BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah salah satu program bantuan bersyarat dari pemerintah berupa pemberian uang tunaiuntuk masyarakat miskindi Indonesia. Negara yang pertama kali memprakarsai program seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan berbagai sebutan, namun pada umumnya disebut sebagai jenis bantuan Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat.sejak program inidirintis di Brazil (BolsaEscolapada tahun 1995) dan Meksiko (Progresapada tahun 1997), ada sejumlah program-programbesar tersebut juga dilaksanakandi lebih dari 30 negara, termasuk Argentina, Banglades,Bolivia, Burkina Faso, Kamboja, Chili,Republik Dominika, Indonesia, Jamaika, Kenya, Mexico, Nikaragua, Nigeria, Panama, Pakistan, Paraguai, Peru dan Turki. Bahkan negara maju sepertiamerika Serikatjuga melaksanakan program ini pertama di tahun Besaran dana yang diberikan dan mekanisme yang dijalankan dalam program bantuan langsung tunai bersyarat berbeda-beda tergantung kebijakan pemerintah di negara tersebut. Di Brazil pada tahun 1990-an pertamakali melaksanakan program ini dengan nama Bolsa Escola dan berganti nama menjadi Bolsa Familia. Program ini sifatnya adalah bantuan langsung tunai bersyarat yang diprakarsai oleh Luiz Inácio Lula da Silva, presiden Brazil ke-35. Program Bolsa Familia 1

2 masih bertahan hingga saat ini sebagai bantuan langsung tunai bersyarat terbesar di dunia, dan telah berhasil menolong sekitar 26 persen penduduk miskin di Brazil hingga tahun Kesuksesan Brazil dalam menjalankan program ini menginspirasi negara-negara lain di dunia terutama negara berkembang dan miskin untuk menjalankan program serupa Sejarah BLSM di Indonesia Indonesia juga merupakan negara penyelenggara bantuan langsung. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Program BLT-RTS pelaksanaannya harus langsung menyentuh dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat miskin, mendorong tanggung jawab sosial bersama dan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada perhatian pemerintah yang secara konsisten benar-benar memperhatikan Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang pasti merasakan beban yang berat dari kenaikan harga BBM. Didalam Buku Pegangan Sosialisasi dan Implementasi Program-program Kompensasi Kebijakan Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 yang disusun oleh Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak disebutkan beberapa hal mendasar terkait sejarah program BLSM.Dalam buku tersebut dijelaskan bahwamekanisme bantuan BLSM berupa pemberian kompensasi uang tunai, pangan dan jaminan kesehatan. BLSM dilakukan pertama kali pada tahun 2005 dengan nama Bantuan Langsung Tunai (BLT), berlanjut pada tahun 2009 dan di 2013 diganti dengan nama program Bantuan Langsung 2

3 Sementara Masyarakat (BLSM). Program ini diselenggarakan sebagai respon kenaikan BBM dunia pada saat itu, dan tujuan utama dari program ini adalah untuk membantu mempertahankan daya beli rumah tangga miskin dan rentan, agar terlindungi dari dampak kenaikan harga akibat penyesuaian harga BBM. BLSM disalurkan untuk membantu rumah tangga miskin dan rentan dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga, pembelian obat-obatan kesehatan, biaya pendidikan dan keperluan-keperluan lainnya membantu masyarakat miskin untuk tetap mampu memenuhi kebutuhan hariannya dan menjaga daya beli. Program bantuan langsung dibuat bukan sebagai solusi jangka panjang dalam mengurangi kemiskinan, namun merupakan solusi jangka pendek untuk menghindarkan masyarakat miskin dari menjual aset, berhenti sekolah, dan mengurangi konsumsi makanan yang bergizi. Evaluasi pelaksanaan BLT yang dilakukan sebelumnya (tahun 2005 dan 2008), membuktikan bahwa program ini telah membantu rumah tangga miskin dan rentan dalam menjaga daya beli setelah kenaikan harga, yaitu dengan tetap mempertahankan kemampuan dalam mengakses pelayanan kesehatan dan pendidikan. Sasaranprogram BLSM adalah 15,5 juta rumah tangga dengan tingkat sosial ekonomi terendah yang terdapat dalam Basis Data Terpadu (BDT) hasil PPLS Besaran BLSM sebesar Rp ,00 per bulan selama lima bulan. Besar bantuan ini diharapkan dapat membantu rumah tangga miskin dan rentan untuk mempertahankan daya beli ketika terjadi kenaikan harga akibat kenaikan harga BBM.BLSM disalurkan ke seluruh Indonesia secara bertahap setelah 3

4 pengumuman penyesuaian harga BBM. Penerima BLSM diwajibkan membawa Kartu Perlindungan Sosisal (KPS) dan dokumen pendukung ke kantor pos terdekat sebagai dokumen verifikasi untuk mengambil bantuan tunai.menurut standar BPS ada 14 kriteria miskin,jika minimal 9 variabel terpenuhi, suatu rumah tangga dapat dianggap miskin dan berhak mendapat BLSM, 14 kriteria tersebut adalah sebagai berikut. 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8meter persegi per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murah. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam satu kali seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 4

5 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga, petani dengan luas lahan 500 meter persegi, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp ,00 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp ,00 seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Meskipun program BLSM di Indonesia sering dinilai memiliki banyak kelemahan, beberapa lembaga masih mengklaim program tersebut sukses. Bank Duniamenyebutkan dalam Buku Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia, Desember Indonesia termasuk negara yang paling sukses menyelenggarakan bantuan langsung tunai kepada masyarakat miskin dibandingkan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan laporan triwulanan ketiga pada tahun Dalam laporan itu Bank Dunia menyatakan Pemerintah Indonesia berhasil menyalurkan kepada sepertiga rumah tangga di Indonesia hanya dalam waktu kurang dari 5 bulan. Penyaluran ke keluarga sasaran di Indonesia juga dinilai tepat waktu oleh Bank Dunia, dan hal itu berdampak positif pada pembangunan masyarakat dan menjadi insentif bagi yang tidak produktif. 1.2 Keaslian Penelitian Kamakura dan Mazzon (2015), meneliti dampak pemberian Bolsa Familia dibrazil terhadap prilaku konsumsi dari keluarga yang memperoleh program tersebut. Penelitiannya juga berawal dari beberapa masalahyaitu,pertama,program 5

6 ini mewakili dorongan substansial pada peserta dalam memperoleh tambahan penghasilan, yang semua disalurkan menjadi konsumsi, sehingga menjadi permintaan tambahan konsumsi/substansial untuk kategori produk tertentu. Kedua, kritikus terhadap program ini mengklaim bahwa sebagian besar pendapatan tambahan ini diselewengkan/disia-siakan dengan konsumsi berlebihan, sehingga mendorong rumah tangga miskin ini ke dalam gaya hidup baru yang tidak berkelanjutan. Namun dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar uang ekstra dikhususkan untuk konsumsi barang penting (makanan, pakaian,dll.) daripada konsumsi berlebihan yang siasia. Rômulo et al. (2011) meneliti hubungan bantuan langsung dengan nutrisi. Dalam penelitian tersebut telah disimpulkan bahwa anak-anak dari keluarga yang menerima Bolsa Famillia Programme (BFP), sebanyak 26 persen memiliki kemungkinan tinggi badan normal dibanding dengan anak seusia yang tidak menerima BFP. Disamping itu BFP dapat menyebabkan hasil gizi yang lebih baik pada anak-anak usia bulan. Penurunan angka kurang gizi juga terjadi pada anak-anak di banyak negara seperti Meksiko, Kolombia dan Jamaika. Program bantuan langsung bersyarat di negara-negara tersebut fokus pada peningkatan gizi anak, karena permasalahan utama di negara tersebut adalah pengembangan sumber daya manusia dari segi kesehatan (Alvarez, C., F. Devoto dan P. Winters,2008). Di Nikaragua, angka anak dan bayi kekurangan gizi merosot beberapa persen setelah dua tahun program bantuan bernama Red de Protección Socio(RPS) diselenggarakan 6

7 (Moore, 2009). Selain pada kesehatan, bantuan langsung juga mempermudah masyarakat di Amerika Latin dan Afrika sub-sahara untuk memperoleh makanan yang cukup. Di Etiopia, berkat program sejenis bantuan langsung bernama Meket dari Inggris, hampir 75 persen masyarakatnya membeli makanan bergizi seperti daging, minyak, dan gula. Hal yang sama terjadi di Malawi, dengan program serupa bernama Mchinji, masyarakatnya mampu mengkonsumsi daging dan ikan selama 3 hari per minggu di bandingkan rumah tangga yang tidak mendapat program tersebut.penelitian mengenai pengaruh BLSM terhadap konsumsi rumah tangga di seluruh Indonesia yang menerima program bantuan ini dengan menggunakan data IFLS 5 belum dilakukan di Indonesia sehingga sulit menemukan studi empiris yang dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian ini. Berbeda dengan penelitianterdahulu, penelitian ini dilakukan pada lingkup wilayah Indonesia untuk menganalisis dampak pemberian BLSM terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia secara keseluruhan,baik berupa konsumsi makanan maupun non-makanan dengan harapan akan diketahui kecenderungan konsumsi yang dilakukan oleh penerima bantuan. Apakah diselewengkan untuk konsumsi yang kurang perlu atau digunakan untuk konsumsi kebutuhan atau barang penting dalam rumah tangga? 1.3 Rumusan Masalah Meskipun Program BLSM di Indonesia telah banyak dinilai sukses oleh beberapa kalangan, tidak sedikit kritik dan penilaian kurang memuaskan dari 7

8 beberapa kalangan, baik dari segi teknis maupun dampaknya terhadap keluarga penerima. Kritik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Pembagian tidak merata dan akurat disebabkan data yang digunakan adalah data lama yaitu Basis Data Terpadu PPLS 2011, dimana data ini belum di update berdasarkan perubahan dinamika sosial yang terjadi. 2. Kritikus program BLSM kerap kali menyatakan kebijakan ini menciptakan peluang korupsi, dengan jalan pemotongan dana bantuan dengan beragam cara. 3. Jumlah nominal insentif BLSM yaitu Rp ,00per bulan hanya sedikit membantu namun tidak menstimulasi pekerjaan dan ketrampilan baru sebagaimana pendapat dari Proffesor David T. Ellwood dalam acara presidential lecture di Istana Negara, 15 september 2010 yang mengambil tema "Creating Job, Reducing Poverty and Improving the Welfare of the People". 4. Pemberian BLSM yang diberikan secara tunai dengan tujuan utama dan harapan membantu masyarakat miskin untuk tetap mampu memenuhi konsumsi hariannya dan menjaga daya beli kebutuhan pokok akibat kenaikan harga BBM, tetapi berpotensi terjadi penyimpangan yaitu digunakan untuk konsumsi yang kurang perlu atau sia-sia. 5. Masih sedikitnya penelitian empiris mengenai dampak penerapan kebijakan program BLSM terhadap masyarakat baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain sehingga tidak banyak bukti mengenai manfaat maupun tingkat effektifitas kebijakan ini. 8

9 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan beberapa pertimbangan permasalahan diatas dan memperhatikan beberapa penelitian terdahulu terutama pada potensi penyimpangan penggunaan BLSM, maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut. Apakah ada pengaruh pemberian BLSM terhadap konsumsi rumah tangga yang menerima program kebijakan ini? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kebijakan program BLSM terhadap konsumsi rumah tangga yang memperoleh BLSM dan maanfaatnya untuk keluarga miskin. Penelitian ini juga bertujuan sebagai referensi untuk memperkaya kebutuhan penelitian terkait kebijakan bantuan langsung untuk masyarakat miskin di Indonesia dimana sangat sedikit penelitian yang menitik beratkan pada program bantuan langsung dan dampaknya kepada masyarakat. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Menjadi bahan referensi penelitian selanjutnya terkait Program BLSM atau yang program sejenis. 2. Menjadi bahan referensi pemerintah terkait kebijakan Program BLSM dan program sejenis serta dampaknya terhadap masyarakat penerima bantuan. 9

10 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari 5 Bab. Bab IPendahuluan, yang menguraikan secara ringkas latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Landasan Teori, yang membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu, juga membahas mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hubungan bantuan langsung dan konsumsi yang telah dilakukan sebelumnya. Bab III Metode Penelitian, yang menguraikan secara ringkas tentang metode pengumpulan data, definisi operasional variabel yang digunakan, serta metode analisis data yang digunakan. Bab IV Hasil dan Analisis, yang menguraikan secara mendalam tentang hasil analisis berdasarkan olah data yang telah dilakukan, apakah BLSM berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga dan berapa besar pengaruhnya. Bab V Simpulan dan Saran, yang menguraikan simpulan dan saran dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini akan disampaikan juga keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga dapat dijadikan acuan bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tema BLSM. 10