II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK MINIMUM KELUARGA NELAYAN DI DESA MAJA KECAMATAN KALIANDA. Muhammad Rido 1) Budiyono 2) Yarmaidi 3)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. ahli dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Petani Singkong

III. METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang dengan

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB III METODE PENELITIAN

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian Geografi menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

V. KESIMPULAN DAN SARAN. di desa Maja Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2013 maka

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

I.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan dan kewilayahan (Suharyono, 1994:26). Selanjutnya dalam

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan,

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pemerintah serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-undang

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Jamur Tiram

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

BAB 4 METODE PENELITIAN

PROFIL KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI TAMBAK DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGGAI (JURNAL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk menaikan taraf hidup dan dapat dikatakan bahwa

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN_TEORI. aktivitas pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

PENERAPAN METODE TOPSIS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELUARGA MISKIN PADA DESA PANCA KARSA II

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka yang dijadikan sumber pembahasan dalam penelitian ini. 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya Georafi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997: 11). Pada hakikatnya geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Berkaitan dengan pendapat tersebut ilmu geografi sangat berperan dalam menggambarkan kejadian-kejadian alam maupun kehidupan sosial dengan variasivaariasi kewilayahannya. Geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya (R. Bintarto, 1977: 17). Unsur pokok yang dipelajari

9 dalam geografi sosial adalah manusia, lingkungan alam, hubungan dan pengaruh timbal balik antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan lingkungan alam. 2. Nelayan Nelayan adalah orang yang bermata pencaharian utamanya dari usaha dibidang penangkapan ikan dan penjualan ikan dan hidup di daerah pantai, menurut Kusnadi (2002: 17) nelayan dibagi menjadi tiga bedasarkan penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan, yakni: 1) Dari segi penguasaan alat produksi dan alat tangkap (perahu, jaring dan alat tangkap lainnya) struktur masyarakat nelayan terbagi dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan dalam kegiatan sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang terbatas. 2) Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Nelayan, disebut sebagai nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil justru sebaliknya. 3) Di pandang dari peralatan teknologi peralatan tangkap yang digunakan, masyarakat nelayan terbagi dalam kategori nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan-nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional.

10 Menurut Wahyuningsih dkk (1977: 33) masyarakat nelayan dapat dibagi menjadi tiga jika dilihat dari segi kepemilikan modal, yaitu: 1) Nelayan juragan, nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan alat penangkapan ikan yang mampu mengubah para nelayan pekerja sebagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut. Nelayan ini memiliki tanah yang digarap pada musim paceklik. Nelayan juragan ada tiga macam yaitu nelayan juragan laut, nelayan juragan darat yang mengendalikan usahanya dari darat, dan orang yang memiliki perahu, alat penangkap ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli, yang disebut tauke (toke) atau cakong. 2) Nelayan pekerja, nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu menjalankan uasaha penangkapan ikan di laut, nelayan ini disebut juga nelayan penggarap atau sawi (awak perahu nelayan). Hubungan kerja antara nelayan ini berlaku perjanjian tidak tertulis yang sudah dilakukan ratusan tahun lalu. Juragan dalam hal ini berkewajiban menyediakan bahan makanan dan bahan bakar untuk keperluan operasi penangkapan ikan, dan bahan makanan untuk dapur keluarga yang ditinggalkan selama berlayar. Hasil tangkapan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang berbeda-beda antara juragan yang satu dengan juragan yang lainnya setelah dikurangi biaya produksi. 3) Nelayan pemilik, merupakan nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini hanya mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap ikan sederhana, karena itu disebut juga nelayan perorangan atau nelayan miskin. Nelayan ini tidak memiliki tanah untuk digarap pada musim paceklik.

11 Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan nelayan adalah mereka yang selalu aktif dalam penangkapan ikan di laut dan dalam operasi penangkapan ikan diperlukan alat-alat yang memadai agar hasil penangkapan ikan melimpah. Sedangkan nelayan yang ada di Desa Maja termasuk nelayan miskin karena pendapatan dari hasil melaut tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga. 3. Jumlah Tanggungan Nelayan Jumlah tanggungan nelayan tidak hanya pada istri dan anak-anak saja tetapi juga ada orang tua serta saudara lainnya yang masih menjadi tanggungan, sehingga tanggungan yang dipikul kepala keluarga nelayan sangat mempengaruhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Tanggungan ialah orang atau orang-orang yang masih berhubungan keluarga atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun ditanggung (Ridwan Halim, 1990: 12). Jumlah tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa (anggota rumah tangga) yang masih menempati atau menghuni satu rumah dengan kepala rumah tangga, serta masih menjadi beban tanggungan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Masri Singarimbun, (1995: 169) rumah tangga merupakan suatu kesatuan sosial ekonomi yang anggotanya berdiam dalam satu kesatuan rumah atau bagian dari rumah.

12 Pengelompokkan jumlah tanggungan dalam keluarga dalam SUSENAS (1999: 17) yaitu apabila jumlah dalam keluarga dengan jumlah jiwa lebih dari atau sama dengan 5 disebut keluarga besar dan apabila kurang dari 5 disebut keluarga kecil. Sedangkan menurut pendapat Abu Ahmadi (2002: 250), manyatakan bahwa: a. Suatu keluarga dinyatakan besar apabila dalam keluarga terdiri dari suami, istri dan > 3 orang anak. b. Suatu keluarga dinyatakan kecil apabila dalam keluarga terdiri atas suami, istri dan 3 orang anak. Jumlah anggota keluarga yang besar menyebabkan pemenuhan kebutuhan keluarga semakin besar pula yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya beban tanggungan kepala rumah tangga. Jadi tanggungan nelayan dalam penelitian ini dapat diartikan orang yang menjadi tanggungan nelayan termasuk istri, anak, orang tua, mertua, saudara ipar, keponakan atau pun keluarga lain yang masih ada hubungan keluarga. 4. Pekerjaan Sampingan Nelayan Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Sedangkan pekerjaan tambahan yang diterjemahkan secara bebas ialah sesuatu pekerjaan selain pekerjaan tetap yang dilakukan untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan yang belum tercukupi dari hasil atau pendapatan dari pekerjaan tetap.

13 Pekerjaan sampingan dalam penelitian ini ialah pekerjaan yang dilakukan nelayan selain menangkap ikan di laut ketika sedang tidak musim ikan di laut. Menurut Kusnadi (2009: 107) mengatakan bahwa penciptaan sumber pendapatan melalui matapencaharian alternatif merupakan kebutuhan mendesak untuk menjawab kelangsungan hidup rumah tangga nelayan. Beradsarkan pendapat Kusnadi di atas bahwa dengan pekerjaan alternatif atau pekerjaan sampingan, nelayan dapat melangsungkan hidup dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya tanpa bergantung pada kegitan melaut saja di daerah tersebut. Kemudian Illo dan Polo dalam Kusnadi(2009: 107) menyimpulkan bahwa: rumah tangga nelayan akan menghadapi kesulitan-kesulitan kehidupan jika hanya bertumpu pada aktivitas dari melaut, karena sumber daya perikanan terus mengalami penipisan. Menurutnya, untuk bisa bertahan dan meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga, rumah tangga nelayan harus mengembangkan strategi-strategi ekonomi yang beragam di luar sektor penangkapan, seperti berdagang, bertani dan berternak. Pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa nelayan akan mengalami penipisan hasil tangkapan sehingga dibutuhkan keterampilan untuk melakukan pekerjaan sampingan yang bertujuan untuk mempertahankan hidupnya dan meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan pokok minimum hidupnya. Sedangkan menurut Ari Wahyono dkk (2001: 197) mengatakan bahwa pengolahan pasca panen sekaligus juga merupakan suatu diversifikasi usaha yang bisa dilakukan oleh nelayan. Dengan mengolah berbagai produk hasil laut yang bisa dimanfaatkan, seperti terasi, kerupuk udang atau bahkan tepung ikan, maka pendapatan nelayan sekaligus juga akan mengalami peningkatan.

14 Berdasarkan teori-teori di atas, seseorang yang memiliki kemampuan yang tinggi akan terbuka peluang lebih banyak baginya dalam penguasaan dan variasi bidang pekerjaan, kemudian berimplikasi pada tingginya peluang kerja yang diperoleh. Tingginya peluang kerja yang diperoleh maka akan tinggi juga peluang untuk memperoleh pendapatan dan adanya pendapatan yang cukup membuat seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Pekerjaan sampingan nelayan dalam penelitian ini adalah pekerjaan sampingan nelayan di luar kegiatan melaut seperti bertani, berternak, berdagang dan lain sebagainya. 5. Sumbangan Pendapatan Anggota Keluarga yang Bekerja Tingkat pendapatan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, akan menjadi motivasi anggota keluarga lain seperti istri, anak, orang tua, mertua, saudara ipar, keponakan ataupun keluarga lainnya yang masih ada hubungan keluarga untuk bekerja dalam upaya peningkatan pendapatan rumah tangga sehingga tekanan ekonomi dalam rumah tangga diharapkan makin berkurang. Menurut Pudjiwati Sajogyo (1985: 256) bahwa wanita di pedesaan ternyata mempunyai dua peranan yaitu (1) sebagai istri/ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga dalam konteks kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan (2) istri/ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak dan lain-lain.

15 6. Bantuan Langsung Tunai BBM Pemerintah pada awal tahun 2005 memeberikan bantuan subsidi harga BBM, sebagai pengganti kenaikan harga BBM untuk keluarga miskin. Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang bantuan subsidi harga BBM melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM. Bantuan Langsung Tunai BBM diberikan secara langsung dan cuma-cuma dalam bentuk pemberian uang. Pemberian dana Bantuan Langsung Tunai BBM dilakukan secara bertahap dalam empat kali periode pencairan dana dalam setahun. Setiap periode pencairan dana, keluarga miskin mendapat subsidi langsung sebesar Rp.300.000,- total bantuan yang diterima selama setahun sebesar Rp.1.200.000,-. Keluarga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai BBM dapat mengambil dana tersebut di tempat yang telah ditentukan yaitu kantor POS. Keluarga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai BBM sebelumnya telah didata pada tabel 1 sesuai dengan 14 kriteria keluarga miskin menurut Bandan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 sebagai berikut: Tabel 1. 14 Kriteria Keluarga Miskin Menurut Bandan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2005. No Variabel Kemiskinan Karakteristik Kemiskinan 1 Luas lantai bangunan tempat Kurang dari 8m² per orang tinggal 2 Jenis lantai bangunan tempat Tanah/semen biasa tinggal 3 Jenis dinding bangunan tempat tinggal Bambu/rumbia/kayu berkulitas rendah/tembok tanpa diplester 4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak punya/ bersama-sama dengan rumah lain 5 Sumber penerangan keluarga Bukan listrik 6 Sumber air minum Sumur/ mata air terlindungi/sungai/ air

16 7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari 8 Konsumsi daging/susu/ayam perminggu 9 Pembelian pakian baru untuk setiap anggota keluarga dalam setahun 10 Frekuensi makan dalam sehari setiap keluarga 11 Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas/ poliklinik 12 Lapangan pekerjaan utama untuk kepala keluarga 13 Pendidikan tertinggi kepala keluarga 14 Pemilik asset/ harta bergerak/harta tidak bergerak. hujan Kayu bakar/arang/minyak tanah Tidak pernah konsumsi/hanya satu kali dalam seminggu Tidak pernah membeli/ hanya satu stel dalam setahun Hanya satu kali makan/dua kali makan dalam sehari Tidak mampu menbayar untuk berobat Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh pekebunan atau pekerja lainnya dengan pendapatan keluarga dibawah Rp.600.000,- perbulan Tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD Tidak punya tabungan /barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.500.000,- seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas perhiasan, ternak, kapal/perahu motor, atau barang modal lainnya. Catatan: Rumah tangga yang tidak layak mendapat Bantuan Langsung Tunai BBM adalah: a. Rumah tangga yang tidak termasuk kriteria miskin b. PNS/TNI/Polri/pensiunan PNS, TNI dan Polri c. Pengungsi yang diurus Pemerintah d. Penduduk yang tidak bertempat tinggal Kriteria keluarga miskin tersebut digunakan untuk menetukan keluarga yang dikatakn miskin atau tidak, sehingga Bantuan Langsung Tunai BBM dapat disalurkan kepada keluarga miskin yang benar-benar layak mendapatkan Bantuan Langsung Tunai BBM. 7. Pendapatan Kepala Keluarga Nelayan Pendapatan merupakan hal pokok bagi kehidupan keluarga dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga besar kecilnya pendapatan keluarga akan menentukan tingkat kemakmuran keluarga itu. Pendapatan tidak hanya berupa

17 uang tetapi semua harta kekayaan yang dimiliki suatu keluarga seperti pendapat Valeri J.H. Hull dalam Masri Singarimbun (Dwi Wahyuni Kurniawati, 2004:15)bahwa pendapatan atau penghasilan rumah tangga merupakan seluruh pendapatan atau penghasilan rumah tangga termasuk barang dan hewan piaraan (ternak). Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Emil Salim (1994: 44) bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. 8. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Pemenuhan kebutuhan pokok minimum adalah pemenuhan kebutuhan yang meliputi 9 bahan pokok per orang per tahun yang diuangkan dalam satuan rupiah berdasarkan standar Totok Mardikanto dengan kriteria: a. Terpenuhi apabila pengeluaran per orang per bulan lebih besar atau sama dengan standar pemenuhan kebutuhan pokok minimum. b. Tidak terpenuhi apabila pengeluaran per orang per bulan lebih kecil dari standar pemenuhan kebutuhan pokok minimum. Menurut Totok Mardikanto (1990: 23), kebutuhan pokok adalah kebutuhan manusia yang mencakup 9 bahan pokok yang meliputi beras 140 kg, ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, textile kasar 4 meter, minyak tanah 60 liter, sabun 20 kg, kain batik 2 potong, minyak goreng 6 kg, dan garam 9 kg.

18 Selanjutnya dilihat dari penghitungan garis kemiskinan dengan klaisifikasi sebagai berikut: Pemenuhan kebutuhan < 75% tergolong miskin sekali. Pemenuhan 75% - 125% tergolong miskin. Pemenuhan 125% - 200% tergolong hampir miskin. Pemenuhanm kebutuhan >200% tergolong tidak miskin. Tabel 2. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum yang Harus Dipenuhi Per Tahun di Desa MajaKecamatan kalianda Lampung Selatan Tahun2013 No Jenis Kebutuhan Pokok Jumlah Kebutuhan (orang) Harga Satuan (Rupiah) Total (Rupiah/tahun) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Beras Ikan asin Gula pasir Tekstil kasar Minyakgoreng Minyak tanah Garam Sabun Kain batik 140 kg 15 kg 3,5 kg 4 Meter 6 kg 60 liter 9 kg 20 kg 2 potong 7.500 13.000 11.000 30.000 11.000 9.000 1.500 13.000 45.000 1.050.000 195.000 38.500 120.000 66.000 540.000 13.500 260.000 90.000 Jumlah 2.373.000 Sumber: Totok Mardikanto, 1990 dari data primer 2013. Untuk perhitungan menurut BPS (1988: 8) yaitu jumlah pengeluaran yang diperoleh selama setahun dibagi 12 bulan sehingga diperoleh kebutuhan pokok minimum per orang per bulannya Rp.2.373.000,- dibagi 12 bulan sama dengan Rp.197.750,- dengan ketentuan apabila jumlah pengeluaran per orang per bulan lebih atau sama dengan Rp.197.750,- maka kebutuhan pokok dikategorikan terpenuhi, sedangkan apabila jumlah pengeluaran per orang per bulan kurang dari Rp.197.750,- maka kebutuhan pokok dikategorikan tidak terpenuhi.

19 Dalam penelitian ini pemenuhan kebutuhan pokok minimum dalam setiap keluarga per bulan dengan mengalikan kebutuhan pokok minimum per orang dengan jumlah anggota keluarga. B. Kerangka Pikir Kebutuhan pokok manusia dibagi menjadi tiga yaitu sandang, pangan dan papan. Perbedaan tingkat perekonomian setiap penduduk menyebabkan tidak semua penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Hal tersebut salah satunya dapat disebabkan oleh perbedaan jenis mata pencaharian yang dimiliki berpengaruh pada besarnya pendapatan yang diterima. Kebutuhan pokok minimum merupakan kebutuhan yang mendasar bagi manusia yang harus dapat terpenuhi secara layak guna kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga nelayan di Desa Maja Kecamatan Kalianda sangat erat kaitanya dengan jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan tambahan dan total pendapatan yang diperoleh kepala keluarga nelayan, berdasarkan dari uraian tersebut cukup menarik bagi untuk dilakukan penelitian dengan judul Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga Nelayan di Desa Maja Kecamatan Kalianda.