BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. Gambar 3-1. Model Penelitian. Experience of Hajj & Umra. Brand Equity. Guide. Perceived Comfort. Reference.

REKAP PEMBAYARAN BPIH KHUSUS TAHAP H/2015M SEBESAR USD.7.709,00 PER JAMAAH PER 07 MEI 2015

Mohammad Savier Azmy 1 ; Asnan Furinto 2 ABSTRACT

REKAP PEMBAYARAN BPIH KHUSUS TAHAP H/2015M SEBESAR USD.7.709,00 PER JAMAAH PER TANGGAL 12 MEI 2015

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minat Beli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PT. Cahaya Sakti Yamaha Di Surabaya oleh Radiktya Hutama Putra tahun 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BINUS BUSINESS SCHOOL BINUS UNIVERSITY. Strategic Marketing Major Magister of Management Thesis July 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 23 tahun 1992 Rumah Sakit adalah salah satu sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses

KEPUTUSAN PEMBELIAN Iman Mulyana Dwi Suwandi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sektor ekonomi yang mampu untuk terus berekspansi juga melakukan

Alternatif strategistrategi

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada pembahasan mengenai teori umum ini akan menjelaskan teori-teori yang

BAB 2 STUDI PUSTAKA. dapat diterima atau di mengerti oleh si penerima pesan. Komunikasi

Bab I. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagaimana suatu perilaku terbentuk dan factor apa saja yang mempengaruhi.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam persaingan bisnis, setiap perusahaan berlomba lomba untuk

Mutia Riani Destary Wulan Dian Ningsih ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Marketing Association (dalam Kotler dan Keller

BAB I PENGANTAR. A. latar Belakang Masalah. dan teknologi yang sangat terasa adalah terjadinya perubahan yang sangat cepat di

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut jurnal Lefeuvre (1980) Wisata religius adalah salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini menyatakan bahwa alasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

Kotler & Keller (2008:214): Schiffman & Kanuk (2008:6):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. NIlai, Biaya dan Kepuasan

Jakarta, 06 Agustus Tim GFP

BAB II KERANGKA TEORETIS

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

P A S A R K O N S U M E N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan setiap manusia, terdapat beberapa moment khusus yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

II. LANDASAN TEORI 2.1. Pemasaran

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba adalah pemasaran. Kegiatan

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. komitmen, kepercayaan dan kerjasama yang efektif dalam pemasaran relasional.

Minggu-13. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (2)

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Rahmi, 2012:1 ) (Rahman, 2005:1)

BAB I PENDAHULUAN. haji pada saat Indonesia justru sedang dilanda krisis ekonomi pada tahun 1998.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Dampak dari Revolusi Digital terhadap Perilaku Konsumen

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus Melaksanakan ibadah haji dan umroh merupakan keinginan bagi umat islam. Setiap tahun jutaan pemeluk agama islam dari seluruh dunia berziarah ke Ka bah di Masjidil Haram yang terletak di kota Mekah Saudi Arabia, yang merupakan tanah suci bagi umat islam tempat menunaikan ibadah haji dan umroh. Dengan melaksanakan ibadah haji maka seorang muslim sudah melaksanakan rukun islam yang kelima dan telah sempurna keislamannya, karena didalam ibadah haji terdapat ritual ibadah yang memberikan pengalaman spiritual yang tinggi kepada para pelaksananya. Sedangkan ibadah umroh adalah ibadah yang disunatkan bagi para pemeluk agama Islam, dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Perbedaan antara ibadah umroh dengan ibadah haji adalah pada waktu pelaksanaannya dan peniadaan beberapa ritual ibadah yang hanya dapat dilakukan pada bulan Haji. Ibadah haji maupun umroh dikategorikan sebagai produk yang high involvement. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa sumber yang sudah pernah melakukan ibadah haji maupun umroh dengan menggunakan jasa Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus. Mereka mengatakan bahwa ibadah haji dan umroh merupakan jasa yang mahal, penting, terkait dengan risiko yang tinggi, dan membutuhkan banyak pertimbangan informasi sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam usaha pencarian informasi.

Gambar 2-1 Customer Decision Making Proces Low-Involvement purchase High-Involvement purchase Nominal Decision Making Limited Decision Making Extended Dicision Making Problem recognition (Selective) Problem recognition Problem recognition (Generic) Information search (Limited Internal) Information Search Information search (Internal & External) Alternative evaluation Alternative evaluation Many attributes Complex decision rules Many Alternatives Purchase Purchase Purchase Post Purchase No dissonance Very Limited evaluation Post Purchase Post purchase Dissonance Complex evaluation Sumber: Hawkins, Mothersbaugh, Best (2007) Ketika konsumen berada di tahap pembuatan keputusan pemilihan Biro Perjalanan Umroh & Haji khusus, setelah menyadari adanya kebutuhan untuk menunaikan ibadah haji maupun umroh, maka selanjutnya ia akan melakukan pencarian informasi. Informasi dicari untuk selanjutnya digunakan dalam proses evaluasi terhadap berbagai alternatif Biro Perjalanan Umroh & Haji khusus yang tersedia di pasar.

Sumber informasi itu sendiri terdiri dari sumber informasi internal dan eksternal (Bettman, 1979; Engel, 1978; Hawkins, 2000; dalam Lehto, 2006). Kedua jenis sumber informasi tersebut memiliki kecenderungan yang berbeda-beda dalam penggunaannya tergantung pada situasi yang dialami konsumen. Misalnya untuk penggunaan sumber informasi eksternal tergantung pada beberapa faktor seperti karakteristik pasar, karakteristik produk, karakteristik konsumen, dan karakteristik situasi. Secara umum produk jasa pelayanan diakui lebih beresiko dibandingkan dengan produk barang (Eiglier and Langeard; 1977, Murray, 1991; Zeithaml, 1981). Menurut Murray (1991), perbedaan antara produk barang dan produk jasa adalah dalam proses kegiatan konsumen pada saat mencari informasi. Konsumen bersedia untuk melakukan pencarian informasi yang lebih dalam ketika mereka hendak memilih sebuah produk jasa dibandingkan apabila hendak memilih sebuah produk barang, dan konsumen menghindari untuk membuat keputusan secara cepat untuk memilih produk jasa. oleh sebab itu pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting dalam konteks marketing pada industri jasa. Pada saat proses pencarian informasi (information search) mengenai Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus, maka konsumen akan mengumpulkan informasi mengenai Brand Equity, Guide, Reference, Quality Offering, Confidence Benefit, Social Benefit, Special Treatment Benefit, dan Religious Congruence. Kemudian pada saat mengevaluasi berbagai alternatif (alternative evaluation) yang ada, konsumen akan mengevaluasi seluruh faktor-faktor tersebut yang dapat meningkatkan persepsi kenyamanan (Perceived Comfort), dan persepsi kebutuhan berafiliasi (Perceived Affiliation) yang ditawarkan oleh masing-masing alternatif. Ekuitas merek (Brand Equity) adalah nilai lebih yang dimiliki oleh sebuah produk. Konsumen tentunya cenderung untuk memilih sebuah produk yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan produk lain yang tidak memiliki kelebihan tersebut. Pembimbing (Guide) umroh dan haji khusus saat ini menjadi alat promosi bagi Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus. Seorang Guide yang memiliki pengetahuan agama dan kemampuan dakwah yang baik diharapkan mampu memberikan kenyamanan dalam beribadah umroh dan haji, sehingga dapat menarik minat konsumen. Referensi (Reference) dari pihak ketiga, seperti keluarga atau teman dekat yang sudah

berpengalaman, biasanya merupakan informasi yang lebih dapat diterima oleh konsumen dibandingkan informasi dari sumber informasi lainnya. Penawaran kualitas (Quality Offering) merupakan hal vital yang harus diperhatikan, karena konsumen akan mempelajari kualitas dari sebuah produk dan dibandingkan dengan harga yang ditawarkan. Keuntungan keyakinan (Confidence Benefit) akan menjadi faktor bagi konsumen dalam memilih sebuah produk, karena konsumen akan lebih memilih produk yang mampu meyakinkan dirinya. Konsumen akan senang apabila mendapatkan perlakuan khusus (Special Treatment). Bagi konsumen, perlakuan khusus merupakan sebuah keuntungan (Special Treatment Benefit), dan akan berpengaruh pada loyalitas dari konsumen terhadap produk yang memberikan hal tersebut. Keuntungan Sosial (Social Benefit) adalah keuntungan yang didapat atas hubungan pertemanan dengan setiap individu yang berhubungan dengan sebuah produk yang digunakan. Banyaknya komunitas-komunitas yang diciptakan oleh produsen, merupakan contoh dalam memberikan social benefit kepada konsumennya. Kesamaan pandangan beragama (Religious Congruence) merupakan hal penting apabila terdapat beraneka ragam aliran agama. Pada Biro Perjalanan Umroh & Haji Khusus, religious congruence merupakan hal penting, karena konsumen menghendaki pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan kepercayaannya. Evaluasi setelah menggunakan jasa (Post Purchase Dissonance) Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus, akan dilakukan konsumen setelah berpengalaman beribadah haji dan umroh (Experience of Hajj and Umra) menggunakan sebuah Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus. Berangkat dari uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen dalam memilih Biro Perjalanan Umroh & Haji khusus, sebagai permasalahan penelitian dalam tugas akhir ini. 2.1.1. Brand Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus Sesuai edaran Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh No. Dj. VII.I/4/Hj.09/1332/2008, menyatakan bahwa

terdapat 192 Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus di Indonesia yang berhak menyelenggarakan ibadah haji khusus pada tahun 2008. Tabel 2.1. 192 PIHK YANG BERHAK MENYELENGGARAKAN IBADAH HAJI 192 PIHK YANG BERHAK MENYELENGGARAKAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H NO PENYELENGARA IBADAH HAJI KHUSUS 1 CORDOVA ABILA PT. 101 RIYAL TUNGGAL PT. 2 AL AHRAM SARANA WISATA PT. 102 SAFANA NABILLA WISATA PT. 3 AL AMIN AHSAN TRAVEL PT. 103 SAFIIR AMAL IMANI PT. 4 AL AMSOR MUBAROKAH PT. 104 SAHABAT KARIMAH WISATA PT. 5 ALKHALID JAYA MEGAH TOUR PT. 105 SARI RAMADA ARAFAH PT. 6 ALWAN ZAHIRA PT. 106 SALFANY SAFANUSA PT. 7 AMALIA NUR KAROMAH PT. 107 SELA EXPRESS TOUR PT. 8 AN-NABA INTERNATIONAL PT. 108 SIANOK INDAH HOLIDAY PT. 9 ANNATAMA PURNA TOUR PT. 109 SURYA SEKAWAN NUSA TOUR PT. 10 ANDIARTA WISATA PT. 110 SUHADA ARAFAH WISATA PT. 11 ANNUR MAKNAH WISATA PT. 111 TAUBA ZAKKA ADZKIA PT. 12 AROFAH GALANG MULIA PT. 112 TAWAKKAL INTERNATIONAL PT. 13 ARNUSSAID TOURS & TRAVEL PT. 113 TIGA CAHAYA UTAMA PT. 14 ARRAYYAN UTAMA PT. 114 TIKI WISATA PT. 15 ARREHLA WISATA PT. 115 TIMOHO AGUNG WISATA PT. 16 ARMADA SAFARI SUCI PT. 116 TISAGA NURKHOTIMAH PT. 17 ASSURYANIYAH CIPTA PRIMA PT. 117 TOURINDO GERBANG KERTASUSILA PT. 18 ATTAQWA GARUDA INSANI PT. 118 TUNAS RIZKI SEMESTA PT. 19 AZIZI KENCANA WISATA PT. 119 TURISINA BUANA PT.

20 BATEMURI PT. 120 TRIMITRA REJEKI WISATA TOUR PT 21 BALDA CITRA MANDIRI PT. 121 WAHANA MITRA WISATA 22 BAYU AJI DUNIA WISATA PT. 122 WANDA FATIMAH ZAHRA PT. 23 BUSINDO AYANA PT. 123 WASA PERDANA AFIYAH PT 24 BINAKREASI PESONASELARAS PT. 124 WISATA RAHMAH SEMESTA PT. 25 BINA PAKSINUSA WISATA PT. 125 WISATA TITIAN NUSANTARA PT. 26 BLANG PONTE PT. 126 YATSRIB DAARUL ULUM PT. 27 CARAKA WISATA PT. 127 ZAMZAM SUMBULA THOYYIBA. PT. 28 CHANDRAGAMA MUDA PT. 128 ZULIAN KAMSAINDO TOUR PT. 29 CITRACERIA USAHA KHALIFAH PT. 129 AFIZ NURUL QOLBI PT. 30 CITRA WISATA DUNIA PT. 130 AIDA TOURINDO WISATA PT. 31 DARMA DJABAL TSUR PT. 131 AL AMIN MULIA LESTARI 32 DEWISERASI INDAH WISATA PT. 132 AL ANDALUS NUSANTARA PT. 33 DIAN NUSA INSANI PT. 133 ALIA INDAH WISATA PT. 34 DUA RIBU WISATA PT. 134 AMANAH MULIA WISATA PT. 35 DIYO SIBA PT. 135 AMSA NUR INDAH MANDIRI PT. 36 EBAD AL RAHMAN WISATA PT. 136 ANDROMEDA ATRIA WISATA PT. 37 FATH INDAH TRAVEL SERVICE PT. 137 ARFINA MARGI WISATA PT. 38 FARFAZA ASTATAMA PT. 138 ARIL BUANA WISATA PT. 39 FAZARY WISATA PT. 139 AROFAH SATYA PRAKASA PT. 40 GADIKA EXPRESSINDO PT. 140 ARUNA TRAVEL PT. 41 GATRA CITRA KENCANA PT. 141 ARMINAREKA PERDANA PT. 42 GAZALI INTI INTERNASIONAL PT. 142 BARFO SIS ALKHAIRAAT PT. 43 GEMA SHAFA MARWA PT. 143 BUDI LUHUR ABADI PT. 44 GEMA WAHYU PRATAMA PT. 144 BUNDA ASNI PRIMA PT. 45 GESYA TOUR & TRAVEL PT. 145 BHUANA ETAM LESTARI PT. 46 HELUTRANS AL-HAADI ZIARAH PT. 146 DENA VISTAMA PT. 47 HUDAYA SAFARI PT. 147 DINA SETYA RAHMA PT.

48 IBADAH NUR HASANAH PT. 148 DUTA FARAS TOUR & TRAVEL PT. 49 IDAH ROES PT. 149 ERNI TOURS PT. 50 INDAH PERMATA PERMAI PT. 150 FEMMY TOURS & TRAVEL PT. 51 IKHWAN DAYA MENTARI PT. 151 GALATAMA NUANSA TOUR PT. 52 INTAN KENCANA TRAVELINDO PT. 152 GALIH TUNGGAL PERKASA 53 INTAN SALSABILA PT. 153 GAMAL HIKMAH PUSAKA PT. 54 JAMILA ANTAR NUSA WISATA PT. 154 GELORA INDAH PERDANA PT. 55 KALTRABU INDAH PT. 155 GOENAWAN ERAWISTA PT. 56 KAMILAH WISATA MUSLIM PT. 156 HIJAZ TOUR & TRAVEL 57 KARTIKA UTAMA PT. 157 HIKMAH PERDANA TOUR 58 KHADIM PERMATA TOURS PT. 158 JASA WISATA NUSANTARA 59 KHIDMAH FAJAR BANDUNG PT. 159 KAFILAH MAGHFIRAH 60 KOTAPIRING KENCANA PT. 160 KEMANG NUSANTARA 61 KHARISSA PERMAI HOLIDAY PT. 161 KHARISMA MUZDALIFAH 62 KINDAI TOURS & TRAVEL PT. 162 KOPINDO WISATA 63 KUBAH WISATA NUSANTARA PT. 163 KRISMA TOUR 64 LINDA JAYA TOURS PT. 164 LASER PRATYAKSA 65 MADANI BINA BERSAMA PT. 165 LINTAS ZIARAH SAHARA 66 MADINAH IMAN WISATA PT. 166 MADANIA SEMESTA WISATA 67 MADTUR CITRA DAYA INT.PT. 167 MAGNA DWI ANITA 68 MANTILI WISATA PT. 168 MAKASSAR MANDIRI 69 MARWAH SARI UTAMA PT. 169 MASY'ARIL HARAM 70 MASINDO BUANA WISATA PT. 170 MEGAHBUANA LAENA 71 MAULANA TOURS & TRAVEL PT. 171 MITRA UTAMA TOURS 72 MEGACITRA INTINA MANDIRI PT. 172 MULIA WISATA ABADI 73 MENAN EKSPRESS PT. 173 MUNA BINA INSANI 74 MIDEAST EKSPRESS PT. 174 NADWA MULIA UTAMA 75 MINAMAS ANGKASA SAKTI PT. 175 NUR'L HAROMAIN 76 MITRA TOURS & TRAVEL PT. 176 NUR RIMA AL-WAALI 77 MULIA PASIFIC PT. 177 ORIANA CAKRAWALA TOURS

78 MUTIARA LIMA WISATA PT. 178 PANCAR NI'MAH 79 NAMIRA AMALIA UTAMA PT. 179 PUTRA NUSA MANDIRI 80 NAMIRAH ANGKASA JAYATAMA PT. 180 RAUDAH EKSATI UTAMA 81 NEEKOI NUANSA WISATA PT. 181 RAUDHA RAHMA ABADI 82 NIPINDO ANTAR WISATA PT. 182 SAFA INSAN ARMANI 83 NOOR ABIKA PT. 183 SAHID GEMA WISATA 84 NUR RAMADHAN WISATA PT. 184 SANDHORA WAHANA 85 NURUL ZAHRA PT. 185 SRI VARIA WISATA 86 ORANYE PATRIA WISATA PT. 186 TALBIA HAJI & UMRAH 87 PACTO UMROH HAJI PT. 187 THAYIBA TORA 88 PANDI KENCANA MURNI PT. 188 TIKA TOURS & TRAVEL 89 PANDU AS SHOFA PT. 189 TISAGA MULTAZAM UTAMA 90 PANGHEGAR PUTRA SAPTA WISATA PT. 190 TONGGAK BUMI INDAH 91 PANJI MAS WISATA PT. 191 TUNAS INDONESIA 92 PANGLIMA EKSPRESS PT. 192 ZIAR NIDA'UL HARAMAIN 93 PANTRAVEL PT. 94 PARADISO ERABALI HOLIDAY PT. 95 PATUNA MEKAR JAYA PT. 96 PESONA MUDAPRIMA TOURS PT. 97 PROCONFO INDAH PT. 98 RAZEK TRAVEL PT. 99 RESI MANUNGGAL LESTARI PT. 100 RIHLAH ALATAS WISATA PT. Sumber: www.umrohhajiplus.com 2.2. Pemasaran (marketing) Kotler (2006) dalam bukunya Marketing Management an Asian Perspective mengemukakan definisi dari pemasaran/marketing sebagai berikut:

Marketing is a social and managerial process by which individuals and group obtain what they need and want through creating, offering and exchanging products of value with others Definisi di atas menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu proses di mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai produk tersebut dengan individu lainnya. Definisi ini berorientasi pada pertukaran produk antara produsen dengan konsumen di mana konsumen memiliki motif untuk pemenuhan kebutuhan sedangkan produsen memiliki motif untuk memperoleh laba dari penjualan produknya. Kegiatan dalam pemasaran secara umum dibagi menjadi empat bagian yang biasa disebut dengan Marketing Mix atau bauran pemasaran (Kotler, 2000): 1. Produk (Product) Adalah tawaran (offering) apapun yang dapat memuaskan kebutuhan (need) atau keinginan (want). Tipe-tipe offering adalah barang, jasa, pengalaman, event, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide. 2. Harga (Price) Adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk memperoleh produk. 3. Tempat (Place) Kegiatan perusahaan yang membuat produk dapat diakses dan tersedia bagi konsumen sasaran. 4. Promosi (Promotion) Kegiatan perusahaan dalam mengkomunikasikan dan mempromosikan produk mereka kepada target pasar. Keempat bauran pemasaran ini menjadi program yang saling berkaitan, dirancang untuk mencapai sasaran pemasaran perusahaan, sekaligus menjadi alat taktis perusahaan sehingga dapat mengukuhkan posisi perusahaan dalam pasar sasarannya.

2.3. Perilaku Konsumen (Consumer Behavior) Dalam Solomon (2004) dikatakan bahwa consumer behavior atau perilaku konsumen adalah studi mengenai proses yang terjadi ketika seseorang atau kelompok tertentu memilih, membeli, menggunakan, atau membuang suatu produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan/keinginan. Perilaku konsumen merupakan suatu proses. Pertukaran (exchange), suatu transaksi antara dua atau lebih organisasi/orang yang memberikan atau menerima sesuatu yang bernilai, merupakan bagian dari pemasaran. Walaupun pertukaran (exchange) adalah bagian penting dalam perilaku konsumen, penekanan dari perilaku konsumen ada pada proses konsumsi, yaitu membahas hal-hal yang mempengaruhi konsumen sebelum, saat, dan setelah pembelian. Berikut ini adalah tahap-tahap yang terjadi dalam proses konsumsi: 1. Tahap pra-pembelian Dilihat dari sudut pandang konsumen, tahap pra-pembelian adalah mengenai: Bagaimana konsumen memutuskan bahwa ia membutuhkan suatu produk. Sumber informasi yang terbaik untuk mempelajari alternatif produk Dilihat dari sudut pandang pemasar, tahap pra-pembelian adalah mengenai: Bagaimana membentuk dan/atau mengubah sikap (attitude) konsumen terhadap produk. Proses pencarian indikator apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang mana yang lebih superior dibandingkan dengan yang lainnya. 2. Tahap pembelian Dilihat dari sudut pandang konsumen, tahap pembelian adalah mengenai: Apakah upaya mendapatkan suatu produk merupakan usaha yang membuat beban pikiran (stres) atau merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan. Dilihat dari sudut pandang pemasar, tahap pembelian adalah mengenai:

Bagaimana faktor situasional, seperti desakan waktu (time pressure) atau tampilan toko (store display/store atmosphere) mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. 3. Tahap pasca pembelian Dilihat dari sudut pandang konsumen, tahap pasca pembelian adalah mengenai: Kemampuan suatu produk dalam menyediakan kepuasan dari fungsi/kinerja yang diharapkan. Apakah produk ini akhirnya akan dibuang, atau mengenai konsekuensi apa yang dapat ditimbulkan produk bagi lingkungannya. Dilihat dari sudut pandang pemasar, tahap pasca pembelian adalah mengenai: Penentuan hal-hal yang dapat membuat konsumen merasa puas dengan produk sehingga ia akan membelinya kembali. Apakah para konsumen menceritakan pengalaman mereka mengenai produk kepada orang lain dan mempengaruhi keputusan pembelian orang lain 2.3.1. Proses Pembelian Konsumen (Consumer Buying Process) Menurut Kotler (2000) tahap proses konsumsi yang dilalui konsumen dalam proses pembelian disebut dengan 5 stages model of the consumer buying process yang terdiri dari: 1. Tahap ketika konsumen menyadari adanya masalah atau kebutuhan (problem/need recognition) 2. Tahap pencarian informasi (information search) 3. Tahap evaluasi alternatif (evaluation of alternatives) 4. Tahap keputusan pembelian (purchase decision) 5. Tahap perilaku setelah atau pascapembelian (postpurchase behavior) Jika dikaitkan dengan teori mengenai proses konsumsi yang disampaikan oleh Solomon (2004), maka tahap problem/need recognition, information search, dan

evaluation of alternatives digolongkan ke dalam tahap prepurchase atau tahap pra pembelian. Tahap pra pembelian dimulai ketika konsumen mendapati adanya suatu kebutuhan yang akan terpuaskan dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Pengumpulan pengalaman di masa lalu (yang diperoleh dari ingatan) dapat memberikan informasi kepada konsumen untuk membantu membuat pilihan. Di lain hal, ketika konsumen tidak memiliki pengalaman terdahulu yang cukup, ia akan mencari informasi secara ekstensif, yaitu mencari ke lingkungan luar. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar menentukan pilihan. Need recognition adalah suatu hal yang terjadi ketika konsumen dihadapi oleh suatu permasalahan (Schiffman & Kanuk, 1997). Proses pembelian dimulai ketika pembeli/konsumen menyadari adanya permasalahan atau kebutuhan. Kebutuhan itu sendiri dapat didorong oleh stimuli internal dan eksternal (Kotler, 2000). Information search atau tahap pencarian informasi adalah aktivitas mencari informasi untuk mempelajari suatu produk. Sumber informasi dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: sumber personal, sumber komersial, sumber publik, dan sumber pengalaman. Sumber personal antara lain adalah keluarga, teman, tetangga, dan kenalan. Sumber komersial antara lain adalah iklan, salesperson, dealer, dan sebagainya. Sumber publik seperti media massa dan organisasi pemeringkat merek produk. Terakhir, sumber pengalaman, yaitu informasi yang diperoleh dari aktivitas menangani, memeriksa, dan menggunakan suatu produk (Kotler, 2000). Evaluation of Alternatives atau tahap mengevaluasi alternatif yang dilalui setiap konsumen berbeda-beda dalam setiap situasi pembelian. Beberapa konsep dasar yang membantu memahami proses evaluasi konsumen, yaitu: pertama, konsumen mencoba untuk memuaskan kebutuhannya. Kedua, konsumen mencari manfaat (benefit) tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen melihat setiap produk sebagai bundel atribut dengan beragam kemampuan untuk men-deliver benefit yang dicari dalam usaha memuaskan kebutuhan (Kotler, 2000). Ketika mengevaluasi alternatif potensial, konsumen cenderung membuat dua hal. Pertama, daftar merek produk (brand) yang akan mereka pilih (the evoked set). Kedua, kriteria yang akan mereka gunakan untuk mengevaluasi setiap merek (Schiffman & Kanuk, 1997)

Dalam tahap purchase decision, konsumen membuat tiga tipe pembelian, yaitu pembelian percobaan (trial purchase), pembelian berulang (repeat purchase), dan pembelian jangka panjang (long-term commitment purchase) (Schiffman & Kanuk, 1997). Dalam tahap pasca pembelian (postpurchase behavior), di saat konsumen menggunakan produk, terutama pada pembelian percobaan, mereka mengevaluasi kinerja produk berdasarkan ekspektasi mereka. Ada tiga hasil yang mungkin dari kegiatan mengevaluasi ini. Pertama, kinerja aktual sesuai dengan ekspektasi. Kedua, kinerja melebihi ekspektasi. Dan ketiga, kinerja berada di bawah ekspektasi. Untuk setiap ketiga hasil, ekspektasi konsumen dan kepuasan adalah sangat terkait (Schiffman & Kanuk, 1997). 2.4. Brand Equity Kotler (2000), mengatakan bahwa dalam proses pemilihan sebuah produk, konsumen akan melakukan pemilihan sebuah brand. Suatu brand dikategorikan positive customer-based brand equity apabila konsumen cenderung memilih brand tersebut setelah dibandingkan dengan brand lain. Brand Equity adalah nilai lebih yang dimiliki sebuah produk. Nilai lebih ini dapat merefleksikan cara berfikir konsumen, apa yang dirasakan oleh konsumen, dan respons positif dari konsumen terhadap brand tersebut (Farquhar, 1989, dalam Myers, 2003). Myers (2003), mengatakan bahwa brand yang menguasai pangsa pasar yang lebih besar memiliki brand equity yang lebih tinggi. Sedangkan brand yang memiliki brand equity yang lebih tinggi akan mendapatkan preferensi yang lebih besar. Aaker (1991) dalam Myers (2003) menggunakan awareness, associations, perceived quality, loyalty, dan proprietary assets seperti paten dan trade mark sebagai 5 komponen kunci dari brand equity. Pengetahuan yang relevan mengenai pilihan brand tersimpan dalam memori seseorang yang berkaitan dengan brand-attribute values (Russo & Johnson, 1980; dalam Simonson, et al, 1988). Salah satu atributnya adalah tingkat keandalan (reliability) sebuah brand (Simonson, et al, 1984).

(Meyer, 1982; Tigert, 1966, dalam Simonson, et al, 1984), mengatakan bahwa prior brand attractiveness dan prior beliefs about overall attribute importance merupakan komponen tingkat pengetahuan yang sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih sebuah brand. Diharapkan bahwa prior brand attractiveness yang lebih tinggi akan mengarah kepada pemilihan yang lebih awal. Prediksi ini berdasarkan ide bahwa brand seharusnya dicari apabila mereka memiliki alasan untuk dipilih. Brand tersebut biasanya merupakan brand yang memiliki brand attractiveness yang tinggi (Simonson, et al, 1988). Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang cukup mengenai beberapa brand maka proses pemilihan akan terjadi, dan konsumen akan fokus pada brand yang memiliki keatraktifan yang tinggi (Howard & Seth, 1969, dalam Simonson, et al, 1988). 2.5. Guide Dalam iklan sebuah Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus sering ditampilkan secara jelas nama pembimbing umroh yang akan membimbing jamaah. Pembimbing umroh tersebut biasanya adalah seorang pemuka agama maupun selebriti yang sudah dikenal baik oleh masyarakat. Hal ini merupakan strategi dari sebuah Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus dalam menjual programnya kepada konsumen. Fungsi seorang pembimbing Umroh dan Haji dapat disetarakan dengan fungsi seorang aktor dalam mengangkat film yang diperankan olehnya. Menurut Albert (1998) dalam Elberse (2007), aktor dapat dikategorikan sebagai bintang dengan beberapa alasan: Mereka memiliki kemampuan dalam berakting, memiliki sifat menonjol yang membuat konsumen tertarik, dapat menjadi publikasi gratis, dapat mengamankan investasi, atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang yang beruntung. Fungsi-fungsi tersebut juga diharapkan ada pada seorang pembimbing Umroh dan Haji Khusus. Bukan hanya sebagai pembimbing namun diharapkan mereka juga dapat mengangkat citra maupun penjualan sebuah Biro Perjalanan Umroh dan Haji Khusus. Ravid s (1999) dalam Elberse (2007) mengatakan bahwa ukuran diarahkan langsung kepada dua tipe reputasi yang secara umum dapat merupakan sumber kekuatan dari bintang tersebut. Yaitu: reputasi economic, dan pengakuan melalui kritik dan sanjungan yang mereka terima.

Kedua tipe reputasi dapat didefinisikan sebagi dimensi dari status yang menggambarkan tingkat penghargaan, pengaruh, tingkat kesenangan yang diberikan oleh sang bintang terhadap orang lain (Anderson et al, 2001) dalam Elberse (2007 Ditemukan bukti bahwa film yang menggunakan aktor atau aktris kategori bintang, dapat meningkatkan penjualan tiket pada minggu-minggu pertama film tersebut diluncurkan (Ainslie, Drèze, & Zyfryden, 2005; Albert, 1998; Basuroy, Chatterjee, & Ravid, 2003; Elberse & Eliashberg, 2003; Faulkner & Anderson, 1987; Litman & Kohl, 1989; Neelamegham & Chintagunta, 1999; Prag & Casavant, 1994; Sawhey & Eliashberg, 1996; Sochay, 1994; Wallace, Seigerman & Holbrook, 1993, dalam Elberse, 2007). Tokoh-tokoh seperti Aa Gym, Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Jefry (uje), KH. Quraish Shihab dan KH. Mustofa Bisri dapat dikategorikan sebagai bintang papan atas didalam dunia dakwah di Indonesia. Tokoh aktor dan pakar bidang tertentu seperti Syahrul Gunawan, Ratih Sanggarwati dan Kak Seto juga memiliki pengalaman menjadi Pembimbing Umroh. Tentunya strategi ini diterapkan untuk mengangkat penjualan sebuah Biro Perjalanan Umroh & Haji Khusus. Star Wars, E.T. the Extra-Terrestrial, dan Titanic tidak mengandalkan pemain bintang. Beberapa sumber dari dalam mengklaim bahwa ini menunjukkan bahwa kualitas film itu sendiri, dan bukan pemain bintang yang membuatnya sukses (Ackman, 2002). Ada tanda-tanda bahwa keraguan akan pengembalian investasi menyebabkan kontrak yang sudah terjalin dengan pemain bintang menjadi tertekan, dan menyebabkan hubungan antara keterlibatan pemain bintang dan kesuksesan sebuah film menjadi sebuah isu riset yang kritis (Eliashberg, Elberse, & Leenders; Wei, 2006, dalam Elberse, 2007). Penggunaan bintang pada Biro Perjalanan Umroh & Haji juga beresiko karena memerlukan investasi yang besar, sehingga sering terjadi konsorsium diantara para Biro Perjalanan Umroh & Haji sebagai antisipasi untuk mengurangi resiko. 2.6. Reference Di antara berbagai sumber informasi, sumber informasi personal memainkan peran penting dalam keputusan pembelian konsumen. Informasi personal melibatkan dua orang atau lebih dalam mengkomunikasikan informasi secara langsung secara face-to-

face, person to audience, via -telepon, atau e-mail. Informasi personal menghasilkan efektivitas yaitu melalui peluang untuk mendapatkan feedback dari individu. Hasil riset di Eropa terhadap 7000 konsumen, sebanyak 60 persen mengatakan bahwa konsumen dipengaruhi oleh teman dan keluarganya untuk menggunakan suatu merek baru (Kotler, 2000). Mourali, et al (2005) meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kecenderungan konsumen dalam menggunakan informasi personal. Salah satu faktor yang diteliti adalah tingkat kemudahan seseorang dalam menerima pengaruh personal (susceptibility to personal influence). Susceptibility to personal influence, merupakan kebutuhan seseorang untuk mengidentifikasi sesuatu dengan bantuan pandangan/opini seseorang dan keinginan untuk mengikuti orang lain (conform to others) terhadap keputusan pembelian, dan atau kecenderungan untuk mempelajari suatu produk dan jasa dengan mengobservasi orang lain atau mencari informasi dari orang lain (Bearden et al, 1989, dalam Mourali et al, 2005). 2.7. Quality Offering Sangat fatal bagi para pelaku usaha untuk tidak berorientasi kepada konsumen. Agar dapat bertahan, pelaku usaha harus menciptakan barang dan jasa yang sangat berkualitas untuk memuaskan konsumennya dan menciptakan loyalitas (Fecikova, 2004, dalam Dimitriades, 2006). Memahami, mengantisipasi, dan memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen adalah isu strategi yang sangat vital bagi pelaku usaha. Kepuasan konsumen dan loyalitas, dijamin melalui produk berkualitas tinggi, dan dengan memberikan nilai ekonomis pada uang yang sudah dikeluarkan oleh konsumen, diidentifikasi sebagai cara untuk bertahan jangka panjang, dan juga kesuksesan jangka panjang (Donnelly et al., 1995, Nicholls et al., 1998, dalam Dimitriades, 2006). Lichtenstein, Bloch & Black serta Rao & Monroe (1988), dalam Rao & Sieben (1992), mengatakan bahwa konsumen menjadikan harga sebagai bahan pertimbangan dalam memilih sebuah produk. Konsumen akan membandingkan antara harga dengan

kualitas produk yang mereka dapatkan, dan disesuaikan dengan anggaran yang telah disediakan oleh konsumen. Secara tradisional dapat dikatakan bahwa konsumen yang puas dipersepsikan kurang sensitive terhadap perbedaan harga, kurang terpengaruh oleh produk kompetitor, membeli atribut-atribut produk dan atau jasa, serta akan lebih lama loyal (Zineldin, 2000, dalam Dimitriades, 206). 2.8. Confidence Benefit Gwinner et al (1998), meneliti mengenai keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh konsumen melalui hubungan jangka panjang dengan penyedia jasa. Berry (1995), dalam Gwinner et al (1998), mengatakan bahwa berkurangnya tingkat resiko adalah salah satu kunci yang menguatkan hubungan antara konsumen dengan produsen dalam industri jasa. Sheth & Parvatiyar (1995) dalam Gwinner et al (1998) mengatakan bahwa konsumen senang mengurang pilihan. Hubungan jangka panjang mampu mengurangi pilihan melalui keuntungan keyakinan. Beberapa penelitian serupa mengatakan bahwa faktor kepercayaan pada industri jasa merupakan dimensi yang sangat penting dilihat dari perspektif konsumen. (Barnes,1994; Bitner, 1995; Gronroos 1990, dalam Gwinner et al (1998). Morgan dan Hunt (1994) dalam Gwinner et al (1998), berargumen bahwa kepercayaan menggambarkan keyakinan dalam hubungan yang dapat diandalkan, dan memiliki integritas adalah kunci dalam menjembatani pertukaran didalam sebuah hubungan. Walaupun keyakinan seperti ini tidak berhubungan langsung dengan kualitas dalam pelayanan yang diberikan, namun dapat diterima sebagai keuntungan yang berdiri sendiri untuk membangun sebuah hubungan jangka panjang. 2.9. Social Benefit Beberapa penelitian mengatakan bahwa konsumen akan menerima keuntungan sosial dari hubungan yang terjalin dengan penyedia jasa. (Barnes 1994; Berry 1995; Czepiel 1990; Goodwin 1994; dalam Gwinner et al, 1998). Keuntungan sosial diasumsikan melibatkan perasaan terbiasa, pengakuan individu, persahabatan dan dukungan sosial (Barnes 1994; Berry 1995, dalam Gwinner et al, 1998).

Konsumen yang telah terbiasa berinteraksi dengan karyawan dari penyedia jasa akan merasa menjadi bagian dari provider tersebut dan mendapatkan keuntungan dari hubungan yang telah berkembang diantara mereka (Barnes, 1994; Berry, 1995; Czepiel, 1990; Goodwin, 1994; dalam Gwinner et al, 1998). Zeithaml dan Bitner (1996) dalam Gwinner et al (1998) mengatakan bahwa keuntungan sosial juga dapat terjalin antar interaksi konsumen dengan konsumen sebagaimana terjadi persahabatan antara konsumen dengan penyedia jasa. 2.10. Special Treatment Benefit Gwinner et al (1998) meneliti mengenai layanan khusus yang diberikan kepada konsumennya, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen tersebut. Salah satu keuntungan dari hubungan yang terjalin antara konsumen dengan penyedia jasa adalah keuntungan mendapatkan perlakuan khusus. Perlakuan khusus yang diterima seseorang akan berbeda dibandingkan konsumen lain, karena konsumen tersebut sudah menjalin sebuah hubungan jangka panjang, atau menjadi konsumen yang loyal pada sebuah penyedia jasa. (Barlow, 1992; Hakansson 1982; Crosby, 1991; Berry, 1983; dalam Gwinner et al, 1998). 2.11. Religious Congruence Zaidman & Lowengart (2001) dalam penelitiannya yang berjudul The Marketing of Sacred Goods, meneliti mengenai interaksi konsumen dengan retailer pada produkproduk religious. Menurut Hoch (1987) dan West (1996) dalam Zaidman & Lowengart (2001) faktor kesamaan aliran antara agen dan konsumen sangat penting dalam mengoptimalkan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Beberapa penelitian terdahulu menguji kongruensi individu dengan budaya sebuah organisasi bagi terhadap seseorang. Koberg dan Chusmir (1987) dalam Harris & Mossholder (1996), membuktikan bahwa kongruensi antara seseorang dan persepsi mereka terhadap budaya sebuah organisasi disikapi dengan positif. Menurut Chatman (1991) dan O Reilly et al. (1991) dalam Harris & Mossholder (1996), seseorang dengan kesamaan budaya dengan organisasinya akan memiliki komitmen yang tinggi, bersedia untuk loyal dan berperilaku aktif.

2.12. Perceived Comfort Nevins (1968) mengatakan bahwa, manusia sudah mencari kenyamanan saat masih hidup di dalam gua pada masa pra sejarah. Kenyamanan merupakan hal yang paling dicari oleh manusia, sehingga setiap individu pada setiap peradaban dan perkembangannya akan mencari keamanan dan kenyamanan. Berdasarkan teori diatas maka sudah sewajarnya apabila dalam tahap pembelian barang atau jasa, seseorang akan mempertimbangkan kenyamanan yang akan diterima dari proses pembelian suatu barang atau jasa. Knight et al dalam Bodine & Gemperle (1998) menciptakan sebuah ukuran untuk mengukur kenyamanan, yang mereka beri nama the comfort rating scale (CRS s). Skala ini terdiri dari: emotion, attachment, harm, perceived change, movement and axiety. Skala yang digunakan oleh Knight et al dalam Bodeine & Gemperle tentunya dapat diadopsi terhadap produk berbentuk jasa. 2.13. Perceived Affiliation McClelland (1962) dalam Rohs et al (1999), menjelaskan mengenai tiga tipe kebutuhan motivasi: Kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan mendapatkan kekuasaan. Seseorang dengan satu atau kombinasi dari tiga kebutuhan tersebut akan memotivasi mereka terhadap sebuah perilaku. Menurut McClelland (1987) dalam Rohs et al (1999), individu-individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung lebih suka berfikir mengenai kwalitas hubungan mereka. Individu seperti ini mengharapkan pengalaman- pengalaman positif dan khawatir mengenai efek-efek yang dapat terjadi dalam sebuah hubungan. Seseorang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi akan mencari persahabatan dan akan beringkah laku sama dengan individu-individu pada afiliasi yang sama. Moberg (1972) dalam Reed (1991) mengatakan bahwa kegiatan keagamaan berhubungan positif dengan kepuasan hidup dan moral seseorang. Selain komunitas sosial yang mengembangkan sistem dan tindakan untuk menjadi pelayan agama, namun setiap individu juga membutuhkan peran sebagai seorang pelayan agama. Reed (1991) meneliti dampak dari kuatnya pengaruh afiliasi keagamaan terhadap kepuasan hidup seseorang. Didalam penelitiannya, Reed (1991) mengukur hubungan

antara kebahagiaan (happiness), kepuasan keluarga (family satisfaction), kepuasan kesehatan (health satisfaction), dan kenikmatan hidup (life excitement), dengan afiliasi keagamaan (religious affiliation). Berdasarkan teori-teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Perceived Affiliation merupakan salah satu kebutuhan dasar dari manusia, karena dapat menimbukan perasaan bahagia dan termotivasi dalam menjalani kehidupan.