri baik memiliki status izi kuran, serta terdapat pula bayi denan asupan eneri sedan, bayi (9, memiliki status izi buruk dan 4 bayi (8, memiliki status izi kuran. Hal ini bisa disebabkan karena kemunkinan terjadi anuan metabolisme pada system pencernaan anak yaitu akibat kekuranan enzim pencernaan, sehina penyerapan atau absorpsi nutrisi menjadi tidak optimal di dalam tubuh. Akibatnya, meskipun asupan eneri dan protein dalam jumlah yan baik tetapi dalam proses penyerapan makanan tidak optimal sehina ada kemunkinan status izinya menjadi

kuran. Selain itu dapat pula karena penaruh dari faktor lain, misalnya pada bayi tersebut memiliki riwayat penyakit infeksi kronis yan tidak dilacak pada penelitian ini. Bayi yan serin menalami sakit dalam waktu yan lama akan berpenaruh pada keadaan izinya. Asumsi ini didasarkan pada teori yan menatakan bahwa adanya kelainan metabolisme atau kelainan pencernaan menakibatkan kebutuhan nutrisi harus meninkat karena penyerapan nutrisi yan turun atau meninkatnya kehilanan nutrisi. Asupan nutrisi yan adekuat tetapi menalami kelainan metabolik akan menyebabkan mobilisasi berbaai cadanan makanan untuk menhasilkan kalori demi mempertahankan status izi, dimulai denan pembakaran cadanan karbohidrat kemudian cadanan lemak serta protein denan melalui proses katabolik (Grover, Z. 9. Menurut Soekirman ( penyebab lansun timbulnya izi kuran yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yan munkin diderita anak. Anak yan mendapat makanan yan cukup baik tetapi serin diseran penyakit infeksi dapat berpenaruh terhadap status izinya. Beitu jua sebaliknya anak yan asupan makannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempenaruhi status izinya. Pada penelitian ini jua terdapat 6 bayi (4,9 denan asupan enery defisit dan bayi (84,6 denan asupan eneri kuran tetapi status izinya baik. Bila dilihat dari asupan proteinnya, Sebaian besar bayi yaitu sebanyak 76,5% memiliki asupan protein yan baik dan sedan. Hal ini bisa terjadi oleh karena pencatatan food recall yan hanya dilakukan kali atau dapat pula karena faktor dari responden yan kuran lenkap memberikan informasi makanan. Sehina tidak dapat dipastikan kebiasaan makan bayi ataupun ketepatan jumlah makanan yan dikonsumsi. Asumsi lain kemunkinan dari aktifitas fisik. Aktivitas fisik merupakan seala sesuatu untuk melakukan keiatan seharihari, pada keadaan tersebut membutuhkan eneri. Apabila eneri yan dikeluarkan untuk aktivitas fisik sanat rinan maka eneri (asupan yan dibutuhkan jua sanat sedikit, berarti dalam hal ini masih terdapat cadanan eneri karena kurannya aktivitas. Aktivitas fisik adalah erakan fisik yan dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjannya. Aktivitas fisik dibai menjadi aktivitas rinan, sedan, dan berat(almatsier, 6. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa menurunnya atau rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor yan palin bertanun jawab terhadap peninkatan berat badan. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan eneri di luar metabolisme untuk bererak. Banyaknya eneri yan dibutuhkan terantun dari berapa banyak otot yan bererak. Asupan makanan merupakan faktor utama yan mempenaruhi berat badan. Penelitian oleh Mushtaq, et al ( menunjukkan bahwa anak yan melakukan kebiasaan kuran erak selama lebih dari jam perhari beresiko menjadi overweiht. Bila dilihat dari sei riwayat dalam pemberian ASI pada sebaian besar bayi (8, denan asupan eneri yan kuran dan defisit tersebut, sebaian besar diberikan ASI secara eksklusif. Pemberian ASI secara eksklusif meninkatkan daya tahan tubuh bayi sehina resiko terhadap penyakit infeksi berkuran. Oleh karena itu status izinya dapat tetap baik. Hal ini sesuai menurut Sulistyoninsih ( bahwa bayi denan riwayat ASI eksklusif biasanya jaran menalami sakit karena ASI menandun zat protektif. Hasil analisis pada tinkat asupan protein menunakan uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubunan yan bermakna antara asupan protein denan status izi bayi berdasarkan indikator BB/U diperoleh hasil pvalue =,8. Hasil ini berbeda denan penelitian Supriyanti (5 yan menemukan adanya hubunan tinkat konsumsi protein denan status izi balita BB/U denan nilai r =,9 yan artinya semakin rendah asupan protein

maka semakin rendah pula status izinya. Tidak terdapatnya hubunan pada penelitian ini dikarenakan faktor penyediaan makanan mempenaruhi jumlah asupan protein, salah satunya dapat dilihat pada proporsi antara asupan protein denan asupan eneri yan tidak selaras sebesar 7,6%. Hal ini karena tinkat asupan protein lebih tini daripada asupan eneri, eneri tidak hanya diperoleh dari protein tetapi terdapat kontribusi lain yaitu dari asupan karbohidrat ataupun lemak dan zat-zat yan lain. Menurut WHO (7 protein berperan pentin dalam komposisi tubuh yaitu untuk pertumbuhan sel-sel dan meninkatkan jumlah sel-sel di dalam tubuh sehina massa pada oran-oran tubuh menjadi bertambah. Terutama sanat dibutuhkan pada masa bayi dan balita dalam masa pertumbuhannya. Protein dalam membentuk komposisi tubuh sampai meninkatkan massa oran membutuhkan waktu yan relatif lama. Data hasil penelitian pada tinkat asupan protein menunjukkan bahwa bayi yan mendapat asupan protein baik sebaian besar memiliki status izi yan baik yaitu sebesar 5 bayi (79,7. Hal ini sesuai denan pendapat Almatsier (6 yan menatakan bahwa status izi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat izi yan diunakan secara efisien. Berdasarkan data hasil penelitian, terdapat bayi yan memperoleh asupan protein baik denan status izi buruk yaitu sebanyak bayi (4,7 dan 7 bayi (,9 memiliki status izi kuran. Sedankan bayi yan memiliki asupan protein sedan, sebanyak bayi ( denan status izi buruk dan bayi ( denan status izi kuran. Pada sampel tersebut, 5% bayi memiliki asupan eneri yan kuran/defisit dan 5% memiliki asupan eneri baik hina sedan. Dapat diasumsikan bahwa meskipun asupan proteinnya baik atau sedan, tetapi kondisi tubuhnya menalami kekuranan zat sumber eneri baik karbohidrat maupun lemak, sehina tubuh menunakan protein untuk membentuk eneri. Protein bukan sebaai sumber penhasil eneri utama, yan terbanyak dalam menhasilkan eneri adalah lemak. Behrman et al ( menunkapkan bahwa setiap ram protein dan karbohidrat yan ditelan memberikan sumbanan eneri sebesar 4 kkal sedankan satu ram lemak memberi 9 kkal. Oleh karena itu, lemak merupakan penyumban terbesar dalam membentuk massa tubuh, sedankan protein lebih berperan pada pertumbuhan, pemeliharan dan funsi tubuh. Asumsi kedua bisa disebabkan pula oleh karena riwayat infeksi kronis yan munkin pernah diderita atau menalami anuan metabolik yan menyebabkan penyerapan makanan menjadi tidak optimal, sehina menyebabkan bayi denan asupan protein dan eneri yan baik/sedan dapat memiliki status izi kuran ataupun buruk. Bayi denan asupan protein defisit sebanyak 6 bayi (66,7 memiliki status izi baik, dan bayi (5 denan asupan protein kuran memiliki status izi baik. Hal ini kemunkinan terjadi karena pencatatan food recall yan hanya dilakukan kali atau munkin pula karena faktor dari responden yan lupa memberikan informasi secara lenkap tentan pemberian makanan. Masalah kekuranan izi merupakan masalah yan bersifat multifaktor, sehina dari faktor-faktor lain pun dapat turut berpenaruh secara tidak lansun. Misalnya dari faktor ekonomi atau pendapatan keluara. Sebaian besar bayi 69,% denan status izi kuran, pendapatan oran tua berada di bawah UMR. Ber (986 dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat ( menatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yan menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Semakin besar pendapatan, makanan yan diperoleh semakin baik. Rendahnya pendapatan dan lemahnya daya beli memunkinkan untuk menatasi kebiasaan makan denan cara-cara tertentu yan menhalani perbaikan izi secara efektif terutama untuk anak-anak (Suhardjo, 7. 4

Asupan nutrisi jua terkait denan pendidikan serta penetahuan oran tua, tininya pendapatan yan tidak diimbani penetahuan izi yan cukup dapat berpenaruh pada izi anak. Hal ini dapat terlihat pada ibu balita yan menjadi responden dalam penelitian ini kebanyakan hanya memberi makan seadanya tanpa mempertimbankan variasi dan kandunan asupan izi seimban sehina anak serin menalami kesulitan makan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian tentan hubunan asupan nutrisi denan status izi bayi usia 6-4 bulan ialah asupan eneri yan baik sebanyak 4,7%, suapan protein yan baik sebanyak 7,6%. Status izi bayi usia 6-4 bulan di Kelurahan Asemrowo wilayah kerja Puskesmas Asemrowo Surabaya sebanyak 77% bayi terolon kateori baik (,4% bayi memiliki status izi lebih, 4,6% bayi memiliki status izi buruk dan 4,9% bayi memiliki status izi kuran Saran Diharapkan bai ibu yan memiliki bayi usia 6-4 bulan hendaknya lebih memperhatikan asupan nutrisi pada anak. Disarankan bai peneliti selanjutnya yan berminat untuk penelitian lebih lanjut menenai asupan nutrisi. DAFTAR PUSTAKA Almatsier,S. 6. Prinsip Dasar Ilmu izi. Cetakan keempat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. hal:,77-79. Apriadji, WH. 4. Gizi Keluara. Seri Kesejahteraan Keluara. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Behrman. Klieman. Arvin. Ilmu kesehatan Anak Nelson. Vol. E/5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal:8. Ber, A.. Pendidikan Untuk Gizi yan Lebih Peranan Gizi dalampembanunan Nasional. Jakarta : Rajawali. hal: 5. Cakrawati, D. dan Mustika. 4. Bahan Panan, Gizi dan Kesehatan. Bandun :Alfabeta. hal: 7-9 Candra, A.. Pentinnya Asupan Gizi Anak Usia 6-4 Bulan. http://health.kompas. com/read//9/7/8/pentinnya.asupan.gizi. Anak.usia.6-4.bulan diunduh tanal ( Maret 5. Depkes, 6. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. Dinkes Provinsi Jatim.. Profil Kesehatan Jawa Timur. Dinkes Kota Surabaya.. Profil Kesehatan Kota Surabaya. Gibson, R.S. 5. Principles of Nutritional Assesment, nd ed. Oxford University Press. New York. Hartriyani, Y dan Triyanti. 7. Penilaian Status Gizi di dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Hasdianah, dkk. 4. Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas. Yoyakarta : Nuha Medika. Indrawani, M.Y. 7. Ilmu Gizi Dasar di dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Kemenkes RI. 5. Buku SK Antropometri. Dari http://www.izi.depkes.o.id/wp/ buku-skantropometri-5.pdf di unduh tanal (6 April 5. Kemenkes RI. 5. Riset Kesehatan Dasar. Dari http://www.litban.depkes.o.id/ sites/download/rkd/laporan_riskesd as 5.PDF di unduh tanal ( Maret 5. Kemenkes RI.. Pedoman Gizi Seimban. Diakses tanal 6 April 5 dari http://aipi.or/wpcontent/uploads/5//pgs-full-.pdf Khomsan, A. 4. Menetahui Status Gizi Balita Anda. Boor : Institut Pertanian Boor. Kusharisupeni, 7. Gizi dalam daur kehidupan : Prinsip-prinsip dasar. Departemen Gizi 5

dan Kesehatan. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Universitas Indonesia. Marmi.. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yoyakarta : Pustaka Pelajar. Marmi, Kukuh Rahardjo.. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan AnakPrasekolah. Yoyakarta : Pustaka Belajar. Merryana, Bamban.. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group. hal: 5-59. Moehji.. Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Papaas Sinar Sinanti. hal: -4. Muchtadi, D.. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hal: 9. Mulyaninsih. 7. Hubunan Antara Asupan Eneri, Protein dan Faktor lain denan Status Gizi Balita di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandun (Tesis.FKM UI, Depok. Mushtaq, M. Umair. Gull, Sibha. Shahid, Ubeera. Shad, Mushtaq Ahmad. Akram, Javed. Dietary behaviors, physical activity and sedentary lifestyle associated with overweiht and obesity, and their sociodemoraphic correlates, amon pakistani primary school children. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. Diakses tanal 5 Mei 5 dari http://ijbnpa.or/ content/8// Notoatmodjo, S. 7. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta; Rineka Cipta. Rahmadi, A.. Nutrisurvey. Dari https://nutrisicare.wordpress.com/cateory / software/ diakses tanal 6 Februari 5. Suhardjo, 7. Perencanaan Panan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. hal: 95. Suhelda, S. Ludica, A. Kalew, R.. Penaruh Pemberian ASI Terhadap Gizi Kuran dan Buruk Pada Anak-Anak di Ambon. Di akses tanal 4 april dari http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun- /edisi-no-4-vol-xxxvii-5/ 46- artikel-penelitian Sudaryanto, G.. MPASI Super Lenkap. Jakarta : Penebar Plus (Penebar Swadaya Group. Sulistyoninsih, H.. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yoyakarta: Ilmu. hal:,6-7,6, 9- Supariasa,. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal:94-99, 4. Supriyanti, N.T.. Hubunan Kecukupan Zat Gizi dan Dietary Diversity Scores (DDS Denan Status Gizi Balita Usia -59 Bulan Di Desa Baban Kecamatan Gapura, Sumenep. Diakses tanal Mei 5 dari http://www.academia.edu/69 Suradi, dkk.. Indonesia Menyusui. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 6